Anda di halaman 1dari 60

Persalinan Beresiko

Dian Taviyanda, S.Kep., Ns., M.Kep


Distosia
 Persalinan normal :
Suatu keadaan fisiologis, normal dapat
berlangsung sendiri tanpa intervensi
penolong
3 P (Power, Passage, Passanger)
Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor P utama

1. Kekuatan ibu (Power)


2. Keadaan jalan lahir (Passage) dan
3. Keadaan janin (Passanger)
4. (++ faktor2 "P" lainnya : psychology, physician, position)

 Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor "P"


tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung.

 Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor P ini, dapat terjadi
kelambatan atau gangguan pada jalannya persalinan.

 Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut DISTOSIA.


Distosia Akibat Kelainan Kekuatan Ibu
(Kelainan His)
 Tanda his normal :
◦ Fundal dominan
◦ Simetris
◦ Makin lama, makin kuat, makin sering
◦ Relaksasi baik.

 Bila satu atau lebih tanda tersebut tidak dijumpai


atau tidak sesuai, keadaan tersebut disebut
gangguan / kelainan his atau inersia uteri.

 Kelainan his dapat berupa inersia uteri hipotonik


atau inersia uteri hipertonik.
HIS NORMAL
 Selama kehamilan → kontraksi ringan Braxton Hicks
 Kehamilan > 30 minggu : kontraksi lebih sering
 Kehamilan > 36 minggu : kontraksi lebih meningkat lagi & lebih kuat.
 Awal kala I : tiap 10 menit sekali lama 20 – 40 detik.
 Selama kala I : meningkat 2 – 4 kali tiap 10 menit lama 60 – 90 detik
 Kala II : 4 – 5 kali dalam 10 menit lama 90 detik, disertai periode
relaksasi

 Pemantauan Manual :
◦ Pantau his selama 10 menit, telapak tangan diletakkan di fundus
untuk mengetahui kekuatan & lama kontraksi.
◦ Pantau detak jantung janin (DJJ) → tanda2x hipoksia.
◦ Lakukan pencatatan dengan baik dan benar → gunakan
PARTOGRAF
Inersia Uteri HIPOTONIK
 Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak
adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau
mendorong anak keluar.

 Kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang.

 Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten


atau fase aktif, maupun pada kala pengeluaran.
 Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum
kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu
teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan
kembar atau makrosomia, grandemultipara atau
primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi
kurang baik.
Inersia Uteri HIPOTONIK
 Inersia uteri primer :
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah
terjadi his yang tidak adekuat, sehingga sering sulit
untuk memastikan apakah penderita telah
memasuki keadaan in partu atau belum.

 Inersia uteri sekunder :


Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan
his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya
terdapat gangguan / kelainan.
PARTOGRAF WHO

Source: WHO/UNFPA/UNICEF/WORLD
BANK. IMPAC-Managing Complications in
Pregnancy and Childbirth: A Guide for
Midwives and Doctors. WHO 2000
(WHO/RHR/ 00.7)
HIS ADEKUAT

Kontraksi yang…
 lamanya 40 - 60 detik
 mencapai tekanan 50 - 60 mm Hg
 terjadi setiap 2 - 3 menit atau
 menghasilkan kemajuan persalinan yang baik
INDUKSI PERSALINAN
 Rangsangan kontraksi uterus yang sebelumnya tidak ada, pada
persalinan pervaginam → true labor vs. false labor.
 Bila gagal, lakukan sectio cesarea.
 Dilakukan dengan pengawasan dokter.
 Faktor yang mempengaruhi keberhasilan
◦ Usia gestasi
◦ Variasi individu
◦ Skor bishop → keadaan serviks saat mulai induksi.
◦ Teknik induksi : amniotomi, misoprostol/oksitosin, kombinasi
keduanya.
SKOR BISHOP
 Penilaian keadaan serviks pada pemeriksaan dalam sebelum
memulai induksi/augmentasi, untuk memperkirakan
keberhasilan induksi dengan oksitosin.
 Bila skor < 5, lakukan pematangan serviks sebelum memulai
induksi/augmentasi.
 DiKoPosES
◦ Dilatasi : 0, 1-2, 3-4, 5
◦ Konsistensi : keras, kenyal, lunak, -
◦ Posisi : posterior, tengah, anterior, -
◦ Effacement : 0-30%, 40-50%, 60-70%, 80%.
◦ Station : -3, -2, -1, +1/+2
AUGMENTASI PERSALINAN
5 IU oksitosin dalam 500 cc RL cairan intravena
• Dosis awal oksitosin 4 - 8 mU / min
• Interval dinaikkan setiap 30 min.
• Dosis kenaikan 2 mU (4 tetes)
• Dosis biasa untuk persalinan yang baik : 8 – 10 mU/min.
(16 – 20 tetes)
→ Pastikan tidak ada CPD atau kontraindikasi lainnya sebelum memulai tindakan
augmentasi
→ Selalu pantau kemajuan persalinan dan djj
→ Gunakan partograf
→ Infus cairan dengan oksitosin diberi tanda & jam mulai pemberian
EFEK SAMPING OKSITOSIN

Efek Samping Mekanisme Pencegahan


Hipoksia janin Hiperstimulasi Dosis tepat
Ruptur Uterus Hiperstimulasi Dosis tepat
Intoksikasi Air Efek ADH Batasi cairan
Hipotensi Vasodilatasi Dosis rendah
DISTOSIA LETAK & BENTUK
JANIN
 Kelainan letak, presentasi & posisi
◦ Posisi oksipitalis posterior (persisten)
◦ Presentasi puncak kepala
◦ Presentasi muka
◦ Presentasi dahi
◦ Letak sungsang
◦ Letak lintang
◦ Presentasi Ganda
 Kelainan bentuk janin
◦ Pertumbuhan janin yang berlebihan
◦ Hidrosefalus
◦ Kelainan bentuk lain
 Prolapsus tali pusat
MEKANISME PERSALINAN NORMAL
 Cardinal Movements of labor :
◦ Engagement : diameter transversal terbesar dari kepala janin
telah melewati pintu atas panggul
◦ Descent : penurunan kepala ke dasar panggul
◦ Flexion : fleksi kepala janin akibat adanya resistensi dari dasar
panggul, dinding pelvis atau serviks
◦ Internal rotation : perputaran kepala, oksiput ke arah anterior
(normal) atau posterior. Dapat tidak terjadi bila janin kecil.
◦ Extension : ekstensi kepala yang mengakibatkan oksiput sebagai
hipomoklion. Dipengaruhi oleh bentuk pintu bawah panggul
(upward & forward)
◦ External rotation : perputaran kepala mengikuti sumbu badan.
◦ Expulsion (delivery of anterior & posterior shoulder)
POSISI OKSIPITALIS
POSTERIOR
 Kepala janin turun ke dasar panggul dengan posisi oksiput di
bagian posterior (belakang).
 Variasi persalinan biasa, umumnya akan memutar ke depan
karena bentuk anatomi dasar panggul dan muskulus levator
ani.
 5 – 10% tidak memutar ke depan → oksiput posterior
persisten.
 Faktor predisposisi :
◦ Jenis panggul : antropoid / android
◦ Multiparitas & usia : kelemahan otot dasar panggul
◦ Bentuk kepala janin
MEKANISME PERSALINAN &
PENANGANAN
 Spontan, lebih lama, kepala lahir dengan muka
menghadap ke simfisis.
 Ubun-ubun besar sebagai hipomoklion, tidak dapat
melakukan fleksi lebih jauh.
 Menimbulkan kerusakan vagina dan perineum yang luas.
 Pemantauan lebih ketat, bila kala II terlalu lama atau
tanda-tanda gawat janin → tindakan dengan ekstraksi
vakum / forceps dengan episiotomi mediolateral luas.
MALPRESENTASI KEPALA
 Kepala janin dalam keadaan fleksi sewaktu melewati
rongga panggul.
 Bila tidak terjadi fleksi → defleksi
◦ Presentasi puncak kepala
Presentasi sinsiput, bila defleksi ringan, hanya
sementara kemudian berubah menjadi presentasi
belakang kepala tetapi tidak fleksi maksimal.
◦ Presentasi dahi
Dahi bagian paling rendah bila defleksi lebih berat
◦ Presentasi muka
Derajat defleksi maksimal,
muka bagian terendah
PRESENTASI DAHI
 Dahi berada pada posisi terendah, umumnya bersifat sementara.
Dapat berubah menjadi presentasi muka atau oksiput.
 Pemeriksaan dalam : teraba sutura frontalis, pangkal hidung & orbita.
Mulut & dagu tidak teraba.
 Kepala turun dengan sirkumferensia maksilloparietalis (> lingkaran
PAP) → moulage → penurunan kepala & paksi dalam (dagu lintang
atau depan) → fossa kanina sebagai hipomoklion → fleksi
(melahirkan ubun-ubun besar dan belakang kepala melalui
perineum) → defleksi (mulut & dagu lahir dibawah simfisis).
 Persalinan berlangsung lama, hanya 15 % berlangsung spontan. Angka
kematian perinatal 20 % & menyebabkan kerusakan luas pada
perineum.
PENANGANAN
 Bila panggul normal, janin normal → sulit lahir spontan
pervaginam
 Bila panggul luas, janin kecil →ekspektatif, kemungkinan :
◦ Presentasi oksiput
◦ Presentasi muka
 Dapat dicoba perasat Thorn : bila kepala belum masuk PAP. Bila
gagal → seksio sesarea
 Umumnya terdapat kaput suksedaneum & moulage hebat
 Lakukan pemantauan kemajuan persalinan dan DJJ dengan lebih
ketat.
PRESENTASI MUKA
 Kepala janin defleksi maksimal, tubuh janin ekstensi.
 Pemeriksaan dalam : teraba dagu, mulut, hidung &
pinggir orbita → hati-hati!!!
 Etiologi :
◦ Janin besar
◦ Panggul sempit
◦ Multiparitas & perut gantung
◦ Kelainan bentuk janin (anensefal, dsb)
◦ IUFD → tidak ada tonus otot pada janin
 Prognosis : kesulitan persalinan lebih disebabkan
oleh penyebab kelainan (panggul
sempit, janin besar).
MEKANISME PERSALINAN &
PENANGANAN
 Kepala turun ke PAP dengan posisi dagu melintang/miring → descent
→ putaran paksi dalam → dagu berada di depan (umumnya) atau
belakang → gerakan fleksi kepala dengan submentum sebagai
hipomoklion → putaran paksi luar → ekspulsi.
 Posisi dagu tetap di belakang → mento posterior persisten →
defleksi maksimal. Tidak dapat lahir spontan tanpa tindakan.
 Penanganan :
◦ Tentukan ada/tidaknya disproporsi sefalopelvik.
◦ Bila dagu berada di depan dapat ditunggu persalinan spontan, bila
dagu di belakang diusahakan diputar (berbahaya!!!), bila tidak
berhasil lakukan seksio sesarea.
◦ Ekstraksi forceps dilakukan bila kala II > 2 jam.
LETAK SUNGSANG
 Keadaan janin terletak memanjang dengan kepala di fundus
uteri & bokong di bagian bawah kavum uteri.
Macam :
 Presentasi bokong
◦ Ekstensi sendi lutut, kedua kaki terangkat setinggi
bahu/kepala janin, teraba hanya bokong
 Presentasi bokong kaki sempurna
◦ Fleksi sendi lutut, teraba bokong & kedua kaki
 Presentasi bokong kaki tidak sempurna
◦ Teraba bokong & hanya salah satu kaki
 Presentasi kaki
◦ Bagian terendah hanya teraba kaki (1 atau 2)
ETIOLOGI & KOMPLIKASI
 Etiologi : Komplikasi persalinan pervaginam :
◦ Usia kehamilan  Persalinan terlalu lama → after coming
◦ Multiparitas head → hipoksia janin.
◦ Kehamilan multipel ◦ Lilitan tali pusat
◦ Hidramnion ◦ Hiperekstensi kepala
◦ Oligohidramnion  Persalinan terlalu dipaksakan →
◦ Hidrosefalus trauma karena kompresi atau traksi
◦ Anensefalus
◦ Riwayat persalinan Sebab kematian perinatal :
bokong • Prematuritas
◦ Anomali uterus • Penanganan persalinan yang tidak sempurna

◦ Tumor pelvis
◦ Plasenta previa
INDIKASI SEKSIO SESAREA
1. Janin besar
2. Contracted pelvic or CPD (Cephalo-
pelvic disproportion)
3. Hiperekstensi kepala
4. Tidak ada tanda-tanda persalinan pada kehamilan
dengan komplikasi (preeklampsia, ketuban pecah dini,
dll)
5. Disfungsi uterus
6. Presentasi kaki
7. Riwayat obstetri buruk
8. Permintaan sterilisasi
9. Pertumbuhan janin terhambat (severe IUGR)
DIAGNOSIS
 Palpasi abdomen :
◦ Leopold I : kepala janin teraba di bagian fundus
◦ Leopold III & IV : teraba bokong pada bagian bawah
 Auskultasi :
◦ Detak jantung janin terdengar di sebelah atas umbilikus ibu.
 Pemeriksaan dalam : ~ tergantung jenis
◦ Teraba sakrum, anus, tuberositas iskium, genitalia eksterna atau
kaki. Bedakan dengan presentasi tangan atau presentasi muka !!!
 Pemeriksaan klinis yang baik pada usia kehamilan 35 – 37 minggu
memberikan ketepatan diagnosis yang baik.
 Bila klinis meragukan, lakukan pemeriksaan USG
MEKANISME PERSALINAN
Bokong :
⚫ Bokong masuk rongga & sampai ke dasar panggul → putaran paksi
dalam ke arah salah satu trokanter → fleksi lateral badan
mengikuti jalan lahir → trokanter belakang melewati perineum →
bokong & kaki lahir.
Bahu :
⚫ Putaran paksi luar pada bokong (bahu di bagian atas sedang
melewati PAP) → putaran paksi dalam bahu → bahu belakang
melewati perineum → bahu lahir.
Kepala :
⚫ Putaran paksi dalam kepala → muka ke posterior → suboksiput
sebagai hipomoklion → lahir dagu, mulut, hidung, dahi & seluruh
kepala.
PENANGANAN
 Dalam kehamilan :
◦ Versi luar pada kehamilan antara 34 – 38 minggu, dilakukan
di RS. Kontraindikasi : panggul sempit, HAP, hipertensi,
kehamilan multipel, plasenta previa
 Dalam persalinan :
◦ Tentukan ada/tidaknya indikasi seksio sesarea
◦ Pantau kemajuan persalinan lebih ketat.
◦ Tidak melakukan banyak manipulasi saat bokong lahir bila
tidak diperlukan.
◦ Penarikan tali pusat untuk mencegah peregangan.
◦ Waktu untuk melahirkan bahu & kepala setelah bokong
tidak terlalu lama (< 8 menit).
METODE PERSALINAN PERVAGINAM
 Persalinan bokong spontan
◦ Tidak ada manipulasi apapun, pertolongan persalinan hanya
bersifat suportif
 Ekstraksi bokong parsial (Manual Aid)
◦ Persalinan bokong spontan sampai umbilikus, bagian tubuh
ke atas dilakukan ekstraksi dengan atau tanpa mengejan.
 Persalinan dengan ekstraksi bokong total
◦ Ekstraksi dilakukan pada seluruh badan
METODE EKSTRAKSI
 Persalinan bokong : bracht
 Melahirkan bahu :
◦ Klasik : melahirkan lengan belakang dahulu.
◦ Mueller : melahirkan bahu & lengan depan dengan ekstraksi
◦ Lovset : memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak-
balik dengan traksi curam ke bawah
 Melahirkan kepala :
◦ Mauriceau
◦ Prague terbalik
◦ Cunam piper (pada head entrapment)
 Bila terjadi kemacetan bahu & lengan → kemungkinan adanya lengan
menjungkit / menunjuk
VERSI EKSTERNA
 Prosedur manipulasi eksternal (tangan penolong seluruhnya
berada diluar kavum uterus) pada janin dengan presentasi bokong
menjadi presentasi kepala yang lebih menguntungkan untuk
persalinan pervaginam sebagai salah satu upaya untuk
mengurangi angka persalinan perabdominam.

KONTRAINDIKASI
Perdarahan antepartum Insufisiensi plasenta
Hipertensi Abnormalitas janin
Cacat rahim Oligohidramnion
Kehamilan ganda Extended legs (relatif)
Primigravida tua
SYARAT
1. Bagian terendah janin masih dapat didorong ke atas
keluar pintu atas panggul (PAP).
2. Dinding perut ibu harus cukup tipis (ibu tidak obese)
dan rileks, agar penolong adpt memegang bag. janin.
3. Janin harus dapat lahir pervaginam.
4. Selaput ketuban harus masih utuh.
5. Pada ibu yang inpartu pembukaan serviks < 4 cm.
6. Saat mengerjakan versi luar dalam kehamilan (sebelum
inpartu):
- Primigravida 34-36 minggu
- Multigravida dpt > 38 minggu.
PROSEDUR
1. Tahap mobilisasi :
mengeluarkan bagian terendah dari PAP
2. Tahap eksenterasi :
membawa bagian terendah ke fosa iliaka → radius
rotasi > pendek
3. Tahap rotasi :
memutar bagian terendah janin ke kutub yang
dikehendaki.
4. Tahap fiksasi :
memfiksasi badan janin agar tidak memutar kembali.
LETAK LINTANG
 Keadaan janin melintang dalam uterus.
 Etiologi :
◦ Multiparitas disertai dinding uterus & perut yang lembek
◦ Hidramnion
◦ Prematuritas
◦ Kelainan panggul.
 Diagnosis :
◦ Inspeksi : uterus yang melebar ke samping. Kepala teraba pada
satu sisi. Fundus uteri teraba kosong.
◦ Pemeriksaan dalam : perabaan bagian terbawah janin.
 Mekanisme persalinan : tidak dapat terjadi persalinan spontan.
 Penanganan sebaiknya dengan versi luar → lihat kontraindikasi. Bila
gagal, lakukan seksio sesarea.
PERTUMBUHAN JANIN BERLEBIH
 Bayi besar : bila berat > 4 Kg.
 Kapasitas panggul normal : bayi 4 – 5 Kg
 Faktor predisposisi : diabetes mellitus, postmaturitas,
grandemultipara.
 Diagnosis : pemeriksaan klinis yang baik & benar, bila
meragukan lakukan USG.
 Penanganan : bila ada CPD, pertimbangkan SC (risiko
terjadinya distosia bahu).
HIDROSEFALUS
 Terjadi penimbunan cairan serebrospinalis dalam ventrikel otak yang
berlebihan.
 Seringkali disertai spina bifida dan dijumpai pada letak sungsang.
Risiko terjadinya ruptura uteri.
 Diagnosis :
◦ Palpasi :
 Perabaan kepala lebih besar & tidak dapat masuk ke dalam
panggul.
◦ Pemeriksaan dalam :
 pelebaran sutura dan tulang kepala yang lunak.
◦ Konfirmasi dengan pemeriksaan ultrasonografi.
 Penanganan : diusahakan mengurangi jumlah cairan dalam kepala
dengan ventrikulosintesis.
KELAINAN BENTUK LAIN
 Janin kembar siam.
✓ Torakopagus, pigopagus, omfalopagus, disefalus, sinsefalus, dll.
◦ Deteksi pada 16 – 18 minggu kehamilan.
 Janin dengan perut besar akibat asites, tumor, dll.
◦ Bila berisi cairan → lakukan pungsi perut
◦ Bila padat → seksio sesarea.
DISTOSIA KELAINAN PANGGUL
Jenis-jenis panggul :

 Panggul ginekoid
◦ PAP bundar, panggul tengah dan pintu bawah panggul luas,
diameter transversal > diameter AP
 Panggul antropoid
◦ Diameter AP > diameter transversal, arkus pubis sedikit
menyempit.
 Panggul android
◦ PAP seperti segitiga (sempit ke depan), spina iskiadika
menonjol, arkus pubis sempit
 Panggul platipelloid
◦ Diameter AP << diameter transversal, arkus pubis luas
DIAGNOSIS
Anamnesis :
 Riwayat trauma, riwayat persalinan sebelumnya, riwayat
penyakit yang berhubungan.

Pemeriksaan fisik :
 Habitus : kifosis, skoliosis dll.
 Kemajuan persalinan yang berlangsung lama tanpa disertai
penurunan kepala dengan his baik.

Pelvimetri klinik
 Pemeriksaan penunjang
 Pelvimetri Rx → bahaya bagi janin.
JENIS KELAINAN
Kesempitan pada pintu atas panggul
 Konjugata vera < 10 cm atau diameter transversa < 12 cm
Kesempitan pada pintu tengah panggul
 Bila distansia interspina + diameter sagitalis posterior < 13,5
cm atau diameter interspina iskiadika < 8 cm.
Kesempitan pada pintu bawah panggul
 Jarang tanpa disertai kesempitan pada pintu tengah panggul.
o
 Bila arkus pubis < 90 , sehingga distansia tuberum mengecil.
KOMPLIKASI
 Maternal :
◦ Partus lama → dehidrasi, asidosis, infeksi intrapartum
◦ Terbentuk lingkaran retraksi patologik (ruptura uteri
mengancam)
◦ Penekanan jalan lahir oleh kepala janin → gangguan sirkulasi
→ nekrosis → fistula
 Fetal :
◦ Peningkatan risiko kematian perinatal
◦ Risiko terjadi prolaps tali pusat
◦ Moulage hebat pada kepala dapat mengakibatkan
perdarahan intrakranial.
◦ Fraktur os parietal akibat penekanan oleh promontorium
DISTOSIA KELAINAN TRAKTUS
GENITALIS
 Vulva :
◦ Edema
◦ Stenosis vulva : akibat perlukaan & radang → episiotomi
◦ Tumor/kista/abses
 Vagina :
◦ Stenosis vagina/septum vagina
◦ Tumor vagina
 Serviks uteri :
◦ Disfungsional uteri karena parut pada serviks
◦ Karsinoma serviks uteri
 Uterus :
◦ Mioma uteri
 Ovarium :
◦ Tumor ovarium : risiko pecah atau ruptur uteri
DISTOSIA MIOMA UTERI
 Distosia terjadi karena :
◦ Letak mioma menghalangi jalan lahir
◦ Terdapat kelainan letak janin
◦ Adanya inersia uteri
 Penanganan : sesuai keadaan klinis, bila mioma menjadi
halangan jalan lahir lakukan seksio sesarea.
 Miomektomi setelah seksio sesarea : risiko perdarahan &
infeksi saat nifas
POST MATUR
Post Matur
 Post matur adalah kehamilan yang melewati 294
hari atau 42 minggu lengkap. Diagnosa usia
kehamilan didapatkan dengan perhitungn usia
kehamilan dengan rumus Naegele atau dengan
penghitungan tinggi fundus uteri.
 Kehamilan postmatur lebih mengacu pada
janinnya, dimana dijumpai Sindroma postmaturitas
yaitu kulit keriput dan telapak tangan terkelupas,
tubuh panjang dan kurus, vernic caseosa
menghilang, wajah seperti orang tua, kuku panjang,
tali pusat selaput ketuban berwarna kehijauan.
Etiologi
 Etiologi belum diketahui secara pasti
namun faktor yang dikemukaan adalah
hormonal, yaitu kadar progesteron tidak
cepat turun walaupun kehamilan telah
cukup bulan sehingga kepekaan uterus
terhadap oksitosin berkurang.
 Faktor lain seperti herediter, karena
postmaturitas sering dijumpai pada suatu
keluarga tertentu
 Penurunan kadar esterogen pada
kehamilan normal umumnya tinggi.
 Faktor hormonal yaitu kadar
progesterone tidak cepat turun walaupun
kehamilan telah cukup bulan, sehingga
kepekaan uterus terhadap oksitosin
berkurang
Beberapa faktor penyebab kehamilan lewat
waktu adalah sebagai berikut :
 Kesalahan dalam penanggalan, merupakan
penyebab yang paling sering.
 Tidak diketahui.
 Primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan.
 Defisiensi sulfatase plasenta atau anensefalus,
merupakan penyebab yang jarang terjadi.
 Jenis kelamin janin laki-laki juga merupakan
predisposisi.
 Faktor genetik juga dapat memainkan peran
Tanda dan Gejala
 Gerakan janin jarang ( secara subjektif kurang dari 7x
/ 20 menit atau secara objektif kurang dari 10x /
menit.
 Pada bayi ditemukan tanda lewat waktu yang terdiri
dari:
1. Stadium I : kulit kehilangan vernix caseosa dan
terjadi maserasi sehingga kulit menjadi kering,
rapuh dan mudah terkelupas.
2. Stadium II : seperti stadium I, ditambah dengan
pewarnaan mekoneum ( kehijuan di kulit.
3. Stadium III : seperti stadium I, ditambah dengan
warna kuning pada kuku, kulit dan tali pusat.
 Berat badan bayi lebih berat dari bayi
matur.
 Tulang dan sutura lebih keras dari bayi
matur
 Rambut kepala lebih tebal.
Pemeriksaan Penunjang
 USG : untuk mengetahui usia kehamilan, derajat
maturitas plasenta.
 Kardiotokografi : untuk menilai ada atau tidaknya
gawat janin.
 Amniocentesis : pemeriksaan sitologi air ketuban.
 Amnioskopi : melihat kekeruhan air ketuban.
 Uji Oksitisin : untuk menilai reaksi janin terhadap
kontraksi uterus.
 Pemeriksaan kadar estriol dalam urine.
 Pemeriksaan sitologi vagina.
Pengaruh Terhadap Ibu dan Bayi
 Ibu:
 Persalinan postmatur dapat menyebabkan
distosia karena kontraksi uterus tidak
terkoordinir, janin besar, molding kepala
kurang, sehingga sering dijumpai partus
lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia
bahu, perdarahan post partum yag
mengakibatkan meningkatnya angka
morbiditas dan mortalitas.
 Bayi
 Jumlah kematian janin atau bayi pada
kehamilan 42 minggu 3x lebih besar dari
kehamilan 40 minggu. Pengaruh pada janin
bervariasi, biantaranya berat janin
bertambah, tetap atau berkurang,
Penatalaksanaan
 Setelah usia kehamilan lebih dari 40- 42
minggu, yang terpenting adalah monitoring
janin sebaik – baiknya.
 Apabila tidak ada tanda – tanda insufisiensi
plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu
dengan pengawasan ketat.
 Lakukan pemeriksaan dalam untuk
menentukan kematangan cervik, apabila
sudah matang, boleh dilakukan induksi
persalinan.
 Persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa
partus lama akan sangat merugikan bayi, janin
postmatur kadang – kadang besar dan kemungkinan
disproporsi cephalopelvix dan distosia janin perlu
diperhatikan. Selain itu janin post matur lebih peka
terhadap sedative dan narkosa.
 Tindakan operasi section caesarea dapat
dipertimbangkan bila pada keadaan onsufisiensi
plasenta dengan keadaan cervix belum matang,
pembukaan belum lengkap, partus lama dan terjadi
gawat janin, primigravida tua, kematian janin dalam
kandungan,pre eklamsi, hipertensi menahun, anak
berharga dan kesalahan letak janin
Komplikasi
Kemungkinan komplikasi pada bayi
postmatur :
 Hipoksia
 Hipovolemia
 Asidosis
 Sindrom gawat nafas
 Hipoglikemia
 Hipofungsi adrenal.

Anda mungkin juga menyukai