Askep BPH

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah hipertrofi sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi adalah
hiperplasia kelenjar periuretra yang mendesak jaringan prostat yang asli
keperifer dan menjadi kapsul bedah.
Prostat adalah jaringan fibromuskuler dan jaringan kelenjar yang terlihat
persis di inferior dari kandung kencing. Prostat normal beratnya + 20
gr,didalamnya berjalan uretra posterior +2,5 cm. Pada bagian anterior difiksasi
oleh ligamentum pubo prostatikum dansebelah inferior oleh diafragma
urogenitale. Pada prostat bagian posterior bermuara duktus ejakulatoris yang
berjalan miring dan berakhir pada verumontanum pada dasar uretra prostatika
tepat proksimal dari spingter uretra eksterna.
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga
perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap
awal setelah terjadinya pembesaran prostat, resistensi pada leher buli-buli dan
daerah prostat meningkat, serta otot destrusor menebal dan merenggang
sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan destrusor ini
disebutfase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi
lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk
berkontraksi sehingga terjadi retensio urin yang selanjutnya dapat
menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana anatomi fisiologi sistem perkemihan ?
2. Bagaimana askep dengan pasien BHP?
3. Apa pendidikan kesehatan yang diberikan pada pasien dengan BPH ?
4. Bagaimana hasil penelitian jurnal pasien dengan BPH?
5. Apa fungsi advokasi perawat berdasarkan kasus?

1
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan anatomi fisiologi sistem perkemihan.
2. Menjelaskan Askep dengan pasien BPH.
3. Mengetahui pendidikan kesehatan yang dapat diberikan pada pasien
dengan BPH.
4. Mendeskripsikan hasil penelitian dari jurnal pasien dengan BPH.
5. Mengetahui fungsi advokasi perawat berdasarkan kasus.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Perkemihan


2.1.1 Pengertian sistem
Perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh
tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang
tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin
(air kemih). Sistem urinaria terdiri atas:
1. Ginjal, yang mengeluarkan sekret urine.
2. Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing.
3. Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung.
4. Uretra, yang menyalurkan urine dari kandung.

2.1.2 Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan


2.1.2.1 Ginjal
Ginjal adalah suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum
abdominalis di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III,
melekat langsung pada dinding belakang abdomen. Bentuk ginjal seperti biji
kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari
ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal
wanita.
a. Struktur ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis
yang terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu tua. Lapisan luar terdiri
dari lapisan korteks (subtansia kortekalis), dan lapisan sebelah dalam
bagian medulla (subtansia medularis) berbentuk kerucut yang disebut renal
piramid. Puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-
lubang kecil disebut papilla renalis. Masing-masing piramid dilapisi oleh
kolumna renalis, jumlah renalis 15-16 buah.

3
Garis-garis yang terlihat di piramid disebut tubulus nefron yang
merupakan bagian terkecil dari ginjal yang terdiri dari glomerulus, tubulus
proksimal (tubulus kontorti satu), ansa henle, tubulus distal (tubulus
kontorti dua) dan tubulus urinarius (papilla vateri). Pada setiap ginjal
diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selama 24 jam dapat menyaring darah
170 liter. Arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke ginjal, lubang-
lubang yang terdapat pada piramid renal masing-masing membentuk
simpul dari kapiler satu badan malfigi yang disebut glomerulus. Pembuluh
aferen yang bercabang membentuk kapiler menjadi vena renalis yang
membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior.
b. Fisiologi ginjal
Ginjal berfungsi untuk mengatur volume air (cairan dalam tubuh).
Kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan oleh ginjal sebagai urine
(kemih) yang encer dalam jumlah besar, kekurangan air (kelebihan
keringat) menyebabkan urine yang diekskresi berkurang dan
konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan tubuh
dapat dipertahankan relatif normal.
Mengatur keseimbangan osmitik dan mempertahankan keseimbangan
ion yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Bila terjadi
pemasukan/pengeluaran yang abnormal ion-ion akibat pemasukan garam
yang berlebihan/penyakit perdarahan (diare, muntah) ginjal akan
meningkatkan ekskresi ion-ion yang penting (mis. Na, K, Cl, Ca dan
posfat).
Mengatur keseimbangan asam-basa cairan tubuh bergantung pada apa
yang dimakan, campuran makanan menghasilkan urine yang bersifat agak
asam, pH kurang dari 6 ini disebabkan hasil akhir metabolism protein.
Apabila banyak makan sayur-sayuran, urine akan bersifat basa. pH urine
bervariasi antara 4,8-8,2. Ginjal menyekresi urine sesuai dengan
perubahan pH darah.
Ekskresi sisa hasil metabolism (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat
toksik, obat-obatan, hasil metabolism hemoglobin dan bahan kimia asing
(pestisida).

4
Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresi hormon renin
yang mempunyai peranan penting mengatur tekanan darah (sistem renin
angiotensin aldesteron) membentuk eritripoiesis mempunyai peranan
penting untuk memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis).Di
samping itu ginjal juga membentuk hormone dihidroksi kolekalsiferol
(vitamin D aktif) yang diperlukan untuk absorsi ion kalsium di usus
c. Filtrasi glomerulus
Kapiler glomerulus secara relatif bersifat impermeabel terhadap protein
plasma yang lebih besar dan permeabel terhadap air dan larutan yang lebih
kecil sepeti elektrolit, asam amino, glukosa dan sisa nitrogen. Glomerulus
mengalami kenaikan tekanan darah 90 mmHg. Kenaikan ini terjadi karena
anteriole aferen yang mengarah ke glomerulus mempunyai diameter yang
lebih besar dan memberikan sedikit tahanan dari kapiler yang lain. Darah
didorong ke dalam ruangan yang lebih kecil, sehingga darah mending air
dan partikel yang terlarutdalam plasma masuk ke dalam kapsula bowman.
Tekanan darah terhadap dinding pembuluh ini disebut tekanan hidrostatik
(TH). Gerakan masuknya ke dalam kapsula bowman disebut sebagai
filtrasi glomerulus.Tiga faktor pada proses filtrasi dalam kapsula bowman
menggambarkan integrasi ketiga faktor tersebut yaitu:
1. Tekanan osmitik (TO).
Tekanan yang dikeluarkan oleh air (sebagai pelarut) pada membrane
semipermeabel sebagai usaha untuk menembus membrane
semipermeabel ke dalam area yang mengandung lebih banyak molekul
yang dapat melewati membrane semipermeabel. Pori-pori dalam kapiler
glomerulus membuat membrane semipermeabel memungkinkan untuk
melewati yang lebih kecil dari air tetapi mencegah molekul yang lebih
besar misalnya protein dan plasma.
2. Tekanan hidroststik (TH).
Sekitar 15 mmHg dihasilkan oleh adanya filtrasi dalam kapsula dan
berlawanan dengan tekanan hidrostatik darah. Filtrasi juga
mengeluarkan tekanan osmitik 1-3 mmHg yang berlawanan dengan
osmitik darah.

5
3. Perbedaan tekanan osmitik plasma dengan cairan dalam kapsula
bowman
mencerminkan perbedaan kosentrasi protein, perbedaan ini
menimbulkan pori-pori kapiler mencegah protein plasma untuk
difiltrasi. Tekanan hidrostatik plasma dan tekanan osmitik filtrat
kapsula bowman bekerja sama untuk meningkatkan gerakan air dan
molekul permeabel, molekul permeabel kecil dari plasma masuk ke
dalam kapsula bowman.
d. Proses pembentukan urine
Glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai bowman,
berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus
ginjal akan terjadi penyerapan kembali zat-zat yang sudah disaring pada
glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal terus berlanjut ke
ureter.Urine berasal dari darah yang di bawa arteri renalis masuk kedalam
ginjal, darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian
plasma darah.
Ada tiga tahap pembentukan urine:
1) Proses filtrasi
Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferen
lebih besar dari permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah.
Sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali
protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang
terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dan lain-
lain, yang diteruskan ke tubulus ginjal.
2) Proses reabsorpsi
Proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa,
natrium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara
pasif yang dikenal oblogator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas.
Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali
penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan akan diserap
kembali ke dalam tublus bagian bawah. Penyerapannya terjadi secara

6
aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada
papilla renalis.
3) Proses sekresi
Sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan
diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke
vesika urinaria.
e. Peredaran darah ginjal
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai
percabanganarteri arteri renalis. Arteri ini berpasangan kiri dan kanan.
Arteri renalis bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi
arteri arkuata. Arteri interloburalis yang berada di tepi ginjal bercabang
menjadi kapiler membentuk gumpalan- gumpalan yang disebut
glomerulus. Glomerulus ini dikelilingi oleh alat yang disebut simpai
bowman. Di sini terjadi penyaringan pertama dan kapiler darah yang
meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke
vena kava inferior.
f. Persarafan ginjal
Ginjal mendapat persarafan dari pleksus renalis (vasomotor). Saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf
ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ginjal. Di atas
ginjal terdapat kelenjar suprarenalis, kelenjar ini merupakan kelenjar buntu
yang menghasilkan dua macam hormon yaitu hormon adrenalin dan
hormon kortison. Adrenal dihasilkan oleh medulla.
g. Reabsorpsi dan sekresi tubulus
Sewaktu filtrat glomerulus memasuki tubulus ginjal, filtrat ini mengalir
melalui bagian-bagian tubulus. Sebelum diekskresikan sebagai urine
beberapa zat diabsorpsi kembali secara selektif dari tbulus dan kembali ke
dalam darah, sedangkan yang lain de sekresikandari darah ke dalam lumen
tubulus. Pada akhirnya urine terbentuk dan semua zat dalam urine akan
menggambarkan penjumlahan dari tiga proses dasar ginjal (filtrasi
glomerulus, reabsorpsi tubulus dan sekresi tubulus).

7
h. Ekskresi urine, Filtrasi glomerulus, Reabsorpsi tubulus, Sekresi
tubulus
1. Reabsorpsi tubulus
Ginjal menangani beberapa zat yang yang difiltrasi secara bebas
dalam ginjal dan diabsorpsi dengan kecepatan yang berbeda. Kecepatan
masing-masing zat dapat dihitung sebagai berikut. Kebanyakan zat
proses filtrasi golmerulus dan reabsorpsi tubulus secara kuntitatif relatif
sangat besar terhadap sekresi urine. Sedikit saja perubahan pada filtrasi
glomerulus atau reabsorpsi secara potensial dapat menyebabkan
perubahan yang relatif besar. Beberapa produk buangan seperti ureum
dan kreatinin sulit diabsorpsi dari tubulus dan diekskresi dalam jumlah
yang relatif besar.
Mekanisme pasif. Zat yang akan diabsorpsi harus ditranspor
melintasi membran epitel tubulus ke dalam cairan interstisial ginjal,
melalui kapiler peri tubulus kembali ke dalam darah. Reabsorpsi
melalui epitel tubulus ke dalam darah, misalnya air dan zat terlarut
dapat ditranpor melalui membran selnya sendiri (jalur transeluler) atau
melalui ruang sambungan antar-sel (jalur para seluler). Setelah
diabsorpsi melalui sel epitel tubulus ke dalam cairan interstisial air dan
zat terlarut ditranpor melalui dinding kapiler ke dalam darah dengan
cara ultrafiltrasi yang diperantarai oleh tekanan hidrostatik dan tekanan
osmotik koloid.
Traspor aktif mendorong suatu zat terlarut melawan gradien
elektrokimia dan membutuhkan energi yang berasal dari metabolisme.
Transpor yang berhubungan langsung dengan suatu sumber energi
seperti hidrolisis adenosin trifosfat (ATF) disebut transfor aktif primer.
Transpor yang tidak berhubungan secara langsung dengan suatu sumber
energi seperti yang diakibatkan oleh gradien ion, disebut transpor aktif
sekunder.
2. Reabsorpsi tubulus proksimal
Secara normal sekitar 65% dari muatan natrium dan air yang
difiltrasi dan nilai persentase terendah dari klorida akan diabsorpsi oleh

8
tubulus proksimal sebelum filtrat mencapai ansa henle. Persentase ini
dapat meningkat atau menurun dalam berbagai kondisi fisiologis. Sel
tubuh proksimal mempunyai banyak sekali brush boerder. Permukaan
membran brush boerder dimuati molekul protein yang mentranspor ion
natrium melewati membran lumen yang bertalian dengan mekanisme
transpor nutrien organik (asam amino dan glukosa).
Tubulus proksimal merupakan tempat penting untuk sekresi asam
dan basa, organik seperti garam garam empedu, oksalat, urat, dan
katekolamin. Regulasi reabsorpsi tubulus penting untuk
mempertahankan suatu keseimbangan yang tepat antara reabsorpsi
tubulus dan filtrasi glomerulus. Adanya mekanisme saraf, faktor
hormonal, dan kontrol setempat yang meregulasi reabsorpsi tubulus
untuk mengatur filtrasi glomerulus maka reabsorpsi beberapa zat
terlarut dapat diatur secara bebas terpisah dari yang lain terutama
melalui mekanisme pengontrolan hormonal.

i. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa, masing–masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria), panjangnya ± 25-30 cm, dengan
penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan
sebagian terletak dalam rongga pelvis.Lapisan dinding abdomen terdiri
dari :
1. Dinding luar jaringan ikat (jarinagn fibrosa)
2. Lapisan tengah lapisan otot polos
3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan didnding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap5


menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung
kamih (vesika urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urine melalui
ureter yang diekskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk
pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih. Ureter
berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan

9
dilapisi oleh peritoneum. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter
meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe
berasal dari pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

Pars abdominalis ureter dalam kavum abdomen ureter terletak di


belakang peritoneum sebelah media anterior m. psoas mayor dan ditutupi
oleh fasia subserosa. Vasa spermatika/ovarika interna menyilang ureter
secara oblique, selanjutnya ureter akan mencapai kavum pelvis dan
menyilang arteri iliaka eksterna.

Ureter kanan terletak pada parscdesendens duodenum. Sewaktu turun


ke bawah terdapat di kanan bawah dan disilang oleh kolon dekstra dan
vosa iliaka iliokolika, dekat apertura pelvis akan dilewati oleh bagian
bawah mesenterium dan bagian akhir ilium. Ureter kiri disilang oleh vasa
koplika sinistra dekat apertura pelvis superior dan berjalan di belakang
kolon sigmoid dan mesenterium.

Pars pelvis ureter berjalan pada bagian dinding lateral pada kavum
pelvis sepanjang tepi anterior dari insura iskhiadikamayor dan tertutup
olehperitoneum. Ureter dapt ditemukan di depan arteri hipogastrika bagian
dalam nervus obturatoris arteri vasialia anterior dan arteri hemoroidalis
media. Pada bagian bawah insura iskhiadika mayor, ureter agak miring ke
bagian medial untuk mencapai sudut lateral dari vesika urinaria.

1) Ureter pada pria


Terdapat di dalam visura seminalis atas dan disilang oleh duktus
deferens dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis. Selanjutnya ureter
berjalan oblique sepanjang 2 cm di dalam dinding vesika urinaria pada
sudut lateral dari trigonum vesika. Sewaktu menembus vesika urinaria,
dinding atas dan dinding bawah ureter akan tertutup dan pada waktu
vesika urinaria penuh akan membentuk katup (valvula) dan mencegah
pengambilan urine dari vesika urinaria.

10
2) Ureter pada wanita
Terdapat di belakang fossa ovarika urinaria dan berjalan ke bagian
medial dan ke depan bagian lateralis serviks uteri bagian atas, vagina
untuk mencapai fundus vesika urinaria. Dalam perjalanannya, ureter
didampingi oleh arteri uterina sepanjang 2,5 cm dan selanjutnya arteri
ini menyilang ureter dan menuju ke atas di antara lapisan ligamentum.
Ureter mempunyai 2 cm dari sisi serviks uteri. Ada tiga tempat yang
penting dari ureter yang mudah terjadi penyumbatan yaitu pada
sambungan ureter pelvis diameter 2 mm, penyilangan vosa iliaka
diameter 4 mm dan pada saat masuk ke vesika urinaria yang
berdiameter 1-5 cm.

Pembuluh darah ureter terdiri atas :

1) Arteri renalis
2) Arteri spermatika interna
3) Arteri hipogastrika
4) Arteri vesika inferior
Persarafan ureter terdiri atas :
Persarafan ureter merupakan cabang dari pleksus mesenterikus inferior,
pleksus spermatikus, dan pleksu pelvis; seperti dari nervus; rantai eferens
dan nervus vagusrantai eferen dari nervus torakalis ke-11 dan ke-12,
nervus lumbalis ke-1, dan nervus vagus mempunyai rantai aferen untuk
ureter.
j. Vesika urinaria
Vesika urinaria (kandung kemih) dapat mengembang dan mengempis
seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam rongga
panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot
yang kuat, berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis
medius.Bagian vesika urinaria terdiri dari:
1. Fundus yaitu, bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah,
bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectovesikale yang terisi
oleh jaringan ikat duktus deferen, vesika seminalis dan prostat.

11
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang mancung ke arah muka dan berhubungan dengan
ligamentum vesika umbilikalis.

Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium),


tunika muskularis (lapisan otot), tunika submukosa, dan lapisan mukosa
(lapisan bagian dalam). Pembuluh limfe vesika urinaria mengalirkan
cairan limfe ke dalam nadi limfatik iliaka interna dan eksterna.

1) Lapisan otot vesika urinaria


Lapisan otot vesika urinaria terdiri dari otot polos yang tersusun dan
saling berkaitan dan disebut m. detrusor vesikae. Peredaran darah
vesika urinaria berasal dari arteri vesikalis superior dan inferior yang
merupakan cabang dari arteri iliaka interna. Venanya membentuk
pleksus venosus vesikalis yang berhubungan dengan pleksus prostatikus
yang mengalirkan darah ke vena iliaka interna.
2) Persarafan vesika urinaria
Persarafan vesika urinaria berasal dari pleksus hipogastrika inferior.
Serabut ganglion simpatikus berasal dari ganglion lumbalis ke-1 dan
ke-2 yang berjalan turun ke vesika urinaria melalui pleksus
hipogastrikus. Serabut preganglion parasimpatis yang keluar dari
nervus splenikus pelvis yang berasal dari nervus sakralis 2, 3 dan 4
berjalan melalui hipogastrikus inferior mencapai dinding vesika
urinaria.
Sebagian besar serabut aferen sensoris yan g keluar dari vesika
urinaria menuju sistem susunan saraf pusat melalui nervus splanikus
pelvikus berjalan bersama saraf simpatis melalui pleksus hipogastrikus
masuk kedalam segmen lumbal ke-1 dan ke-2 medula spinalis.
k. Uretra
Uretara merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
1. Uretra pria

12
Pada laki-laki uretra berjalan berkelok kelok melalaui tengah-tengah
prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang
fubis ke bagian penis panjangnya ± 20 cm. uretra pada laki-laki terdiri
dari:
a) Uretra prostatia
b) Uretra membranosa
c) Uretra kevernosa
Lapisan uretra laki-lakin terdiri lapisan mukosa (lapisan paling
dalam), dan lapisan submukosa.Uretra mulai dari orifisium uretra
interna di dalam vesika urinaria sampai orifisium eksterna.
Pada penis panjangnya 17,5-20 cm yang terdiri dari bagian-bagian
berikut:
1) Uretra prostatika merupakan saluran terlebar panjangnya 3 cm,
berjalan hampir vertikulum melalui glandula prostat , mulai dari
basis sampai ke apaks dan lebih dekat ke permukaan anterior.
2) Uretra pars membranasea ini merupakan saluran yang paling pendek
dan paling dangkal, berjalan mengarah ke bawah dan ke depan di
antara apaks glandula prostata dan bulbus uretra. Pars membranesea
menembus diagfragma urogenitalis, panjangnya kira-kira 2,5 cm, di
belakang simfisis pubis diliputi oleh jaringan sfingter uretra
membranasea. Di depan saluran ini terdapat vena dorsalis penis yang
mencapai pelvis di antara ligamentum transversal pelvis dan
ligamentum arquarta pubis.
3) Uretra pars kavernosus merupakan saluran terpanjang dari uretra dan
terdapat di dalam korpus kavernosus uretra, panjangnya kira- kira 15
cm, mulai dari pars membranasea sampai ke orifisium dari
diafragma urogenitalis. Pars kavernosus uretra berjalan ke depan dan
ke atas menuju bagian depan simfisis pubis. Pada keadaan penis
berkontraksi, pars kavernosus akan membelok ke bawah dan ke
depan. Pars kavernosus ini dangkal sesuai dengan korpus penis 6
mm dan berdilatasi ke belakang. Bagian depan berdilatasi di dalam
glans penis yang akan membentuk fossa navikularis uretra.

13
4) Oriifisium uretra eksterna merupakan bagian erektor yang paling
berkontraksi berupa sebuah celah vertikal ditutupi oleh kedua sisi
bibir kecil dan panjangnya 6 mm. glandula uretralis yang akan
bermuara ke dalam uretra dibagi dalam dua bagian, yaitu glandula
dan lakuna. Glandula terdapat di bawah tunika mukosa di dalam
korpus kavernosus uretra (glandula pars uretralis). Lakuna bagian
dalam epitelium. Lakuna yang lebih besar dipermukaan atas di sebut
lakuna magma orifisium dan lakuna ini menyebar ke depan sehingga
dengan mudah menghalangi ujung kateter yang dilalui sepanjang
saluran.
2. Uretra wanita
Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis berjalan
miring sedikit ke arah atas, panjangnya ± 3-4 cm. lapisan uretra wanita
terdiri dari tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa
merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah
dalam). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara
klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai salura ekskresi.
Apabila tidak berdilatasi diameternya 6 cm. uretra ini menembus fasia
diagfragma urogenitalis dan orifisium eksterna langsung di depan
permukaan vagina, 2,5 cm di belakang glans klitoris. Glandula uretra
bermuara ke uretra, yang terbesar diantaranya adalah glandula pars
uretralis (skene) yang bermuara kedalam orifisium uretra yang hanya
berfungsi sebagai saluran ekskresi.
Diagfragma urogenitalis dan orifisium eksterna langsung di depan
permukaan vagian dan 2,5 cm di belakang glans klitoris. Uretra wanita
jauh lebih pendek daripada pria dan terdiri lapisan otot polos yang
diperkuat oleh sfingter otot rangka pada muaranya penonjolan berupa
kelenjar dan jaringan ikat fibrosa longggar yang ditandai dengan
banyak sinus venosus merip jaringan kavernosus.

14
3. Urin (Air Kemih)
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
a) Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari
pemasukan (intake) cairan dan faktor lainnya.
b) Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi
keruh.
c) Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan
sebagainya.
d) Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
e) Berat jenis 1,015-1,020.
f) Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari
pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi
reaksi asam).
Komposisi air kemih, terdiri dari:

a) Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.


b) Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea,
amoniak dan kreatinin.
c) Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
d) Pagmen (bilirubin dan urobilin).
e) Toksin.
f) Hormon.
4. Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi
dengan urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
a) Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada
dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi
bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan
tahap ke 2.
b) Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan
mengosongkan kandung kemih.

15
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang)
Sebagian besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat
di pelajari “latih”. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika
Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan
spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls.

2.2 Askep Dengan BPH


2.2.1 Pengertian
Benign prostatic hyperplasia atau Benigna Prostat Hiperplasi (BPH)
disebut juga Nodular hyperplasia Benign prostatic hypertrophy atau Benign
enlargement of the prostate (BEP) yeng merujuk kepada peningkatan ukuran
prostat pada laki-laki usia pertengahan dan usia lan jut.
Benigna prostat hipertropi (BPH) adalah pembesaran kelenjar dan
jaringan seluler kelenjar prostat yang berhubungan dengsn perubahan
endokrin berkenaan dengan proses penuaan. Prostat adalah kelenjar yang
berlapis kapsula dengan berat kira-kira 20 gram, brada di sekeliling uretra
dan di bawah leehr kandung kemih pada pria. Bila terjad i pembesaran lobus
bagian tengah kelenjar prostat akan menekan dan uretra akan menyempit.
Hiperplasia dari kelenjar prostat dan sel-sel epitel mengakibatkan prostat
menjadi besar. Ketika prostat cukup besar akan menkan saluran uretra
menyebabkan obstruksi uretra baik secara parsial maupun total. Hal ini
dapat menimbulkan gejala-gejala urinary hesitancy, sering berkemih,
peningkatan risiko infeksi saluran kemih dan retensi urin.

2.2.2 Epidemiologi
Penyebab BPH belum diketahui secara pasti, tetapi dapat dikaitkan
dengan keberadaan hormonal yaitu hormon laki-laki ( androgen yaitu
testosteron). Diketahui bahwa hormon estrogen juga ikut berperan sebagai
penyebab BPH. Hal ini, didasarkan pada fakta bahwa BPH terjadi ketika
seorang laki-laki kadar hormon estrogen meningkat dan kdar hormon
testosteron menurun, dan ketika jaringan prostat menjadi lebih sensitif
terhadap estrogen serta kurang responsif terhadap : Dihydrotestosterone
(DHT), yang merupakan testosteron eksogen.

16
Hasil riset di China menunjukkan bahwa laki-laki di daerah perdesaan
sangat rendah terkena BPH dibanding dengan laki-laki yang hidup di daerah
perkotaan. Hal ini terkait engan gaya hidup seseorang. Laki-laki yang
bergaya hidup seperti orang barat berisiko lebih tinggi dibanding dengan
laki-laki yang bergaya hidup tradisional atau pedesaan.
Di AS terdapat dari setengah (50%) pada laki-laki usia 60-7- tahun
mengalami gejala-gejala BPH dan antara 70-90 tahun sebanyak 90%
mengalami gejala-gejala BPH.

2.2.3 Eiologi
Penyebab BPH belum diketahui secara pasti, tetapi dapat dikaitkam
dengan keberadaan hormonal yaitu hormon laki-laki (androgen yaitu
testeron). Diketahui bahwa hormon estrogen jugaikut berperan sebagai
penyebab BPH. Hal ini, didasarkan pada fakta bahwa BPH terjadi ketika
seorang laki-laki kadar hormon estrogen meningkat dan kadar hormon
testosteron menurun, dan ketika jaringan prostat menjadi lebih sensitif
terhadap estrogen serta kurang responsif yerhadap :Dihydrotestosterone
(DHT), yang merupakan testosteron eksogen.

2.2.4 Patofisiologi
Umumnya gangguan ini terjadi setelah usia pertengahan akibat
perubahan normal. Bagian paling dalam prostat memebesar dengan
terbentuknya adenoma yang tersebar. Pembesaran ini mendesak ajringan
prostat yang normal ke arah tepi dan juga menyempitkan uretra. Pembesaran
tersebut dapat menimbulkan dorongan sampai di bawah basis vesica
urinaria (kandung kemih) sehingga mengakibatkan kesulitan buang air
kemih.

2.2.5 Manifestasi klinis


Gejala-gejala BPH dapat diklasifikasikan karena obstruksi dan iritasi.
Gejala-gejala obstruksi meliputi hesitancy, intermitten, pengeluaran urin yang
yang tidak tuntas, aliran urin yang buruk, dan retensi urin.

17
Manifestasi klinis klien dengan BPH adalah:
a. Poliuria (sering buang air kemih), karena kandung kemih hanya mampu
mengeluarkan sedikit kemih.
b. Aliran air kemih menjadi terhambat, karena terjadi penyempitan uretra.
c. Hematuria (air kemih mengandung darah), akibat kongesti basis kandung
kemih
d. Retensi urin
a. Hidronefrosis dan kegagaln ginjal, terjadi akibat tekanan balik melewati
ureter ke ginjal.
2.2.6 Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan rektum: yaitu melakukan palpasi pada prostat melalui
rektum atau toucher , untuk mengetahui pembesaran prostat.
b. Urinarisis: untuk mendeteksi adanya protein atau darah dalam air kemih,
berat jenis dan osmolalitas, serta pemeriksaan mikroskopik air kemih.
c. Pemeriksaan Laboratorium (darah)
d. Yaitu untuk mengetahui adanya peningkatan kadar prostatespesific
antigen (PSA).
e. Cystoscopy: untuk melihat gambaran pembesaran prostat dan perubahan
dinding kandung kemih.
f. Transrectal ultrasonography
g. Dilakukan untuk mengetahui pembesaran dan adanya hidronefrosis.
h. Intravenous pyelography (IVP): untuk mengetahui sumber struktur
kaliks, pelvis dan ureter, struktur ini akan mengalami distrosi bentuk
apabila terdapat kista, lesi dan obstruksi.
2.2.7 Penatalaksanaan
a. Perubahan gaya hidup
Yaitu mengurangi minum-minuman beralkohol dan yang mengandung
kafein.
b. Pengobatan
1. Alpha blockers, suatu α1 –adrenergic receptorantagonists (misalnya
Doxazosin, Terazosin, Alfuzoin, dan Tamsulosin), dapat memperbaiki
gejala-gejala BPH.

18
2. 5α-reductase inhibitors (misalnya: finasteride and dutasteride. Ketika
digunakan bersama dengan alpha blockers dapat menurnkan
progresifitas pembesaran prostat.
c. Kateteritasi
d. Pemberian obat antimikrobial
e. Pembedahan
Prostatectomy adalah pembedahan dengan mengeluarkan seluruh atau
sebagaian dari kelenjar prostate. Terdapat beberapa bentuk operasi pada
prostat, diantaranya:
1. Transurethal resection of prostate
2. Suatu alat sistocopy dimasukkan melalui uretra ke prostat, diamna
jaringan disekeliling di eksisi, TURP adalah suatu pembedahan yang
dilakukan pada BPH dan hasilnya sempurna dengan tingkat
keberhasilan 80-90%.
3. Open prostatectomy
4. Open prostatectomy adalah suatu prpsedur pembedahan dengan
melakukan insisi pada kulit dan mengangkat ade noma prostat
melalui kapsula prostat (retropubic prostatatectmy) atau RPP, atau
melalui kandung kemih.
5. Laparoscopy prostatectony
6. Suatu Laparoscopi atau empat insisi kecil dibuat di abdomen dan
seluruh prostat dikeluarkam secara hati-hati dimana saraf-saraf lebih
mudah rusak dengan teknik retropubic atau suprapubic.
7. Robotic assisted prostatectomy
8. Robotic assisted prostatectomy atau pembedahan dengan bantuan
robot. Tangan-tangan robot laparoscopi dikendalikan oleh seorang
ahli bedaah.
9. Radical perineal prpostatectomy
10. Radical perineal prpostatectomy adalah satu insisi dibuat pada
perineum ditengah tengah antara rektum dan skotrum, dan kemudian
prostat dikeluarkan.
11. Radical retropubic prostatectomy

19
12. Radical retropubic prostatectomy adalah suaau insisi yang dibuat di
abdomen bawah, dan kemudian prostat dikeluarkan (diangkat)
melalui belakang tulang pubis (retropubic).
13. Transurethal electrovaporization of the prostate (TVP)
14. Transurethal plasmakineic va[orization prostatectomy (TUPVP)
15. Laser TURP
16. Visual laser ablation (VLAP)
17. TransUrethral Microwave ThermoTheraphy (TUMT)
18. Trans Urethal Needle Ablation (TUNA)

2.2.8 Proses keperawatan pada klien dengan benigna prostat hipertropi


(BPH)
1. Pengkajian
a) Keragu-raguyan dalam memulai berkemih
b) Aliran urin berkurang: naik kekuatan maupun ukurannya.
c) Pengosongan kandung kemih tak sempurna, karena masih ada residu
urin.
d) Adanya dorongan untuk berkemih
e) Frekuensi berkemih menjadi lebih sering
f) Sering buang air kemih di malam hari
g) Disuria (nyeri saat buang air kemih)
h) Hematuria (adanya darah dalam urin)
i) Retensi urin
j) Pembesaran dan nyeri tekan prostat.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Retensi urin berhubungan degan pembesaran prostat.
b) Resiko infeksi berhubungan dengan pengunaan kateter urin dan/ atau
retensi urin.
c) Nyeri berhubungan dengan retensi urin akut.
d) Kurang oengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
proses penyakit, gejala, dan perawatan diruamh.

20
3. Perencanaan dan implementasi
Diagnosa-1 : Retensi urin berhubungan dengan pembesaran prostat.
a) Kaji masukan dan keluaran urin tiap 4-8 jam
b) Kaji kekuatan aliran urin, frekuensi, waktu yang dibutuhkan untuk
memulai berkemih.
c) Anjurkan untuk berkemih tiap 2-4 jam sekali.
d) Pasang kateter urin setelah setiap berekmih sesuai pesanan dokter
untuk menentukan jumlah urin residu. ‘
e) Pantau hasul pemeriksaan kreathin serum.
Diagnosa-2 : Resiko infeksi berhubungan dengan penggunaan kateter
urin dan/ atau etensi urin.
a) Periksa suhu tiap 4 jam dan laporkan jika diatas 38,50C
b) Catat karakteristik urin, jika keruh dan b au busuk laporkan ke
Dokter.
c) Bila terpasang kateter, pertahankan sistem drainaase tertutup.
d) Gunakan teknik steril untuk kateterisasai intermitten selama
perawatan di rumah sakit.
e) Pantau abdomen atau kandung tethadap adanya distensi.
f) Pantau dan laporkan bila ditemukan adanyan tanda dan gejala infeksi
saluran kemih.
g) Gunakan teknik cuci tangan yang baik, dan anjurkan pada klien
untuk melakukan hal yang sama,
Diagnosa 3: Nyeri berhubungan dengan retensi urin akut
a) Kaji sifat,ansietas, lokal, lama, dan faktor penghalang nyeri.
b) Bantu klien pada posisi nyaman; berikan rendam duduk dan
pencucian perianal dengan air hangat; ajarkan teknik relaksasi.
c) Beritahu Dokter jika nyeri tidak berkurang atau meningkat.
Diagnosa-4: Kurang pengetauan berhubungan dengan kurang informasi
tentang proses penyakit, gejala, dan perawatan di rumah.
a) Anjurkan klien untuk minum berusaha minum 1500-2500 ml sehari
kecuali ada kontraindikasi.
b) Ajarkan klien untuk mengukur keluaran urin setiap kali berkemih.

21
c) Instruksikan pada klien untuk tidak membiarkan kandung kemihnya
terlalu penuh.
d) Instruksikan klien untuk tetap berkemih setiap 2-4 jam
e) Instruksikan untuk tetap aktif dan bergerak bila memungkinkan.
f) Ajarkan pada klien tentang pentingnya rawat jalan terus-menerus
g) Ajarkan pada klien untuk mengenal adanya tadna dan gejala infeksi
saluran kemih dan tidak mampu berkemih, kemudian laporkan ke
dokter.
4. Evaluasi
a) Retensi urin berhubungan dengn pembesaran prostat Hail yang
diharapkan adalah klien berkemih dengan jumlah adekuat tanpa
adanya distensi (pembesaran) kandung; jumlah volume urin residu
kurang dari 75-100ml.
b) Resiko infeksi berhubungan dengan penggunaan kateter uin dan/
atau retensi urin.
c) Hasil yang diharapkan adalah suhu dalam rentang normal; urin jernih
dan tanpa bau; dan tidak terjadi distensi kandung kemih.
d) Nyeri berhubungan dengan retensi urin akut
e) Hasil yang diharapkan adalah klien melaporkan menurunnya nyeri;
ekspresi wjah dan posisi tubuh relaks.
f) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang infromasi proses
penyakit, gejala, dan perawatan dirumah. Hasil yang diharapkan
adalah klien atau orang terdekat menyatakan mengerti tentang proses
penyakit, gejala yang perlu dilaporkn ke dokter, dan perawatan
dirumah.

2.3 Pendidikan Kesehatan Pada Pasien Dengan BPH


Edukasi dan promosi kesehatan untuk benign prostatic hyperplasia
terutama untuk menghindari obat yang dapat menyebabkan retensi urin dan
obat herbal, serta menerapkan diet rendah lemak dan tinggi protein.Edukasi
pasien dengan benign prostatic hyperplasia meliputi:

22
1. Menghindari konsumsi obat-obatan yang dapat menimbulkan retensi urin,
seperti anti-histamin dan dekongestan, kecuali atas anjuran dokter. Pasien
harus selalu memberitahukan adanya riwayat benign prostatic hyperplasia
sebelum dokter memberikan obat tertentu.

2. Mengurangi konsumsi cairan, terutama beberapa jam sebelum tidur.


3. Mengurangi konsumsi minuman yang dapat memicu diuresis seperti kafein
dan alkohol.
4. Membiasakan diri untuk miksi ganda, yaitu menunggu beberapa saat
setelah berkemih dan mencoba mulai berkemih kembali.
5. Menghindari kebiasaan mengejan saat miksi.
6. Pasien dengan benign prostatic hyperplasia sering menggunakan obat
herbal, akan tetapi obat-obat tersebut sering kali tidak menunjukkan
manfaat dan tidak disarankan.
7. Pencegahan
Pencegahan benign prostatic hyperplasia dapat dilakukan dengan
menerapkan diet rendah lemak dan tinggi protein. Konsumsi daging merah
dan sayuran juga dapat menurunkan risiko benign prostatic hyperplasia
simtomatik. Pasien-pasien dengan risiko tinggi untuk mengalami benign
prostatic hyperplasia harus menjalani pemeriksaan paling tidak 6 bulan
sekali dan melakukan skrining untuk kanker prostat paling tidak 12 bulan
sekali
Adapun diet untuk Pasien dengan BPH meliputi :
1. Salmon
Ikan salmon mengandung banyak lemak yang sehat, khususnya omega-3.
Zat inilah yang akan mengurangi inflamasi pada tubuh, sehingga
kemungkinan menurunkan pembengkakan pada prostat sangat besar.
2. Tomat
Buah tomat mengandung likopen yang merupakan antioksidan alami.
Kandungan likopen ini dapat menyembuhkan atau menjaga sel pada
prostat.

23
3. Aneka Buah Berry
Berbagai jenis berry juga mengandung antioksidan yang mampu
menangkal radikal bebas dan mengurangi risiko munculnya sel kanker
pada prostat.
4. Kacang-Kacangan
Dengan Porsi yang tepat dan tidak berlebihan, kandungan pada kacang-
kacangan juga mampu menstabilkan testosteron dan DHT.
5. Brokoli
Sayur brokoli merupakan salah satu jenis sayur yang terkenal dengan sifat
anti-kankernya. Brokoli mengandung zat khusus yang disebut dengan
sulforaphanes yang membantu mengurangi risiko kanker prostat.
6. Delima
Dikenal dengan kaya akan zat antioksidan, buah delima mampu membantu
dalam membunuh sel kanker, terutama kanker prostat. Bagi mereka yang
telah menjalani operasi berkaitan dengan kanker prostat, mereka
dianjurkan mengonsumsi delima setiap hari untuk mempercepat proses
penyembuhan.
7. Teh Hijau
Teh hijau mengandung zat antioksidan penting yang disebut dengan
catechin. Zat ini bukan hanya membantu dalam menurunkan kadar
kolesterol, tetapi juga dapat memerangi sel kanker.

2.4. Hasil Penelitian


1. Judul Jurnal : Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
2. Diterbitkan Oleh : Medical Profession Program, Faculty Of Medicine,
Tadulako Univesity – Palu, Indonesia
3. Sumber : https://id.scribd.com/document/430408922/13191-
41548-1-SM
4. Pembahasan Jurnal :
BPH atau benign prostatic hyperplasia sebanarnya merupakan istilah
histopatologis yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel
kelenjar prostat. Diagnosis BPH dapat ditegakkan dengan melakukan

24
anamnesis, pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan colok dubur dan
pemeriksaan penunjang. Baik itu melakukan pemeriksaan darah maupun
pemeriksaan USG dalam kasus ini.
Dari hasil pemeriksaan Rectal Toucher didapatkan Sfingter Ani
Menjepit Pada mukosa teraba massa yang konsistensinya kenyal,
permukaan sedikit tidak rata, batas tegas, puncak agak sulit dicapai. Tidak
teraba nodul. Setelah jari dikeluarkan pada hanscoon Darah, lendir dan
feses tidak ada. Pada pemeriksaan Abdomen dan pemeriksaan Thorax
tidak nampak adanya kelainan.
Dari hasil pemeriksaan penunjang yang paling berperan adalah
pemeriksaan USG, dari hasil USG menunjukkan kesan adanya Hipertrofi
Prostat Grade 3.
Untuk pemeriksaan darah rutin yang dilakukan untuk RBC, HB, WBC,
HCT dan PLT dalam batas normal. Tidak tampak adanya tandatanda
infeksi ataupun anemia. Pengobatan dengan antagonis adrenergik α
bertujuan menghambat kontraksi otot polos prostat sehingga mengurangi
resistensi tonus leher buli-buli dan uretra. Fenoksibenzamine adalah obat
antagonis adrenergik-α non selektif yang pertama kali diketahui mampu
memperbaiki laju pancaran miksi dan mengurangi keluhan miksi.
Penatalaksanaan dalam kasus ini dilakukan prostatectomy karena
hipertrofi prostat Grade 3 sehingga lebih efektif dilakukan prostatectomy
dibandingkan TURP.

2.5. Fungsi Advokasi


1. Sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan, dengan
cara : memastikan informasi yang diberikan pada pasien dipahami dan
berguna bagi pasien dalam pengambilan keputusan, memberikan berbagai
alternatif pilihan disertai penjelasan keuntungan dan kerugian dari setiap
keputusan, dan menerima semua keputusan pasien.

25
2. Sebagai mediator (penghubung) antara pasien dan orang-orang
disekeliling pasien, dengan cara : mengatur pelayanan keperawatan yang
dibutuhkan pasien dengan tenaga kesehatan lain, mengklarifikasi
komunikasi antara pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lain agar setiap
individu memiliki pemahaman yang sama, dan menjelaskan kepada pasien
peran tenaga kesehatan yang merawatnya.
3. Sebagai orang yang bertindak atas nama pasien dengan cara : memberikan
lingkungan yang sesuai dengan kondisi pasien, melindungi pasien dari
tindakan yang dapat merugikan pasien, dan memenuhi semua kebutuhan
pasien selama dalam perawatan.
4. Perawat bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pasien telah
mengetahui cara memelihara kesehatannya.
5. Melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan
keselamatan praktik tidak sah yang melanggar etika
6. Mendukung klien untuk mengupayakan kesembuhannya
7. Mengupayakan hal untuk meningkatkan kesembuhan dan pemulihan klien

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
BPH (benign prostatic hyperplasia) adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh faktor penuaan, dimana prostat mengalami pembesaran memanjang
keatas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan cara
menutupi orifisium uretra.Hingga sekarang masih belum diketahui secara
pasti etiologi/penyebab terjadinya BPH, namun beberapa hipotesis
menyebutkan bahwa BPH erat kaitanya dengan peningkatan kadar
dehidrotestosteron (DHT) dan proses menua.
Terdapat perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia
30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini berkembang, akan terjadi
perubahan patologik anatomi yang ada pada pria usia 50 tahun, dan angka
kejadiannya sekitar 50%, untuk usia 80 tahun angka kejadianya sekitar 80%,
dan usia 90 tahun sekitar 100%.

3.2 Saran
Sebagai tenaga keperawatan hendaknya memberikan suhan keperawatan
dengan semaksimal mungkin agar klien mendapatkan perawatan yang baik
dan maksimal.

27
DAFTAR PUSTAKA

Suharyanto, Toto. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan


SistemPerkemihan. Jakarta Timur. Penerbit Buku Kesehatan

Nursalam & Baticaca, Fransisca B. 2006. Asuhan Keperawatan pada Pasien


dengan Gangguan Sistem Perkemihan.Jakarta : Salemba Medika

https://www.alomedika.com/penyakit/urologi/benign-prostatic-hyperplasia/edukasi-
dan-promosi-kesehatan

28

Anda mungkin juga menyukai