Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/272685035

Ergonomic Design Work Space Analysis of Gunner on Armoured Personnel


Carrier Vehicle in Virtual Environment

Conference Paper · November 2012

CITATIONS READS

0 1,169

3 authors, including:

Akhmad Hidayatno Aisyah Iadha Nuraini


University of Indonesia National Taiwan University of Science and Technology
105 PUBLICATIONS   215 CITATIONS    6 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Urban Sustainability Dynamics View project

Developing Terms of Reference for World Bank's Rice Price Modeling Study View project

All content following this page was uploaded by Akhmad Hidayatno on 13 October 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Seminar Nasional Ergonomi dan Kongres Nasional PEI 2012 ISSN: XXXX-XXXX
Bandung, 13-14 Nopember 2012

ANALISIS ERGONOMI DESAIN RUANG KERJA PENEMBAK PADA


KENDARAAN TEMPUR ARMOURED PERSONNEL CARRIER DALAM
VIRTUAL ENVIRONMENT

Akhmad Hidayatno, Aisyah Iadha Nuraini, Gagas Hariseto Pratomo


Laboratorium Faktor Manusia, Departemen Teknik Industri,
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
Telp. (022) 7275855 ext. 131, Faks. (022) 7278860
E-mail: akhmad@eng.ui.ac.id, aisyahiadhan_ti08@ie.ui.ac.id

ABSTRAKS
Seorang penembak dalam kendaraan tempur pengangkut personil bekerja dalam posisi setengah berdiri pada
keadaan statis dan dalam jangka waktu yang lama. Penelitian ini mengevaluasi dan meredefinisi postur kerja
penembak dalam lingkungan virtual dengan menggunakan software simulasi ergonomi manusia. Redefinisi
postur kerja dilakukan pada penambahan kursi dan pijakan kaki, dengan penyesuaian pada tinggi kursi dan
sudut pijakan untuk mendapatkan konfigurasi kursi yang ideal bagi tentara. Postur duduk yang terbentuk dari
seluruh konfigurasi yang diujikan dinilai dengan menggunakan metode Posture Evaluation Index (PEI). Hasil
penelitian berupa usulan kursi yang ergonomis bagi tentara Indonesia.

Kata Kunci: Ergonomi, Antropometri, Virtual Environment, Posture Evaluation Index, Tentara, Kendaraan
Tempur

1. PENDAHULUAN
Ergonomi dapat didefinisikan sebagai disiplin ilmu yang menaruh perhatian kepada interaksi antara manusia
dengan elemen – elemen lainnya dalam suatu sistem dan profesi yang menggunakan teori, prinsip – prinsip, data
dan metode untuk mendesain sebuah perancangan yang bertujuan untuk mengoptimasikan kesejahteraan
manusia dan kinerja sistem secara keseluruhan (Ergonomic Association, 2000).
Dewasa ini Indonesia telah berhasil mengembangkan kendaraan lapis baja buatan sendiri. Pada tahun 2008
Panser APS-3 Anoa 6 X 6 diperkenalkan kepada publik. Panser ini merupakan kendaraan tempur pengangkut
personil (APC / Armoured Personnel Carrier) dengan sistem penggerak 6 roda simetris yang dirancang khusus
untuk kebutuhan ALUTSISTA TNI-AD. Panser ini merupakan kendaraan lapis baja yang didesain khusus untuk
mengangkut personil tentara ke dalam medan pertempuran. Panser ini dapat mengangkut 10 personil dengan 3
orang kru, 1 driver, 1 commander dan 1 gunner.
Namun, dari segi rancangan tampak jelas bahwa desain kendaraan dibuat berdasarkan adaptasi dari kendaraan
lapis baja buatan Perancis, Véhicule de l'Avant Blindé (VAB). Berdasarkan fakta ini, timbul pertanyaan apakah
pembuatan desain kendaraan ini dilakukan berdasarkan pertimbangan terhadap aspek ergonomis. Salah satu hal
yang harus diperhatikan adalah apakah desain kabin dan kursi penembak sesuai dengan antropometri personil
TNI.
Salah satu aspek adaptasi yang kurang diperhatikan adalah desain area gunner. Sebagai alat pengangkut personel
infanteri dibutuhkan seorang gunner untuk membalas serangan musuh. Gunner pada saat aktif akan bekerja
dalam posisi berdiri, dengan seperempat tubuh bagian atas terekspos keluar kendaraan. Hal ini membuat gunner
berpotensi bekerja dalam posisi setengah berdiri, dikarenakan pelindung yang disediakan tidak cukup tinggi atau
tidak sesuai dengan antropometri TNI. Senjata yang digunakan juga dapat berputar 360 o dan digerakkan secara
manual. Hal ini menambah beban kerja fisik yang harus ditanggung oleh gunner. Saat standby pun tidak
disediakan kursi yang memadai, sehingga gunner tidak mendapat kesempatan mengistirahatkan otot dan sendi
yang terganggu akibat kesalahan postur kerja.

2. DASAR TEORI
Virtual environment (VE) adalah representasi dari sistem fisik yang dihasilkan oleh komputer, yaitu suatu
representasi yang memungkinkan penggunanya untuk berinteraksi dengan lingkungan sintetis sesuai dengan
keadaan lingkungan nyata (Kalawsky, 1993) [2]. Simulasi lingkungan virtual yang baik harus dapat mewakilkan
model manusia virtual dengan lingkunganbaru yang diciptakan dalam lingkungan virtual.
Virtual human adalah model biomekanis yang akurat dari sosok manusia. Model ini, sepenuhnya meniru gerakan
manusia sehingga memungkinkan bagi para peneliti untuk melakukan simulasi aliran proses kerja, dan melihat
bagaimana beban kerja yang diterima model ketika melakukan suatu rangkaian pekerjaan tertentu.
Seminar Nasional Ergonomi dan Kongres Nasional PEI 2012 ISSN: XXXX-XXXX
Bandung, 13-14 Nopember 2012

Aplikasi Jack 6.0, adalah salah satu aplikasi ergonomi yang dapat mensimulasikan bagaimana model manusia
(virtual human) yang berada pada lingkungan virtual (virtual environment) dapat berinteraksi dengan objek dan
lingkungan tersebut, serta mendapatkan respon balik yang tepat dari objek yang dimanipulasi.
Pengembangannya sangat memperhatikan penciptaan model tubuh manusia yang paling akurat dibandingkan
dengan model manusia digital lain yang pernah ada. Dimana, kondisi postur tubuh dan ukuran data antropometri
manusia virtual tersebut dapat disesuaikan dengan manusia nyata yang menjadi model dari simulasi tersebut.

3. METODE PENELITIAN
Tahap pertama dalam penelitian ini adalah melakukan pengumpulan data-data yang akan digunakan dalam
pengerjaan penelitian. Data yang dibutuhkan diantaranya adalah data antropometri hasil penelitian terhadap 245
laki-laki Indonesia (Chuan et al, 2010), postur duduk tentara pada kursi penumpang yang ada di kabin
penumpang serta ukuran dan bentuk kursi penumpang yang ada pada panser.
Data antropometri diperoleh melalui pengukuran langsung terhadap 245 pria Indonesia. Hasil rekapitulasi
pengumpulan data antropometri dapat dilihat pada Tabel 1, dimana pengukuran dilakukan terhadap 37 dimensi
tubuh pada persentil 5, 50, dan 95.
Kemudian untuk data spesifikasi kabin penumpang beserta kursi penumpang diperoleh melalui pengukuran
langsung terhadap kendaraan tempur tipe APC (Armoured Personnel Carrier) yang dilakukan di lapangan.
Gambar desain kabin dan kursi penumpang dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Dimensi Kabin Penembak Kendaraan Tipe APC (dalam mm)

Tahap kedua adalah pengolahan data terhadap data yang telah dikumpulkan. Pengolahan data ini dilakukan
dengan mensimulasikan postur duduk pada software Jack 6.1. Langkah awal pembuatan simulasi pada Jack 6.1
adalah dengan membuat lingkungan kerja virtual (dalam penelitian ini lingkungan kerja terdiri dari ruang
penembak kendaraan tempur tipe APC). Pembuatan lingkungan kerja virtual berupa model ruang penembak
dengan menggunakan software NX 6.0. Kemudian bentuk visual kursi yang telah dibuat dalam NX 6.0
diterjemahkan ke dalam lingkungan virtual dalam software Jack 6.1. Langkah selanjutnya adalah membuat
model manusia virtual yang akan diujikan yaitu manisia terkecil persentil 5 dan manusia terbesar persentil 95.
Pembuatan model dengan persentil tersebut agar dapat mengakomodasi manusia terkecil hingga manusia
terbesar.
Setelah itu model manusia diposisikan pada ruang penembak. Simulasi dilakukan pada ruang awal dan ruang
konfigurasi, dimana ukuran konfigurasi dirancang menurut ukuran antropometri penembak.
Seminar Nasional Ergonomi dan Kongres Nasional PEI 2012 ISSN: XXXX-XXXX
Bandung, 13-14 Nopember 2012

Gambar 2. Tampilan Simulasi Jack 6.1

Konfigurasi ruang penembak awal dan usulan dibuat berdasarkan variabel-variabel yang mengacu pada elemen
yang akan ditambahkan pada ruang penembak yaitu kursi dan pijakan kaki. Variabel konfigurasi antara lain
tinggi kursi dan tinggi pijakan kaki. Selanjutnya variabel kursi tersebut akan diujikan pada software Jack 6.1.
Variabel ini diujikan pada model manusia persentil 5 dan 95, untuk mengakomodasi konsep design for extreme,
dan pada posisi maksimum dan minimum senjata yaitu pada sudut -5o dan 45o. Berikut ini merupakan dasar
perubahan variabel kursi yang akan diujikan:
a. Tinggi Kursi
Seperti yang telah disebutkan pada dasar teori, tinggi kursi ditentukan berdasarkan tinggi dari tanah hingga
belakang lutut/betis (popliteal height). Namun pada kasus ini tinggi kursi diukur dari ujung kepala hingga dasar
bokong. Tinggi kursi optimal pada persentil 5 adalah 31 cm, dan pada persentil 95 adalah 47 cm, maka
konfigurasi tinggi kursi yang diusulkan adalah 31cm dan 47 cm.
b. Ketinggian Pijakan Kaki
Kursi yang diusulkan dalam konfigurasi ini adalah kursi ayunan, sehingga akan membuat kaki penembak
menggantung. Kaki menggantung dapat menyebabkan tekanan yang besar pada bagian paha, sehingga tidak baik
untuk kesehatan. Pijakan kaki dengan ketinggian yang tepat dapat menjadi jalan keluar yang baik pada kasus ini.
Dalam konfigurasi yang akan dibuat menggunakan tinggi pijakan kaki 18 dan 28 cm.
Tabel 1. Daftar Konfigurasi
Konfigurasi Persentil Posisi Tuas Tinggi Kursi (cm) Tinggi Pijakan Kaki (cm)
1A -5
5
1B 45
18
1C -5
95
1D 45
47
2A -5
5
2B 45
28
2C -5
95
2D 45
3A -5
5
3B 45
18
3C -5
95
3D 45
31
4A -5
5
4B 45
28
4C -5
95
4D 45
Seminar Nasional Ergonomi dan Kongres Nasional PEI 2012 ISSN: XXXX-XXXX
Bandung, 13-14 Nopember 2012

Setelah menentukan variabel-variabel yang akan diubah dalam pembuatan konfigurasi, langkah selanjutnya yaitu
membuat kombinasi dari variabel-variabel tersebut terhadap persentil 5 dan 95. Rancangan konfigurasi yang
akan diujikan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Keseluruh simulasi ini kemudian dianalisis nilai ergonomisnya menggunakan Task Analysis Toolkit pada Jack,
yaitu pengukuran nilai LBA (Lower Back Analysis), OWAS (Ovako Working Posture Analysis), dan RULA
(Rapid Upper Limb Assessment). Ketiga nilai ini kemudian dikombinasikan untuk menghasilkan nilai PEI
(Posture Evaluation Index), yang merupakan nilai ergonomi postur manusia secara keseluruhan.

PEI = I1 + I2 + I3.mr (1)

mr = 1,42 (2)

Nilai I1 adalah indeks dari nilai LBA yang dinorrmalisasi dengan batas maksimum menurut NIOSH yaitu 3400
N. Nilai I2 juga dinormalisasi dengan nilai maksimal OWAS yaitu 4.
Untuk RULA, dikalikan dengan amplification factor sebesar 1,42. Pengalian dengan amplification factor
dikarenakan tubuh bagian atas mengalami beban ergonomi paling besar dibandingkan dengan bagian tubuh lain.
Secara keseluruhan, semakin kecil nilai indeksnya, maka semakin ergonomis suatu postur kerja.

4. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil Analisa PEI
Setelah dilakukan simulasi dan analisis pada Jack, diperoleh nilai indeks ergonomi yang terdapat pada Tabel 2.
Terdapat masing-masing 9 konfigurasi (termasuk aktual) yang diujikan pada dua persentil manusia.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil PEI

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa setiap konfigurasi mempunyai nilai SSP diatas 90%, yang berarti
bahwa postur duduk yang dilakukan dengan menggunakan setiap konfigurasi model desain kursi penumpang
dapat dilakukan oleh lebih dari 90% populasi tentara Indonesia baik persentil 5 maupun persentil 95.
Seminar Nasional Ergonomi dan Kongres Nasional PEI 2012 ISSN: XXXX-XXXX
Bandung, 13-14 Nopember 2012

2.5

1.5

0.5

0
Konfigurasi Konfigurasi Konfigurasi Konfigurasi
1 2 3 4
Persentil 5, Elevasi -5 1.79 1.79 2.13 2.13
Persentil 5, Elevasi 45 1.72 1.72 2.11 2.11
Persentil 95, Elevasi -5 2.29 1.88 2.69 2.72
Persentil 95, Elevasi 45 2.68 2.63 2.8 2.8

Gambar 3. Grafik Perbandingan Nilai PEI Seluruh Konfigurasi

Nilai OWAS semua konfigurasi berada pada tingkat critical posture antara 2-3. Hal ini menunjukkan bahwa
postur kerja saat ini secara nyata membahayakan sistem muskuloskeletal manusia, dan konfigurasi yang
diusulkan belum memberi efek yang signifikan, sehingga tindakan perbaikan perlu dilakukan sesegera mungkin.
Nilai RULA terkecil terjadi pada konfigurasi 2C yaitu sebesar 5. Nilai RULA terlihat stabil dengan nilai 5 untuk
kesemua konfigurasi persentil 5 dan 7 untuk semua konfigurasi persentil 95. Nilai ini menunjukkan masih
belum efektifnya rekomendasi konfigurasi yang ada sehingga dibutuhkan adanya kajian lebih lanjut.
Nilai LBA yang diperoleh mengalami nilai yang fluktuatif, baik pada persentil 5 maupun persentil 95 dari
konfigurasi 1 hingga konfigurasi 4. Perubahan yang fluktuatif yang terjadi dipengaruhi oleh kebengkokan dari
tulang belakang yang disebabkan oleh tinggi kursi, tinggi pijakan kaki, serta posisi tuas senjata. Penurunan LBA
terbesar terjadi pada konfigurasi 2, dimana tinggi kursi 47 cm dan tinggi pijakan 28 cm. Maka berdasarkan
hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa, penambahan kursi dapat menyebabkan pengurangan pada beban
yang dialami oleh tulang belakang.

Berdasarkan nilai yang diperoleh dari hasil LBA, OWAS, dan RULA, maka didapat nilai PEI untuk masing-
masing konfigurasi dengan menggunakan persamaan pada persamaan yang telah dijelaskan pada bab 2. Nilai
PEI yang besar terjadi pada konfigurasi 3 dan 4 yaitu 2,795. Dengan demikian jika ditinjau dari nilai PEI, dapat
dikatakan konfigurasi 3 dan 4 sebagai desain yang paling tidak ergonomis.
Selain itu, nilai PEI pada konfigurasi 2 memiliki nilai PEI terkecil, berkisar antara nilai 1,872 hingga nilai
2,627. Perubahan nilai PEI pada umumnya tidak mengalami perubahan yang cukup berarti dikarenakan nilai
dari OWAS dan RULA yang relatif stabil. Perbedaan yang terjadi dipengaruhi oleh nilai LBA yang cukup
fluktuatif.

Ditemukan juga bahwa perubahan pada tinggi pijakan kaki tidak mempengaruhi nilai PEI yang didapat karena
tidak berpengaruh langsung pada struktur tulang belakang yang mempengaruhi nilai LBA. Sementara tinggi
kursi jelas terlihat perbedaannya dimana untuk tinggi kursi 47 cm lebih ergonomis dibandingkan tinggi kursi 31
cm.
Setelah dilakukan perhitungan nilai PEI untuk seluruh konfigurasi, kemudian dilanjutkan dengan perbandingan
seluruh hasil nilai PEI yang didapat, maka dapat disimpulkan bahwa desain kursi penembak panser yang
mengalami perubahan tinggi kursi sebesar 47 cm, dan tinggi pijakan kaki 28 cm akan menghasilkan nilai PEI
terendah. Hal tersebut menunjukkan konfigurasi 2 merupakan desain kursi penembak panser dan pijakan kaki
yang paling ergonomis bagi penembaknya.

2. Pembuatan Model Kursi


Setelah meninjau hasil analisis diatas, kini sudah diperoleh 2 variabel ukuran kursi penembak panser, yaitu tinggi
kursi dan tinggi pijakan kaki yang ergonomis. Untuk membuat model kursi baru, tentu diperlukan ukuran-ukuran
kursi lainnya, yaitu kedalaman dudukan, lebar kursi itu sendiri, serta kedalaman dan lebar pijakan kaki.
Seminar Nasional Ergonomi dan Kongres Nasional PEI 2012 ISSN: XXXX-XXXX
Bandung, 13-14 Nopember 2012

Model kursi yang akan dibuat mengacu metode design for extreme, dengan menggabungkan ukuran
antropometri dari pria dengan persentil 5 dan pria dengan persenti 95. Berikut adalah penjelasan mengenai
ukuran komponen kursi yang akan dibuat dalam penelitian ini.

a. Seat Depth (Kedalaman dudukan)


Kedalaman dudukan, atau disebut juga seat depth, disesuaikan dengan buttock-popliteal length manusia. Adapun
buttock-popliteal length adalah panjang dari belakang bokong hingga bagian belakang lutut/betis. Namun pada
kasus ini tidak memungkinkan adanya kedalaman dudukan yang mendukung hingga bagian belakang lutut
karena alasan aksesibilitas. Oleh karena itu ukuran disubstitusikan dengan ukuran chest depth. Panjang yang
digunakan adalah panjang manusia terbesar (pria persentil 95) agar area bokong dapat ditopang sempurna saat
duduk. Ukuran chest depth priaIndonesia persentil 95 adalah 27cm. Oleh karena itu, kedalaman dudukan kursi
ditetapkan sepanjang 27 cm.
b. Seat Width (Lebar kursi)
Lebar kursi untuk kursi penembak panser ini ditentukan menurut perhitungan lebar kursi persentil 95. Adapun
ukuran anthropometri yang digunakan untuk lebar kursi adalah lebar bahu. Ini dikarenakan lebar dudukan kursi
akan sama dengan lebar sandaran, dimana lebar sandaran menggunakan acuan ukuran bahu. Untuk kasus ini,
digunakan shuolder breadth orang terbesar, yaitu laki-laki persentil 95. Ukuran shoulder breadth pria Indonesia
persentil 95 adalah 52 cm. Oleh karena itu lebar kursi ditetapkan sepanjang 52 cm.
c. Foot Support Depth (Kedalaman Pijakan Kursi)
Kedalaman pijakan kaki menggunakan ukuran panjang kaki manusia, dengan spesifik pada ukuran persentil 95
agar menyokong ukuran manusia terbesar. Panjang kaki pria Indonesia pada persentil 95 adalah 29 cm. Oleh
karena itu ditetapkan kedalaman pijakan kaki sepanjang 29 cm.
d. Foot Support Width (Lebar Pijakan Kaki)
Kedalaman pijakan kaki menggunakan ukuran dua kali lebar kaki manusia, ditambahkan dengan standar deviasi,
dengan spesifik pada ukuran persentil 95 agar menyokong ukuran manusia terbesar. Lebar kaki pria Indonesia
pada persentil 95 adalah 12 cm dengan standar deviasi 3,96 cm. Oleh karena itu ditetapkan kedalaman pijakan
kaki sepanjang 28 cm.

Tabel 4. Rekapitulasi Dimensi Kursi Penumpang Aktual dan Redesain


Variabel Dimensi
Tinggi Kursi 47 cm
Kedalaman dudukan 27 cm
Lebar Kursi 52 cm
Tinggi Pijakan Kaki 28 cm
Kedalaman Pijakan Kaki 29 cm
Lebar Pijakan Kaki 28 cm

Berikut ini merupakan model kursi penembak panser yang ergonomis berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan.

Gambar 4. Desain Kursi Penembak Kendaraan Tempur Tipe APC yang Ergonomis

5. Kesimpulan
Dari penelitian “Analisis Ergonomi Desain Ruang Kerja Penembak pada Kendaraan Tempur Armoured
Personnel Carrier (APC) dalam Virtual Environment” dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Seminar Nasional Ergonomi dan Kongres Nasional PEI 2012 ISSN: XXXX-XXXX
Bandung, 13-14 Nopember 2012

a. Penembak pada kendaraan tempur pengangkut personel tidak bekerja dalam posisi yang ergonomis. Hal ini
disebabkan oleh terbatasnya ruang yang tersedia pada kabin penembak, dan sangat beresiko menyebabkan
WMSD..
b. Nilai PEI yang dihasilkan dari postur kerja pada kursi penembak panser aktual adalah sebesar 2,573 untuk
persentil 5 dan 2,804 untuk persentil 95.
c. Hasil perbandingan PEI kondisi aktual dan konfigurasi usulan didapatkan nilai PEI terkecil pada konfigurasi
kedua dengan nilai PEI sebesar 1,785 pada posisi tuas -5 derajat dan 1,721 pada posisi tuas 45 derajat untuk
persentil 5, dan 1,877 pada posisi tuas 10 derajat dan 2,634 pada posisi tuas 225 derajat untuk persentil 95.

Berdasarkan konfigurasi dengan nilai PEI terkecil tersebut, didapatkan bahwa ketinggian kursi penembak terbaik
adalah sebesar 47 cm, ketinggian pijakan kaki yang terbaik adalah sebesar 28 cm.

PUSTAKA
Caputo, F., Di Gironimo, G., Marzano, A. Ergonomic Optimization of a Manufacturing System Work Cell in a
Virtual Environment. Acta Polytechnica Vol. 46 No. 5/2006. 2006
Chuan, Tan Kay., Hartono, Markus., Kumar, Naresh., (). International Journal of Industrial Ergonomics.
Anthropometry of the Singaporean and Indonesian populations. National University of Singapore. 2010
Kalawsky, R. The Science of Virtual Reality and Virtual Environments. Gambridge: Addison Wesley Publishing
Company. 1993
The International Ergonomics Association. The Discipline of Ergonomics. www.iea.cc. 2000

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai