Anda di halaman 1dari 27

KEPERAWATAN ANAK

“ASUHAN KEPERAWATAN RETINOBLASTOMA”

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Andra Saferi Wijaya, M.Kep

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1

1. ADE SETIAWAN (P05120218045)


2. ARIF DARYANTO (P05120218047)
3. ARMANDA OGILVI ALVAREZA (P05120218048)
4. AYU INDRASEPTIAWATI (P05120218049)
5. BALQIS PURNAMA DONA (P05120218051)
6. BELLA SAMYA DWI PUTRI (P05120218052)

KELAS : 2B D3 KEPERAWATAN

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BENGKULU

DIII KEPERAWATAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rezeki dan kesehatan kepada kami sehingga kami mempunyai
kesempatan untuk menyelesaikan pembuatan Asuhan Keperawatan yang dibuat
untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Anak. Adapun
materi yang kami buat adalah " Asuhan Keperawatan Retinoblastoma ”

Kami menyadari dan meyakini bahwa tugas ini masih jauh dari kata
sempurna. Masih banyak kekurangan dan kesalahan yang kami sadari atau pun
yang tidak kami sadari. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran, agar
di masa yang akan datang kami bisa membuat Asuhan Keperawataan yang lebih
baik lagi. Namun begitu, meskipun tugas ini jauh dari kata sempurna kami
berharap agar sedikit banyaknya dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu dan mendukung dalam pembuatan tugas ini. Demikian sedikit kata
pengantar dari kami atas perhatian para pembaca sekalian kami mengucapkan
terima kasih.

Bengkulu, 09 April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar........................................................................................................i
Daftar isi.................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1
C. Tujuan ..................................................................................................................1
Bab II Tinjauan Pustaka........................................................................................3
A. Pengertian.............................................................................................................3
B. Klasifikasi.............................................................................................................3
C. Etiologi.................................................................................................................4
D. Patofisiologi.........................................................................................................4
E. Manifestasi Klinis ................................................................................................5
F. Pemeriksaan Penunjang........................................................................................5
D. Penatalaksanaan...................................................................................................6
F. Komplikasi............................................................................................................9
Bab III Asuhan Keperawatan..................................................................................
A. Pengkajian..............................................................................................................
B. Diagnosa keperawatan............................................................................................
C. Intervensi keperawatan...........................................................................................
Bab IV Penutup ........................................................................................................
A. Kesimpulan ...........................................................................................................
B. Saran ......................................................................................................................
Daftar pustaka...........................................................................................................

ii
iii
Praktek Profesi Keperawatan Anak

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang paling
sering dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan
kebutaan, melainkan juga kematian. Di negara berkembang, upaya pencegahan dan
deteksi dini belum banyak dilakukan oleh para orang tua. Salah satu sebabnya adalah
pengetahuan yang masih minim mengenai penyakit kanker tersebut
Retinoblastoma adalah tumor intraokuler maligna primer masa anak yang paling
lazim. Retinoblastoma terjadi pada kira-kira 1 dalam 18.000 bayi. 250-300 kasus baru
terdiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat. Terdapat pola transmisi herediter dan non-
herediter, tidak ada prediksi jenis kelamin atau ras. Tumor terjadi bilateral pada 25-35 %
kasus. Umur rata-rata saat diagnosis untuk tumor bilateral adalah 12 bulan, kasus
unilateral didiagnosis pada rata-rata umur 21 bulan. Kadang-kadang, tumor ditemukan
saat lahir, saat remaja, atau bahkan pada masa dewasa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Retinoblastoma?
2. Apa saja klasifikasi Retinoblastoma?
3. Apa etiologi dari Retinoblastoma?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari Retinoblastoma?
5. Bagaimana patofisiologi dari Retinoblastoma?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Retinoblastoma?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Retinoblastoma?
8. Apa saja komplikasi Retinoblastoma?
9. Bagaimana asuhan keperawatan Retinoblastoma?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Retinoblastoma
2. Untuk mengetahui klasifikasi Retinoblastoma
3. Untuk mengetahui etiologi dari Retinoblastoma
4. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis Retinoblastoma
5. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari Retinoblastoma
6. Untuk menegtahui pemeriksaan penunjang Retinoblastoma
7. Untuk menegtahui bagaimana penatalaksanaan dari Retinoblastoma
8. Untukmengetahuikomplikasi Retinoblastoma
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Retinoblastoma

By. Andra Saferi Wijaya, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Retinoblastoma merupakan tumor endo-okular pada anak yang mengenai syaraf
embrionik retina. Secara histologis retinoblastoma muncul dari sel-sel retina imatur yang
dapat meluas ke struktur lain dalam bola mata hingga ekstraokular. Retina tidak memiliki
sistem limfatik, sehingga penyebaran tumor retina baik secara langsung ke organ sekitar
(vitreus, uvea, sklera, nervus optikus, bilik mata depan, orbita, parenkim otak) maupun
metastasis jauh melalui rute hematogen. (Permono, Sutaryo, Ugrasena, Windiastuti, &
Abdulsalam, 2006).
Retinoblastoma, yang muncul dari retina adalah tumor intraocular kongenital
ganas yang paling umum terjadi pada masa kanak-kanak (Wong, 2009).
Retinoblastoma merupakan tumor ganas intraokular yang ditemukan pada
anakanak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retino
embrional (Mansjoer, 2005).
B. Klasifikasi
Menurut Reese-Ellsworth, retino balastoma digolongkan menjadi
1. Golongan I
a. Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter pupil.
b. Tumor multiple tidak lebih dari 4dd,dan terdapat pada atau dibelakang ekuator
2. Golongan II
a. Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator
b. Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator
3. Golongan III
a. Beberapa lesi di depan ekuator
b. Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil
4. Golongan IV
a. Tumor multiple sebagian besar > 10 dd
b. Beberapa lesi menyebar ke anterior ke ora serrata
5. Golongan V
a. Tumor masif mengenai lebih dari setengah retina
b. Penyebaran ke vitreous
Menurut Grabowski dan Abrahamson, membagi penderajatan berdasarkan tempat
utama dimana retinoblastoma menyebar sebagai berikut :
1. Derajat I intraokular
a. tumor retina.
b. penyebaran ke lamina fibrosa.

By. Andra Saferi Wijaya, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak

c. penyebaran ke ueva.
2. Derajat II orbita
a. Tumor orbita : sel sel episklera yang tersebar, tumor terbukti dengan biopsi.
b. Nervous optikus.
C. Etiologi
Retinoblastoma terjadi secara familiar atau sporadik. Namun dapat juga
diklasifikasikan menjadi dua subkelompok yag berbeda, yaitu bilateral atau unilateral dan
diturunkan atau tidak diturunkan. Kasus yang tidak diturunkan selalu unilateral,
sedangkan 90 % kasus yang diturunkan adalah bilateral, dan unilateral sebanyak 10%.
Gen retinoblastoma (RBI) diisolasi dari kromosom 13q14, yang berperan sebagai
pengatur pertumbuhan sel pada sel normal. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen
penekan tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan. Kanker bisa menyerang salah satu
mata yang bersifat somatic maupun kedua mata yang merupakan kelainan yang
diturunkan secara autosom dominant. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak
(melalu saraf penglihatan/nervus optikus).
D. Patofisiologi
Gen RB1 merupakan tumor supresor pertama yang dikloning. RB1 tersusun dari
183 kilobase DNA genomic, 27 exons dan kode untuk 110 kd protein p110, dengan 928
asam amino. Pengaturan transkripsi dan proliferasi sel berhubungan dengan fosforilasi
protein RB. Yang terlibat dalam proses tersebut adalah E2F1, faktor transkripsi yang
mengatur siklus sel selama G1, histone deasetilase 1, dan downstream cell-cycle-speific
kinases. Hilangnya pRB mengakibatkan sel-sel lepas kendali dan mitosis (Lanzkowsky
2016). Pada kebanyakan sel, hilangnya pRB dapat dikompensasi dengan mengekspresikan
faktor protein lainnya. Akan tetapi, khusus pada prekursor sel kerucut retina, mekanisme
kompensasi cukup minim, sehingga mitosis sel menyebabkan kanker (Permono et al.,
2006).
E. Manifestasi Klinis
1. Leukokoria merupakan keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan.
2. Tanda dini retinoblastoma adalah mata juling, mata merah atau terdapatnya warna iris
yang tidak normal.
3. Tumor dengan ukuran sedang akan memberikan gejala hipopion, di dalam bilik mata
depan, uveitis, endoftalmitis, ataupun suatu panoftalmitis.
4. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola mata.
5. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.
6. Tajam penglihatan sangat menurun.
7. Nyeri

By. Andra Saferi Wijaya, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak

8. Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca sehingga badan
kaca terlihat benjolan berwarna putih kekuning-kuningan dengan pembuluh darah di
atasnya.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. USG orbita
USG orbita biasanya digunakan untuk menentukan ukuran tumor. USG
orbita dapat juga mendeteksi kalsifikasi diantara tumor dan berguna untuk
menyingkirkan diagnose Coat’s disease.
2. CT-scan dan MRI
CT-scan dan MRI orbita dan kepala, sangat berguna untuk mengevaluasi
seluruh komponen mata, dan keterlibatan SSP. CT-scan dapat mendeteksi
klasifikasi sedangkan MRI tidak bisa. MRI lebih berguna dalam evaluasi nervus.
optikus, deteksi Rb trilateral dan Rb ekstraokular.
3. Aspirasi dan biopsi sumsum tulang
Aspirasi dan biopsi serta lumbal fungsi sangat disarankan untuk
pemeriksaan sitologi apabila ada penyebaran ekstraokuler
G. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk
retinoblastoma. Pemasangan bola mata palsu dilakukan beberapa minggu setelha
prosedur ini, untuk meminimalkan efek kosmetik. Bagaimanapun, apabila enukleasi
dilakukan pada dua tahun pertama kehidupan, asimetri wajah akan terjadi karena
hambatan pertumbuhan orbita. Bagaimanapun, jika mata kontralateral juga terlibat
cukup parah, pendekatan konservatif mungkin bisa diambil. Enukleasi dianjurkan
apabila terjadi glaukoma, invasi ke rongga naterior, atau terjadi rubeosis iridis, dan
apabila terapi local tidak dapat dievaluasi karena katarak atau gagal untuk mengikuti
pasien secara lengkap atau teratur. Enuklasi dapat ditunda atau ditangguhkan pada
saat diagnosis tumor sudah menyebar ke ekstraokular. Massa orbita harus dihindari.
Pembedahan intraocular seperti vitrektomi, adalah kontraindikasi pada pasien
retinoblastoma, karena akan menaikkan relaps orbita.
2. External beam radiotherapy (EBRT)
Retinoblastroma merupakan tumor yang radiosensitif dan radioterapi
merupakan terapi efektif lokal untuk khasus ini. EBRT mengunakan eksalator linjar
dengan dosis 40-45 Gy dengan pemecahan konvensional yang meliputi seluruh
retina. Pada bayi mudah harus dibawah anestesi dan imobilisasi selama prosedur ini,
dan harus ada kerjasama yang erat antara dokter ahli mata dan dokter radioterapi
untuk memubuat perencanan. Keberhasilan EBRT tidak hanya ukuran tumor, tetapi
tergantung teknik dan lokasi. Gambaran regresi setelah radiasi akan terlihat dengan

By. Andra Saferi Wijaya, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak

fotokoagulasi. Efek samping jangka panjang dari radioterapi harus diperhatikan.


Seperti enuklease, dapat terjadi komplikasi hambatan pertumbuhantulang orbita, yang
akhirnya akan meyebabkan ganguan kosmetik. Hal yang lebih penting adalah terjadi
malignasi skunder.
3. Radioterapi plaque
Radioaktif episkeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 I sekarang
makin sering digunakan untuk mengobati retinoblastoma. Cara itu biasanya
digunakan untuk tumoryang ukurannya kecil sa,pai sedang yang tidak setuju dengan
kryo atau fotokoagulasi, pada kasus yang residif setelah EBRT, tetapi akhir-akhir ini
juga digunakan pada terapi awal, khusunya setelah kemoterapi. Belum ada bukti
bahwa cara ini menimbulkan malignansi sekunder.
4. Kryo atau fotokoagulasi
Cara ini digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm) dan
dapat diambil. Cara ini sudah secara luas digunakan dan dapat diulang beberapa kali
sampai kontrol lokal terapi. Kryoterapi biasanya ditujukan unntuk tumorbagian
depan dan dilakukan dengan petanda kecil yang diletakkan di konjungtiva. Sementara
fotokoagulasi secara umum digunakan untuk tumor bagian belakang baik
menggunakan laser argon atau xenon. Fotokoagulasi tidak boleh diberikan pada
tumor dekat makula atau diskus optikus, karena bisa meninggalkan jaringan parut
yang nantinya akan menyebabkan ambliopi. Kedua cara ini tidak akan atau sedikit
menyebabkan komplikasi jangka panjang.
5. Modalitas yang lebih baru
Pada beberapa tahun terakhir,banyak kelompok yang menggunakan
kemoterapi sebagai terapi awal untuk kasus interaokular, dengan tujuan untuk
mengurabgi ukuran tumor dan membuat tumor bisa diterapi secara lokal. Kemoterapi
sudah dibuktikan tidak berguna untuk kasus intraocular, tetapi dengan menggunakan
obat yang lebih baru dan lebih bisa penetrasi ke mata, obat ini muncul lagi.
Pendekatan ini digunakan pada kasus-kasus yang tidak dilakukan EBICT atau
enukleasi, khususnya kasus yang telah lanjut. Carboplatin baaik sendiri atau
dikombinasi dengan vincristine dan VP16 atau VM26 setelah digunakan. Sekarang
kemoreduksi dilakukan sebagai terspi awal kasus retinoblastoma bilateral dan
mengancam fungsi mata.
6. Kemoterapi
Protocol adjuvant kemoterapi masih kontrovensial. Belum ada penelitian yang
luas, prospektif dan random. Sebagian besar penelitian didasarkan pada sejumlah
kecil pasien dengan perbedaan resiko relaps. Selain itu juga karena kurang
diterimanya secra luas sistem stadium yang dibandingkan dengan berbagai macam

By. Andra Saferi Wijaya, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak

variasi. Sebagian besar penelitian didasarkan pada gambaran factor risiko secara
histopatologi.
Penentuan stadium secara histopatologi setelah enukleasi sangat penting untuk
menentukan risiko relaps. Banyak peneliti memberikan kemoterapi adjuvant untuk
pasien-pasien retinoblastoma intraokular dan memiliki faktor risiko potensial seperti
nervus optikus yang pendek (< 5 mm), tumor undifferentiated, atau invasi ke nervus
optikus prelaminar. Kemoterapi ingtratekal dan radiasi intracranial untuk mencegah
penyebaran ke otak tidak dianjurkan.
Apabila penyakitnya sudah menyebar ke ekstraokuler, kemoterapi awal
dianjurkan. Obat yang digunakan adalah carboplatin, cis;platin, etoposid, teniposid,
sikofosfamid, ifosfamid, vinkristin, adriamisin, dan akhir-akhir ini adalah
dikombinasi dengan idarubisin. Meskipun laporan terakhir menemukan bahwa invasi
keluar orbita dan limfonodi preauricular dihubungkan dengan keluaran yang buruk,
sebagian besar pasien ini akan mencapai harapan hidup yang panjang dengan
pendekatan kombinasi kemoterapi, pembedahan, dan radiasi. Meskipun remisi bisa
dicapai oleh pasien dengan metastasis, biasanya mempunyai kehidupan pendek. Hal
ini biasanya dikaitkan dengan ekspresi yang belebihan p 170 glikoprotein pada
retinoblastoma, yang dihubungkan dengan multidrug resistance terhadap kemoterapi.
H. Komplikasi
Komplikasi retinoblastoma antara lain rubeosis iridis dengan glaucoma,
dislokasi lensa ke anterior, uveitis, endooftalmitis, dan pseudoinflamasi. Gejala-
gejala inflamasi ini dapat terjadi akibat pertumbuhan retinoblastoma yang bersifat
endofitik, dan sel-sel tumor lepas ke korpus vitreous dan bilik mata depan serta
menyebabkan inflama

By. Andra Saferi Wijaya, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN RETINOBLASTOMA

Kasus Retino Blastoma Pada Anak


Seorang anak An. A berumur 4 tahun di diagnosa  retino blastoma pada retina
dexstra satu tahun yang lalu. Tujuh  bulan yang lalu, mata kanan An T di lakukan 
operasi pengangkatan tumor . An T masuk rumah sakit karena di mata kirinya terdapat
bercak putih di mata tengahnya. Matanya  menonjol terdapat  stabismus.  Anak  T mata
kirinya visusnya 1/60 dan dari hasil pemriksaan patologi anatomi d temukan metastase ke
otak dan mata kiri. Dari keterangan keluarga, ternyata nenek pasien pernah menderita
kanker servix.

I. Pengkajian
I.1. Identitas Data
Nama : An. A
No RM : 198765510976
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tpt/tgl. Lahir : 08 April 2016
BB/PB : 14kg/96,9 cm
Anak Ke : 2 (dua)
Pendidikan : Belum Sekolah
Dx. Medis : Retino Blastoma

Nama Ibu : Hartati Mulnia


Umur : 30 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : S2 Keperawatan

Nama Ayah : Surya Pratama


Umur : 33 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : S2 Keperawatan
Alamat : Jl.Kenanga No 77 Rt/Rw 07/008

Data Fokus

I.2. Alasan Masuk.


Keluhan utama yang di rasakan pasien adanya penurunan fungsi penglihatan

By. Andra Saferi Wijaya, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak

I.3. Riwayat Kesehatan sekarang


Satu tahun yang lalu pasien mengalami retino blastoma di mata sebelah
kanan. Kemudian dilakukan tindakan operasi pengangkatan mata. Saat ini di mata
kiri pasien terdapat retino blastoma. Terdapat bintik putih pada mata tepatnya pada
retina, terjadi penonjolan,dan terdapat stabismus.

I.4. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran


a. Riwayat Prenatal
Pada saat prenatal ibu dari An A yaitu hartati sering mengalami
kelelahan, ketidaknyamanan karena perubahan faktor hormonal yang
abnormal dan vomiting
b. Riwayat Intranatal
Anak lahir secara spontan (Normal), proses persalinan dengan tenaga
ibu itu sendiri tanpa alat bantu serta tidak melukai ibu dan bayi
berlangsung kurang dari 24 jam
c. Riwayat Postnatal
Kondisi fisik ibu mengalami nyeri pada skala 3 namun tidak ada
perdarahan pervaginam ataupun ancaman yang mengancam
I.5. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pemeriksaan Fisik
 B1               : Breathing (Respiratory System) Normal
 B2              : Blood (Cardiovascular system) Normal
 B3              : Brain (Nervous system)nyeri kepala, visus 1/60, strabismus,
bola mata menonjol
 B4               : Bladder (Genitourinary system) Normal
 B5               : Bowel (Gastrointestinal System)  Normal
 B6               : Bone (Bone-Muscle-Integument)
Gejala           : kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas.

I.6. Riwayat Kesehatan Keluarga

Dari keterangan keluarga di temukan data bahwa nenek dari pasien pernah
menderita kanker servix.

- Genogram

By. Andra Saferi Wijaya, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak

- Keterangan = Perempuaan = Retinoma Blastoma

= Laki-Laki

= Penyakit servixs

I.7. Riwayat Sosial


Riwayat Biopsikososial spiritual pada anak baisanya Perasaan tidak
percaya diri ,berbeda dengan teman sebayanya.Sehingga menyebabkan anak
menjadi murung, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung

I.8. Riwayat Tumbuh Kembang


Anak tumbuh kembang seperti anak pada usianya hanya saja terdapat
gangguaan pada sistem penglihatannya dan terjadi keterhambatan perkembangan
otak karena di otak terdapat tumor berdiameter 4,4 diameter pada otak

I.9. Pemeriksaan Fisik


- Keadaan Umum : Compos Mentis (GCS E : 3 V : 4 M : 5)
- BB : Normal lk (4 tahun) 12,7-21,2 kg
- TB : Normal lk (4 tahun) 94,9-111,7 cm
- TTV : N : Normal 65-110x/menit
R : Normal 20-25
S : Normal 36,1-37,9 Celcius
- Kepala : Kontribusi rambut lebat, hitam , tidak ada perubahan kontur
- Mata : Mata merah, berair, bengkak, kelopak mata menurun dan pupil
melebar, penglihatan terganggu atau mata kelihatan juling
- Telinga : Simetris, tidak ada lessi dan terdapat membrane tympani
- Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada peradangan
- Mulut : Gigi lengkap,Lidah berwarna merah mudah

By. Andra Saferi Wijaya, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak

- Leher : Tidak ada pembesaran KGB dan Thyroid


- Thoraks/dada : Ekspansi Paru-Paru simeteris
- Paru-paru : Vibrasi dada kiri dan kanan sama besar
- Jantung : Ic 5 teraba halus dan tidak telalu terlihat
- Abdomen : Bising usus peristaltik dan tidak teraba benjolan
- Punggung : warna merata serta tidak ada pembengkakan
- Genitalia : distibusi besi, warna merata dan tidak ada massa (Normal)
- Anus dan rectum : lubang anus dan rectum pada posisinya
- Integument : Baik, CRT < 3 detik
- Ekstremitas : Tidak mengalami gangguan pergerakan
- Reflek : Morro (+)
- Tonus/aktifitas : Tenang dan Menangis lemah
I.10. Pemeriksaan penunjang /diagnostic
a. Laboratorium
Tanggal Jenis Hasil Nilai normal
Pemeriksaan pemeriksaan

03 -03- 1. USG orbita Diameter 4-10 dd Tidak terdapat


2020 pada atau belakang diameter tumor
ekuator

29-03- 2. CT-scan - Bola pipih


dan MRI Tidak ada vitreous
2020 rata di sisi
(perdarahan),hyphe
posterior
ma
sehingga
anterior/posterior,
adanya
tidak ada
pecahan
detamasen koroid
cairan vitreus
dan ablasi rentina
- Kepadatan
ruang
anterior lebih
tinggi
menunjukkan
hyphema
- Adanya area
kepadatan
tinggi tubuh
vitreous yang

By. Andra Saferi Wijaya, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak

mengindikasi
perdarahan

10-04-
2020 < 4,0-5,5 juta sel 4,0-5,5 juta sel darah
3. Aspirasi
dan biopsi darah merah per merah per microliter
sumsum
microliter darah darah
tulang

b. Diagnostil lainnya
An A mengalami Retino Blastoma dengan ukuran tumor 4,4 diameter dan
nyeri pada skala 3
I.11. Terapi
Nama Terapi Dosis Keterangan

1. Pembedahan
(Sesuai anjuran dokter) Pemasangan
bola mata palsu
dilakukan
beberapa
minggu setelha
prosedur

2. External beam Radioterapi


merupakan
radiotherapy (EBRT) terapi efektif
lokal untuk
dosis 40-45 Gy dengan khasus ini.
pemecahan EBRT
konvensional yang mengunakan
meliputi seluruh retina eksalator linjar

Digunakan
untuk tumor
3. Radioterapi plaque yang ukurannya
kecil sampai

By. Andra Saferi Wijaya, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak

sedang yang
tidak setuju
dengan kryo
atau
60 Co, 106 Ro, 125 I
fotokoagulasi,
pada kasus yang
residif setelah
EBRT.

Di gunakan
untuk
mengobati
tumor kecil
(kurang dari 5
mm) dan dapat
diambil. Cara
ini sudah secara
luas digunakan
dan dapat
diulang
beberapa kali
sampai kontrol
lokal terapi
4. Kryo atau fotokoagulasi
(Sesuai indikasi)

I.12. Kebutuhan Dasar Sehari-hari


No Jenis Kebutuhan Di Rumah Di Rumah Sakit

By. Andra Saferi Wijaya, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak

1 Oksigenasi Tidak ada masalah Tidak ada masalah

2 Nutrisi dan Cairan 3x sehari 2x sehari

3 Eliminasi Tidak ada masalah Tidak ada masalah

4 Istirahat dan Tidur 7 jam/ hari 5 jam/ hari

5 Aktivitas/Mobilitas Tidak ada masalah Keterbatasan gerak

6 Rasa nyaman Nyeri skala 4 Nyeri skala 3

7 Personal Hygiene Sehari/2x 2 hari/1x

I.13. Ringkasan Riwayat Keperawatan

II. Analisa Data


A. Analisis Data
No Data Interprestasi Masalah
1. Data Subjektif : Gangguan penerimaan Gangguan persepsi
 Pasien mengeluh buram sensori pada lapisan sensori penglihatan
saat melihat sesuatu. fotoreseptor
Data objektif : ↓
 Visus mata kiri 1/60 Ketajaman penglihatan
  menurun
2. Data subjektif: Keterbatasan lapang pandang Resiko cedera (trauma)
 Klien mengeluh ↓
pandanganya kabur Resiko tinggi cedera
Data objektif :
 Tajam penglihatan menurun

3. Data subjektif : Retinoblastoma Nyeri  Kronis


 Mengeluh nyeri di bagian ↓
mata kiri
 Keluhan nyeri saat Metastase lewat aliran darah
menggerakan mata ↓
Data objektif : Ke otak
 Ekspresi meringis
 Sering menangis
 Bola mata menonjuol
4. Data subjektif : Perubahan penampilan Gangguan citra diri
 Klien mengeluh malu setelah operasi
 Klien mengeluh takut ↓

By. Andra Saferi Wijaya, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak

Data objektif : Malu


 Rasa percaya diri berkurang ↓
 Menutup diri Gangguan citra diri
5. Data objektif : Pembatasan aktivitas Risiko keterlambatan
 Kurang percaya diri ↓ perkembangan
 Suka menyendiri Fungsi motorik terganggu

Kurang percaya diri

Risiko keterlambatan
perkembangan

III. Diagnosa Keperawatan yang muncul


1. Gangguan persepsi sensorik penglihatan berhubungan dengan gangguan penglihatan
mata
2. Resiko cidera, berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif
3. Nyeri kronis berhubungan dengan metastase ke otak, penekanan tumor ke arah otak.
4. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan penampilan pasca operasi 
5. Risiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan pembatasan aktivitas.

By. Andra Saferi Wijaya, S.Kep


DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO KEPERAWA IMPLEMENTASI EVALUASI
TAN TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI
Praktek Profesi Keperawatan Anak
1 Gangguan Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi status sensori
persepsi keperawatan selama 3 x 24 jam, dan tingkat kenyamanan
jaringan diharapkan fungsi sensori serta kaji skala nyeri
berhubungan membaik. 2. Diskusikan tingkat toleransi RENCANA
dengan terhadap beban sensori TINDAKAN
seperti pencahyaan KEPERAWATAN
penglihatan
3. Gunakan pendekatan yang
menenangkan untuk stimulus
Kriteria Hasil: lingkungan
4. Berikan informasi tentang
1. Pasien mampu meningkatkan
jadwal aktifitas hariaan dan
ketajaman penglihatan waktu istirahat
2. Identifikasi fungsi pendengaran 5. Jelaskan semua prosedur
3. Mengidentifikasi presepsi tindakan dalam satu waktu
stimulus kulit atau sesuai kebutuhan dan
4. Memanajemen rangsangan apa yang dirasakan
terhadap presepsi kepala 6. Dorong keluarga untuk
5. Monitoring posisi kepala menemani anak
meminimalisasi lingkungan
7. Berikan kesempatan untuk
orang tua dalam melakukan
kolaborasi tindakan/prosedur
8. Libatkan orang tua
pemberiaan obat terhadap
anak

2 Risiko cidera Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi kesiapan dan


berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam, kemampuaan dalam
denganperub diharapkan untuk mengetahu menerima informasi
ahan fungsi tingkat cedera. 2. Jelaskan dan berikan
kognitif pendidikan kesehatan
sebelum melakukan
prosedur
3. Jelaskan cara mencegah
Kriteria Hasil: infeksi nasokomial
4. Diskusikan prosedur dan
1. Ekspresi wajah kesakitan ada
berikan kesempatan untuk
pada skala 3 bertanya
By. Andra Saferi Wijaya,
2. S.Kep
Terjadi gangguan kongnitif 5. Libatkan keluarga pasien
karena tumor berdiamter 4,4 dalam pencegahan cedera
diameter melalui implementasi sistem
3. Peningkatan gangguan keselamatan pada pasien
Praktek Profesi Keperawatan Anak

N Rencana Keperawatan
o Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi rasionalisasi

……………………………… ………………………………………… …………………………………………………… ……………………………………………………


……………………………… ………………………………………… …………………………………………………… ……………………………………………………
……………………………… ………………………………………… …………………………………………………… ……………………………………………………
……………………………… ………………………………………… …………………………………………………… ……………………………………………………
……………………………… ………………………………………… …………………………………………………… ……………………………………………………
……………………………… ………………………………………… …………………………………………………… ……………………………………………………
……………………………… ………………………………………… …………………………………………………… ……………………………………………………
……………………………… ………………………………………… …………………………………………………… ……………………………………………………
……………………………… ………………………………………… …………………………………………………… ……………………………………………………
……………………………… ………………………………………… …………………………………………………… ……………………………………………………
……………………………… ………………………………………… …………………………………………………… ……………………………………………………
……………………………… ………………………………………… …………………………………………………… ……………………………………………………
……………………………… ………………………………………… …………………………………………………… ……………………………………………………
…………….. ………………………………………… …………………………………………………… ……………………………………………………
………………………….... ………………………………………… …………………………………………………… ……………………………………………………
……………………………… ………………………………………… …………………………………………………… ……………………………………………………

By. Andra Saferi Wijaya, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak

……………………………… ………………………………………… …………………………………………………….. ……………………………………………………


……………………………… ………………………………………… …………………………………………………… ……………………………………………………
……………………………… ………………………………………… …………………………………………………… ……………………………………………………
……………………………… ………………………………………… …………………………………………………… ……………………………………………………
……………………………… ………………………………………… …………………………………………………… ……………………………………………………
……………………………… ………………………………………… …………………………………………………… ……………………………………………………
……………………………… ………………………………………… …………………………………………………… ……………………………………………………
……………………………… ………………………………………… …………………………………………………… ……………………………………………………
……………… ……………… ………………………………… …………………………………….

I. Catatan Perkembangan
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

…………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………


…………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
…………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
…………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
…………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
…………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
…………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
…………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
…………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………

By. Andra Saferi Wijaya, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak

…………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………


…………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
…………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
…………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
…………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
…………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
…………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
…………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
…………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
…………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
…………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
…………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
…………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
…………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
…………………………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
……………………………… ………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
………………….……… ………………………………

By. Andra Saferi Wijaya, S.Kep


Praktek Profesi Keperawatan Anak

By. Andra Saferi Wijaya, S.Kep


II. Analisa Data
No Data Interpretasi Masalah

……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………

1
…………………………………………………………

III. Diagnosa Keperawatan yang muncul


…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………

2
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Retinoblastoma merupakan tumor ganas intraokular yang
ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun.
Tumor berasal dari jaringan retino embrional Retinoblastoma adalah
salah satu penyakit kanker primer pada mata yang paling sering
dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat
mengakibatkan kebutaan, melainkan juga kematian.
Pasien dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara
intensif dan perlunya pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit
tersebut tidak mengalami komplikasi. Dan kita sebagai perawat harus
mampu memberikan edukasi tentang gejala dini retinoblastoma agar
dapat segera diobati.
B. Saran

3
Diharapkan dengan adanya Asuhan Keperawatan Retinoblastoma
ini semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca
khususnya mahasiswa keperawatan. Semoga dengan dibuatnya tugas ini
dapat dijadikan sumber literatur yang layak digunakan untuk mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner& Suddarth,2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi


8.Volume 2. Jakarta : EGC.
J.Corwin, Elizabeth.2009.Buku Saku Patofisiologi.Edisi III . Jakarta :
Kedokteran EGC.
Price & Wilson. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta: EGC
Mansjoer, A., et. al. 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi III,
Cetakan IV, Media Aekulapius. FK-UI, Jakarta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017. Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia cetakan II (SDKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuaan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
cetakan II (SLKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuaan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia cetakan II (SDKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuaan Perawat Nasional Indon

Anda mungkin juga menyukai