OLEH :
KELOMPOK 5
SALEHUDIN FITRAH
PRODI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat,bimbingan,dan penyertaanya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Judul makalah ini ialah ”Prinsip Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Ditinjau Dari Sosial
Budaya .” Makalah ini berisi tentang pengertian pengelolaan hutan, pengertian pengelolaan hutan
berbasis masarakat, dan prinsip pengelolaan hutan berbasis masyarakat ditinjau dari sosial budaya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah sosiologi.
Penulis menyadari bahwa pembahasan hanya pada batasan permasalahan pada makalah ini,
sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan penulis untuk melengkapi makalah ini baik dari segi
teori,metode, dan analisis sehingga dapat menjadi acuan referensi bagi peneliti selanjutnya.
.
Kupang, February 2020
Penulis
DAFTAR ISI
KOVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
1.4. Manfaat Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengelolaan Hutan
2.2 Pengertian Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat
2.3 Prinsip Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat di Tinjau Dari Sosial
Budaya
Prinsip pengelolaan hutan dewasa ini telah mengalami perubahan mendasar, Prinsip
dasar pengelolaan hutan sepanjang tiga dasawarsa yang berbasis pada negara (State Based
Forest Management/SBFM) terbukti telah menimbulkan berbagai krisis di bidang
kehutanan yang ujung ujungnya mengancam kelestarian Sumber Daya Alam. Prinsip dasar
pengelolaan hutan berbasis negara secara konseptual memberikan kewenangan dan
dominasi negara yang sangat besar untuk mengatur dan mengontrol. setiap kegiatan
pengelolaan hutan. Prinsip ini juga cenderung menjadikan hutan sebagai sebuah unit
ekonomi bagi keuntungan jangka pendek dengan perencanaan yang kaku. Dalam
operasionalisasi kegiatannya biasanya dicirikan dengan sistem pengelolaan hutan yang
bersifat sentralistik, atas bawah dan seragam. Hal ini secara langsung merefleksikan
paradigma pembangunan yang dianut oleh negara yaitu paradigma pertumbuhan ekonomi.
Fakta di atas menunjukan bahwa marginalisasi masyarakat, baik dalam hal kewenangan,
partisipasi dan distribusi manfaat pengelolaan hutan justru menjadi salah satu sebab
timbulnya krisis kehutanan. Karena itu, sangat diperlukan adanya perubahan paradigma
pembangunan kehutanan yang lebih menitikberatkan pada sistem pengetolaan hutan yang
berbasis pada masyarakat. Prinsip dasar tersebut seringkali disebut dengan pengelolaan
hutan berbasi masyarakat (Community Based Forest management atau CBFM).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1) Pengertian pengelolaan hutan berbasis masyarakat?
2) Begaimana prinsip pengelolaan hutan berbasis masyarakat ditinjau dari sosial
budaya?
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan makalah adalah sebagai
berikut.
1) Menjelaskan apa itu pengelolaan hutan berbasis masyarakat.
2) Mendeskripsikan pengelolaan hutan berbasis masyarakat ditinjau dari
sosial budaya.
1.4. Manfaat
1) Menambah pengetahuan bagi penulis tentang pengelolaan hutan berbasis
masyarakat ditinjau dari sosial budaya.
2) Menambahkan referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Pengertian
Karena hutan rakyat ini dipandang kedepan memiliki potensi besar dalam kegiatan
rehabilitasi lahan maupun konsevasi alam. Perlu dipahami, bahwa dengan masyarakat yang
sejahtera maka hutan akan lestari dengan sendirinya).
1.2. Prinsip pengelolahan hutan berbasis masyarakat ditinjau dari sosial budaya.
Prinsip dasar pengelolahan hutan berbasis masyarakat adalah pradigma pembagunan
kehutanan yang bertumpuh pada pemberdayaan ekonomi rakyat.
Pengelolaan Hutan berbasis Masyarakat (PHBM) sebagai suatu konsep hutan yang di
dalamnya sarat dengan perwujudan pengakuan hak masyarakat .
Pada prinsipnya terdapat beberapa alasan yang mendasari pentingnya peran masyarakat dalam
pengelolaan hutan, yaitu:
1. Masyarakat yang tinggal di kawasan hutan memiliki motivasi yang kuat sebagai
penerima insentif yang paling bernilai untuk melindungi hutan dibandingkan pihak-
pihak lain karena hutan sendiri menyangkut keberlanjutan kehidupan mereka;
2. Masyarakat yang tinggal di kawasan hutan memiliki pengetahuan asli bagaimana
memelihara dan memanfaatkan sumber daya hutan yang ada di dalam habitat
mereka;
3. Masyarakat yang tinggal di kawasan hutan memiliki hukum adat untuk ditegakkan
secara turun menurun;
4. Masyarakat yang tinggal di kawasan hutan memiliki kelembagaan adat yang
mengatur interaksi harmonis antara mereka dengan ekosistem yang ada di hutan;
5. Sebagian dari masyarakat yang tinggal di kawasan hutan sudah memiliki organisasi
dan jaringan kerja untuk membangun solidaritas di antara komunitas-komunitas
masyarakat adat, dan juga mengorganisasikan dukungan politis dan teknis dari pihak-
pihak luar;
6. Masyarakat yang tinggal di kawasan hutan dilindungi UUD 1945 yang
mengharuskan negara mengakui, menghormati dan melindungi hak-hak tradisional
(hak-hak asal usul, menurut penjelasan Pasal 18 UUD 1945 sebelum diamandemen),
dan diposisikan sebagai Hak Azasi Manusia (HAM) baik dalam Pasal 28 I ayat (3)
sesuai dengan standar HAM dalam berbagai instrumen internasional
7. dengan memperhatikan aspirasi dan mengikutsertakan masyarakat telah menjadi
gagasan yang mendasar. Pemerintah wajib mendorong peran serta masyarakat
melalui berbagai kegiatan di bidang kehutanan yang berdaya guna dan berhasil guna
(Pasal 70 UU Kehutanan No. 41 Tahun 1999). Dalam ketentuan Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 (Peraturan ini direvisi menjadi PP No. 3/2008)
8. tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan
Hutan, Kementerian Kehutanan mengeluarkan program Pemberdayaan Masyarakat
Setempat. Dalam PP 6/2007 Jo PP 3/2008 tersebut diamanatkan bahwa
pemberdayaan masyarakat setempat ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
Maka penyelenggaraan kehutanan dengan memperhatikan aspirasi dan mengikutsertakan
masyarakat dalam pengelolahan hutan maka dari itu Pemerintah wajib mendorong peran
masyarakat melalui berbagai kegiatan di bidang kehutanan seperti Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan.
Tetapi dalam hal ini ada dua hal penting yang harus diperhatikan, yaitu peningkatan
kapasitas dan pemberian akses kepada masyarakat terhadap sumber daya hutan yang ada
disekitarnya. Kebijakan dan program pembangunan kehutanan harus dikembalikan pada konstitusi,
yaitu sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Bentuk peran masyarakat dalam bidang
kehutanan yang harus didorong oleh pemerintah salah satunya adalah pembangunan hutan berbasis
masyarakat agar memiliki rasa saling percaya antara masyarakat dengan pemerintahan dan
mekanisme pengorganisasiannya juga membuka partisipasi sederajat antar warga dan ada aturan
yang jelas dan dipatuhi bersama tentang ganjaran dan sangsi yang harus dilaksanakan secara
konsisten agar komunitas desa hutan ini dapat berfungsi secara berkelanjutan jika diwarnai oleh tiga
unsur utama yaitu saling percaya, jaringan sosial dan pranata bersama yang dapat memelihara
kerjasama kolektif karena adanya ganjaran dan sanksi yang diimplementasikan secara konsisten dan
berkeadilan.