Anda di halaman 1dari 11

Nama : Nindya Syafira Ekatiwi

NIM : 1806851
Pendidikan Manajemen Perkantoran 2018 A

Persediaan Logistik
A. Pengertian
1. Pengertian Inventory Menurut Koher, Eric L.A adalah bahan baku dan penolong,
barang jadi dan barang dalam produksi dana barang-barang yang tersedia, yang dimiliki
dalam perjalanan dalam tempat penyimpanan atau konsinyasikan kepada pihak lain pada
akhir periode
2. Pengertian Inventory Menurut Ristono (2009) adalah suatu teknik untuk manajemen
material yang berkaitan dengan persediaan
3. Pengertian Inventory Menurut Lalu Sumayang (2003) Adalah simpanan material
yang berupa bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi
4. Pengertian Inventory Menurut Hani Handoko (2000) adalah suatuistilah umum yang
menunjukan segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi yang disimpan
dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan.(Imaniyati, n.d.)
5. Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan
dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-
barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan bahan baku
yang masih menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi (Ruauw, 2011)
6. Persediaan (Inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukan segala sesuatu atau
sumber daya-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap
pemenuhan permintaan (Sulaiman & Nanda, 2015)
7. Persediaan merupakaan suatu aktiva yang meliputi barang – barang milik satu perrusaan
dengan maksud untuk dijual dalam suatu priode usaha yang normal, atau persediaan
bahan baku yang masih menunggu penggunannya dalam suatu proses produksi atau
juga“persediaan adalah sebuah investasi modal yang dibutuhkan untuk menyimpan
material pada kondisi tertentu”.(Renta et al., 2013)
B. Fungsi Persediaan
Secara umum inventory berfungsi untuk mengelola persediaan barang dagangan yang selalu
mengalami perubahan jumlah dannilai melalui transaksi-transaksi pembelian dan
penjualan(Imaniyati, n.d.). Namun ada fungsi persediaan secara khusus,yaitu :
1. Fungsi Decoupling
Fungsi ini memungkinkan bahwa perusahaan akan dapat memenuhi kebutuhannya atas
permintaan konsumen tanpa tergantung pada suplier barang.
2. Fungsi Economic Lot Sizing
Tujuan dari fungsi ini adalah pengumpulan persediaan agar perusahaan dapat berproduksi
serta menggunakan seluruh sumber daya yang ada dalam jumlah yang cukup dengan
tujuan agar dapat mengurangi biaya perunit produk. Pertimbangan yang dilakukan dalam
persediaan ini adalah penghematan yang dapat terjadi pembelian dalam jumlah banyak
yang dapat memberikan potongan harga, serta biaya pengangkutan yang lebih murah
dibandingkan dengan biaya-biaya yang akan terjadi, karena banyaknya persediaan yang
dipunyai.
3. Fungsi Antisipasi
Perusahaan sering mengalami suatu ketidakpastian dalam jangka waktu pengiriman
barang dari usaha lain, sehingga memerlukan persediaan pengamanan (safety stock), atau
mengalami fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan sebelumnya yang didasarkan
pengalaman masa lalu akibat pengaruh musim, sehubungan dengan hal tersebut
sebaiknya mengadakan persediaan musiman.
3 Fungsi tersebut dalam jurnal (Ruauw, 2011)
4. Fungsi Decoupling
Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi-operasi perusahaan internal dan
eksternal mempunyai kebebasan (independence). Persediaan decouples ini
memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung
pada supplier.
5. Fungsi Economic Lot Sizing
Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan membeli sumber
dayasumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya-biaya per unit.
Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan-penghematan (potongan
pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan
melakukan pembelian pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan
biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, risiko
dan sebagainya) (Tuerah, 2014)
6. Fungsi persediaan terbagi atas empat jenis yaitu : Fungsi Pemisah Wilayah, Fungsi
Decoupling, Fungsi Penyeimbang dengan Permintaan, dan Fugsi Penyangga. (Siska &
Syafitri, 2014)
C. Mengapa Perlu Manajemen Persediaan?
Diperlukan manajemen persediaan agar perusahaan bisa menentukan jumlah persediaan yang
optimal dengan mengeluarkan biaya yang sangat rendah namun masih bisa memenuhi
kebutuhan.(Imaniyati, n.d.). Ada 3 alasan perlunya persediaan bagi perusahaan,yaitu :
1. Adanya ketidakpastian permintaan (permintaan mendadak)
2. Adanya ketidakpastian dari pemasok atau supplier
3. Adanya ketidakpastian tenggang waktu pemesanan
Oleh sebab itu perlunya di “manage” dalam persediaan agar proses suatu barang lebih
efektif dan efisien serta tidak terjadi penumpukkan atau kesusahan dalam mendapatkan
suatu barang (Produksi, 2008)
Adapun Faktor lain mengapa manajamen persediaan sangat penting,yaitu:
1. Terjadinya perbedaan antara proses produksi dan kebutuhan penjualan yang sangat sulit
dipertemukan. Permasalahan antara produksi dan penjualan selalu terjadi di perusahaan
tekstil manapun. Hal tersebut terjadi karena:
a. Proses produksi bersifat konstan, tetap, linier, terjadwal, terukur, jelas dan dapat
diprediksi
b. Proses penjualan bersifat fluktuatif yang terkadang tinggi dan terkadang rendah
sehingga terkadang perlu keahlian tertentu untuk memprediksi terhadap permintaan
yang terjadi Contoh permasalahan yang muncul adalah :
1) Permintaan barang jadi secara cepat, segera, urgent atau lebih cepat dari lead
time (waktu proses) produksi
2) Permintaan barang jadi melebihi kapasitas produksi
2. Terjadinya Kegagalan Produksi Tingkat kegagalan produksi pada perusahaan tekstil
cenderung tinggi karena banyak sekali permasalahan yang menyebabkan terjadinya
kegagalan tersebut, dapat terjadi karena :
a. Material (benang, obat, air, dll)
b. Manusia (keahlian, ketelitian, kedisiplinan, dll)
c. Mesin (setting, keseuaian mesin dengan produk yang dibuat, dll)
d. Metode (prosedur atau intruksi kerja dalam melakukan proses tersebut)
e. Lingkungan (lokasi area mesin atau area proses produksi, seperti; suhu ruangan,
debu, dll)
3. Lead Time Pembelian Barang Dalam pembelian barang ada hal yang sangat penting
diperhatikan yaitu lead time pembelian barang. Lead time pembelian barang itu
diperhitungkan mulai dari pemesanan barang sampai barang tersebut diterima. Factor-
faktor yang mempengaruhi lead time tersebut antara lain :
a. Ketersediaan barang
b. Waktu pengiriman
(Ir.R.Budi Setiawan,M.M., 2010)
D. Tujuan Persediaan
1. Menghilangkan pengaruh ketidakpastian
2. Mempersiapkan stok apabila ada keperluan mendadak
3. Mengantisipasi perbuhan harga pada pasar produksi
4. Memberi waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian
5. Untuk mengantisipasi perubahan pada permintaan dan penawaran (Bayi et al., 2020)
6. Pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin sehinga menginginkan persediaan
dalam jumlah yang banyak.
7. Produksi beroperasi secara efisien. Hal ini mengimplikasikan order produksi yang tinggi
akan menghasilkan persediaan yang besar (untuk mengurangi set up mesin). Disamping
itu juga produk menginginkan persediaan bahan baku, setengah jadi atau komponen yang
cukup sehingga proses produksi tidak terganggu karena kekurangan bahan.
8. Pembelian (Purchasing) dalam rangka efisiensi, menginginkan persamaan produksi yang
besar dalam jumlah sedikit dari pada pesanan yang kecil dalam jumlah yang banyak.
Pembeliaan ini juga ingin ada persediaan sebagai pembatas kenaikan harga dan
kekurangan produk.
9. Keuangan (Finance) menginginkan minimasi semua bentuk investasi persediaan karena
biaya investasi dan efek negatif yang terjadi pada perhitungan pengembalian aset (return
of asset) perusahaan.
10. Personalia (Personel and industrial relationship) menginginkan adanya persediaan untuk
mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja dan PHK tidak dilakukan.
11. Rekayasa (Enginerring) menginginkan persediaan minimal untuk mengantisipasi jika
terjadi perubahan rekayasa enginerring. (Sulaiman & Nanda, 2015)
Disamping itu tujuan dari persediaan adalah :
1. Ketepatan Waktu Pemenuhan Permintaan
2. Ekonomis
3. Antisipasi Permintaan Tidak Terduga. (Ir.R.Budi Setiawan,M.M., 2010)
E. Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan
1. Jumlah dana yang tersedia, ketersediaan dana yang dimiliki sangat berpengaruh terhadap
prioritas pembelian persediaan, item apa yang urgen untuk dibeli dan item apa yang
masih bisa ditunda.
2. Lead time, waktu tunggu barang yang dipesan sampai barang diterima
3. Frekuensi penggunaan, semakin sering digunakan, semakin kecil persediaan yang
tersedia
4. Daya tahan persediaan, persediaan yang memiliki daya tahan yang lemah seperti buah,
daging dan barang sejenis harus segera cepat dikeluarkan/dijual/digunakan (Imaniyati,
n.d.)

F. Fungsi Manajemen Persediaan


1. Memastikan persediaan tersedia (safety stock)
2. Mengurangi risiko keterlambatan dalam pengiriman persediaan
3. Mengurangi risiko harga yang fluktuatif
4. Memperoleh diskon dari pemesanan dalam jumlah yang banyak
5. Menyesuaikan pembelian dengan jadwal produksi
6. Mengantisipasi perubahan yang terjadi pada penawaran maupun permintaan
7. Mengantisipasi permintaan mendadak
8. Menjaga jumlah persediaan yang hanya tersedia musiman, sehingga ketika bahan sedang
tidak musim, perusahaan masih memiliki persediaan barang tersebut.
9. Mengawasi pesanan persediaan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, bisa dikembalikan
ke supplier bila tidak cocok.
10. Menjaga komitmen terhadap customer agar barang bisa diproduksi dengan waktu dan
kualitas yang diminta
11. Menentukan kuantitas persediaan yang harus di simpan untuk berjaga jaga (Imaniyati,
n.d.)

G. Aktivitas Dalam Manajemen Persediaan


1. Memastikan persediaan cukup
2. Efisisiensi biaya persediaan
3. Memastikan persediaan diperlakukan dengan optimal(Imaniyati, n.d.)

H. Biaya Persediaan
1. Biaya Pembelian (Purchasing Cost)
Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau mendapatkan
barang. Biaya tersebut diperhitungkan mulai dari pencarian pemasok sampai barang
tersebut berada di tempat. Biaya- biaya pemesanan secara terperinci meliputi :
a. Proses pemesanan dan biaya ekspedisi
b. Upah
c. Biaya telpon
d. Pengeluaran surat menyurat
e. Biaya pengepakan dan penimbangan
f. Biaya peneriksaan (inspeksi) penerimaan
g. Biaya pengiriman kegudang (Renta et al., 2013)
2. Biaya penyimpanan (Storage Cost) Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang
timbul akibat menyimpan barang. Biaya ini meliputi:
a. Biaya Modal Penumpukan barang di gudang berarti penumpukan modal, dimana
modal perusahaan memiliki ongkos (expense) yang dapat diukur dengan suatu bunga
bank. Oleh karena itu biaya yang ditimbulkan karena memiliki persediaan harus
diperhitungkan dalam suatu biaya sistem persediaan. Biaya memiliki persediaan
diukur sebagai persentase nilai persediaan untuk periode waktu tertentu.
b. Biaya Gudang Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga
timbul biaya gudang. Bila gudang dan peralatannya disewa maka biaya gudangnya
merupakan biaya sewa sedangkan bila perusahaan mempunyai gudang sendiri maka
biaya gudang merupakan biaya depresiasi.
c. Biaya Kerusakan dan Penyusutan Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan
dan penyusutan karena beratnya berkurang atau jumlahnya berkurang karena hilang.
Biaya kerusakan dan penyusutan biasanya diukur dari pengalaman sesuai
persentasenya.
d. Biaya Kadaluarsa (Absolence) Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan
nilai karena penurunan kualitas akibat penyimpanan sehingga pada saat dijual harga
akan menjadi turun atau perlu diberikan diskon dengan kata lain terjadi penurunan
nilai jual terhadap barang tersebut
e. Biaya Asuransi Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga dari hal-hal yang
tak diinginkan seperti kebakaran. Biaya asuransi tergantung jenis barang yang
diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi.
f. Biaya Administrasi dan Pemindahan Biaya ini dikeluarkan untuk
mengadministrasikan persediaan barang yang ada, baik pada saat pemesanan,
penerimaan barang maupun penyimpanannya dan biaya untuk memindahkan barang
dari, ke, dan di dalam tempat penyimpanan, termasuk upah buruh dan biaya peralatan
handling. (Ir.R.Budi Setiawan,M.M., 2010)
I. Teknis Manajemen Dalam Mengatur Persediaan Perusahaan ?
Dapat Menggunakan beberapa metode,yaitu :
1. Metode EOQ (economic order quantity)
2 DS
Rumus yang digunakan untuk menghitung EOQ adalah sebagai berikut : EOQ=
√ H
D = Total Penggunaan Bahan Baku
S = Biaya pemesanan setiap kali pesan (Rp)
H = Biaya penyimpanan (Rp)
Untuk Menganalisis titik pemesanan kembali dengan Teknik ROP, dengan rumus: ROP =
Lead time x kuantitas pemakaian per hari.(Warisman et al., 2011)
2. Besarnya Total Persediaan :
TIC = Total Inventory Cost
TIC = √ 2 DSH
D = Jumlah kebutuhan bahan baku selama setahun (ball)
S = Biaya pesan untuk setiap pemesanan (Rp)
H = Tarif biaya penyimpanan perunit tiap periode (Rp)

Perhitungan total biaya persediaan berdasarkan kebijakan perusahaan


TIC = (Pengunaan rata-rata) (C) + (P) (F)
Dimana:
C = Biaya penyimpanan
P = Biaya pemesanan tiap kali pesan
F = Frekuensi pembelian yang dilakukan perusahaan (Cheng et al., 2018)

3. Metode MRP (material Requirement planning)

Keterangan:
a. GR : Gross Requirement (kebutuhan kotor) Adalah keseluruhan jumlah item
(komponen) yang diperlukan pada satu periode.
b. OH : On Hand (persediaan di tangan) Adalah jumlah persediaan akhir suatu periode
dengan memperhitungkan jumlah persediaan yang ada ditambah dengan jumlah item
yang akan diterima.
c. NR : Net Requirement (kebutuhan bersih) Adalah jumlah kebutuhan bersih dari suatu
item yang diperlukan agar dapat memenuhi kebutuhan kasar pada suatu periode yang
akan datang.
d. PORec : Plant Order Receipts (Rencana penerimaan pesanan) Adalah jumlah item
yang akan masuk sesuai dengan pemesanan.
e. PORel : Planned Order Release (Rencana Pemesanan) Adalah jumlah item yang
direncanakan untuk dipesan agar memenuhi perencanaan masa datang. (Anggriana,
2015)
4. Metode JIT (just in time)
Menurut Patrick Brisley (2000), terdapat empat aspek penting dalam JIT:
a. Penghapusan semua kegiatan yang tidak menambah nilai produk atau jasa.
b. Diperlukan suatu komitmen untuk tingkat kualitas yang lebih tinggi.
c. Diperlukan suatu komitmen untuk perbaikan terus menerus dalam efisiensi kegiatan.
d. Penekanan pada penyederhanaan dan meningkatkan pengidentifikasian terhadap
aktivitas yang tidak menambah nilai.
Menurut Taufik Hidayanto (2007), tujuan utama dari JIT adalah menghilangkan
pemborosan dan konsisten dalam meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu
penggunaan istilah JIT seringkali diartikan dengan “zero inventories”. JIT pada dasarnya
berusaha menghilangkan semua biaya (pemborosan) yang tidak memberikan nilai tambah
terhadap produk yang dihasilkan. Untuk mencapai tujuan JIT tersebut, diperlukan asumsi
sebagai berikut:
a. Ukuran lot kecil
b. Konsistensi kualitas tinggi
c. Pekerja dapat diandalkan
d. Persediaan menjadi minimum atau sebisa mungkin menjadi nol
e. Mesin dapat diandalkan
f. Rencana produksi stabil
g. Kepastian jadwal operasi
h. Keseragaman komitmen dan pandangan antara manajemen perusahaan dan karyawan,
di mana memiliki komitmen yang tinggi terhadap penerapan JIT yang dilakukan di
perusahaan (Sakkung & Sinuraya, 2011)
5. Metode analisa ABC
Berdasarkan hukum Pareto, analisis ABC dapat menggolongkan barang berdasarkan
peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, dan kemudian dibagi menjadi
kelas-kelas besar terprioritas; biasanya kelas dinamai A, B, C, dan seterusnya secara
berurutan dari peringkat nilai tertinggi hingga terendah, oleh karena itu analisis ini
dinamakan “Analisis ABC”. Umumnya kelas A memiliki jumlah jenis barang yang
sedikit, namun memiliki nilai yang sangat tinggi.
Dalam hal ini, saya akan menggunakan tiga kelas, yaitu: A, B, dan C, di mana besaran
masing-masing kelas ditentukan sebagai berikut (Sutarman, 2003, pp. 144–145):
a. Kelas A, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 15-20% dari  total
seluruh barang, tetapi merepresentasikan 75-80% dari total nilai uang
b. Kelas B, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 20-25% dari total
seluruh barang, tetapi merepresentasikan 10-15% dari total nilai uang
c. Kelas C, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 60-65% dari total
seluruh barang, tetapi merepresentasikan 5-10% dari total nilai uang.
Adapun langkah-langkah atau prosedur klasikasi barang dalam analisis ABC adalah sebagai
berikut:

a. Menentukan jumlah unit untuk setiap tipe barang.


b. Menentukan harga per unit untuk setiap tipe barang.
c. Mengalikan harga per unit dengan jumlah unit untuk menentukan total nilai uang dari
masing-masing tipe barang.
d. Menyusun urutan tipe barang menurut besarnya total nilai uang, dengan urutan pertama
tipe barang dengan total nilai uang paling besar.
e. Menghitung persentase kumulatif barang dari banyaknya tipe barang.
f. Menghitung persentase kumulatif nilai uang barang dari total nilai uang.
g. Membentuk kelas-kelas berdasarkan persentase barang dan persentase nilai uang barang.
h. Menggambarkan kurva analisis ABC (bagan Pareto) atau menunjuk tingkat kepentingan
masalah.
Dengan analisis ABC, kita dapat melihat tingkat kepentingan masalah dari suatu barang.
Dengan begitu, kita dapat melihat barang mana saja yang perlu diberikan perhatian terlebih
dahulu.(Maimun, 2008)
J. Hubungan Manajemen Persediaan dengan Manajemen Lainnya
1. Manajemen Pembelian
Manajemen persediaan berhubungan dengan manajer pembelian mengenai prioritas dan
orientasi pembelian material dengan kuantitas yang besar supaya bisa mendapatkan
potongan harga dari pemasok (supplier).Semakin banyak barang yang dibeli, biasanya
pemasok akan memberikan potongan harga bahkan menggratiskan ongkos pengiriman ke
gudang perusahaan.
2. Manajemen Produksi
Hubungan ini sangat jelas, manajemen produksi tentu saja membutuhkan persediaan
bahan baku untuk memulai aktivitas produksinya. Manajemen produksi ingin
memastikan bahwa kebutuhan bahan baku bisa terpenuhi sesuai dengan standar kualitas
dan kuantitas yang dibutuhkan. Komunikasi diantara dua divisi ini sangat penting agar
kelancaran produksi barang tidak mengalami hambatan dan bisa menghasilkan produk
dengan kualitas terbaik
3. Manajemen Keuangan
Manajemen selalu menyoroti efisiensi anggaran pengeluaran. Manajemen keuangan lebih
tertarik dengan pembelian material dalam jumlah yang besar karena bisa berpotensi
mendapatkan potongan harga dari pemasok barang. Namun dalam hal tertentu
manajemen keuangan bisa menyarankan untuk melakukan pembelian dalam jumlah yang
kecil, menyesuaikan dengan kebutuhan agar tidak menyimpan terlalu banyak
persediaan.Peran manajemen persediaan dalam hubungannya dengan manajemen lain
adalah menjaga perputaran persediaan dengan rekonsiliasi dengan manajemen yang lain
yang berhubungan dengan persediaan.(Imaniyati, n.d.)
Daftar Pustaka :
Anggriana, K. (2015). Analisis Perencanaan Dan Pengendalian Persediaan Busbar
Berdasarkan Sistem Mrp (Material Requirement Planning) Di Pt. Tis. Penelitian
Dan Aplikasi Sistem Dan Teknik Industri, 9(3), 320–337.
Bayi, N., Bayi, L. N., Obat, D., Cara, K., Menyusui, H., & Menghadapi, C. (2020).
Pengertian Persediaan ( Inventory ) Pengertian Persediaan / Inventory Meurut
Para Ahli. 3–7.
Cheng, C. P., Wu, K. L., Mai, C. C., Yang, C. T. C. K. C. T., Hsu, Y. S., Yan, B. H. B.
H., Wüthrich, R., Abou Ziki, J. D., Paul, L., Korah, L. V., Sarkar, B. R., Doloi, B.
N., Bhattacharyya, B., Zhang, Z., Huang, L., Jiang, Y. Y., Liu, G., Nie, X., Lu, H.,
… Little, A. D. (2018). Perhitungan Persedian dengan Beberapa Metode.
International Journal of Machine Tools and Manufacture, 5(1), 86–96.
https://doi.org/10.1016/j.ijmachtools.2009.09.004
Imaniyati, N. (n.d.). Inventory.
Ir.R.Budi Setiawan,M.M., C. (2010). Artikel fungsi penting persediaan untuk perusahaan
tekstil. Artikel Persediaan, 3.
Maimun, A. (2008). Perencanaan Obat Antibiotik berdasarkan Kombinasi Metode
Konsumsi dengan Analisis ABC dan Reorder Point terhadap Nilai Persediaan dan
Turn Over Ratio di Instalasi Farmasi RS Darul Istiqomah Kaliwungu Kendal.
Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang 2008.
Produksi, D. P. (2008). ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU
DALAM PERENCANAAN PRODUKSI Studi Kasus pada PT Budi Manunggal di
DIY.
Renta, N., Djoko, H., & Nurseto, S. (2013). Analisis Pengendalian Persediaan Bahan
Baku Rokok Pada Pt . Gentong Gotri Semarang Guna Meningkatkan Efisiensi Biaya
Persediaan. Journal of Social and Politic, 1–8.
Ruauw, E. (2011). Pengendalian Persediaan Bahan Baku (Contoh Pengendalian pada
usaha Grenda Bakery Lianli, Manado) Eyverson Ruauw. Ase, 7(1), 1–11.
Sakkung, C. V., & Sinuraya, C. (2011). Perbandingan Metode Eoq (Economic Order
Quantity) Dan Jit (Just in Time) Terhadap Efisiensi Biaya Persediaan Dan Kinerja
Non-Keuangan. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi, 5, 1–19.
Siska, & Syafitri, L. (2014). Analisis Sistem Pengendalian Persediaan Barang Dagang
Pada PT. Sungai Budi Di Palembang. 1–9.
Sulaiman, F., & Nanda, N. (2015). Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dengan
Menggunakan Metode Eoq Pada Ud. Adi Mabel. Teknovasi, 2(1), 1–11.
Tuerah, M. (2014). Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Ikan Tuna pada CV.
Golden Kk. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 2(4), 524–
536.
Warisman, R., Sudjana, N., Ilmu, J., Bisnis, A., Administrasi, F. I., Brawijaya, U.,
Pengendalian, E., & Bahan, P. (2011). PENGGUNAAN TEKNIK EOQ ( Economic
Order Quantity )& ROP ( Repeat Order ).

Anda mungkin juga menyukai