1. Untuk menjawab soal ini saya ingin menjelaskan terlebih dahulu apa yamg saya tonton dan apa yang saya ketahui tentang eksperimen ini. Jadi, dalam eksperimen ini masing-masing anak ditinggalkan dalam satu ruangan tertutup tanpa ada TV, majalah, atau apapun yang bisa mengalihkan perhatian mereka. Pada ruangan tersebut diletakkan sebuah marshmallow (nama sejenis snack) di atas meja. Oleh pengawas eksperimen, masing- masing anak tersebut diberi tahu terlebih dahulu, singkatnya beginu “kamu bisa makan marshmallow ini sekarang, tapi kalau kamu mau menunggu dan tidak memakannya, kamu akan dapat satu marshmallow lagi.” Anak-anak itu reaksinya bermacam-macam, ada yang sabar menunggu sampai beberapa puluh menit untuk mendapatkan 1 marshmallow lagi, ada yang cepat menyerah lalu memakan marshmallow-nya. Ada yang mencoba bertahan beberapa menit tapi akhirnya tidak kuat menahan godaan akhirnya makan juga. Nah percobaan ini dilakukan pada tahun 1960an, hasilnya : Dari 600 anak yang mengikuti percobaain ini, sepertiga dari anak-anak tersebut memakan marshmallow dengan segera, sepertiga lainnya menunggu hingga pengawas kembali dan mendapatkan dua marshmallow dan sisanya berusaha menunggu tetapi akhirnya menyerah setelah waktu yang berbeda- beda. Pada awalnya percobaan ini hanya bertujuan untuk mengetahui proses mental anak-anak untuk dapat menunda kepuasannya, atau istilah psikologinya “delay gratification“. Proses mental ini juga kita ketahui melalui peribahasa populer: “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.” Jadi, pada intinya sejauh mana seseorang bisa menunda kepuasan sesaat dan bisa bertahan mengontrol dirinya untuk mendapatkan kepuasan yang lebih besar kemudian. Percobaan ini sebenarnya tidak sampai disitu saja tapi berlanjut dalam waktu jangka panjang, dan hasil yang mengejutkan dari percobaan ini didapatkan setelah anak-anak yang ikut dalam percobaan beranjak dewasa dan telah masuk SMA. Beberapa tahun kemudian, Peneliti yang memiliki tiga orang anak perempuan yang dulu juga bersekolah di TK pada saat penelitian, dia secara sengaja menanyakan bagaimana nilai sekolah teman-teman anaknya yang dulu sekolah di TK tersebut. Dari iseng-iseng bertanya ke anaknya ini, peneliti kemudian menyadari bahwa terdapat korelasi yang sangat kuat antara anak- anak yang berhasil menunggu dan yang tidak berhasil terhadap nilai akademis mereka. Karena makin penasaran, peneliti mengirimkan kuesioner kepada orang tua, guru dan pembimbing akademis dari anak-anak yang dulu ikut berpartisipasi dalam percobaannya. Hasilnya sangat mengejutkan karena rupanya hasil test marshmallow itu berkorelasi sangat kuat terhadap variabel lainnya, seperti nilai SAT (semacam test SBMPTN), pencapaian non- akademis, lingkungan pergaulan, kecenderungan perilaku (nakal/tidak), tingkat kebahagiaan, dan lain-lain. Percobaan ini akhirnya menjadi populer banget di kalangan psikolog dan beberapa psikolog lagi penasaran untuk mencoba eksperimen hal serupa. Hasil percobaan lain yang serupa ini semakin memperkuat korelasinya terhadap berbagai variabel lain. Para psikolog menyimpulkan bahwa mereka yang berhasil menunggu marshmallow kedua berhasil mencapai berbagai hal positif dalam perkembangan kehidupan remaja. Sebaliknya mereka yang tidak berhasil menunggu (terutama yang cepat menyerah), ternyata cenderung bermasalah dalam kehidupan remajanya, dari yang nilai sekolahnya jelek, sampai ada yang bermasalah dengan minuman terlarang, bahkan pada beberapa kasus tindakan kriminal. Eksperimen ini unik, terlihat sepele tapi bisa melihat korelasi perkembangan anak hingga masa dewasanya.
2. Sebagai seseorang yang sudah mempelajari pedagogik, penting untuk
mengetahui betapa berpengaruhnya kemampuan mengontrol diri pada anak dan remaja, maka dari itu penting sekali untuk mengajarkan dan menanamkan kesabaran, sikap untuk menunda dan kesenangan karena salah satu kemampuan yang berperan sangat signifikan terhadap berbagai banyak hal positif dalam kehidupan remaja adalah kemampuan mengontrol diri sendiri (self control) untuk bisa menunda kepuasan (delaying gratification). Kemampuan self control ini banyak sangat berpengaruh ke hal-hal kecil dalam hidup terutama dalam kehidupan remaja, dari mulai masalah kedisiplinan, bisa cepat sadar untuk menghindari pengaruh negatif dari lingkungan, bisa menentukan prioritas dengan bijak, mampu mengendalikan diri dari berbagai hal yang bisa mengalihkan fokus, dsb. Itulah mengapa seperti hasil eksperimen tadi, anak-anak yang berhasil menunggu marshmallow kedua atau memilik kemampuani self control yang baik cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih baik di masa-masa berikutnya, sementara anak-anak yang tidak tahan menunggu, cenderung memiliki banyak masalah dalam kehidupan remajanya.