Anda di halaman 1dari 3

NAMA : WILDAN MADANI

NIM. : 1903549
KELAS : PSIKOLOGI 2C
TUGAS : PENDAGOGIK 9 APRIL 2020 (ANAK DIDIK DAN PENDIDIK)

Dari hasil pengamatan saya terhadap pemaparan materi tentang pendidik dan anak
didik yang disampaikan oleh teman saya sendiri, secara umum penyampaian video
dalam video tersebut dilakukan dengan cukup tenang dan lancar jadi cukup dapat
dimengerti, hanya saja secara kualitas suara kurang begitu terdengar jelas atau
suaranya kecil.
Dalam video tersebut dijelaskan bahwa pendidikan berlangsung dalam pergaulan
antara orang dewasa dengan anak, namun demikian dalam pergaulan tersebut tidak
pada setiap saat dan tidak pada setiap situasi anak berstatus sebagai anak didik,
demikian pula sebaliknya bahwa tidak pada setiap saat dan tidak pada setiap situasi
orang dewasa berstatus sebagai pendidik. Baik anak didik maupun pendidik sama-
sama memiliki karakteristik tertentu dalam situasi memainkan peran masing-masing.
Anak didik sebagai manusia yang memiliki kemungkinan untuk dididik dan pendidik
sebagai orang dewasa yang melakukan pembimbingan menuju kedewasaan kepada
orang yang belum dewasa
Nah, Pada dasarnya setiap anak memiliki keinginan dan potensi untuk menjadi
seorang dewasa. Di pihak lain anak memiliki “ketergantungan” kepada orang
dewasa. Ketergantungan anak kepada orang dewasa dibawanya sejak ia dilahirkan,
betapa anak memerlukan bantuan dari orang tuanya sejak ia dilahirkan ke dunia.
Ketergantungan anak kepada orang dewasa tentunya bukan hanya berkenaan
dengan pemenuhan kebutuhan fisiologisnya seperti makanan, minuman, dsb., tetapi
juga berkenaan dengan pengembangan berbagai potensi yang dimilikinya.
Apabila keadaan ketergantungan anak menimbulkan tanggung jawab (tanggung
jawab pendidikan) pada diri orang dewasa sehingga orang dewasa mendidiknya,
maka anak itu berstatus sebagai anak didik. Sekalipun anak bergaul dengan orang
dewasa, apabila tidak menimbulkan tanggung jawab pada orang  dewasa untuk
mendidiknya, maka anak akan tetap tinggal sebagai anak karena orang dewasa
tidak akan melakukan tindakan-tindakan pendidikan untuk membantunya atau
membimbingnya ke arah kedewasaan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat di definisikan bahwa anak didik adalah anak yang
karena ketergantungannya menimbulkan tanggung jawab pendidikan pada orang
dewasa, sehingga secara sengaja orang dewasa itu memberikan bantuan ke arah
kedewasaan.
Jadi sebagai seorang pendidik harus mampu bergaul atau berkomunikasi dengan
anak didik. Syarat untuk mampu bergaul dengan anak didik ini antara lain:
1.      Pendidik harus kenal karakteristik anak didik (seperti: kebiasaan, minat, bakat,
latar belakang keluarga, lingkungannya, dll);
2.     Pendidik harus mampu mengidentifikasi dengan anak didik, maksudnya ia
harus mengenal dunia anak, tahap perkembangan anak dan bertindak sesuai
dengan karakteristik kekanakan-kanakan anak didik. Semua ini diperlukan agar
pendidik dipandang wajar dan dapat diterima oleh anak, tindakan – tindakannya
dipahami anak didik dan pada akhirnya pengaruhnya dapat dan mudah diterima
anak didik.
            Dalam hubungannya dengan anak didik, pendidik mempunyai peranan-
peranan tertentu yang harus dilaksanakan. Peranan-peranan pendidik yang
dimaksud antara lain sebagai berikut:
a.      Pendidik sebagai pengganti kata hati anak didik.
b.      Pendidik sebagai pengelola kegiatan belajar atau pembelajaran.
c.      Pendidik sebagai teladan bagi anak didiknya.
d.      Pendidik sebagai motivator belajar.
e.      Pendidik sebagai pembimbing atau pamong.
f.       Pendidik sebagai fasilitator.
g.      Pendidik sebagai evaluator.
Bisa disimpulkan, anak didik dan pendidik memiliki karakteristiknya masing-masing.
Seorang anak tidak selamanya berada pada posisi sebagai anak didik, begitu juga
sebaliknya. Hal tersebut menjadikan anak didik dan pendidik memiliki peranannya
yang berbeda satu sama lain. Peran pendidik menjadi satu hal yang paling utama
karena pendidik harus bisa memenuhi kebutuhan anak didiknya dalam rangka
mencapai kedewasaan. Maka dari itu, seorang calon pendidik harus memahami hal-
hal berkaitan dengan anak didik dan dirinya sendiri sebagai seorang pendidik.

Pertanyaan :
Dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah yang dilakukan oleh pendidik kepada
anak didik seolah-seolah menekankan hanya pada pendidikan intelek pada anak
saja, sementara pendidikan karakter (soft skill) kurang diperhatikan. Bagaimana
tanggapan anda?
Jawab :

Ketika pendidikan intelek mendominasi pembelajaran di sekolah dan pendidikan


karakter dikesampingkan maka akan menimbulkan berbagai akibat yang tidak
diinginkan di masa yang akan datang. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan
salah satu fokus dalam pembangunan Indonesia. Semua pendidik memberikan
pelayanan terhadap anak didik, baik berupa les privat, tambahan pelajaran, dan
ektra kurikuler untuk mempersiapkan anak didik yang pandai. Guru merasa bangga
melihat anak didiknya pandai dalam segala hal. Namun, orang tua dan guru
sekarang kalang kabut melihat anak-anaknya yang pandai tapi tidak diikuti tingkah
laku yang baik, dimana banyak anak yang hilang kendali hingga terjadi perkelahian
antar teman/tawarun antar pelajar, tidak disiplin, tidak tanggungjawab dan
ketidakjujuran.

Jika peserta didik sudah jauh dari norma-norma yang berlaku, apa yang terjadi kalau
kelak mereka menjadi pejabat tidak mempunyai karakter yang baik. Apakah akan
berhasil membangun bangsa yang maju, bermartabat, dan berwibawa? Merupakan
salah satu tugas pendidik untuk mendidik dengan pendidikan yang berkualitas yaitu
tidak hanya mampu mencerdaskan peserta didik tetapi juga disertai dengan
pembentukan karakter yang baik.

Anda mungkin juga menyukai