Anda di halaman 1dari 14

POSYANDU

A. Pengertian
Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih tehnologi dan pelayanan kesehatan
masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak
dini.
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan
keluarga berencana. Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang
dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas
kesehatan dalam rangka pencapaian NKKBS.

B. Bentuk Kegiatan Posyandu
Beberapa kegiatan diposyandu diantaranya terdiri dari lima kegiatan Posyandu (Panca Krida
Posyandu), antara lain:
1.   Kesehatan Ibu dan Anak
a.   Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi, anak balita
dan anak prasekolah
b.   Memberikan nasehat tentang makanan guna mancegah gizi buruk karena kekurangan
protein dan kalori, serta bila ada pemberian makanan tambahan vitamin dan mineral
c.   Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara stimilasinya
d.   Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA.
2.   Keluarga Berencana
a.    Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan perhatian khusus
kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena melahirkan anak berkali-kali dan
golongan ibu beresiko tinggi
b.    Cara-cara penggunaan pil, kondom dan sebagainya
3.   Immunisasi
a.    munisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3x, polio 3x, dan
campak 1x pada bayi.
4.   Peningkatan gizi
a.    Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat
b.    Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori cukup kepada
anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang menyusui
c.    Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun
5.   Penanggulangan Diare
Lima kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh kegiatan Posyandu
(Sapta Krida Posyandu), yaitu:
1.   Kesehatan Ibu dan Anak
2.   Keluarga Berencana
3.   Immunisasi
4.   Peningkatan gizi
5.   Penanggulangan Diare
6.   Sanitasi dasar. Cara-cara pengadaan air bersih, pembuangan kotoran dan air limbah
yang benar, pengolahan makanan dan minuman
7.   Penyediaan Obat essensial.

C.  Pembentukan Posyandu
Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti:
1.   Pos/ meja 1 pendaftaran.
2.   Pos/meja 2 penimbangan balita.
3.   Pos/meja 3 pengisian KMS.
4.   Pos/meja 4  penyuluhan kesehatan.
5.   Pos / meja 5 pelayanan kesehatan.

D.  Alasan Pendirian Posyandu


Posyandu didirikan karena mempunyai beberapa alasan sebagai berikut:
a.   Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatn khususnya dalam upaya pencegahan
penyakit dan PPPK sekaligus dengan pelayanan KB.
b.   Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat, sehingga menimbulkan
rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana.

E.  Penyelenggara Posyandu
1.    Pelaksana kegiatan, adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan
setempat dibawah bimbingan Puskesmas
2.    Pengelola posyandu, adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari keder
PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah tersebut.

F.  Lokasi / Letak Posyandu


Syarat lokasi/letak yang harus dipenuhi meliputi:
1.   Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat
2.   Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri
3.   Dapat merupakan lokal tersendiri
4.   Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai rakyat, pos RT/RW atau
pos lainnya.
G. Pelayanan Kesehatan Di Posyandu
Adapun pelayanan kesehatan yang dijalankan oleh posyandu meliputi:
1.   Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita
a.   Penimbangan bulanan
b.   Pemberian tambahan makanan bagi yang berat badannya kurang
c.   Immunisasi bayi 3-14 bulan
d.   Pemberian orlit untuk menanggiulangi diare
e.   Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
2.   Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur
a.   Pemeriksaan kesehatan umum
b.   Pemeriksaan kehamilan dan nifas
c.   Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan tablet besi
d.   Immunisasi TT untuk ibu hamil
e.   Penyuluhan kesehatan dan KB
f.    Pemberian alat kontrasespsi KB
g.   Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare
h.   Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
i.    Pertolongan pertama pada kecelakaan (Effendi, 1998).
Dalam pelaksanaan tugasnya kader pada posyandu selalu didampingi oleh tim dari Puskesmas, seperti
pada pelaksanaan pada meja IV, apabila kader menemui masalah kesehatan, kader harus berkonsultasi
pada petugas kesehatan yang ada, masalah tersebut dapat berupa:
1.   Balita yang berat badanya tidak naik tiga kali berturut-turut.
2.   Balita yang berat badanya di bawah garis merah.
3.   Balita yang sakit; batuk, sukar bernafas, demam dan sakit telinga.
4.   Balita yang mencret.
5.   Anak yang menderita buta senja atau mata keruh.
6.   Balita dengan penyimpangan tumbuh kembang atau perkembangan terlambat.
7.   Ibu yang pucat, sesak nafas, bengkak kaki terutama ibu hamil.
8.   Ibu hamil yang menderita perdarahan, pusing kepala yang terus menerus
Bentuk kegiatan lain yang masih dilokasi Posyandu berupa :
1.   Mencatat hasil kegiatan UPGK dalam regester balita sampai terbentuknya balok SKDN.
2.   Membahas bersama - sama kegiatan lain atas saran petugas.
3.   Menetapkan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan seperti penyuluhan.
Sedangkan bentuk kegiatan yang dilakukan diluar posyandu berupa:
1.   Melaksanakan kunjungan rumah.
2.   Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan UPGK.
3.   Memanfaatkan pekarangan untuk peningkatan gizi keluarga.
4.   Membantu petugas dalam pendaftaran, penyuluhan, dan peragaan ketrampilan Apabila kader
menjumpai kesulitan dalam menjalankan tugasnya dalam posyandu, maka mereka dapat
menghubungi orang-orang berikut sebagai upaya untuk mencari jalan keluar:
1.   Bidan desa.
2.   Kepala Desa.
3.   Tokoh masyarakat / tokoh agama.
4.   Petugas LKMD, RT, RW.
5.   Tim Penggerak PKK.
6.   Petugas PLKB.
7.   Petugas pertanian ( PPL ).
8.   Tutor dari P dan K.

H.  Dukungan Dari Puskesmas/ Petugas Kesehatan


Memberikan pelatihan kepada kader yang terdiri dari:
1.   Aspek komunikasi.
2.   Tehnik berpidato.
3.   Kepemimpinan yang mendukung Posyandu.
4.   Proses pengembangan.
5.   Tehnik pergerakan peranserta masyarakat.
6.   Memberikan pembinaan pada kader setelah kegiatan Posyandu berupa:
c.   Cara melakukan pendataan / pencatatan.
d.   Cara meningkatkan kemampuan kader dalam menyampaikan pesan kesehatan pada masyarakat.
7.   Memotivasi untuk meningkatkan keaktifan kader dalam kegiatan Posyandu

I.    Dukungan dari Masyarakat / LKMD


LKMD mempunyai peranan besar dalam upaya peningkatan tarap kesehatan masyarakat di desa /
kelurahan. Dalam hal ini termasuk upaya penurunan angka kematian bayi, anak balita, ibu hamil dan
angka kelahiran, khususnya yang diupayakan melalui posyandu dengan kegiatanya. Peranan LKMD
dalam pembentukan Posyandu :
1.   Mengusulkan, mendorong dan membantu kepala desa / kelurahan untuk membentuk posyandu di
wilayahnya.
2.   Memberi tahu masyarakat tentang pentingnya posyandu serta cara pembentukannya.
3.   Membantu secara aktif pelaksanaan pengumpulan data dan musyawarah masyarakat dalam rangka
membentuk Posyandu, penentuan lokasi, jadwal, pemilihan kader dan lain-lainnya.
Peranan LKMD dalam pelaksanaan Posyandu :
1.   Mengingatkan mendorong dan memberi semangat agar kader selalu melaksanakan tugasnya di
Posyandu dengan baik.
2.   Mengingatkan ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi dan anak balita serta ibu usia subur agar
datang ke Posyandu sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Peranan LKMD dalam pembinaan Posyandu :
1.   Mengamati apakah penyelenggaraan Posyandu telah dilakukan secara teratur setiap bulan, sesuai
jadwal yang telah disepakati.
2.   Mengamati apakah Posyandu telah melaksanakan pelayanan secara lengkap (KIA, KB, Gizi,
Immunisasi dan penanggulangan diare).
3.   Memberikan saran-saran kepada kepala desa / kelurahan dan kader agar Posyandu dapat berfungsi
secara optimal ( agar buka teratur sesuai jadwal, melakukan pelayanan secara lengkap dan dikunjungi
ibu hamil, ibu dan anak balita serta ibu usia subur).
4.   Bila dipandang perlu, membantu mencarikan jalan agar Posyandu dapat melakukan pemberian
makanan tambahan kepada bayi dan anak balita secara swadaya.
5.   Mengingatkan kader untuk melakukan penyuluhan di rumah-rumah ibu (kunjungan rumah)
dengan bahan penyuluhan yang tersedia.
6.   Mencarikan jalan dan memberi saran-saran agar kader dapat bertahan melaksanakan tugas dan
perannya (tidak drop out). Misalnya dengan pemberian penghargaan, mengupayakan alat tulis atau
bantuan lainya.
7.   Membahas bersama kepala desa / kelurahan dan tim pembina LKMD Kecamatan cara-cara
pemecahan masalah yang dihadapi Posyandu.
8.   Agar pembinaan Posyandu dan pembinaan kader dilakukan oleh LKMD ini dapat dilaksanakan
dengan baik, maka cara dan pesan-pesan penyuluhan yang berkaitan dengan promosi Posyandu juga
perlu dipahami oleh LKMD

J.   Posyandu Lansia
Posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut disuatu wilayah tertentu
yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan
peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya
(Erfandi, 2008).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2005), posyandu lansia adalah suatu bentuk keterpaduan
pelayanan kesehatan terhadap lansia ditingkat desa / kelurahan dalam masing-masing wilayah kerja
puskesmas. Keterpaduan dalam posyandu lansia berupa keterpaduan pada pelayanan yang dilatar
belakangi oleh kriteria lansia yang memiliki berbagai macam penyakit. Dasar pembentukan posyandu
lansia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama lansia.
1.   Tujuan Posyandu Lansia
a.   Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia dimasyarakat, sehingga terbentuk pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.
b.   Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan
kesehatan, disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.
2.   Sasaran Posyandu Lansia
a.   Sasaran langsung, yaitu kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun), kelompok usia lanjut (60 tahun ke
atas), dan kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas).
b.   Sasaran tidak langsung, yaitu keluarga dimana lansia berada, organisasi sosial yang bergerak
dalam pembinaan usia lanjut, masyarakat luas (Departemen Kesehatan RI, 2006).
3.   Kegiatan Posyandu Lansia
a.   Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti
makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan
sebagainya.
b.   Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional dengan
menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit
c.   Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan
dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
d.   Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta   penghitungan denyut
nadi selama satu menit.
e.   Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat
f.    Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes
mellitus)
g.   Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
ginjal.
h.   Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada
pemeriksaan butir-butir diatas.
i.    Penyuluhan Kesehatan, biasa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka kunjungan
rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh
individu dan kelompok usia lanjut.
j.    Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak dating, dalam
rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.
4.   Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
Mekanisme pelayanan Posyandu Lansia tentu saja berbeda dengan posyandu balita pada umumnya.
Mekanisme pelayanan ini tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu
wilayah penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia ini dengan sistem 5 meja
seperti posyandu balita, ada pula yang hanya 3 meja. 3 meja tersebut meliputi :
a.   Meja I: pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau tinggi badan.
b.   Meja II : melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan dan index massa tubuh (IMT); juga
pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus.
c.   Meja III : melakukan kegiatan konseling atau penyuluhan, dapat juga dilakukan pelayanan pojok
gizi.
5.   Masalah Kesehatan pada Lansia
Masalah kesehatan pada lansia tentu saja berbeda dengan jenjang umur yang lain karena pada
penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan
proses menua yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti sel serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Dr. Purma Siburian Sp PD, pemerhati masalah kesehatan pada lansia menyatakan bahwa ada 14 I
yang menjadi masalah kesehatan pada lansia, yaitu :
a.   Immobility (kurang bergerak), dimana meliputi gangguan fisik, jiwa dan faktor lingkungan
sehingga dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Keadaan ini dapat disebabkan oleh gangguan
tulang, sendi dan otot, gangguan saraf dan penyakit jantung.
b.   Instability (tidak stabil/ mudah jatuh), dapat disebabkan oleh faktor intrinsik (yang berkaitan
dengan tubuh penderita), baik karena proses menua, penyakit maupun ekstrinsik (yang berasal dari
luar tubuh) seperti obat-obatan tertentu dan faktor lingkungan. Akibatnya akan timbul rasa sakit,
cedera, patah tulang yang akan membatasi pergerakan. Keadaan ini akan menyebabkan gangguan
psikologik berupa hilangnya harga diri dan perasaan takut akan terjadi.
c.   Incontinence (buang air) yaitu keluarnya air seni tanpa disadari dan frekuensinya sering.
Meskipun keadaan ini normal pada lansia tetapi sebenarnya tidak dikehendaki oleh lansia dan
keluarganya. Hal ini akan membuat lansia mengurangi minum untuk mengurangi keluhan tersebut,
sehingga dapat menyebabkan kekurangan cairan.
d.   Intellectual Impairment (gangguan intelektual/ dementia), merupakan kumpulan gejala klinik
yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan
terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari.
e.   Infection (infeksi), merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena
sering didapati juga dengan gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan
diagnosis dan pengobatan.
f.    Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalencence, skin integrity
(gangguan panca indera, komunikasi, penyembuhan dan kulit), merupakan akibat dari proses menua
dimana semua panca indera berkurang fungsinya, demikian juga pada otak, saraf dan otot-otot yang
dipergunakan untuk berbicara, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan  mudah rusak dengan
trauma yang minimal.
g.   Impaction (konstipasi=sulit buang air besar), sebagai akibat dari kurangnya gerakan, makanan
yang kurang mengandung serat, kurang minum, dan lainnya.
h.   Isolation (depresi), akibat perubahan sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya
kemandirian sosial. Pada lansia, depresi yang muncul adalah depresi yang terselubung, dimana yang
menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang,
gangguan pecernaan, dan lain-lain.
i.    Inanition (kurang gizi), dapat disebabkan karena perubahan lingkungan maupun kondisi
kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi,
isolasi sosial (terasing dari masyarakat), terutama karena kemiskinan, gangguan panca indera;
sedangkan faktor kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, obat-obatan, dan lainnya.
j.    Impecunity (tidak punya uang), semakin bertambahnya usia, maka kemampuan tubuh untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan akan semaki berkurang, sehingga jika tidak dapat bekerja maka tidak
akan mempunyai penghasilan.
k.   Iatrogenesis (penyakit akibat obat-obatan), sering dijumpai pada lansia yang mempunyai riwayat
penyakit dan membutuhkan pengobatan dalam waktu yang lama, jika tanpa pengawasan dokter maka
akan menyebabkan timbulnya penyakit akibat obat-obatan.
l.    Insomnia (gangguan tidur), sering dilaporkan oleh lansia, dimana mereka mengalami sulit
untukmasuk dalam proses tidur, tidur tidak nyenyak dan mudah terbangun, tidur dengan banyak
mimpi, jika terbangun susah tidur kembali, terbangun didini hari-lesu setelah bangun di pagi hari.
m. Immune deficiency (daya tahan tubuh menurun), merupakan salah satu akibat dari prose menua,
meskipun terkadang dapat pula sebagai akibat dari penyakit menahun, kurang gizi dan lainnya.
n.   Impotence (impotensi), merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan
ereksi yang cukup untuk melakukan senggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 (tiga)
bulan. Hal ini disebabkan karena terjadi hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya
kekakuan pada dinding pembuluh darah, baik karena proses menua atau penyakit.
6.   Penilaian Keberhasilan Upaya Pembinaan Lansia melalui Posyandu Lansia
Menurut Henniwati (2008), penilaian keberhasilan pembinaan lansia melalui kegiatan pelayanan
kesehatan di posyandu, dilakukan dengan menggunakan data pencatatan, pelaporan, pengamatan
khusus dan penelitian. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari :
a.   Meningkatnya sosialisasi masyarakat lansia dengan berkembangnya jumlah orang masyarakat
lansia dengan berbagai aktivitas pengembangannya
b.   Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah atau swasta yang memberikan pelayanan kesehatan
bagi lansia
c.   Berkembangnya jenis pelayanan konseling pada lembaga
d.   Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi lansia
e.   Penurunan daya kesakitan dan kematian akibat penyakit pada lansia

PUSKESMAS
A.  Pengertian
Puskesmas adalah Suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan
kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan
pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah
ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup
aspek pembiayaan. 
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja

B.  Visi dan Misi Puskesmas


1.    Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya
Kecamatan Sehat menuju terwujudnya  Indonesia  Sehat.
Indikator Kecamatan Sehat:
a.    lingkungan sehat
1)   perilaku sehat
2)   cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
3)   derajat kesehatan penduduk kecamatan
2.    Misi Puskesmas
a.    Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya
b.    Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya
c.    Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan
d.   Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya

C.  Peran Puskesmas
peran Puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan kesehatan nasional
secara komprehensif, tidak sebatas aspek kuratif dan rehabilitatif saja seperti di Rumah Sakit

D.  Fungsi Puskesmas
1.    Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya.
2.    Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk hidup sehat.
3.    Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
4.    masyarakat di wilayah kerjanya.
Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:
1.    Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
menolong dirinya sendiri.
2.    Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan
sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.
3.    Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun
rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan
ketergantungan.
4.    Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
5.    Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program

E.  Struktur Organisasi
1.    Kepala Puskesmas
2.    Unit Tata Usaha:
3.    Data dan Informasi,
4.    Perencanaan dan Penilaian,
5.    Keuangan, Umum dan Kepegawaian
6.    Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas:
7.    UKM / UKBM
8.    UKP
9.    Jaringan pelayanan Puskesmas:
10.     Unit Puskesmas Pembantu
11.     Unit Puskesmas Keliling
12.     Unit Bidan di Desa/Komunitas

F.   Tata Kerja
1.    Kantor Camat → koordinasi
2.    Dinkes → UPT → bertanggung jawab ke Dinkes
3.    Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama → sebagi mitra
4.    Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat → sebagai pembina
5.    Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan →kerjasama
6.    Lintas sektor → koordinasi
7.    Masyarakat → perlu dukungan/partisipasi →BPP (Badan Penyantun Puskesmas)

G.  Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas


Visi dan misi Puskesmas di Indonesia merujuk pada program Indonesia Sehat. Hal ini
dapat kita lihat pula dalam SPM (Standar Pelayanan Minimal). Standar Pelayanan Minimal
adalah suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan
kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang
mencakup : jenis pelayanan, indikator, dan nilai (benchmark). Pelaksanaan Urusan Wajib dan
Standar Pelayanan Minimal (UW-SPM) diatur dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 1457/MENKES/SK/X/2003  dibedakan atas : UW-SPM yang wajib
diselenggarakan oleh seluruh kabupaten-kota di seluruh Indonesia dan UW-SPM spesifik
yang hanya diselenggarakan oleh kabupaten-kota tertentu sesuai keadaan setempat. UW-SPM
wajib meliputi penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar, penyelenggaraan perbaikan gizi
masyarakat, penyelenggaraan pemberantasan penyakit menular, penyelenggaraan promosi
kesehatan, dll. Sedangkan UW-SPM spesifik meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan
dan pemberantasan penyakit malaria, dll. Hal ini diperkuat dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standard Pelayanan Minimal.

H.  Program Pokok Puskesmas


Kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga maupun
fasilitasnya, karenanya kegiatan pokok di setiap Puskesmas dapat berbeda-beda. Namun
demikian kegiatan pokok Puskesmas yang lazim dan seharusnya dilaksanakan adalah sebagai
berikut :

1.        Kesejahteraan ibu dan Anak ( KIA )


2.    Keluarga Berencana
3.    Usaha Peningkatan Gizi
4.    Kesehatan Lingkungan
5.    Pemberantasan Penyakit Menular
6.    Upaya Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat Kecelakaan
7.    Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
8.    Usaha Kesehatan Sekolah
9.    Kesehatan Olah Raga
10.     Perawatan Kesehatan Masyarakat
11.     Usaha Kesehatan Kerja
12.     Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut
13.     Usaha Kesehatan Jiwa
14.     Kesehatan Mata
15.     Laboratorium ( diupayakan tidak lagi sederhana )
16.     Pencatatan dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan
17.     Kesehatan Usia Lanjut
18.     Pembinaan Pengobatan Tradisional
Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan
masyarakat terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan
kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya. Setiap kegiatan
pokok Puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Desa ( PKMD ). Disamping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok Puskesmas seperti
tersebut di atas, Puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program
kesehatan tertentu oleh Pemerintah Pusat ( contoh: Pekan Imunisasi Nasional ). Dalam hal
demikian, baik petunjuk pelaksanaan maupun perbekalan akan diberikan oleh Pemerintah
Pusat bersama Pemerintah Daerah. Keadaan darurat mengenai kesehatan dapat terjadi,
misalnya karena timbulnya wabah penyakit menular atau bencana alam. Untuk mengatasi
kejadian darurat seperti di atas bisa mengurangi atau menunda kegiatan lain.

I.     Masalah-Masalah mutu pelayanan kesehatan yang Muncul di Lingkup Puskesmas


Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan ujung tombak pelayanan
kesehatan bagi masyarakat karena cukup efektif membantu masyarakat dalam memberikan
pertolongan pertama dengan standar pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dikenal
murah seharusnya menjadikan Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan utama bagi
masyarakat, namun pada kenyataannya banyak masyarakat yang lebih memilih pelayanan
kesehatan pada dokter praktek swasta atau petugas kesehatan praktek lainnya.
Kondisi ini didasari oleh persepsi awal yang negatif dari masyarakat terhadap
pelayanan Puskesmas, misalnya anggapan bahwa mutu pelayanan yang terkesan seadanya,
artinya Puskesmas tidak cukup memadai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,
baik dilihat dari sarana dan prasarananya maupun dari tenaga medis atau anggaran yang
digunakan untuk menunjang kegiatannya sehari-hari. Sehingga banyak sekali pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat itu tidak sesuai dengan Standar Operating Procedure (SOP)
yang telah ditetapkan.
Misalnya: sikap tidak disiplin petugas medis pada unit pelayanan puskesmas, yang
dikeluhkan masyarakat. Mereka selalu diperlakukan kurang baik oleh para petugas medis
yang dinilai cenderung arogan, berdalih terbatasnya persediaan obat-obatan pada puskesmas
telah menyebabkan banyak diantara pasien terpaksa membeli obat pada apotik. Di samping
itu, ketika membawa salah seorang warga yang jatuh sakit saat mengikuti kegiatan
perkampungan pemuda, kemudian warga yang lain mengantarnya ke Puskesmas, pasien itu
tidak dilayani dengan baik bahkan mereka (perawat-red) mengaku telah kehabisan stok obat.
Hal tersebut, tentu telah merusak citra Puskesmas sebagai pemberi layanan kesehatan
kepada masyarakat yang dianggap dapat membantu dalam memberikan pertolongan pertama
yang sesuai dengan standar pelayanan kesehatan. Selain itu, tidak berjalannya tugas edukatif
di Puskesmas yang berkaitan dengan penyuluhan kesehatan yang sekaligus berkaitan dengan
tugas promotif. Menurut masyarakat, petugas puskesmas sangat jarang berkunjung, kalaupun
ada, yaitu ketika keluarga mempunyai masalah kesehatan seperti anggota keluarga
mengalami gizi buruk atau penderita TB.
Berarti tugas ini lebih untuk memberikan laporan dan kuratif dibanding upaya promotif.
Kemudian, perawat / bidan  puskesmas biasanya aktif dalam BP, puskesmas keliling, dan
puskesmas pembantu. Jelas dalam tugas tersebut, perawat / bidan melakukan pemeriksaan
pasien, mendiagnosa pasien, melakukan pengobatan pada pasien dengan membuat resep pada
pasien. Namun, ketika melakukan tugas tersebut  tidak ada supervisi dari siapapun,
khususnya penanggung jawab dalam tindakan pengobatan/medis. Tenaga perawat /
bidan seolah-olah tidak menghargai kegiatan-kegitan formalnya sendiri, karena mungkin
tugas kuratif lebih penting. Hal ini berdampak kepada status kesehatan masyarakat, status
gizi, penyakit infeksi menular dan mungkin upaya kesehatan ibu dan anak tidak mendapatkan
porsi yang sesuai sehingga berdampak pada kondisi kesehatan masyarakat. Kalaulah memang
tugas tenaga kesehatan di Puskesmas lebih banyak ke arah kuratif, maka Puskesmas menjadi
unit dari pelayanan Rumah sakit karena Rumah Sakit akan memiliki banyak sumber daya
manusia dan fasilitas medik.
Tapi kalaulah Puskesmas ini menjadi lebih dominan dalam tugas promotif dan preventif
maka tugas eksekutif bagi perawat haruslah digiatkan, dan puskesmas menjadi bagian dari
unit Dinas kesehatan, atau bagian tersendiri yang memiliki otonomi yang kuat dalam
mengatur program-programnya, sedangkan Dinas kesehatan hanya sebagai regulator, pemberi
dana dan pengadaan petugas, untuk pelayanan kesehatan masyarakat diberikan kepada
Puskesmas, atau pelayanan kesehatan dapat ditenderkan kepada pihak swasta. Tidak hanya
hal-hal yang telah diungkapkan di atas, lebih dari itu, masih ada permasalahan yang muncul
di lingkup puskesmas.
misalnya: Jam kerja Puskesmas yang sangat singkat hanya sampai jam 14.00 WIB,
kemampuan keuangan daerah yang terbatas, puskesmas yang kurang memiliki otoritas untuk
memanfaatkan peluang yang ada, puskesmas belum terbiasa mengelola kegiatannya secara
mandiri, serta kurangnya kesejahteraan karyawan yang berpengaruh terhadap motivasi dalam
melaksanakan tugas di puskesmas.
MAKALAH POSYANDU DAN PUSKESMAS

DISUSUN OLEH :

NAMA : MIRA YULIANTI

NIM : PO7131118014

PRODI : D III - GIZI

POLITEKNIK KESEHATAN ACEH

PROGRAM STUDI GIZI

TAHUN AJARAN 2019/2020

Anda mungkin juga menyukai