Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugrahNya
penulisan essai ini dapat terselesaikan dengan baik.
Essai ini saya susun berdasarkan pengetahuan yang saya peroleh dari media
elektronik dengan harapan orang yang membaca dapat memahami tentang isu-isu yang
terjadi tentang keamanan manusia di kawasan Asia Tenggara, dan usaha kerjasama yang
telah dilakukan negara – negara di Asia Tenggara dalam menangani masalah tersebut.
Akhirnya, saya menyadari bahwa penulisan essai ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan
penerbitan essai ini di masa mendatang.

Bandung, 13 Maret 2018

Penulis

1
PENDAHULUAN

Keamanan manusia merupakan konsep baru bagi manusia, yang mempunyai


pengertian tentang bagaimana maunisa memberikan keamanan bagi diri sendiri didukung dari
berbagai aspek, seperti pemerintah, lingkungan, dan individu. Keamanan manusia mencakup
banyak sector seperti kesehatan, kejahatan, kemiskinan, bencana alam, lingkungan, HAM,
terorisme, dll. keamanan manusia tidak bisa dilindungi atau diatur melalui cara kekerasan.

Dalam perkembangannya telah terjadi suatu pergeseran konsep keamanan tradisional


ke keamanan non-tradisional. Konsep keamanan non-tradisional di kaitkan dengan kasus
perdagangan manusia. Perjalanan sejarah menunjukkan bahwa perdagangan manusia telah
dimulai sejak zaman kerajaan dan kolonialisme yang dikenal dengan era perbudakan.
Perbudakan dipandang sebagai konsekuensi logis dari penjajahan dan kekuasaan pemimpin
yang membutuhkan sumber daya manusia untuk kepentingan negara/dinastinya.

Dalam era globalisasi saat ini, eksploitasi manusia menjadi fenomena yang sangat
kompleks dan saling tumpang tindih satu dengan yang lainnya. Konflik dalam hal ini
menyangkut persoalan ketenagakerjaan, migrasi, kemiskinan, kekerasan, dan kejahatan.
Perempuan dan anak menjadi korban paling banyak jual beli manusia di era globalisasi,
dengan tujuan untuk eksploitasi seksual untuk kepentingan industri seksual yng tentu
mengabaikan kepentingan korban dan memperlakukan mereka bukan lagi sebagai manusia
namun cenderung sebagai komoditas. Maka dari itu, perlu dipahami bahwa penanganan
masalah perdagangan manusia membutuhkan andil yang besar dari negara sebagai sebuah
sistem hukum yang berkewajiban menjamin penuh Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap
seluruh warga negaranya. Jangan sampai negara yang memiliki otoritas politik dan ekonomi
turut mengabaikan harkat dan martabat kemanusian sehingga perdagangan manusia ini
menjadi salah satu sektor pendukung pendapatan lokal.

Keamanan non-tradisional dalam era globalisasi memiliki makna yang luas dan
sifatnya non-militer, dalam arti pemikiran yang dikaitkan dengan konsep keamanan terhadap
individu, yang lebih dikenal dengan konsep human security. Konsep ini didasarkan pada dua
komponen kebebasan negatif, yakni bebas rasa takut (freedom from fear) dan bebas dari
kekurangan (freedom from want), yang merupakan bagian dari hak yang diakui oleh

2
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dengan demikian, human security mencakup berbagai
dimensi keamanan, seperti keamanan ekonomi, keamanan pangan, keamanan kesehatan,
keamanan lingkungan, keamanan personal, keamanan masyarakat, dan keamanan politik.
Dalam hal ini human security akan digunakan untuk menganalisis kasus yang berkaitan
dengan keamanan individu tentang permasalahan perdagangan manusia (human trafficking).

3
ISI

Negara – negara di Asia Tenggara masih memiliki isu menyangkut human trafficking
yang sudah terjadi sejak jaman penjajahan, seperti perbudakan dan eksploitasi manusia. Di
era globalisasi sekarang ini masih terjadi perbudakan seperti ketenagakerjaan, kemiskinan,
migrasi, kekerasan dan kejahatan.

Dalam human trafficking, HAM lah yg diambil dari orang itu, yang berarti orang itu
tidak mempunyai keamanan manusia. Pemerintah sekarang ini sudah mulai melakukan
tindakan tentang adanya pelanggaran human trafficking dan HAM. PBB juga sudah membuat
peraturan tentang hal tersebut, sehingga human trafficking tidak lagi marak terjadi. Sudah
banyak pihak yang mendukung peraturan tersebut. Tetapi masih banyak pelanggaran-
pelanggaran tentang HAM karena kurangnya sosialisasi dari pemerintah akan hal itu.

Kejahatan human trafficking masih berhubungan dengan berbagai kegiatan kriminal


transnasional. Para korban yang dipaksa dalam perbudakan seks seringkali dibius dengan
obat-obatan dan menderita kekerasan yang luar biasa. Para korban yang diperjualbelikan
untuk eksploitasi seksual menderita cedera fisik dan emosional akibat kegiatan seksual yang
belum waktunya, diperlakukan dengan kasar, dan menderita penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seks termasuk HIV/AIDS. Beberapa korban menderita cedera
permanen pada organ reproduksi mereka. Selain itu, korban biasanya diperdagangkan di
lokasi yang bahasanya tidak mereka pahami, yang menambah cedera psikologis akibat isolasi
dan dominasi. Ironisnya, kemampuan manusia untuk menahan penderitaan yang amat buruk
dan terampasnya hak-hak mereka malah membuat banyak korban yang dijebak terus bekerja
sambil berharap akhirnya mendapatkan kebebasan.

Kasus perdagangan manusia sudah menjadi kejahatan transnasional. Human


trafficking yang terjadi di Asia Tenggara banyak diantaranya berlatar belakang perekonomian
yang lemah. Kondisi perekonomian yang melemah ini kemudian dimanfaatkan oleh
organisasi kriminal transnasional untuk meraup keuntungan ekonomi, yaitu dengan
memperdagangkan manusia dari Asia Tenggara yang miskin untuk dijadikan pekerja paksa
dengan biaya murah di negara-negara Asia yang lebih maju.1

1
https://www.jambur.com/hukum/20170831/6390/perdagangan-manusia-di-asean-85-melalui-jalur-resmi

4
Laos merupakan negara yang masuk dalam daftar negara yang terlibat dalam
permasalahan human trafficking di Asia Tenggara, sebagai negara sumber dan juga transit. 2
Beberapa propinsi di Laos seperti Savannakhet, Vientiane, Khammuan, dan Champassak
menjadi sumber perdagangan manusia yang bekerja secara ilegal di Thailand, dan bekerja di
pusat-pusat prostitusi di negara tersebut. Ini menjadikan Laos sebagai negara yang menjadi
rute utama perdagangan manusia bersama dengan Thailand, Kamboja, dan Myanmar. Selain
itu, Laos merupakan negara transit bagi korban trafficking yang berasal dari negara Cina,
Myanmar, dan Kamboja untuk dikirim ke Thailand dan negara-negara lain di Asia Tenggara.3

U.S State Departement Trafficking in Persons Report memasukan Laos sebagai daftar
negara yang memiliki kasus human trafficking cukup besar beserta negara lainnya seperti
Ekuador, Korea Utara, Venezuela, Bangladesh, Kuba, Guyana, Siera Leone dan Sudan.
Negara-negara tersebut diberi sanksi embargo oleh Amerika Serikat dan bantuan
kemanusiaan lainnya.4

Maraknya human trafficking ini menimbulkan permasalahan baru bagi pemerintah


Laos. Kejahatan human trafficking membutuhkan penanganan yang serius untuk dapat
menanggulangi kejahatan tersebut. Upaya penanganan yang dapat dilakukan antara lain
berupa penetapan dan pelaksanaan berbagai kebijakan yang terkait dengan kejahatan human
trafficking. Kebijakan tersebut dapat berupa kebijakan internal maupun eksternal.

Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk menangani masalah ini antara lain
dengan penetapan undang-undang dan peraturan-peraturan terkait dengan human trafficking,
bekerjasama dengan NGO (Non Government Organization) lokal, badan-badan internasional
seperti PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa), INGO (International Non Government
Organization), dan negara-negara kawasan lainnya yang juga memiliki kebijakan yang sama
tentang human trafficking. Human trafficking merupakan permasalahan nyata yang harus
ditanggulangi pemerinah Laos. Untuk mengatasi permasalahan ini, pemerintah Laos haruslah
berusaha untuk membuat berbagai kebijakan untuk menanggulangi keberadaan human
trafficking. Kebijakan yang dibuat ini meliputi kebijakan internal dan eksternal yang
kesemuanya bertujuan untuk menanggulangi human trafficking ini.
2
Human Trafficking : Lao PDR, http://www.humantrafficking.org/countries/lao_pdr

3
https://www.iidh.ed.cr/multic/default_12.aspx?contenidoid=ea75e2b1-9265-4296-9d8c-
3391de83fb42&Portal=IIDHSeguridadEN
4
http://www.hrsolidarity.net/mainfile.php/2004vol114no05/2368/ “Lao PDR: Threat of Sanction Cant Stop
Human Trafficking”

5
Data International Organization for Migration (IOM) tahun 2011 menunjukkan
bahwa negara Laos menempati urutan nomor empat dalam menyumbangkan kasus
perdagangan manusia.5

Kebijakan yang diambil pemerintah Laos dalam menangani masalah human


trafficking di wilayahnya juga sangat menarik, terutama untuk melihat kebijakan- kebijakan
apa yang telah dan akan dilakukan oleh pemerintah Laos dalam mengatasinya sehingga dapat
dijadikan sebagai pedoman dan juga sebagai sebuah upaya perbaikan untuk kebijakan serupa
dalam mengatasi masalah human trafficking, terutama di wilayah negara Laos, sehingga
dapat menghapus permasalahan ini.

KESIMPULAN

Human trafficking merupakan hal yang meresahkan banyak negara di Asia Tenggara.
Berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah dan PBB untuk mengatasi hal tersebut. Kasus
yang terjadi di Laos adalah salah satu contoh human trafficking di kawasan Asia Tenggara,
5
International Organization for Migration, Counter Trafficking and Assistance to Vulnerable Migrants: Annual
Report of Activities 2011 (Geneva:IOM,2011), hal .29

6
dan pemerintah Laos pun sudah membuat cara atau peraturan untuk menanggulangi masalah
human trafficking. Kalau human trafficking dapat ditanggulangi di Laos sebagai contohnya,
maka masyarakat di Laos dapat memiliki human security mereka masing – masing, mendapat
HAM yang mereka seharusnya miliki selama ini dan terhindar dari human trafficking.

Anda mungkin juga menyukai