Anda di halaman 1dari 35

Suspension & Emulsion

Kuncoro Foe
REFERENCES

 Martin, Physical Pharmacy


 Remington’s Pharmaceutical Science
 Sprowl, Prescription Pharmacy
 Husa’s Dispensing of Medication
 Burlage, Physical Pharmacy
Suspension

 Sedimentation – sedimentation
parameters
 Stokes law
 DLVO Theory
 Flocculation or creaming
 Deflocculation
 Structured vehicle
DLVO Theory
Partikel Terflokulasi

 Jarak pemisahan: 1000 – 2000 Å


 Loosely structured flocs
 Terikat lemah, susunan seperti kapas
 Laju sedimentasi cepat
 Tidak membentuk ‘hard cake’
 Mudah tersuspensi kembali dengan
sedikit pengocokan
Partikel Terdeflokulasi

 Laju sedimentasi lambat


 Membentuk sedimen yang
teragregasi kuat ‘hard cake’
 Sedimen sukar terdispersi kembali
dengan pengocokan yang minimum
Flocculated System

 Partikel berukuran besar sehingga


jatuh bersama, ada batas yang jelas
antara sedimen dan supernatan
 Cairan supernatan jernih karena
partikel kecil terasosiasi menjadi
‘flocs’
Flokulasi Terkontrol (1)
 Flokulasi terkontrol dapat dicapai dengan
menggunakan:
 Elektrolit, eg. Na/KH2PO4 (anionik) dan AlCl3
(kationik)
 Surfaktan
 Polimer

 Flocculating agent dapat menurunkan


barrier elektris (zeta potential) antar
partikel shg terbentuk jembatan antar
partikel dalam struktur seperti kapas
Flokulasi Terkontrol (2)
Deflocculated System

 Ukuran partikel bervariasi


 Partikelbesar lebih cepat mengendap
daripada partikel kecil
 Tidak ada supernatan jernih karena
partikel kecil yang belum mengendap
Sedimentation Parameters (1)
 Volume Sedimentasi (F)
 Derajat Flokulasi ()
 Redispersibility
Sedimentation Parameters (2)

 Untuk sistem terflokulasi: F = Vu/Vo


 Untuk sistem terdeflokulasi: F =
V/Vo
 Derajat flokulasi () = F/F
 Derajat flokulasi sistem
terdeflokulasi:  = Vu/V, apabila
nilai Vo sama
Sedimentation Parameters (3)
 Derajat flokulasi lebih penting
daripada volume sedimentasi, karena
berhubungan dengan F sistem
terflokulasi dan terdeflokulasi
 Semakin besar F, berarti Vu semakin
besar, sedimen lebih mudah
terdispersi
 Apabila F  1, sistem terflokulasi
optimal (sistem ideal)
Gambar Sedimentation Volume
Flokulasi vs. Deflokulasi
Flokulasi Deflokulasi
Terbentuk agregat Partikel terpisah
Laju sedimentasi cepat Laju sedimentasi lambat
Sedimen cepat terbentuk Sedimen lambat terbentuk

Tidak caking Caking


Sedimen & supernatant Tidak ada supernatant jernih
jernih
Formulasi Suspensi
 Cara klasik: structured vehicle
 Partikelterdeflokulasi tetap berada dalam
suspensi
 Dapat mencegah pengendapan karena sangat
kental
 Terbentuk ‘compact cake’ karena
terperangkap dalam structured vehicle
 Cara baru: flokulasi
 Stabilitas fisika optimum
 Distribusi partikel uniform dan dapat segera
mengalir dari wadah
Problem Formulasi Suspensi (1)
 Agregasi
 Ubah sifat ukuran partikel
 Tingkatkan densitas dan viskositas
pembawa
 Caking
 Buat sistem flokulasi
 Ubah sifat ukuran partikel
 Tingkatkan densitas dan viskositas
pembawa
Problem Formulasi Suspensi (2)
 Bioavailabilitas
 Gantisuspending agent
 Ubah ukuran partikel

 Pertumbuhan kristal
 Turunkan interfacial tension
 Kecilkan ukuran partikel
 Diberi selaput pelindung
 Hitung konsentrasi surfaktan dan nilai HLB
Problem Formulasi Suspensi (3)
 Potensi obat
 Periksa muatan obat dan suspending
agent
 Periksa ukuran partikel dan distribusinya

 Perubahan pH
 Maksimalkan kapasitas dapar
 Periksa sifat ionik obat, surfaktan,
komponen lain
Problem Formulasi Suspensi (4)
 Bahan obat terapung
 Tambahkan wetting agent
 Tambahkan koloid hidrofilik yang kuat

 Sistem suspensi mendadak pecah


 Periksa kandungan elektrolitnya
 Periksa sistem flokulasinya

 Perubahan warna
 Periksa OTT-nya
 Periksa sistem flokulasi
 Periksa kandungan elektrolit
Evaluasi Sediaan Suspensi (1)
 Appearance
 Bau dan rasa
 Laju sedimentasi
 Redispersibility
 Sedimentation volume (F)
 Viskositas
 Rheology properties
Evaluasi Sediaan Suspensi (2)

 pH
 Bobot jenis
 Ukuran partikel
 Bentuk kristal bahan aktif
 Laju disolusi
Preparasi Sediaan Suspensi
Emulsion

 Emulsion types
 Emulsification theory
 Monomolecular adsorption theory
(simple and complex films)
 Multimolecular adsorption theory
 Film particulate adsorption theory
 Physical stability
Tipe Emulsi
 Emulsi tipe o/w
 Emulgator: surfaktan, acacia, tragacanth,
gelatin, Na-lauril-sulfat, trietanolamin
stearat, sabun monovalen (Na-oleat), gliseril
monostearat
 Tidak semua emulsi yang dikonsumsi tipe
o/w, eg. mentega, salad dressings (w/o)
 Emulsi tipe w/o
 Emulgator: sabun divalen (Mg-oleat, Ca-
oleat), sorbitan ester (Span), kolesterol,
wool fat
Cara penentuan tipe emulsi
 Drop dilution test
 emulsi campur dengan air – o/w
 Dye solubility test
 emulsi campur dengan Sudan III – w/o
 Conductivity test
 arus listrik mengalir – o/w
 Fluorescence test
 fluoresensi (+) – w/o
Teori Emulsifikasi
Mekanisme pembentukan film
 Monomolecular adsorption theory
 Multimolecular adsorption theory
 Film particulate adsorption theory
Monomolecular adsorption theory
 Contoh: surfaktan kationik (o/w),
anionik (o/w), nonionik (o/w, w/o)
 Mekanisme kerja: membentuk
monolayer film dan menurunkan
tegangan permukaan/antar muka
 Sifat reversibel: mudah diperbaiki
dengan pengocokan apabila emulsi
pecah
 Kombinasi emulgator lebih baik daripada
emulgator tunggal – complex film pada interface
Multimolecular adsorption theory
 Contoh: koloid hidrofil pada umumnya
(acacia, gelatin), kecuali lecithin dan
cholesteran membentuk monomolecular
film
 Cenderung membentuk emulsi tipe o/w
 Mekanisme kerja: membentuk
multimolecular film dan meningkatkan
viskositas sistem
 Sifat irreversibel karena selaputnya kuat
dan bila sistem pecah sulit diperbaiki
Film particulate adsorption theory
 Contoh: finely divided solids
 Colloidal clays: bentonit, veegum
 Metallic hydroxides: Mg(OH)2

 Mekanisme kerja: membentuk film partikel


(partikulat) di sekeliling globul fasa
terdispers
 Untuk bentonit, tipe emulsi tergantung
pada fase yang dibasahi
 serbuk bentonit terbasahi air: o/w
 serbuk bentonit terbasahi minyak: w/o
Nama Kelas Tipe emulsi
Trietanolamin oleat Surfaktan anionik o/w (HLB  12)

N-setil-N-etil- Surfaktan kationik o/w (HLB  25)


morfolinum etosulfat
(Atlas G-263)
Atlas Span-80 Surfaktan nonionik w/o (HLB  4,3)

Atlas Tween-80 Surfaktan nonionik o/w (HLB  15)

Acacia (garam dari d- Koloid hidrofil o/w


asam glukuronat)
Gelatin (polipeptida & Koloid hidrofil o/w
asam amino)
Bentonit (aluminium Solid particle o/w, w/o
silikat hidrat)
Veegum (magnesium Solid particle o/w
aluminium silikat)
Carbon black Solid particle w/o
Physical Stability
 Flokulasi & creaming
 sifatreversibel
 berkaitan dengan hukum Stokes
 laju pemisahan diperlambat dengan
peningkatan viskositas fase eksternal,
pengecilan ukuran partikel, pengaturan
densitas kedua fase
 Coalescence & breaking
 sifat: irreversibel
 Phase inversion
Thank You

35

Anda mungkin juga menyukai