Anda di halaman 1dari 6

BAts 5

MEruEK$I PEMWUTUMffi WIAII


IBRIRM BHIMHG $IISIAI P{}MfiK

T /Eang c n-trSud penBhayatan iman dalam poiitikdi sini adalah hidup bermoral oranB beriman
I fl a^l^* criang politik. Jadi bagairnana orang beriman mewujudkan imannya dalam politik?
Wl art in ;r rang akan direnungkan dalam pokok bahasan ini.
{J politik selaiu n-eny,angkut hal negara dan hal warga negara. Dalam bukunya yang berjudul
,,Republik", Plato mengemukakan pendapatannya mengenai negara yang ideal. Negara ideal adalah
negara ),ang penul. dengan kebajikan clan keadilan. Setiap warga negara berfungsi sebagaimana
mestinya dalam upa\a merealisasikan negara ideal itu. Pendidikan yangdiaturoleh negara menjadi
halyang sangat penting dalam mewujudkan negara ideal ini1. Aristoteles berpendapat, bahlva negara
harus menguparakan dan menjamin kesejahteraan bersama yanB sebesar-besarnya.

Bagi Aristoteles nal rni merupakan kebaikan tertinggi (The highestgood) bagi manusia, sebab
hanya dalam keselahteraan bersama (umum) kesejahteraan individu dapat dipero,leh. Untuk menca-
pai tujuan ini maka hal r ang sangat penting ialah menyusun hukum atau konstitusi terbaik yang men-
jadi sumber kekuasaan dan menjadi pedoman pemerintahan bagi para penguasa2. Sejalan dengan
pendapat dua orang filsuf ini, bahkan negara lndonesia telah menggariskan secara jelas dan tegas
tentang tujuan negara, sebagaimana diru,.nuskan dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke empatyang
menyatakan meiindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah lndonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa. lvlenurut Kaelan (2004), ini merupakan tuju-
an khusus, yang meliputi tujuan nasional, sebagai tujuan bersarna bangsa lndonesia dalam memben-
tuk negara untuk me*ujudkan suatu masy,arakatyarrgadil dan makmur, material maupun spiritual3.
Oleh sebab itu penulis menekankan bahwa tujuan politis suatu negara, bagi negara itu sendiri
adalah kebajikan dan keadilan, kesejahteraan umum yang adil makmur. Sarananya adalah konstitusi
untuk mengatur negara itu, Secara logis dapat dikatakan kalau ada sekelompok manusia di suatu
74 Meniadi Pribadi Re/igius dan Humanis

tenrpat, hidup bersarna maka perlu aturan, nor!"na, hukum konstitusi. Norma ini
harus diXandasi kebajikan. L)erigan kebajikan orang merasa drperlakukan adtt.
Dengan perlakuan adil maka keselanteraan bagi semua {ercag.}dt. JtKa Ke5c;dlt-
teraan sernua tercapai maka disebut makmur. Semua ini menyangkut tujuan
dldirikannya suatu negara.
Politik lebih menyangkut semua usaha praktek untuk mengupayakan
tercapainya tujuan negara itu. fulenurut Kaelan (2004) politik memiliki makna
bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem negara yang menyangkut pro-
ses penentuan tujuan dari sistem itu dan pelaksanaan tujuan-tujuan itul. Ma-
carn-macam kegiatan dalam suatu sistem ini bertujuan untuk mengupayakan
tercapainya cita-cita bersama. Yang jelas dalam suatu politik ada sebuah kegia-
tan, yang berkoridor konltitusi, untuk mengupayakan tercapainya kesejahte-
raan bersama, yang berkeadilan. Kegiatan ini dilakukan baik oleh pemerintah
maupun warga negara. Selanjutnya bagaimana seharusnya peran pemerintah
dan warga negara, yang beriman, mewujudkan imannya dalam bidang politik.
Bagaimana mereka hidup bermoral dalam politik?

Pertama, rakyat bersama pemerintah, perlu menyadari bahwa dirinya ada-


lah makhluk Tuhan yang mempunyai martabat yang sama di hadapan Tuhans.
Para fungsionaris negara, kebetulan diserahi amanah untuk mengelola suatu
negara bersama rakyat, demi cita-cita mencapai kesejahteraan umum6. Sikap
mental rendah hati dan sadar amanah itu perlu ada, agar tidak memupuk sikap
sombong serakah dan tamak hati, yang muncul dalam sikap sok kuasa dan
berti ndak sewenang-wenan g.

Kedua, pemerintah dan rakyat harus insyaf bahwa mereka hidup bersa-
ma dan saling tergantung. Mer,eka ada di bawah dan diatur oleh hukum yang
sama7. Pelaksanaan hukum secara adil merupakan prioritas utama. Tindak
sewenang-wenang menyelewengkan hukum, memperjualbelikan hukum den-
gan mental kolusi dan nepotis seharusnya sudah menjadi hal yang memalukan
semua pihak.

Ketiga, dalam era demokratisasi, semua pihak perlu terlibat secara propor-
sional datram pro'ses pengambilan keputusan kebijakans. Semua ada normanya.
Mental primordialis, superioritas kelompok dan pemaksaan oleh kelompok ter-
tentu demi keuntungan kelompok itu, merupakan penyakit hidup demokrasi.
Mental "yang penting kelompokku" tak layak untuk dibawa ke forum hidup
demokrasi. Hidup demokrasi harus terarah pada tercapainya kesejahteraan
umum, bukan kesejahteraan kelompok. Beda itu boleh, tetapi sikap "nyempal"
dari kebersarnaan adalah kekanak-kanakan.
Perwuiudan lntan dan Bidang SosiaI Poiitik

Keempat, ci'ientasi "mencapai kese,!ahteraan urnum" harus


jadi ko
mitmen bersama rakyat dan pemerintahe. Janganlah berebut
dan mencari kesejahteraan sendiri, apalagi dengan sarana atau ke, '
dudukan. Yan g jadi korban tetap rakyat yang lemahro. Kapan sosial '
bagi seiurun rakYat tercaPai? Kita tidak perlu berebut "roti pembangu r'. Ba-
gilah roti pernbangunan dengan adil. Tidaklah bermoral j
nakan rakyat ienrah untuk "dibuattangga naik" demi meraih roti
Bukankah kemaki-nuran harus digunakan sebesar-besarnya untuk
Kelima, pemerintah harus bijak dan tanggap dalam mene saran dan

kritik. Bijak ber-arti analitis dan n'lampu memfilter saran dan k. Tanggap
berarti cep:t koreksi diri, mengakui kesalahan dan lekas
baliknya dari iakvat perlu menyampaikan saran dan kritik secara .H
kesan brutal dan anarkhis, kesan melempar kecewa dan frustasi, sebab
Hre FC€r-ii^ iniian kalau manusia bermOral, dan tidak membawa efek

apapun, Norma oan hukum tetap menjadi pegangan bersama. Duduk


yang santu:r cjan intelek dalam rangka dialog, adalah cara yang

Keenar, se.nua orang mempunyai hati nurani. Dalam keterl di l-


dang politik peran hati nurani bagi seseorang nnenjadi penting, dengan
hati nuraninra ia Cengan bebasdan bertanggungiawab, tidak ikut
ra, menentukan para caion fungsionaris negarat2. Yang terpilih
jadi
negara pun mengemban beban berat, membawa inspirasi rakyat diwa-
kilinya. l"lental "buruh" dan "mencari pepulih" tidaklah etis menj i mental
fungsionaris nega:a,
Ketujuh. sebagai \\'arga negara yang beriman perlu terlibat da upaya
menjaga kerukunan oan toleransi, terutanna dengan warga se- serta te-

tap mementingkan Kepentingan bersama. Secara moral boleh ber berbuat


ba ik dan benar ':'ang tercermin dalarn tindak keteladanan, tanpa merasa
sombong atau mencarr pujian. Sebagai orang beriman perlu menyad PanS-
gilannya yang ki-ras dalam hidup bernegara yakni memberikan
lam mengabdikan ciiri Cemi kepentingan urnuml3'
Kedelapan, clalam memperjuangkan keadilan perlu secara kon
bantu yang kurang beruntungra. Hidup berbagi dan berpo la hidup
merupakan bentuk sol idaritas dan kepedulian kepada mereka' nnen-

gucilkan, diskriminasi, dan tindak sewenang-wenang bertentangan den niiai


keadilan. Kesembilan, pemecahan masalah melalui dialog kiranya terasa h

manusiawils.

l;
76
Menjadi Pribadi Re/iglus dan Humanis

Hal ir.lii dilakukan untuk mencegah pemaksaan kehendak dari pihak-p:hak


yang mel.aPa ciiri benar dan berkuasa. Pemecahan rnasalah dengan menyisakan
rasa.sakit hati di pihak yang kalah, akan menjadi bom waktu dan dendam ke,
sumat far/g berakibat lebih jelek. Dialog merupakan bentuk demokrasi, ketika
*. mengalaniri sebuah masalah. Kesepuluh, menyadari bahwa kita memang beda.
Tak perhi memasalahkan perbedaan, termasuk beda ras dan keyakinan. Tak
periu rrrdncampuri urusan orang lain. Sikap hegemoni, primordialis dan mau
Ineninfjisendiri bertentangan dengan nitai-nilai moral.
F(esebelas, sikap hati yang iri, kikir, tamak, sombong, dengki dan rakus
merup/akan akar pemecah kesatuan dan kerukunanr6. Setiap warga negara perlu
mena namkanlcialam diri sendiri kemauan berjuang, berusaha keras, be!ajar dari
yang,;sukses, fatalis dan hedonislT dalam mencapai kesejahteraan hidup-
fiCak
nya. pesimis dan praduga jelek terhadap orang lain, serta menganggap
fsikap
oran{i lain rnusuh semakin memperparah pecahnya kesatuan dan kerukunan.
Sikayi ini ha,rus diubah.
t
reduabelas, jika perlu memang baik rakyat maupun fungsionaris negara
f
mefrsubah
$ruktur-struktur yang ada di pemerintahan yang menyebabkan ter-
jadinya ketildakadilan, korupsi dan tindak metanggar hukr"rm lainnyar.. Usaha
merflssanti
/orang/pejabat sebaik apapun, tak berpengaruh banyak, jika struk-
turlyang tiflak adil tidak dirornbak. lde sebagus apapun, dari manapun, dari
siapapun, gikan tak bergema, jika masuk suatu struktur yang tidak adil, apalagi
struktur te{sebut rnengandung pokok pikiran yang memang menguntungkan pi-
hak terten$u. Karena ketergantungan nafkah hidup, orang yang masuk dalam
struktur it( dibuat tak berdaya untuk melawannya.
l-''---"--'-"'
Ketifabelas, b,erkaitan dengan birokrasi hendaknya aturan dibuat jelas
dan tidak/membingungkan. Pelayanan lancar dan baik, sehingga rakyat ter-
layani sefara nranusiawi. Namun rakyat juga jangan memaksa aparat untuk
pelayanap yang istimewa, sehingga menumbuhkan "bisnis" sogok menyogok.
Agar jal4n mulus maka fuluspun khusus, termasuk money politics.

K{empatbelas, lberkaitan
-- ---" dengan
-'---o-"' subsidiaritasle. Hendaknya fungsionaris
"l
negara l,angan menggunakan kekuasaannya secara sewenang-wenang hingga
merebut sumber nafkal^1 orang kecil. Negara perlu menyediakan sarana untuk
mengerilrbangkannya. d,naaik"ata negara perlu mengelolanfaf r;kr;;=r;d;;
sumbe7itutetapdilibatlianikutmemilikidanmenikmatihasilnya.
Kelimabelas, keberpihakan kepada yang kecil dan kurang beruntung serta
sektor pertanian dan lingkrungan hidup merupakan hal paling urgent. Menurut
penulis tiga hal ini nnerupakan tolok ukur keberhasilan suatu negara, sebab
' Perwuiudan lman dan BidangSosia/ Potitik 77

negari berhasil jika semua mengalami keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya.
Itu semua didukung oleh sektor pertanian yang men-support pangan, sandang.
Semua itu mungkin terjadi jika lingkungan hidup baik. Departemen Sosial, Per-
tanian dan Kehutanan/Lingkungan Hidup sangat diharapkan peranan besarnya.
i..eer,ambelas, mental cinta dan bangga akan tanah air perlu terus di-
kembangkan Sejelek dan sebaik apapun sebuah negara adalah tanah tumpah
darah. Srkap mencela dan kecewa akan pemerintah tidak perlu diteruskan. Si-
kap bangga terhadap bangsa/tanah air orang lain adalah sikap munafik, sebab
orang lat-r: nrakan, minum dari tanah airnya sendiri. Merupakan pengkhiana-
tan kala,- seseorang lahir di tanah air tertentu, ia jadi kaya raya, tetapi bangga
dan sorrrong karena ia beretnis tertentu dan membanggakan negara yang se-
etnis cengan cirin',,a, seolah-olah ia lahir di negara asing, setelah berhasil me-
ngu:'as l'ala.,.eia',aan di negeri tempat ia lahir, seolah ia ingin pergi ke negara
asing,,ang se€t- s Cengan dia, padahal negara asing itu "antah berantah'tak
jelasl P:"a-;-a: lrr,r'a patriotisme dan cinta tanah air perlu digelorakan terus
demr t.sat-.- lan persatuan bangsa. Ketujuhbelas, adalah baik dan layak ka-
lau orang-l,ang ..ang sukses studi luar negeri, tetap komitmen menyumbang-
kan keparla :' '! a untrrk kemajuan negaranya sendiri.

Der,;an ^.aia ia n berdasarkan pada semuapenjelasan itu, iman dibidang


politik l-.,],-. be-,, - -: .eterlibatan semua warga negara, termasuk pemerintah
daiam n'ense-cd: i..dn dan menjaga kesatuan dan persatuan demitercapainya
masvarai.iat a,! l--'a.'n rr bagi seluruh rakyat di negara itu.

Catatan:
1 Kees Bertens: Seiarah Filsafat Yunani, hlm. 1 '14'123.
2. lbid, hlm. 161}-165.
3. Kaelan: Pendidikan Pancasil4 hlm. 164.
4. lbid. hlm.95. Bdk Lo,rem Bagus: Kamus Filsafat, hlm. 857.
5. Magnis Suseno: Etika Sosial, hlrn. 91-92.
6. lbid. hlm. I 19 eu hlam Etika Politik. Hlrn. 314-317.
7. Yang dim&ud disini dalah Undang-Undang Dasar (hukum tertulis) dan Convensi
(hukum * Ertulis) Lih. F.relan: Pendidikan Pancasila, hlm. 177'192.
8. lbid. hlm. l8l-187.
9. lni adalah h{uan mgara yang khusus, seperti terdapat dalam Pembukaan UUD
tr945, alinea IV.
10. Ketidakadilan fitoral diteCIhui bila terjadi : ada sekelompok orang yang jadi
korban dan betapryrm orang berusaha tetapi ia tidak memperoleh haknya. Lih.
Magrris.Suserrc : Eildra Sosia!. Hlm. 12&136. Bdk. Caudium et Spes. art 63 dan art
66.
1 AM. Hadjana fendrafan AFma. Hlm. 119131.
1.
1 2. Kaetan: Pendidikan-Pa;Gsila. hlm. 1 I I -1 9 I

13. Bdk. Gaudium et SF, art-75.

t
MenjaCi Pribadi Re/igius dan Humanis

1-1. Bdk. Caudium et. Spes, art. 1.


'15. Armada: DialogAgarna, hlrn. 100-l18.
16. Njiolah: Tanya.iawab masalah-masalah lman, Agama, dan Moral Katolik, hlm. 32-
44.
17. Orang bersikap fatalis cenderung menyelesaikan masalah dengan cara menanti
penyelesaian dari Tuhan, tanpa usaha nyata dari dirinya. Orang hedonis melulu
r
mencari kenikrnatan dalam hidup, Padahal etika mengajar orang untuk rajin beru-
saha, tidak bermalas-malas. Dalam etika pengembangan diri, kita wajib mengem-
bangkan talenta; dengan begitu orang bahagia, bukan melulu mencari kenikmatan.
18. Dalarn mengatasi ketidakadilan struktural orang harus berani merombak struktur
yang tak adil. Lih. Magnis-Suseno: Etika Politik, hlm. 333-336.
19, Prinsip Subsidiaritas : Masyarakat atau lembaga yang lebih tinggi kedudukarrnya ha-
rus memberi bantuan kepada anggota-anggotanya atau lembaga yang lebih terbatas
sejauh mereka sendiri tidak dapat menyelesaikan tugas secara memuaskan. Sedang-
kan apa yang dapat dikerjakan secara memuaskan oleh satuan-satuan masyarakat
yang lebih terbatas jangan diambil alih oleh satuan masyarakat yang lebih tinggi.

-oo000-

.,1,..
,..

Anda mungkin juga menyukai