Anda di halaman 1dari 21

1

LAPORAN MAGANG

BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL – HIJAUAN PAKAN TERNAK

PADANG MENGATAS

SUMATERA BARAT

10 Juli 2018 s/d 19 Juli 2018

OLEH

Neka Putri Pratama B04160046

Muhammad Fakhrian Akbar B04160051

Naufal Agusti B04160088

Satria Hendriawan B04160097

Ervi Juliani B04160114

Rahmi Hidayanti Syaiful B04170048

Berlyana Sagita B04170082

Afifah Arini Habib B04170104

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2018
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga penulis diberi kelancaran dalam penulisan laporan ini. Shalawat
dan salam penulis persembahkan kepada junjungan alam, Nabi Muhammad SAW, yang
telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke alam yang kaya dengan ilmu
pengetahuan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih tak
terhingga kepada Kepala Balai BPTU-HPT Ir. Irwandi, M.P dan drh. Darwis, M.P selaku
pembimbing lapangan dan seluruh karyawan BPTU-HPT atas bimbingan, kerja sama dan
ilmu yang telah diberikan selama melaksanakan magang. Ucapan terimakasih tidak lupa
kami sampaikan kepada Prof. Drh. Srihadi Agung Priyono, Ph.D,APVet selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa laporan
ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan. Semoga
laporan magang ini dapat bermanfaat dalam menambah ilmu pengetahuan.

Padang Mengatas, 19 Juli 2018

Penulis
3

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sapi potong merupakan ternak ruminansia penghasil daging di Indonesia.
Populasi sapi potong rendah karena pada umumnya ternak dipelihara oleh
peternak berskala kecil dengan modal dan lahan terbatas (Sugeng, 2007).
Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-
HPT) Padang Mengatas, Sumatra Barat adalah salah satu Instansi pemerintah
yang berfungsi menyediakan bibit unggul sapi potong di Indonesia. BPTU-HPT
Padang Mengatas pertama kali didirikan oleh pemerintahan Hindia Belanda pada
tahun 1916. Visi perusahaan adalah menjadi pusat penghasil bibit sapi potong
unggul nasional. BPTU-HPT Padang  Mengatas berada di kaki gunung
Sago,  Padang Mengatas, Kecamatan Luhak, Kabupaten Limapuluh Kota,
Provinsi Sumatera Barat. Berjarak kurang lebih 12 km dari Kota Payakumbuh dan
lebih kurang 136 km dari Kota Padang. Luas kawasan BPTU-HPT Padang
Mengatas adalah 280 ha, 268 ha merupakan lapangan rumput dan pasture, 12 ha
untuk fasilitas yang lainnya, memiliki ketinggian 700-900 mdpl, suhu; 19-23 0C,
jenis tanah; pod solid merah kuning, sistem pemeliharaan; pasture grazing, sistem
perkawinan; IB dan kawin alam dengan populsi ternak saat ini mencapai lebih
kurang 1392 ekor.

Tujuan

1. Mengetahui jenis-jenis sapi yang dipelihara di BPTU-HPT Padang Mengatas


2. Mengetahui sistem pemberian pakan yang diberikan pada sapi di BPTU-HPT.
3. Mangetahui macam sistem perkawinan sapi yang dipelihara BPTU-HPT.
4. Mengetahui sistem pemeliharaan, dan manajemen kandang pada peternakan
sapi di BPTU-HPT.
4
5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Jenis-jenis sapi yang dipelihara

Sapi Simental
Sapi Simmental adalah bangsa Bos Taurus, nama Simmental berasal dari
tempat asalnya Simmental, yaitu di Lembah Simme di Swiss, sedangkan Thal atau
tal dalam bahasa Jerman (Swiss juga berbahasa Jerman) artinya adalah lembah,
sehingga sapi dari lembah Simme ini lebih di kenal dengan sebutan Simmental,
tetapi sekarang berkembang lebih cepat di benua Eropa dan Amerika. Tingkat
pertambahan badan yang cepat perharinya 1 - 1,5 kg/ hari apabila diberi pakan
baik. Bagian tubuhnya berwarna merah bata dengan perut bawah berwarna lebih
muda. Serta terdapat warna putih pada kepala, kuku dan ujung ekor (Sudarmono,
2008).
Sapi Limousin
Sapi Limousin merupakan keturunan sapi eropa yang berkembang di
Perancis. Tingkat pertambahan badan yang cepat perharinya 1 - 1,1 kg/ hari
Ukuran tubuhnya besar dan panjang serta dadanya besar dan berdaging tebal,
bagian kepala, lutut kebawah dan ujung ekor berwarna putih. Bulunya berwarna
merah bata mulus. Sorot matanya tajam, kaki tegap dan punggung datar/tidak
berpunuk. Tanduk pada sapi jantan tumbuh keluar dan agak melengkung
Sapi Pesisir
Sapi Pesisir menurut diklasifikasikan ke dalam bangsa sapi yang
berukuran kecil sapi Pesisir digolongkan ke dalam kelompok sapi Bos indicus.
Menurut Anggordi (2010), sapi Pesisir memiliki bobot badan dan ukuran tubuh
lebih kecil daripada sapi lokal lain. Sapi pesisir jantan dewasa (umur empat tahun)
memiliki bobot badan 160,5 kg, panjang badan 114,7 cm, lingkar dada 127,2 cm,
dan tinggi badan 100,2 cm. Penampilan bobot badan yang kecil tersebut
merupakan salah satu penciri suatu bangsa sapi, sehingga dapat dinyatakan bahwa
sapi Pesisir merupakan sapi khas Indonesia (terutama di Sumatera Barat) dan
6

merupakan sumber daya genetik (plasma nutfah) nasional yang perlu


dikembangkan dan dilestarikan. Karakteristik sapi Pesisir menurut Saladin (1983)
memiliki tanduk pendek yang mengarah ke luar seperti tanduk kambing. Jantan
memiliki kepala pendek, leher pendek dan besar, belakang leher lebar, punuk
kecil, kemudian pendek dan membulat. Betina memiliki kepala agak panjang dan
tipis, kemudi miring, pendek dan tipis, tanduk kecil yang mengarah ke luar. Sapi
Pesisir memiliki keragaman warna bulu yang tinggi yaitu merah kekuningan,
terdapat garis hitam dipunggung, memiliki average daily gain (ADG) berkisar
0,3-0,4 kg/hari apabila diberi pakan yang baik.

B. Sistem Pemberian Pakan

Hijauan

Jenis hijauan yang diberikan pada ternak adalah:


a. Rumput Potong.
Contoh rumput potong yang diberikan yaitu rumput gajah
(Pennisetum purpereum), rumput mexico (Eucaena mexicana), rumput
setaria (setaria spacelata), rumput raja ( Pennisetum purpuides), dan
rumput benggala (Panicum Maximum).
b. Rumput Padang Penggembalaan.
Rumput padang penggembalaan antara lain rumput BD (Braciaria
decumbens), rumput BH (Braciaria humidicola), rumput signal (Cinodon
Dactilon) rumput karpet (Axonopus compressus), dan rumput bintang
(Star grass).
c. Leguminosa
Legum ada dua jenis yaitu legum pohon dan legum menjalar.
Legum menjalar antara lain adalah putri malu (Mimosa pudica), kacang
arcis (Aracis pintoi), sentro (Centocema pubescen), Stilo (stylocantes) dan
Desmodium. Legum yang digunakan di BPTU-HPT adalah kacang arcis,
sentro dan siratro. Kandungan PK sentro 16,8%, stilo PK 15,6%,
desmodium PK 16,7%. Legum pohon terdiri dari lamtoro (Leucaina
Leucochephala), turi (Sesbania glandifora), indogo (Indigofera arrecta),
gamal (Gliricidae maculata), kaliandra (Kaliandra). Kandungan PK
7

lamtoro 24,2%, turi PK 29,2%.


Seekor ternak sapi membutuhkan hijauan sebanyak 10 % dari berat
badannya. Jenis-jenis rumput yang diberikan pada ternak sapi simental dan
limousine yaitu rumput raja (Penisetum purpoides), rumput benggala (Panicum
maximum), rumput gajah (Penisetum purperium), dan legum yaitu sentrosema
(Sentrosema pubescens) yang akan di cacah menggunakan mesin pencacahan
yaitu mesin cooper. Pencacahan tersebut bertujuan untuk memudahkan ternak
mencerna hijauan.
Konsentrat
Konsentrat adalah campuran bahan-bahan makanan yang dicampur
sedemikian rupa sehingga menjadi suatu bahan makanan yang berfungsi untuk
melengkapi kekurangan gizi dari bahan makanan lainnya (hijauan). Formulasi
ransum yang ada di BPTU-HPT Padang Mengatas berupa dedak padi 25% (329
kg), Onggok 20% (198 kg), SBM 20% (263 kg), polar 20% (329 kg), bungkil
Kelapa 10% (132 kg), Mineral 4% (53 kg), Garam 1 % (13 kg). Kosentrat yang
dibuat setiap hari di BPTU-HPT Padang Mengatas adalah 1317 kg/hari.
Pengadukan kosentrat mengunakan alat yaitu Mixer. Kapasitas Mixer yaitu 700
kg dengan lama mixer adalah 15 menit.
Pakan konsentrat mempunyai kandungan serat kasar rendah dan mudah
dicerna. Pemberian pakan konsentrat per ekor per hari ± 2% dari berat badan.
Selain itu konsentrat mempunyai fungsi yaitu untuk hidup pokok atau
mempertahankan kelangsungan hidup, untuk berproduksi atau pertumbuhan dan
untuk reproduksi sapi bunting.
C. Sistem Perkawinan
Sistem perkawinan sapi di BPTU-HPT terbagi dua yaitu secara Inseminasi
Buatan (IB) dan kawin alami. Sapi limosin dan sapi simental dikawinkan secara
inseminasi buatan sedangkan sapi pesisir secara kawin alam. Program
pengembangan sapi melalui inseminasi buatan adalah salah satu jalan untuk
peningkatan produktivitas sapi di Indonesia. Kawin alam merupakan salah satu
cara dalam pengembangbiakan ternak sapi potong khususnya sapi pesisir. Metode
kawin alam sangat efektif dan efisien, sehingga dapat digunakan sebagai pola
usaha budidaya ternak di padang penggembalaan.
8

Pemeriksaan Kebuntingan (PKB)


Untuk metode klinis, sejauh ini palpasi rektal dan ultrasonografi telah
digunakan lebih dari 95% peternak modern di belahan dunia dari waktu ke waktu
(Rodning et al., 2012). Pemeriksaan kebuntingan yang kami lakukan saat magang
di BPTU-HPT Padang Mangatas yaitu menggunakan metode palpasi rectal.
Palpasi rektal dilakukan dengan cara memasukkan tangan ke dalam rektum hingga
tercapai perabaan terhadap uterus dan ovarium sehingga dapat diketahui kondisi
organ, kelainan, serta siklus reproduksi yang terjadi pada seekor ternak (Hafez,
1980).
Tingkat akurasi dalam memprediksi kebuntingan tergantung spesies,
periode kebuntingan serta pengalaman palpator, namun metode palpasi rektal
relatif memiliki tingkat akurasi mencapai 100% dalam mendiagnosa kebuntingan
pada 35-45 hari postbreeding (Eilts, 2007). Pada spesies hewan domestikasi
berukuran besar seperti sapi, kerbau, kuda dan unta, palpasi rektal sekalipun
dengan beberapa keterbatasan, merupakan metode diagnosis kebuntingan yang
paling mudah, murah dan tercepat dengan sedikit atau bahkan nihil peluang
membahayakan hewan dan fetus bila dilakukan dengan hati-hati.
D. Sistem pemeliharaan, dan manajemen kandang pada peternakan

Sistem Pemeliharaan Ternak

Sistem pemeliharaan sapi potong dapat dibedakan menjadi 3, yaitu sistem


pemeliharaan ekstensif, semi intensif dan intensif. Sistem ekstensif semua
aktivitasnya dilakukan di padang penggembalaan yang sama. Sistem semi intensif
adalah memelihara sapi untuk digemukkan dengan cara digembalakan dan pakan
disediakan oleh peternak, atau gabungan dari sistem ekstensif dan intensif.
Sementara sistem intensif adalah sapi-sapi dikandangkan dan seluruh pakan
disediakan oleh peternak (Sugeng 2008)
Sistem pemeliharaan di BPTU-HPT Padang Mengatas merupakan sistem
pemeliharaan secara ekstensif. Sistem pemeliharaan di kandang hanya dilakukan
untuk sapi pejantan unggul, induk yang mengalami gangguan reproduksi, sapi
melahirkan, pedet dan sapi yang dalam pengobatan. Sistem ekstensif digunakan
untuk ternak sapi induk produktif, induk bunting muda, sapi dara dan pedet lepas
sapih yang dilepaskan di padang pengembalaan. Pemeliharaan Intensif, sapi-sapi
9

yang dipelihara secara intensif pada umumnya hampir sepanjang hari berada di
dalam kandang. Ternak tersebut dapat mengkonsumsi pakan sesuai kebutuhannya
sehingga cepat meningkatkan bobot badan, sedangkan kotoran dari ternak tersebut
pun bisa terkumpul dalam jumlah yang lebih banyak untuk di olah menjadi pupuk.
Sapi–sapi memperoleh perlakuan yang lebih baik atau rutin dalam hal
memberikan pakan, pembersihan kandang, memandikan sapi, menimbang,
mengandalikan penyakit.
Manajemen Perkandangan
Fungsi kandang adalah melindungi sapi potong dari gangguan cuaca,
tempat sapi beristirahat dengan nyaman, mengontrol agar sapi tidak merusak
tanaman di sekitar lokasi, tempat pengumpulan kotoran sapi, melindungi sapi dari
hewan pengganggu, dan memudahkan pelaksanaan pemeliharaan sapi tersebut
(Abidin, 2006).
Kandang yang ada di BPTU-HPT Padang Mengatas ini memiliki tipe
kandang yang berbeda. Kandang bull dan 1-6 dengan tipe head to head. Kandang
di BPTU-HPT Padang Mengatas sesuai dengan pendapat Ngadiyono, (2007)
dimana tipe kandang berdasarkan bentuknya ada 2, yaitu kandang tunggal dan
kandang ganda. Kandang tunggal terdiri satu baris kandang yang dilengkapi
lorong jalan dan selokan atau parit. Kandang ganda ada 2 macam yaitu sapi saling
berhadapan head to head yang dilengkapi lorong untuk memudahkan pemberian
pakan dan pengontrolan ternak.
Saluran air terutama pembuangan kotoran sudah cukup baik, dimana air
kotoran bisa mengalir dan tidak tertumpuk di selokan terlalu banyak. Selain itu
feses yang terdapat dikandang dikumpulkan yang kemudian ditebarkan ke plot
rumput gajah dengan cara menebarkan dijadikan pupuk kompos yang tersedia di
plot.
Sanitasi kandang dilakukan beberapa tahap setelah pembersihan kandang,
meliputi membersihkan tempat makan dan minum serta membersihkan kotoran
sapi potong yang berada di dalam kandang.Sanitasi kandang adalah suatu kegiatan
yang dilakukan oleh peternak atau pembudidaya untuk kebersihan kandang dan
lingkungannya. Untuk itu, ketersediaan air bersih yang cukup pada usaha
pemeliharaan sapi potong mutlak diperlukan (Syafrial dkk, 2007). Sanitasi
10

kandang di lakukan setiap hari yang dimulai pada jam 7.30 pagi sampai selesai.
Sanitasi dialakukan untuk kenyamanan ternak dan juga memudahkan pekerja
untuk mengontrol ternak serta jauh dari penyakit. Sanitasi kandang dimulai dari
membersihkan sisa pakan dan minuman yang diberikan pada hari sebelumnya,
membersihkan feses di lantai dan mencuci sisa feses yang terdapat di lantai. Feses
yang banyak terdapat di lantai mengakibatkan lantai lincin dan mengakibatkan
ternak jatuh sehingga bisa cedera dan sulit untuk beraktifitas.

BAB III
PENUTUP
11

Kesimpulan

Kegiatan ini sangat penting untuk menunjang wawasan dan pengetahuan


mahasiswa tentang bidang ilmu peternakan yang telah dipelajari dilapangan.
Penulis mendapat pengetahuan yang lebih luas dibidang ilmu reproduksi, pakan
konsentrat serta manajemen pemeliharaan sapi.
12

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2006. Penggemukan Sapi Potong.Jakarta(ID): Agro Media Pustaka


Anggorodi, R.2010.Ilmu Makanan Ternak Umum.Jakarta (ID) : Gramedia
Eilts, B.E. 2007. Pregnancy Examination of the Cow.
http://www.vetmed.lsu.edu/eiltslotus/theriogenology\5361/bovine_pregnana
cy.htm. 24 November 2013 (02.26).
Hafez, E.S.E. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7th ed. Lippincott Williams &
Wilkins. Philadelphia.
Rodning, S, W. Prevatt, R. Carson, J. Elmore, and M. Elmore. 2012. Annual Beef
Cow Pregnancy Examination. Animal Sciences Series Timely Information:
Agriculture & Natural Resources. Alabama Cooperative Extension System
and Auburn University.
Sugeng, Y. B. 2007. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudarmono dan Sugeng, 2008. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Syafrial, E. Susilowati, dan Bustami. 2007. Manajemen Pengelolaan
Penggemukan Sapi Potong. Departemen Pertanian, Samarinda.
13

LAMPIRAN

Sapi Limousine Sapi Simental

Pemberian konsentrat untuk sapi di Proses Palpasi rectal


Padang penggembalaan
14

Pengamatan sapi birahi


Pemotongan hijauan menggunakan
Cooper

Inseminasi Buatan
Memandikan dan membersihkan
kotoran sapi

Mencatat nomor telinga sapi


Membersihkan kandang sapi
15

Mencatat nama indonesia dan nama mempelajari nama obat-obatan


latin tumbuhan yang ada dikebun veteriner
koleksi
16

Data nomor telinga sapi di kandang 1


17

Data nomor telinga sapi di kandang 4


18

Data nomor telinga sapi di kandang 3


19

Data nomor telinga sapi di kandang bull


20

Data nomor telinga sapi di kandang 2


21

Anda mungkin juga menyukai