LAPORAN MAGANG
PADANG MENGATAS
SUMATERA BARAT
OLEH
2018
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga penulis diberi kelancaran dalam penulisan laporan ini. Shalawat
dan salam penulis persembahkan kepada junjungan alam, Nabi Muhammad SAW, yang
telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke alam yang kaya dengan ilmu
pengetahuan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih tak
terhingga kepada Kepala Balai BPTU-HPT Ir. Irwandi, M.P dan drh. Darwis, M.P selaku
pembimbing lapangan dan seluruh karyawan BPTU-HPT atas bimbingan, kerja sama dan
ilmu yang telah diberikan selama melaksanakan magang. Ucapan terimakasih tidak lupa
kami sampaikan kepada Prof. Drh. Srihadi Agung Priyono, Ph.D,APVet selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa laporan
ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan. Semoga
laporan magang ini dapat bermanfaat dalam menambah ilmu pengetahuan.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sapi potong merupakan ternak ruminansia penghasil daging di Indonesia.
Populasi sapi potong rendah karena pada umumnya ternak dipelihara oleh
peternak berskala kecil dengan modal dan lahan terbatas (Sugeng, 2007).
Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-
HPT) Padang Mengatas, Sumatra Barat adalah salah satu Instansi pemerintah
yang berfungsi menyediakan bibit unggul sapi potong di Indonesia. BPTU-HPT
Padang Mengatas pertama kali didirikan oleh pemerintahan Hindia Belanda pada
tahun 1916. Visi perusahaan adalah menjadi pusat penghasil bibit sapi potong
unggul nasional. BPTU-HPT Padang Mengatas berada di kaki gunung
Sago, Padang Mengatas, Kecamatan Luhak, Kabupaten Limapuluh Kota,
Provinsi Sumatera Barat. Berjarak kurang lebih 12 km dari Kota Payakumbuh dan
lebih kurang 136 km dari Kota Padang. Luas kawasan BPTU-HPT Padang
Mengatas adalah 280 ha, 268 ha merupakan lapangan rumput dan pasture, 12 ha
untuk fasilitas yang lainnya, memiliki ketinggian 700-900 mdpl, suhu; 19-23 0C,
jenis tanah; pod solid merah kuning, sistem pemeliharaan; pasture grazing, sistem
perkawinan; IB dan kawin alam dengan populsi ternak saat ini mencapai lebih
kurang 1392 ekor.
Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Sapi Simental
Sapi Simmental adalah bangsa Bos Taurus, nama Simmental berasal dari
tempat asalnya Simmental, yaitu di Lembah Simme di Swiss, sedangkan Thal atau
tal dalam bahasa Jerman (Swiss juga berbahasa Jerman) artinya adalah lembah,
sehingga sapi dari lembah Simme ini lebih di kenal dengan sebutan Simmental,
tetapi sekarang berkembang lebih cepat di benua Eropa dan Amerika. Tingkat
pertambahan badan yang cepat perharinya 1 - 1,5 kg/ hari apabila diberi pakan
baik. Bagian tubuhnya berwarna merah bata dengan perut bawah berwarna lebih
muda. Serta terdapat warna putih pada kepala, kuku dan ujung ekor (Sudarmono,
2008).
Sapi Limousin
Sapi Limousin merupakan keturunan sapi eropa yang berkembang di
Perancis. Tingkat pertambahan badan yang cepat perharinya 1 - 1,1 kg/ hari
Ukuran tubuhnya besar dan panjang serta dadanya besar dan berdaging tebal,
bagian kepala, lutut kebawah dan ujung ekor berwarna putih. Bulunya berwarna
merah bata mulus. Sorot matanya tajam, kaki tegap dan punggung datar/tidak
berpunuk. Tanduk pada sapi jantan tumbuh keluar dan agak melengkung
Sapi Pesisir
Sapi Pesisir menurut diklasifikasikan ke dalam bangsa sapi yang
berukuran kecil sapi Pesisir digolongkan ke dalam kelompok sapi Bos indicus.
Menurut Anggordi (2010), sapi Pesisir memiliki bobot badan dan ukuran tubuh
lebih kecil daripada sapi lokal lain. Sapi pesisir jantan dewasa (umur empat tahun)
memiliki bobot badan 160,5 kg, panjang badan 114,7 cm, lingkar dada 127,2 cm,
dan tinggi badan 100,2 cm. Penampilan bobot badan yang kecil tersebut
merupakan salah satu penciri suatu bangsa sapi, sehingga dapat dinyatakan bahwa
sapi Pesisir merupakan sapi khas Indonesia (terutama di Sumatera Barat) dan
6
Hijauan
yang dipelihara secara intensif pada umumnya hampir sepanjang hari berada di
dalam kandang. Ternak tersebut dapat mengkonsumsi pakan sesuai kebutuhannya
sehingga cepat meningkatkan bobot badan, sedangkan kotoran dari ternak tersebut
pun bisa terkumpul dalam jumlah yang lebih banyak untuk di olah menjadi pupuk.
Sapi–sapi memperoleh perlakuan yang lebih baik atau rutin dalam hal
memberikan pakan, pembersihan kandang, memandikan sapi, menimbang,
mengandalikan penyakit.
Manajemen Perkandangan
Fungsi kandang adalah melindungi sapi potong dari gangguan cuaca,
tempat sapi beristirahat dengan nyaman, mengontrol agar sapi tidak merusak
tanaman di sekitar lokasi, tempat pengumpulan kotoran sapi, melindungi sapi dari
hewan pengganggu, dan memudahkan pelaksanaan pemeliharaan sapi tersebut
(Abidin, 2006).
Kandang yang ada di BPTU-HPT Padang Mengatas ini memiliki tipe
kandang yang berbeda. Kandang bull dan 1-6 dengan tipe head to head. Kandang
di BPTU-HPT Padang Mengatas sesuai dengan pendapat Ngadiyono, (2007)
dimana tipe kandang berdasarkan bentuknya ada 2, yaitu kandang tunggal dan
kandang ganda. Kandang tunggal terdiri satu baris kandang yang dilengkapi
lorong jalan dan selokan atau parit. Kandang ganda ada 2 macam yaitu sapi saling
berhadapan head to head yang dilengkapi lorong untuk memudahkan pemberian
pakan dan pengontrolan ternak.
Saluran air terutama pembuangan kotoran sudah cukup baik, dimana air
kotoran bisa mengalir dan tidak tertumpuk di selokan terlalu banyak. Selain itu
feses yang terdapat dikandang dikumpulkan yang kemudian ditebarkan ke plot
rumput gajah dengan cara menebarkan dijadikan pupuk kompos yang tersedia di
plot.
Sanitasi kandang dilakukan beberapa tahap setelah pembersihan kandang,
meliputi membersihkan tempat makan dan minum serta membersihkan kotoran
sapi potong yang berada di dalam kandang.Sanitasi kandang adalah suatu kegiatan
yang dilakukan oleh peternak atau pembudidaya untuk kebersihan kandang dan
lingkungannya. Untuk itu, ketersediaan air bersih yang cukup pada usaha
pemeliharaan sapi potong mutlak diperlukan (Syafrial dkk, 2007). Sanitasi
10
kandang di lakukan setiap hari yang dimulai pada jam 7.30 pagi sampai selesai.
Sanitasi dialakukan untuk kenyamanan ternak dan juga memudahkan pekerja
untuk mengontrol ternak serta jauh dari penyakit. Sanitasi kandang dimulai dari
membersihkan sisa pakan dan minuman yang diberikan pada hari sebelumnya,
membersihkan feses di lantai dan mencuci sisa feses yang terdapat di lantai. Feses
yang banyak terdapat di lantai mengakibatkan lantai lincin dan mengakibatkan
ternak jatuh sehingga bisa cedera dan sulit untuk beraktifitas.
BAB III
PENUTUP
11
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Inseminasi Buatan
Memandikan dan membersihkan
kotoran sapi