Anda di halaman 1dari 17

Referat

*Kepanitraan Klinik Senior/G1A219001


** Pembimbing

REFERAT
BENDA ASING DI SALURAN PENCERNAAN PADA ESOFAGUS

Oleh:
Yesti Paramita
G1A219001

Pembimbing
dr. Angga Pramuja, Sp.THT-KL**

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU THT-KL


RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
HALAMAN PENGESAHAN
REFERAT
BENDA ASING DI SALURAN PENCERNAAN PADA ESOFAGUS

Disusun Oleh :
Yesti Paramita
G1A219001

Kepaniteraan Klinik Senior


Bagian/SMF THT-KL RSUD Raden Mattaher
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi

Laporan ini telah diterima


Pada April 2020

Pembimbing

dr. Angga Pramuja, Sp.THT-KL


KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Referatyang berjudul “Benda Asing di
Saluran Pencernaan Pada Esofagus” sebagai kelengkapan persyaratan dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu THT-KL di Rumah Sakit Umum Daerah Raden
Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Angga Pramuja, Sp.THT-KL yang telah
bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis selama menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu THT-KL di Rumah Sakit Umum Daerah Raden
Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan guna kesempurnaan
referat ini, sehingga dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Jambi, April 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Benda asing di suatu organ adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam
tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Dari semua kasus benda asing yang masuk
kedalam saluran cerna dan pernapasan anak-anak, sepertiganya tersangkut di saluran
pernapasan. Peristiwa tertelan atau tersangkutnya benda asing merupakan masalah utama
anak usia 6 bulan sampai 6 tahun, dan dapat terjadi pada semua umur pada tiap lokasi di
esophagus, baik ditempat penyempitan fisiologis maupun patologis dan dapat pula
menimbulkan komplikasi fatal akibat perforasi.1,2
Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul atau makanan yang
tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak
disengaja. Angka kejadian tertelan benda asing mengakibatkan 1500 kematian di Amerika
Serikat. Sebanyak 80-90% benda asing esofagus akan melewati saluran pencernaan selama 7-
10 hari tanpa komplikasi, sedangkan 10-20% sisanya membutuhkan tindakan endoskopi dan
1% membutuhkan pembedahan. Sebanyak 75% benda asing saluran cerna berada di esofagus
saat terdiagnosis.Benda asing di esophagus merupakan masalah klinis yang memiliki
tantangan tersendiri, meskipun belakangan ini telah terjadi kemajuan besar dalam teknik
anestesi dan instrumentasi, ekstraksi benda asing saluran cerna bukanlah merupakan suatu
prosedur yang mudah dan tetap memerlukan keterampilan serta pengalaman dari dokter yang
melakukannya. Oleh karena itu, kasus ini diangkat pada diskusi kasus mengenai benda asing
di saluran pencernaan pada esofagus.1,2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Esofagus

Esophagus merupakan tuba muskular dengan panjang 9- 10 inci ( 25 cm) dan


diameter 1 inci (2,54 cm). Saat lahir panjang esofagus bervariasi antara 8 dan 10 cm dan kira-
kira 19 cm pada usia 15 tahun. Esofagus berasal dari laringofaringeal area vertebrae C6
melewati diagfragma (hiatus esofagus) pada areasekitar vetebreae thoraks 10 dan membuka
kearah lambung.Esophagus adalah saluran berotot yang lurus dan memanjang diantara faring
dan lambung. 2,3

1. Tempat penyempitan pertama adalah pada 15 cm dari gigi insisivus atas, di mana
esofagus dimulai pada sfingter krikofaringeal; ini adalah bagian tersempit dari esofagus dan
sekitar sesuai dengan vertebra C6, 2. Tempat penyempitan kedua adalah pada 23 cm dari
gigi insisivus atas, di mana ia dilintasi oleh arkus aorta dan kiri bronkus utama, dan 3.
Tempat penyempitan ketiga adalah 40 cm dari gigi insisivus atas, di mana ia menembus
diafragma; Lower Esophageal Sphincter (LES) terletak pada tingkat ini. 2,3

Gambar 2.1 Gross Anatomy of Esophagus.


Dalam proses menelan akan terjadi hal-hal seperti berikut :

1) Pembentukan bolus makanan dengan ukuran dan konsistensi yang baik, 2) Upaya sfingter
mencegah terhamburnya bolus ini dalam fase-fase menelan, 3) Mempercepat masuknya bolus
makanan ke dalam faring pada saat respirasi, 4) Mencegah masuknya makanan dan minuman
ke dalam nasofaring dan laring,5) Kerjasama yang baik dari otot-otot di rongga mulut untuk
mendorong bolus makanan ke lambung. Dan 6) Usaha untuk membersihkan kembali
esofagus. Proses menelan di mulut, faring, laring, dan esofagus secara keseluruhan akan
terlibat secara berkesinambungan.2,3

Menelan dibagi menjadi tahap orofaring dan tahap esofagus.Tahap orofaring


berlangsung sekitar 1 detik dan terdiri dari pemindahan bolus dari mulut melalui faring untuk
masuk ke esofagus.Ketika masuk ke faring, bolus makanan harus diarahkan ke dalam
esofagus dan dicegah untuk masuk ke lubang-lubang lain yang berhubungan dengan faring.
Dengan kata lain, makanan harus dijaga agar tidak masuk kembali ke mulut, masuk ke
saluran hidung, atau masuk ke trakea.Posisi lidah yang menekan langit-langit keras menjaga
agar makanan tidak masuk kembali ke mulut sewaktu menelan. Kontraksi m.levator palatini
mengakibatkan rongga pada lekukan dorsum lidah diperluas, palatum mole terangkat dan
bagian atas dinding posterior faring akan terangkat pula. Bolus terdorong ke posterior karena
lidah terangkat ke atas. Selanjutnya terjadi kontraksi m.palatoglosus yang menyebabkan
ismus fausium tertutup, diikuti oleh kontraksi m.palatofaring, sehingga bolus makanan tidak
akan berbalik ke rongga mulut.4,5

Uvula terangkat dan menekan bagian belakang tenggorokan, menutup saluran hidung
atau nasofaring dari faring sehingga makanan tidak masuk ke hidung.Makan dicegah masuk
ke trakea terutama oleh elevasi laring dan penutupan erat pita suara di pintu masuk laring
atau glotis.Faring dan laring bergerak ke arah atas oleh kontraksi m.stilofaring,
m.salfingofaring, m.tirohioid dan m.palatofaring. Aditus laring tertutup oleh epiglotis,
sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan plika
vokalis tertutup karena kontraksi m.ariepiglotika dan m.aritenoid obligus. Bersamaan dengan
ini terjadi juga pengentian aliran udara ke laring karena refleks yang menghambat
pernapasan, sehingga bolus makanan tidak akan masuk ke dalam saluran napas. Selanjutnya
bolus makanan akan meluncur ke arah esofagus, karena valekula dan sinus piriformis sudah
dalam keadaaan lurus.5,6
Tahap esofagus dari proses menelan kini dimulai. Pusat menelan memicu gelombang
peristaltik primer yang menyapu dari pangkal ke ujung esofagus, mendorong bolus di
depannya menelusuri esofagus untuk masuk ke lambung. Gelombang peristaltik memerlukan
waktu sekitar 5 sampai 9 detik untuk mencapai ujung bawah esofagus. Perambatan
gelombang dikontrol oleh pusat menelan, dengan persarafan melalui saraf vagus. Sewaktu
gelombang peristaltik menyapu menuruni esofagus, sfingter gastroesofagus melemas secara
refleks sehingga bolus dapat masuk ke dalam lambung. Setelah bolus masuk ke lambung,
proses menelan tuntas dan sfingter gastroesofagus kembali berkontraksi.5,6

2. 2 Benda Asing pada Esofagus


2.2.1 Definisi
Benda asing didalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari
dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing pada esofagus adalah benda
tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan,
baik secara sengaja maupun tidak sengaja.5,6

2.2.2 Epidemiologi
Kasus benda asing pada esofagus lebih banyak terjadi pada anak-anak daripada orang
dewasa. Umumnya, anak-anak sekitar 6 bulan sampai 5 tahun lebih sering menelan benda
asing. Pada orang dewasa sekitar 50 – 70 tahun juga ditemukan kasus benda asing pada
esofagus walaupun tidak sebanyak pada anak-anak. Tertelannya benda asing dapat menjadi
kondisi yang serius dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitasnya. Pada tahun 1999,
American Association of Poison Control mendokumentasikan sebanyak 182.105 kejadian
tertelannya benda asing pada pasien dibawah 20 tahun. Terdapat 1500-1600 insidensi
kematian per tahun akibat komplikasi yang terjadi karena benda asing pada esofagus di
Amerika.5,6

2.2.3 Etiologi
Benda asing pada esofagus dapat dibagi menjadi golongan anak dan dewasa. Pada anak-anak
dapat disebabkan oleh anomali kongenital termasuk stenosis kongenital, web, fistel
trakeoesofagus, dan pelebaran pembuluh darah. Belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat
menelan dengan baik, koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna
pada usia 6 bulan sampai 1 tahun, retardasi mental, gangguan pertumbuhan, dan penyakit
neurologik juga. dapat menjadi faktor predisposisi pada anak-anak. Pada orang dewasa,
tertelannya benda asing sering dialami oleh pemakai gigi palsu, pemabuk, dan pada pasien
gangguan mental.Pemakaian gigi palsu merupakan hal yang paling sering terjadi pada orang
dewasa karena menurunnya sensasi pada rongga mulut. Pada orang dewasa, penyakit-
penyakit medis juga sering menjadi penyebab tertelannya benda asing. Striktur esofagus
merupakan penyebab tersering dikarenakan oleh penyakit medis. Keganasan pada esofagus
dan akalasia juga dapat menyebabkan impaksi benda asing pada esofagus.5,6

2.2.4 Lokasi Benda Asing


Benda asing pada esofagus lebih sering ditemukan pada segmen servikalis atau pada
sfingter krikofaringeal, dimana ini adalah lokasi pertama penyempitan pada esofagus. Dapat
juga ditemukan benda asing pada daerah penyempitan esofagus kedua dan ketiga, yaitu pada
rongga dada bagian tengah akibat tertekan lengkung aorta dan pada hiatus esofagus.5,6
2.2.5 Jenis Benda Asing
Jenis benda asing dapat dikategorikan sesuai dengan usia. Menurut penelitian yang
dilakukan, benda asing yang banyak ditemukan pada anak-anak adalah benda-benda organik
seperti kacang-kacangan dan biji-bijian. Sedangkan pada orang dewasa, sisa-sisa makanan
dan tulang (tulang ayam, tulang ikan, dll) juga menjadi benda yang paling sering menjadi
penyebab kasus benda asing. Benda asing anorganik juga dapat ditemukan dalam kasus
benda asing pada esofagus. Benda-benda berbahan logam seperti baterai dan koin paling
banyak ditemukan pada kasus ini. Selain itu, benda-benda seperti mainan-mainan kecil,
kancing baju, dan cincin juga dapat ditemukan. Jenis benda asing juga dapat dibedakan
berdasarkan negara. Umumnya, pada negara dimana penduduk wanita nya banyak yang
menggunakan jilbab, peniti dapat menjadi benda asing yang banyak ditemukan.5,6

2.2.6 Gejala Klinis


Berdasarkan lokasinya, gejala yang ditimbulkan oleh benda asing pada esofagus
berbeda-beda. Batuk adalah gejala utama yang ditimbulkan setelah tertelan benda asing.
Gejala lain yang ditimbulkan adalah disfagia, muntah, hipersalivasi, dan rasa sakit. Muntah
dan hipersalivasi merupakan gejala yang signifikan terjadi pada lokasi penyempitan pertama
esofagus atau sfingter krikofaringeal. Pada kasus benda asing pada esofagus, muntah dapat
menjadi gejala yang berbahaya karena tekanan yang dihasilkan dapat menyebabkan ruptur
dinding esofagus yang tipis. Gejala disfagia dapat terjadi pada semua lokasi di esofagus,
namun paling banyak terjadi pada lokasi penyempitan pertama dan kedua esofagus.5,6
2.2.7 Diagnosis
Data yang didapatkan dari hasil anamnesis dapat menjadi hal yang sangat penting
dalam menentukan diagnosis benda asing. Pemeriksaan tambahan dan intervensi segera
terhadap benda asing diputuskan sesuai dengan informasi yang diberikan pasien mengenai
jenis benda asing yang tertelan, keluhan klinis dan pemeriksaan fisik. Foto rontgen polos
esofagus servikal dan torakal anteroposterior dan lateral dapat dilakukan pada pasien yang
diduga tertelan benda asing. Benda asing radioopak seperti uang logam, mudah diketahui
lokasinya dan harus dilakukan foto ulang sesaat sebelum tindakan esofagoskopi. Hal ini
dilakukan untuk memastikan benda asing belum berpindah ke bagian distal. Untuk benda
asing radiolusen, pemeriksaan foto rontgen tidak terlalu menunjukkan hasil yang berarti.
Oleh karena itu, pemeriksaan CT-Scan dapat dilakukan untuk mendiagnosis benda asing
dengan sensitifitas 100% dan spesifisitas 91%. Pemeriksaan CT-scan esofagus juga dapat
menunjukkan gambaran inflamasi jaringan lunak dan abses.6,7

2.2.8 Penatalaksanaan
Tertelannya benda asing dapat melewati saluran perncernaan tanpa kesulitan.
Sehingga, terapi konservatif dapat dilakukan pada beberapa kasus benda asing dengan
melalukan observasi. Terapi ini dilakukan pada kasus benda asing tumpul, pendek (panjang <
6cm), dan kecil (diameter < 2,5cm). Benda asing akan berlalu dengan spontan dalam waktu
4-6 hari. Pada beberapa kasus, dapat bertahan hingga 4 minggu. Pasien harus selalu
mengobservasi feses nya sampai benda asing tersebut keluar. Tidak perlu ada perubahan pola
makan dalam hal ini. 7,8
Benda asing di esofagus dapat dikeluarkan dengan tindakan endoskopi yaitu
esofagoskopi dengan menggunakan cunam yang sesuai dengan benda asing tersebut. Benda
asing tajam yang tidak berhasil dikeluarkan dengan esofagoskopi harus segera dikeluarkan
dengan pembedahan, yaitu servikotomi, torakotomi, atau esofagotomi, tergantung lokasi
benda asing tersebut . Esofagoskopi memiliki dua tipe dasar. Tipe satu adalah tuba logam
kaku dengan suatu lumen berbentuk oval dimana dapat digunakan untuk melihat langsung
gambaran esofagus dan berbagai alat untuk biopsi dan pengeluaran benda asing.
Esofagoskopi kaku juga dapat melindungi esofagus dari bagian yang tajam pada benda asing.
Tipe kedua adalah esofagoskopi fleksibel yang memiliki saluran kecil untuk melihat
gambaran mukosa, aspirasi sekresi dan memasukkan forsep kecil untuk biopsi dan
pengeluaran benda asing.7,8
2.2.9 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi akibat benda asing yang tersangkut di esofagus menimbulkan
perasaan tidak nyaman dan batuk . Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah edema, laserasi
esofagus, erosi atau perforasi, hematoma, jaringan granulasi, abses paraesofageal,
mediastinitis, sampai pada kematian . Terlalu lama nya benda asing di dalam esofagus dapat
menyebabkan terjadinya perforasi oleh karena edema pada dinding sekitar esofagus.
Sehingga, di dalam pelaksanaan bronkoskopi diperlukan kehati-hatian yang cukup.9,10

BAB III
KESIMPULAN
Benda asing di suatu organ adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam
tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Peristiwa tertelan atau tersangkutnya benda
asing merupakan masalah utama anak usia 6 bulan sampai 6 tahun, dan dapat terjadi pada
semua umur. Benda asing di esofagus sering ditemukan di daerah penyempitan fisiologis
esofagus, lokasi tersering benda asing tersangkut di esofagus adalah pada sfingter
krikofaringeus dikarenakan pada daerah tersebut adalah daerah yang sempit dan terdiri dari
otot kriko faring yang akan membuka disaat bolus melewatinya. Namun apabila bolus atau
makanan tidak sempurna diolah dimulut akan menyebabkan makanan tersebut tersangkut,
apalagi untuk suatu benda asing yang cukup besar. Gejala benda asing esofagus adalah rasa
nyeri didaerah leher bila benda asing tersangkut di servikal . bila benda asing tersangkut di
esofagus distal, timbul rasa tidak enak di substernal atau nyeri di punggung. Tindakan yang
dapat dilakukan adalah endoskopi kaku dan endoskopi fleksibel. Benda asing dapat
menimbulkan laserasi mukosa, perdarahan , perforasi lokal dengan abses leher dan
mediastinitis.1,2

DAFTAR PUSTAKA
1. Dharmawan.Benda Asing di saluran nafas.[diunduh tanggal 10 April 2020 dari
http://D:/tht/corpus _alienum.htm.2009]
2. Efiaty A.S.; Nurbaiti I, Jenny B. Ratna D.R.; Mariana Y.; eds.-, Buku Ajar Ilmu
Kesehatan THT-KL: Benda Asing di Esofagus, edisi ke-6, 2007, FKUI, halaman
299-302.
3. Soepardi, Efianty Arsyad, dkk.2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala & leher. Balai penerbit FKUI.Jakarta.
4. American society For Gastrointestinal Endoscopy, Guidline for the management
of ingested foreign bodies. Volume 73, No.6 :2011
5. Junizaf, Mariana H. 2007. Benda Asing Di Esofagus: Buku Ajar Ilmu Kesehatan
tenggorok Kepala Leher.Ed. Keenam.FKUI.
6. Herawati S Rukmini S, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok.
Jakarta:EGC, 2003.P:54-55
7. Conners, G.P., 2014. Pediatric Foreign Ingestion, University of Missouri-Kansas
City School of Medicine. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/801821-overview. [Accessed 10 April
2020]
8. Asif M, Tahir H, Zakir K, Raza M, Sohail M, Farida K (2013). Foreign Body
Esophagus : Types and Site of Impaction. Gomal Journal of Medical Sciences,
11(2): 163-66.
9. Asroel HA (2007). Ekstraksi Benda Asing di Bronkus dan Esofagus. Majalah
Kedokteran Nusantara, 40(2): 156-59
10. Klarisa C & Elvie Z (2014). Benda Asing Tengorokkan. Dalam: Kapita Selekta
Kedokteran Edisi 4. Jakarta: 1072-75
dapat menjadi faktor predisposisi pada anak-anak. Pada orang dewasa, tertelannya benda
asing sering dialami oleh pemakai gigi palsu, pemabuk, dan pada pasien gangguan mental
(Yunizaf, 2011). Pemakaian gigi palsu merupakan hal yang paling sering terjadi pada orang
dewasa karena menurunnya sensasi pada rongga mulut (Rathore et al., 2009).
Pada orang dewasa, penyakit-penyakit medis juga sering menjadi penyebab
tertelannya benda asing. Striktur esofagus merupakan penyebab tersering dikarenakan oleh
penyakit medis. Keganasan pada esofagus dan akalasia juga dapat menyebabkan impaksi
benda asing pada esofagus (Ambe et al., 2012).

Anda mungkin juga menyukai