Anggota Kelompok :
1. Ayu Ratantri (01.2.16.00524)
2. Cindy Nova (01.2.16.00528)
3. Della Irawanti (01.2.16.00530)
4. Diah ayu (01.2.16.00531)
5. Febinda Dwi A (01.2.16.00539)
6. Febri Tri H (01.2.16.00540)
7. Krismas Riko (01.2.16.00545)
8. Yunica Christianti (01.2.16.00569)
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas hikmat dan
rahmatNya sehingga makalah Keperawatan Gerontik ini dapat tersusun
hingga selesai. Terima kasih kepada dosen mata kuliah Psikologi
Perkembangan atas bimbingan selama penyusunan makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penyusun,
penyusun merasa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah. Oleh
karena itu penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang dapat di capai :
1. Mengetahui dan memahami Konsep dari lansia,
2. Mengetahui dan memahami Konsep dari penyakit katarak,
3. Mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan Lansia dengan Katarak.
1.4 Manfaat
Manfaat penyusunan makalah ini adalah memperoleh pengetahuan
tentang konsep lansia dan konsep penyakit katarak dengan lansia beserta
asuhan keperawatan penyakit katarak dengan lansia. Selain itu, pengetahuan
tersebut nantinnya dapat diterapkan secara tepat dalam memberikan
penanganan katarak pada klien dan dapat memberikan asuhan keperawatan
pada klien lansia dengan katarak dengan tepat.
BAB II
PEMBAHASAN
.1 Konsep Lansia
2.1.1 Batasan Lansia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah:
minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas,
menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan
memiliki kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain.
2.2.7 Pencegahan
Cara pencegahan penyakit katarak yang dapat dilakukan adalah dengan
menjaga penyakit yang memiliki hubungan dengan katarak sebaiknya
menghindari factor yang mempercepat terbentuknya pnyakit katarak.
Mengkonsumsi suplemen sebelum terjadi katarak dapat menunda
pembentukkan atau mencegah katarak. Sedangkan pada tahap awal katarak
suplemen dapat memperlambat petumbuhannya. Pada tahap berat tindakan
hanya bisa diatasi dengan operasi. Berikut ini beberapa suplemen yang jika
dikonsumsi dapat mencegah terjadinya katarak :
1. Vitamin C dan E, melindungi lensa mata dari kerusakan akibat asap rokok
dan sinar Ultraviolet. Minum vitamin C 250 mg 4 kali sehari, kurangi
dosis jika mengalami diare. Vitamin E 200 IU 2 kali sehari.
2. Selenium, membantu menetralisasi radikal bebas, 200 mcg 2 kali sehari.
3. Billberry, membantu membuang racun dari lensa maata dan retina.
Kombinasi billberry dan vitamin E sudah terbukti dapat menghentikan
pertumbuhan katarak pada 48 dari 50 orang yang di teliti. Dosis yang tepat
adalah 80 mg dan dikonsumsi 3 kali sehari
4. Alpha-lipoic acid, meningkatkan efektifitas vitamin C dan E, 150 mg
sehari (pagi sebelum makan)
5. Ekstrak biji anggur ( grape seed ), menguatkan pembuluh darah halus
dibagian mata, 100 mg 2 kali sehari.
Kebiasaan yang perlu dilakukan adalah :
1. Stop merokok jika anda merokok.
2. Lindungi mata dari cahaya, matahari langsung, dengan menggunakan
kacamata matahari
3. Gunakan topi yang lebar, saat anda berada diluar.
4. Makanlah makanan yang cukup mengandung antioksidan seperti buah dan
sayuran segar.
2.2.9 Komplikasi
1. Hilangnya vitreous.
Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel
vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan
resikoterjadinya glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini
membutuhkan pengangkatan dengan satu instrument yang mengaspirasi dan
mengeksisi gel (virektomi). Pemasanagan lensa intraocular sesegera
mungkin tidak bias dilakukan pada kondisi ini.
2. Prolaps iris.
Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca
operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil
mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan
pembedahan.
.3 Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar
utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali
masuk rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.
1. Biodata Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan
masalah primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan
kabur, pandangan ganda, atau hilangnya daerah penglihatan soliter.
Perawat harus menemukan apakah masalahnya hanya mengenai satu
mata atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita
kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting. Apakah pasien
pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa yang
terakhir diderita pasien.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia
mengenakan kacamata atau lensa kontak? apakah pasien mengalami
kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh? apakah ada
keluhan dalam membaca atau menonton televisi? bagaimana dengan
masalah membedakan warna atau masalah dengan penglihatan
lateral atau perifer?
d. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama
atau kakek-nenek.
3. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara
keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop (Smeltzer, 2002). Katarak terlihat tampak hitam terhadap
refleks fundus ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk.
Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci
dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia
biasanya terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak
terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan
lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara
lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya
atau kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya (James,
2005).
4. Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah
sebagai berikut :
a. Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan,
adakah kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah
pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat, makanan atau yang
lainnya.
b. Pola aktifitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau
perawatan diri, dengan skor : 0 = mandiri, 1 = dibantu sebagian, 2 =
perlu bantuan orang lain, 3 = perlu bantuan orang lain dan alat, 4 =
tergantung/ tidak mampu. Skor dapat dinilai melalui : Aktifitas 0 1 2
34
c. Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur
seperti insomnia atau masalah lain. Apakah saat tertidur sering
terbangun.
d. Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet
apa yang telah diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan
setelah sakit mengalami perubahan atau tidak, adakah keluhan mual
dan muntah, adakah penurunan berat badan yang drastis dalam 3
bulan terakhir.
e. Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan
atau kesulitan. Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan
untuk BAB kaji bentuk, warna, bau dan frekuensi.
f. Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara,
mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi.
Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.
g. Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya
seperti harga diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan
gambaran akan dirinya.
h. Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima
dan menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum
sakit hingga setelah sakit.
i. Pola seksual reproduksi.
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir
dan adakah masalah saat menstruasi.
j. Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem
pendukung dalam menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan
keluarga selama pasien dirawat di rumah sakit.
N DX
NOC NIC
O Keperawatan
1 Gangguan persepsi sensori- Setelah dilakukan tindakan NEUROLOGIK MONITORING :
perseptual keperawatan selama ..........x 24 jam, 1. Monitor tingkat neurologis
penglihatan b.d Gangguan diharapakan gangguan persepsi sensori 2. Monitor fungsi neurologis klien
penerimaan sensori/status organ teratasi. 3. Monitor respon neurologis
indera ditandai Kriteria hasil: Sensori function : 4. Monitor reflek-reflek meningeal
dengan menurunnya ketajaman vision 5. Monitor fungsi sensori dan persepsi :
penglihatan. - Menunjukan tanda dan gejala penglihatan, penciuman,
persepsi dan sensori baik : pendengaran, pengecapan, rasa
penglihatan baik. 6. Monitor tanda dan gejala penurunan
- Mampu mengungkapkan fungsi neurologis klien
persepsi dan sensori dengan tepat EYE CARE :
1. Kaji fungsi penglihatan klien
2. Jaga kebersihan mata
3. Monitor penglihatan mata
4. Monitor tanda dan gejala kelainan
penglihatan
5. Monitor fungsi lapang pandang,
penglihatan, visus klien
MONITORING VITAL SIGN :
1. Monitor TD, Suhu, Nadi dan
pernafasan klien
2. Catat adanya fluktuasi TD
3. Monitor vital sign saat pasien
berbaring, duduk atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
5. Monitor TD, Nadi, RR sebelum dan
setelah aktivitas
6. Monitor kualitas Nadi
7. Monitor frekuensi dan irama
pernafasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernafasan abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. 12. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
brakikardi, peningkatan sistolik)
2 Ansietas b.d Perubahan NOC NIC
pada status kesehatan. - Anxiety self-control Anxiety Reduction (penurunan
- Anxiety level kecemasan)
- Coping 1. Gunakan pendekatan yang
Kriteria Hasil : menenangkan
- Klien mampu mengidentifikasi 2. Nyatakan dengan jelas harapan
dan mengungkapkan gejala cemas. terhadap pelaku pasien
- Mengidentifikasi, mengungkapkan 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dan menunjukkan tehnik untuk dirasakan selama prosedur
mengontol cemas. 4. Pahami prespektif pasien terhadap
- Vital sign dalam batas normal. situasi stres
- Postur tubuh, ekspresi wajah, 5. Temani pasien untuk memberikan
bahasa tubuh dan tingkat aktivfitas keamanan dan mengurangi takut
menunjukkan berkurangnya 6. Dorong keluarga untuk menemani
kecemasan. anak
7. Lakukan back / neck rub
8. Dengarkan dengan penuh perhatian
9. Identifikasi tingkat kecemasan
10.Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
11.Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
12.Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
13.Berikan obat untuk mengurangi
kecemasan
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa
anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini
berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua
berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis. Akibat
perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan - perubahan
yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus - menerus.
Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang
berhasil maka timbullah berbagai masalah salah satunya keadaan sakit.
Setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya
berkembang lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan
nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi
pada usia lebih dari 60 tahun. Stadium awal (insipien), imatur,
Stadium matur, Stadium hipermatur. Diagnosa yang muncul pada
lansia seperti :
Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.d Gangguan
penerimaan sensori/status organ indera ditandai dengan menurunnya
ketajaman, Ansietas b.d Perubahan pada status kesehatan, Kurang
pengetahuan b.d Kurang informasi tentang penyakit, Nyeri b.d Luka
pasca operasi, Resiko tinggi terhadap cidera b.d Keterbatasan
penglihatan, Risiko infeksi b.d Prosedur invansif (operasi katarak).
Untuk intervensi dan implementasi disesuaikan dengan nanda nic noc
dan keadaan pasien.
1.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca mampu
memahami Asuhan Keperawatan Lansia dengan Katarak. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan pada makalah ini oleh sebab itu
penulis mengharapkan kritik yang membangun bagi makalah ini dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca.
Daftar Pustaka