Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

TINJAUAN TEORI
1.1 Tinjauan Medis
1.1.1 Definisi
Supraventrikular takikardi (SVT) adalah detak jantung yang cepat dan
reguler berkisar antara 150-250 denyut per menit. SVT sering juga disebut
Paroxysmal Supraventrikular Takikardi (PSVT). Paroksismal disini artinya
adalah gangguan tiba-tiba dari denyut jantung yang menjadi cepat.Kelainan pada
TSV mencakup komponen sistem konduksi dan terjadi di bagian atas bundel HIS.
Pada kebanyakan TSV mempunyai kompleks QRS normal. Kelainan ini sering
terjadi pada demam, emosi, aktivitas fisik dan gagal jantung.
Supraventrikular takikardi (SVT) adalah satu jenis takidisritmia yang
ditandai dengan perubahan laju jantung yang mendadak bertambah cepat menjadi
berkisar antara 150 kali/menit sampai 250 kali/menit. Kelainan pada SVT
mencakup komponen sistem konduksi dan terjadi di bagian atas bundel HIS.
Pada kebanyakan SVT mempunyai kompleks QRS normal (Price, 2016).

1.1.2 Etiologi
Menurut Hudak (1997), penyebab dari gangguan irama jantung secara
umum adalah sebagai berikut :
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, miokarditis karena
infeksi. Adanya peradangan pada jantung akan berakibat terlepasnya
mediator-mediator radang dan hal ini menyebabkan gangguan pada
penghantaran impuls.
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner, spasme arteri koroner,
iskemi miokard, infark miokard). Arteri koroner merupakan pembuluh
darah yang menyuplai oksigen untuk sel otot jantung. Jika terjadi gangguan
sirkulasi koroner, akan berakibat pada iskemi bahkan nekrosis sel otot
jantung sehingga terjadi gangguan penghantaran impuls.
3. Karena intoksikasi obat misalnya digitalis, obat-obat anti aritmia. Obat-
obat anti aritmia bekerja dengan mempengaruhi proses reenterallarisasi sel
otot jantung. Dosis yang berlebih akan mengubah reenterallarisasi sel otot
jantung sehingga terjadi gangguan irama jantung.
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiper atau hienteralkalemia). Ion
kalium menentukan enteraltensial istirahat dari sel otot jantung. Jika terjadi
perubahan kadar elektrolit, maka akan terjadi peningkatan atau
perlambatan permeabilitas terhadap ion kalium. Akibatnya enteraltensial
istirahat sel otot jantung akan memendek atau memanjang dan memicu
terjadinya gangguan irama jantung.
5. Gangguan pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja
dan irama jantung. Dalam hal ini aktivitas nervus vagus yang meningkat
dapat memperlambat atau menghentikan aktivitas sel pacu di nodus SA
dengan cara meninggikan konduktansi ion kalium.
6. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat. Peningkatan aktivitas
simpatis dapat menyebabkan bertambahnya kecepatan deenterallarisasi
senteralntan.
7. Gangguan endokrin (hipertiroidisme dan hipotirodisme). Hormon tiroid
mempengaruhi proses metabolisme di dalam tubuh melalui perangsangan
sistem saraf autonom yang juga berpengaruh pada jantung.
8. Akibat gagal jantung. Gagal jantung merupakan suatu keadaan di mana
jantung tidak dapat memompa darah secara optimal ke seluruh tubuh.Pada
gagal jantung, fokus-fokus ektopik (pemicu jantung selain nodus SA) dapat
muncul dan terangsang sehingga menimbulkan impuls tersendiri.
9. Akibat kardiomiopati. Jantung yang mengalami kardiomiopati akan
disertai dengan dilatasi sel otot jantung sehingga dapat merangsang fokus-
fokus ektopik dan menimbulkan gangguan irama jantung.
10. Karena penyakit degenerasi misalnya fibrosis sistem konduksi jantung. Sel
otot jantung akan digantikan oleh jaringan parut sehingga konduksi jantung
pun terganggu.

1.1.3 Patofisiologi
Secara umum terdapat tiga macam mekanisme terjadi aritmia, termasuk
aritmia ventrikel, yaitu automaticity, reentrant, dan triggered activity
1. Automaticity terjadi karena adanya percepatan aktivitas fase 4 dari
enteraltensial aksi jantung. Aritmia ventrikel karena gangguan automaticity
biasanya tercetus pada gangguan akut seperti infark miocard akut,
gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa, dan tonus
adrenergik yang tinggi.
2. Reentry adalah mekanisme aritmia ventrikel tersering dan biasanya
disebabkan oleh kelainan kronis seperti infark miokard lama atau
kardiomiopati dialtasi. Jaringan parut yang terbentuk akibat infark miokard
yang berbatasan dengan jaringan sehat menjadi keadaan yang ideal untuk
terbentuknya sirkuit reentry.
3. Triggered activity memiliki gambaran campuran dari kedua mekanisme
diatas . mekanismenya adalah adanya kebocoran ion enteralsitif kedalam
sel sehingga terjadi lonjakan enteraltensial pada akhir fase 3 atau awal fase
4 dari aksi enteraltensial jantung. Keadaan ini baru disebut after
deenterallarization (Sudoyo, 2006).

1.1.4 Pathway

Mekanisme VT

Otomatisasi Reentry

Sel mengalami percepatan (di Dua jalur


atrium, AV- juntion, bundel
HIS dan ventrikel)
Jalur distal Jalur proksimal

Hipokalemia dan hipoksia


Membentuk
rangkaian kondisi
Perubahan tertutup
Ventrikel
irama jantung
Takikardi

Penurunan curah jantung Terjadi aliran listrik


antegad secara
lambat
Hipoksia
jaringan
Jalur distal
terangsang
Cerebral Kardio Pulmo
Terjadi aliran listrik
Sesak nafas/ retrograd secara
hiperventilasi cepat

Pola nafas tidak Mempengaruhi pusat


efektif kardiovaskuler dan
reduksi mekanik vena
Perubahan irama dan arteri
jantung

Intoleransi Inefektif perfusi jaringan


Terjadi kelelahan
aktifitas kardiopulomonal
1.1.5 Tanda dan Gejala
SVT biasanya terjadi mendadak dan berhenti juga secara mendadak
Serangan bisa terjadi mungkin hanya beberapa detik saja, bahkan dapat
menetap sampai berjam-jam. Tanda dan gejala supraventrikular takikardi anatar
lain :

1) Frekuensi jantung 150 kali/menit sampai 250 kali/menit


2) Perubahan tekanan darah, nadi tidak teratur, iraama jantung tidak teratur,
kulit pucat, sianosis, berkeringat
3) Pusing, disorientasi, letargi, perubahan reflek pupil
4) Nyeri dada ringan sampai berat, gelisah
5) Napas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan
6) Terdapat nafas tambahan (krekels, ronkhi, mengi)
7) Demam, kulit kemerahan, inflamasi eritema, edema,kehilangan tonus otot
(Hudak & Galo, 1997)
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis dari ventrikel takikardi adalah :

1. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.


Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit
dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien
aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi
pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan
dengan disfungsi ventrikel atau katup
4. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan area iskemik/kerusakan
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu
gerakan dinding dan kemampuan enteralmpa.
5. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium
dapat menyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat
jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut
contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi
disritmia. (Sudoyo,2006)

1.1.7 Penatalaksanaan
Penting untuk membedakan aritmia reentry SVT berdasarkan miokard
atrium (cth: A Fib) versus aritmia pada sirkuit reentry. Karena setiap bentuk
aritmia tersebut memiliki respon ayng berbeda pada terafi yang ditujukan untuk
menghalangi konduksi melalui nodus AV. Denyut ventricular dari aritmia
reentry beasal dari miokard atrium dapat diperlambat, tapi tidak dapat
dihentikan oleh obat-obatan yang memperlambat konduksi melalui AV node.
Aritmia yang salah satu tungkai sirkuit berada pada nodus AV (AVNRT atau
AVRT) dapat diterminasi oleh obat-obat seperti ini.
1. Manuver vagal
Manuver vagal dan adenosine merupakan pilihan terapi awal untuk SVT
stabil. Maneuver vagal saja akan menghentikan 25% SVT. Sedangkan untuk
jenis SVT lainnya maneuver vagal dan adenosine dapat memperlambat denyut
ventrikel secara transien dan mebantu diagnosis irama, tetapi tidak selalu
m,enghentikan irama ini. Pemijatan karotis harus dilakukan dengan sangat hati-
hati
a. Auskultasi adanya bising karotis (bruit), jika ada penyakit karotis. Jangan
melakukan pijat karotis !
b. Pasien berbaring datar, kepala ekstensi (leher), rotasi menjauhi anda.
c. Palapasi artesi karotis pada mandibula, tekanlah dengan lembut selam 10-
15 detik.
d. Jangan menekan kedua arteri karotis secara bersamaan, dahulukan arteri
komunis dekstra karena tingkat keberhasilannya sedikit lebih baik.
e. Buat strip irama selama prosedur, siapkan alat-alat resusitasi karena pada
kasus yang jarang dapat menyebabkan henti sinus.
2. Adenosine, 6 mg adenosine IV cepat pada vena besar (cth: antecubital) diikuti
flush 20 ml saline. Bila tidak berubah dal 1-2 menit berikan 12 mg adenosine
dengan cara seperti di atas.
3. Penghambat kanal kalsium
a. verapamil 2,5-5mg IV bolus selama 2-3 menit. Bila tidak berespon dan tidak
ada efek samping obat, ulang 5-10mg dosis setiap 10-30 menit sampai total
dosis 20 mg. atau dosis alternative 5 mg setiap 15 menit sampai total 30 mg.
b. diltiazem 15-20 mg ( 0,25mg/kgBB ) IV selama 2 menit, bila diperlukan
dapat diberikan dosis tambahan 20-25 mg (0,35mg/kgBB) selama 15 menit.
Dosis maintenans 5mg/jam sampai 15mg/jam, titrasi sesuai heart rate.
4. Penghambat beta (metoprolol, bisoprolol, atenolol, esmolol, labetolol)
5. Obat-obat antiaritmia (amiodarone, prokainamide, sotalol)
6. Kardioversi : 50-100 joule

1.2 Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian
1) Identitas klien, meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, diagnosa medis, no.RM)
2) Keluhan utama
3) Riwayat penyakit sekarang
4) Riwayat penyakit dahulu, seperti penyakit jantung, stroke dan hipertensi
5) Riwayat penyakit keluarga
6) Pengkajian primer :
a. Airway
1. Apakah ada peningkatan sekret ?
2. Adakah suara nafas : krekels ?
b. Breathing
1. Adakah distress pernafasan ?
2. Adakah hienteralksemia berat ?
3. Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
4. Apakah ada bunyi whezing ?
c. Circulation
1. Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
2. Apakah ada takikardi ?
3. Apakah ada takipnoe ?
4. Apakah haluaran urin menurun ?
5. Apakah terjadi penurunan TD ?
6. Bagaimana kapilery refill ?
7. Apakah ada sianosis ?
7) Pengkajian sekunder
a. Riwayat penyakit
1) Faktor risiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
2) Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup
jantung, hipertensi
3) Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
4) Kondisi psikososial
b. Pengkajian fisik
1) Aktivitas : kelelahan umum
2) Sirkulasi : perubahan TD (hipertensi atau hienteraltensi); nadi
mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur,
bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah
misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila
curah jantung menurun berat.
3) Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak,marah, gelisah, menangis.
4) Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran
terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan
kelembaban kulit
5) Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung,
letargi, perubahan pupil.
6) Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang
atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
7) Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels,
ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
8) Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema,
edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung

Penurunan curah jantung


Definisi
Keditakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi
kebutuhan metabolic tubuh

Batas Karakteristik
Perubahan frekuensi/irama jantung  Perubahan elektrokardiogram
 Bradikardia  Takikardi
 Palpitasi jantung

Perubahan preload  Peningkatan CVP


 Distensi vena jugularis  Peningkatan PAWP
 Edema  Penurunan tekanan vena sentral
 Keletihan
 Murmur jantung
 Peningkatan berat badan

Perubahan afterload  Penurunan resistansi vascular


 Dipsnea paru
 Kulit lembab  Penurunan resistasi vascular
 Oliguria sistenik

 Penurunan nadi parifer  Perubahan tekanan darah

 Peningkatan PVR
Factor yang berhubungan
 Perubahan afterload  Perubahan kontraktilitas
 Perubahan frekuensi jantung  Perubahan preload
 Perubahan irama jantung  Perubahan volume sekuncup

NOC

Keefektifan Pompa Jantung 0400


Definisi : kecukupan volume darah yang dipompakan dari vertikel kiri untuk
mendukung tekanan perfusi sistemik
Skala outcome

indikator
040001 Tekanan darah sistol 1 2 3 4 5 NA
040006 Tekanana darah diastole 1 2 3 4 5 NA
040007 Denyut jantung apical 1 2 3 4 5 NA
040008 Indeks jantung 1 2 3 4 5 NA
040009 Fraaksi injeksi 1 2 3 4 5 NA
040010 Keseimbangan intek output 1 2 3 4 5 NA
dalam 24 jam
040011 Tekanan vena sentral 1 2 3 4 5 NA
040012 Distensi vena leher 1 2 3 4 5 NA
040013 Distrimia 1 2 3 4 5 NA
040014 Edema paru 1 2 3 4 5 NA
040015 Edema parifer 1 2 3 4 5 NA
040016 Mual 1 2 3 4 5 NA
040017 Kelelahan 1 2 3 4 5 NA
040031 Pucat 1 2 3 4 5 NA
040032 Sianosis 1 2 3 4 5 NA
040030 Intoleran aktivitas 1 2 3 4 5 NA
040033 Wajah kemerahan 1 2 3 4 5 NA
NOC

Status Srirkulasi 0401


Definisi : aliran darah yang searah dan tidak terhambat dengan aliran yang tepat
melalui pembuluh darah besar sirkuit sistemik dan paru
Skala outcome

indikator
040101 Tekanan darah sistol 1 2 3 4 5 NA
040102 Tekanan darah diastole 1 2 3 4 5 NA
040103 Tekanan nadi 1 2 3 4 5 NA
040104 Tekanan nadi rata-rata 1 2 3 4 5 NA
040105 Tekanan vena sentral 1 2 3 4 5 NA
040106 Tekanan baji paru 1 2 3 4 5 NA
040141 Tekanan nadi karotis kanan 1 2 3 4 5 NA
040142 Tekanan nadi karotis kiri 1 2 3 4 5 NA
040143 Tekanan nadi brankialis 1 2 3 4 5 NA
kanan
040144 Tekanan nadi brankialis kiri 1 2 3 4 5 NA
040145 Tekanan nadi radialis kanan 1 2 3 4 5 NA
040146 Tekanan nadi radialis kiri 1 2 3 4 5 NA
040147 Saturasi oksigen 1 2 3 4 5 NA
040137 Urine output 1 2 3 4 5 NA
040140 Suara nafas tambahan 1 2 3 4 5 NA
040119 Sistensi vena leher 1 2 3 4 5 NA
040120 Edema parifer 1 2 3 4 5 NA
040121 Ansietas 1 2 3 4 5 NA
040122 Kelelahan 1 2 3 4 5 NA
040154 Wajah pucat 1 2 3 4 5 NA
040155 Penurunan suhu kulit 1 2 3 4 5 NA
040156 Pingsan 1 2 3 4 5 NA
NIC

Perawatan Jantung (4040)


Definisi : keterbatasan dari komplikasi sebagai hasil dari ketidakseimbangan antara
suplai okisgen pada otot jantung dan kebutuhan seorang pasien yang memiliki gejala
gangguan fungsi jantung
Aktivitas-aktivitas :  Instruksikan pasien dan
 Secara rutin mengecek pasien baik keluarga mengenai terapi
secara fisik dan psikologis sesuai modalitas, batasan aktivitas
dengan kebijakan tip agen/penyedia dan kemajuan
layanan  Susun waktu latihan dan
 Pastikan tingkat aktivitas pasien yang istirahat untuk mencegah
tidak membahayakan curah jantung kelelahan
atau memprovokasi serangan jantung  Batasi merokok
 Dorong adanya peningkatan aktivitas  Monitor toleransi aktivitas
bertahap ketika kondisi pasien sudah pasien
distabilkan  Monitor sesak nafas,
 Intruksikan pasien tentang kelelahan, takipnea dan
pentingnya untuk segera melaporkan orthopnea
bila merasakan nyeri dada
 Evaluasi episode nyeri dada
 Monitor EKG, adakah perubahan  Bangun hubungan saling
segmen ST, sebagaimana mestinya mendukung antara pasien
 Lakukan penilaian komprehensif dan keluarga
pada sirkulasi perifer secara rutin  Identifiksi metode pasien
sesuai kebijakan agen dalam menangani stress
 Monitor tanda-tanda vital secara rutin  Berikan dukungan teknik
 Monitor disritmia jantung, termsuk yang efektif untuk
gangguan ritme dan konduksi jantung mengurangi stress
 Dokumentasikan disritmia jantung  Lakukan terapi relaksasi,
 Catata tanda dan gejala penurunan sebagaimana mestinya
curah jantung  Kenali efek psikologis dari
 Monitor status pernafasan terkait kondisi yang mendasari
dengan adanya gejala gagal jantung  Lindungi pasien dari
 Monitor abdomen jika terdapat kecemasan dan depresi,
indikasi penurunan peruse anjurkan pengobatan dengan
 Monitor keseimbangan cairan antidepresan yang tepat, jika

 Monitor nilai laboratorium yang tepat diindikasikan

 Monitor fungsi pacemaker,  Dorong aktivitas yang tidak

sebagaimana mestinya bersaing/kompetitif pada

 Evaluasi perubahan tekanan darah pasien dengan resiko

 Evaluasi respon pasien terhadap gangguan fungsi jantung

ektop atau disritmia  Diskusikan modifikasi pada

 Sediakan terapi antiaritmia sesuai aktivitas seksual dengan

kebijakan unit pasien dan pasangan, jika


tepat
 Monitor respon pasien terhadap obat
antiaritmia  Instruksikan pasien dan

Rujuk ke program gagal jantung keluarga mengenai tujuan

untuk dapat mengikuti program perawatan dan bagaimana

edukasi pada rehabilitasi jantung, kemajuannya akan diukur

evaluasi dan dukungan yang  Yakinkan semua staf untuk

 sesuai panduan untuk meningkatkan menyadari tujuan dan

aktivitas dan membangun hidup bekerjasama dalam

kembali, sebagaimana mestinya menyediakan perawatan


yang konsisten
NIC

Perawatan hantung angkut 4044


Definisi : keterbatasan terkait dengan komplikasi pada pasien yang bar mengalami
episode ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke otot jantung dan kebutuhan
sehingga menyebebkan terjadinya gangguan fungsi tubuh
Aktivitas- aktivitas
 Evaluasi nyeri dada  Dapatkan foto thoraks
 Mengisntruksikan pasien untuk  Sediakan makan sedikit tapi
segera melapor jika tidak sering
merasakan kenyamanan di bagian  Sediakan diet jantung yang
dada tepat
 Memonitor ekg  Batasi stimulasi lingkungan
 Monitor irama jantung dan  Lakungan terapi relaksasi
kecepatan denyut jantung secara tepat
 Auskultasi irama jantung  Hindari pasien kepanasan atau
 Monitor cairan yang masuk dan kedinginan
keluar  Tunda memandikan jika
 Rekam EKG 12 led memastikan
 Monitor fungsi ginjal  Monitor keefektifan
 Monitor fungsi hati dengan cara pengobatan
yang tepat  Tawarkan dunkungan spiritual
kepada pasien
NIC

Pengaturan Hemodiamik 4150


Definisi : optimalisasi denyut jantung preload dan afterload serta kontraktilitas
(jantung)
Aktivitas- aktivitas
 Lakukan penilaian komperhensif  Tentukan status perfusi
terhadap status hemodinamik  Monitor adanya tanda gejala
 Gunakan beberapa parameter masalah pada perfusi
untuk menentukan status klinis  Lakukan auskultasi
pasien  Monitor dan catat tekanan
 Monitor dan dokumentasi tekanan darah
nadi  Monitor pakah alat pacu jantng
 Berikan pemeriksaan fisik berkala befungsi
 Kurangi kecemasan pasien  Berikan obat antiaritmia
dengan memberi informasi yang  Tinggikan tempat kepala tidur
akurat  Tinggikan tempat kaki tidur
 Jelaskan tujuan keperawatan dan  Monitor apakah ada edema
bagaimana kemajuannya  Pasang kateter urine
 Pertimbangan status volume  Berkalaborasi dengan dokter,
 Monitor adanya tanda gejala sesuai indikasi
masalah status volume

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi

Ketidak efektifan pola nafas


Definisi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
Batas karakteristik
 Brasipnea  Penurunan tekanan inspirasi
 Dipsnea  Penurunan semenit
 Ortopnea  Pernapasan bibir
 Penurunan kapasitas vital  Penurunan cuping hidung
 Penurunan tekanan ekspirasi  Perubahan ekskursi
 takipnea  Pola nafas abnormal

Factor yang berhubungan


 Ansietas  Hiperventilasi
 Cedera medulla spinalis  Imaturitas neurologis
 Demormitas diding dada  Keletihan
 Disfungsi neuromuscular  Keletihan otot pernapasan
 Gangguan moskuloskeletal  Nyeri
 Gangguan neurologi  Syndrome hipoventilasi
NOC

Status pernafasan : Ventilasi 0403


Definisi : keluar masuknya udara dari dalam ke dala paru
Skala outcome

Indikator
040301 Frekuensi pernafasan 1 2 3 4 5 NA
040302 Irama pernafasan 1 2 3 4 5 NA
040303 Kedalamam inspirasi 1 2 3 4 5 NA
040318 Suara perkusi nafas 1 2 3 4 5 NA
040325 Hasil rontgen dada 1 2 3 4 5 NA
040326 Tes faal paru 1 2 3 4 5 NA
040327 Penggunaan otot bantu nafas 1 2 3 4 5 NA
040328 Suara nafas tambahan 1 2 3 4 5 NA
040309 Rertaksi dinding dada 1 2 3 4 5 NA
040310 Gangguan vokalisasi 1 2 3 4 5 NA
040311 Akumulasi spuntum 1 2 3 4 5 NA
040312 Gangguan ekspirasi 1 2 3 4 5 NA
040313 Ganguan suara saat di 1 2 3 4 5 NA
auskultasi
040314 Atelektasia 1 2 3 4 5 NA
NOC

Status pernafasan 0415


Definisi : proses keluar masuknya udara ke paru-paru serta pertukaran
karbondioksida dan oksigen di alvioli
Skala outcome

indikator
041501 Frekuensi pernafasan 1 2 3 4 5 NA
041502 Irama pernafasan 1 2 3 4 5 NA
041503 Kedalaman inspirasi 1 2 3 4 5 NA
041504 Suara auskultasi nafas 1 2 3 4 5 NA
04132 Kepatenan suara nafas 1 2 3 4 5 NA
041505 Volume tindal 1 2 3 4 5 NA
041508 Saturasi oksigen 1 2 3 4 5 NA
041510 Penggunaan otot bantu nafas 1 2 3 4 5 NA
041511 Retraksi dinding dada 1 2 3 4 5 NA
041512 Sianosis 1 2 3 4 5 NA
041513 Dipsnea saat istirahat 1 2 3 4 5 NA
041514 Gangguan kesadaran 1 2 3 4 5 NA
041515 Akumulsi spuntum 1 2 3 4 5 NA
041516 Suara nafas tambahan 1 2 3 4 5 NA
041517 Gangguan ekspirasi 1 2 3 4 5 NA
041518 mendesah 1 2 3 4 5 NA
041519 Mendengkur 1 2 3 4 5 NA
041520 Jari tabuh 1 2 3 4 5 NA
041521 Pernafasan cuping hdung 1 2 3 4 5 NA
041522 Perasaan kurang istirahat 1 2 3 4 5 NA
041523 Demam 1 2 3 4 5 NA
NIC

Manajemen Jalan Nafas (3140)

Definisi : fasilitasi kepatenan jalan nafas

Aktivitas-aktvitas :  Auskultasi suara nafas, catat


area yang ventilasinya
 Buka jalan nafas dengan teknik chin
menurun atau tidak ada dan
lift atau jaw thrust, sebagaimana
adanya suara tambahan
mestinya
 Lakukan penyedotan melalui
 Posisikan pasien untuk
endotrakea atau nasotrakea,
memaksimalkan ventilasi
sebagaimana mestinya
 Identifikasi kebutuhan
 Kelola pemberian
actual/potensial pasien unttuk
bronkodilator, sebagaiamana
memasukkan alat mmebuka jalan
mestinya
nafas
 Ajarkan pasien bagaimana
 Masukkan alat nasopharyngeal
menggunakan inhaler sesuai
airway (NPA) atau oropharyngeal
resep, sebagaiamana
airway (OPA), sebagaimana
mestinya
mestinya
 Kelola pengobatan aerosol,
 Buang secret dengan memotivasi
sebagaimana mestinya
pasien untuk melakukan batuk atau
menyedot lendir  Kelola nebulizet ultrasonic,
sebagaimana mestinya
 Motivasi pasien untuk bernafas
pelan, dalam, berputar dan batuk  Kelola udara atau oksigen
yang dilembabkan,
 Gunakan teknik yang menyenangkan
sebagaimana mestinya
untuk memotivasi bernafas dalam
kepada anak – anak
 Instruksikan bagaimana agar bias  Ambil benda asing dengan
melakukan batuk efektif forcep McGill, sebagaimana
mestinya
 Bantu dengan dorongan spirometer,
sebagaimana mestinya  Regulasi asupan cairan
untuk mengoptimalkan
 Posisikan untuk meringankan sesak
keseimbangan cairan
nafas

 Monitor status pernafasan dan


oksigenasi, sebagaimana mestinya

NIC

Monitor Pernafasan 3350


Definisi : Sekumpulan data dan analisis keadaan pasien untuk memastikan
kepatenan jalan nafas dan kecukupan pertukaran gas
Aktivitas- aktivitas  Kaji perlunya penyedotan jalan
 Monitor kecepatan, irama, napas atau tidak
kedalam saat bernafas  Auskultasi suara nafas setelah
 Catat pergerakan dada saat tindakan
bernafas  Monitor nilai fungsi paru
 Monitor apakah ada suara  Catat perubahan pada saturasi
tambahan 02
 Monitor pola nafas  Monitor kemampuan batuk
 Monitor saturasi oksigen efektif pasien
 Palpasi kesimetrisan ekpansi paru  Monitor sekresi pernafasan
 Catat lokasi trakea pasien
 Catat kelelahan otat diagframa  Monitor keluhan sesak nafas
 Auskultasi suara nafas, catat area pasien
dimana terjadi penurunan atau  Berikan bantuan terapi nafas
aanya ventilasi dan keberadaan jika diperlukan
suara nafas tambahan  Berikan bantuan jika
diperlukan
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2009). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.


Dongoes, E. Marilynn. (2004). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Hanafi B. Trisnohadi.,2001, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.
Hudak, C.M, Gallo B.M., 1997, Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta :
EGC.
Nanda. (2012). Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional. Media
Hardy. Yogykarta
Price, Sylvia Anderson., 2016, Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit.
Alih bahasa Peter Anugrah. Editor Caroline Wijaya. Ed. 4. Jakarta : EGC.
Santoso Karo karo, 1996, Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Smeltzer Suzanne C., 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai