TINJAUAN TEORI
1.1 Tinjauan Medis
1.1.1 Definisi
Supraventrikular takikardi (SVT) adalah detak jantung yang cepat dan
reguler berkisar antara 150-250 denyut per menit. SVT sering juga disebut
Paroxysmal Supraventrikular Takikardi (PSVT). Paroksismal disini artinya
adalah gangguan tiba-tiba dari denyut jantung yang menjadi cepat.Kelainan pada
TSV mencakup komponen sistem konduksi dan terjadi di bagian atas bundel HIS.
Pada kebanyakan TSV mempunyai kompleks QRS normal. Kelainan ini sering
terjadi pada demam, emosi, aktivitas fisik dan gagal jantung.
Supraventrikular takikardi (SVT) adalah satu jenis takidisritmia yang
ditandai dengan perubahan laju jantung yang mendadak bertambah cepat menjadi
berkisar antara 150 kali/menit sampai 250 kali/menit. Kelainan pada SVT
mencakup komponen sistem konduksi dan terjadi di bagian atas bundel HIS.
Pada kebanyakan SVT mempunyai kompleks QRS normal (Price, 2016).
1.1.2 Etiologi
Menurut Hudak (1997), penyebab dari gangguan irama jantung secara
umum adalah sebagai berikut :
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, miokarditis karena
infeksi. Adanya peradangan pada jantung akan berakibat terlepasnya
mediator-mediator radang dan hal ini menyebabkan gangguan pada
penghantaran impuls.
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner, spasme arteri koroner,
iskemi miokard, infark miokard). Arteri koroner merupakan pembuluh
darah yang menyuplai oksigen untuk sel otot jantung. Jika terjadi gangguan
sirkulasi koroner, akan berakibat pada iskemi bahkan nekrosis sel otot
jantung sehingga terjadi gangguan penghantaran impuls.
3. Karena intoksikasi obat misalnya digitalis, obat-obat anti aritmia. Obat-
obat anti aritmia bekerja dengan mempengaruhi proses reenterallarisasi sel
otot jantung. Dosis yang berlebih akan mengubah reenterallarisasi sel otot
jantung sehingga terjadi gangguan irama jantung.
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiper atau hienteralkalemia). Ion
kalium menentukan enteraltensial istirahat dari sel otot jantung. Jika terjadi
perubahan kadar elektrolit, maka akan terjadi peningkatan atau
perlambatan permeabilitas terhadap ion kalium. Akibatnya enteraltensial
istirahat sel otot jantung akan memendek atau memanjang dan memicu
terjadinya gangguan irama jantung.
5. Gangguan pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja
dan irama jantung. Dalam hal ini aktivitas nervus vagus yang meningkat
dapat memperlambat atau menghentikan aktivitas sel pacu di nodus SA
dengan cara meninggikan konduktansi ion kalium.
6. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat. Peningkatan aktivitas
simpatis dapat menyebabkan bertambahnya kecepatan deenterallarisasi
senteralntan.
7. Gangguan endokrin (hipertiroidisme dan hipotirodisme). Hormon tiroid
mempengaruhi proses metabolisme di dalam tubuh melalui perangsangan
sistem saraf autonom yang juga berpengaruh pada jantung.
8. Akibat gagal jantung. Gagal jantung merupakan suatu keadaan di mana
jantung tidak dapat memompa darah secara optimal ke seluruh tubuh.Pada
gagal jantung, fokus-fokus ektopik (pemicu jantung selain nodus SA) dapat
muncul dan terangsang sehingga menimbulkan impuls tersendiri.
9. Akibat kardiomiopati. Jantung yang mengalami kardiomiopati akan
disertai dengan dilatasi sel otot jantung sehingga dapat merangsang fokus-
fokus ektopik dan menimbulkan gangguan irama jantung.
10. Karena penyakit degenerasi misalnya fibrosis sistem konduksi jantung. Sel
otot jantung akan digantikan oleh jaringan parut sehingga konduksi jantung
pun terganggu.
1.1.3 Patofisiologi
Secara umum terdapat tiga macam mekanisme terjadi aritmia, termasuk
aritmia ventrikel, yaitu automaticity, reentrant, dan triggered activity
1. Automaticity terjadi karena adanya percepatan aktivitas fase 4 dari
enteraltensial aksi jantung. Aritmia ventrikel karena gangguan automaticity
biasanya tercetus pada gangguan akut seperti infark miocard akut,
gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa, dan tonus
adrenergik yang tinggi.
2. Reentry adalah mekanisme aritmia ventrikel tersering dan biasanya
disebabkan oleh kelainan kronis seperti infark miokard lama atau
kardiomiopati dialtasi. Jaringan parut yang terbentuk akibat infark miokard
yang berbatasan dengan jaringan sehat menjadi keadaan yang ideal untuk
terbentuknya sirkuit reentry.
3. Triggered activity memiliki gambaran campuran dari kedua mekanisme
diatas . mekanismenya adalah adanya kebocoran ion enteralsitif kedalam
sel sehingga terjadi lonjakan enteraltensial pada akhir fase 3 atau awal fase
4 dari aksi enteraltensial jantung. Keadaan ini baru disebut after
deenterallarization (Sudoyo, 2006).
1.1.4 Pathway
Mekanisme VT
Otomatisasi Reentry
1.1.7 Penatalaksanaan
Penting untuk membedakan aritmia reentry SVT berdasarkan miokard
atrium (cth: A Fib) versus aritmia pada sirkuit reentry. Karena setiap bentuk
aritmia tersebut memiliki respon ayng berbeda pada terafi yang ditujukan untuk
menghalangi konduksi melalui nodus AV. Denyut ventricular dari aritmia
reentry beasal dari miokard atrium dapat diperlambat, tapi tidak dapat
dihentikan oleh obat-obatan yang memperlambat konduksi melalui AV node.
Aritmia yang salah satu tungkai sirkuit berada pada nodus AV (AVNRT atau
AVRT) dapat diterminasi oleh obat-obat seperti ini.
1. Manuver vagal
Manuver vagal dan adenosine merupakan pilihan terapi awal untuk SVT
stabil. Maneuver vagal saja akan menghentikan 25% SVT. Sedangkan untuk
jenis SVT lainnya maneuver vagal dan adenosine dapat memperlambat denyut
ventrikel secara transien dan mebantu diagnosis irama, tetapi tidak selalu
m,enghentikan irama ini. Pemijatan karotis harus dilakukan dengan sangat hati-
hati
a. Auskultasi adanya bising karotis (bruit), jika ada penyakit karotis. Jangan
melakukan pijat karotis !
b. Pasien berbaring datar, kepala ekstensi (leher), rotasi menjauhi anda.
c. Palapasi artesi karotis pada mandibula, tekanlah dengan lembut selam 10-
15 detik.
d. Jangan menekan kedua arteri karotis secara bersamaan, dahulukan arteri
komunis dekstra karena tingkat keberhasilannya sedikit lebih baik.
e. Buat strip irama selama prosedur, siapkan alat-alat resusitasi karena pada
kasus yang jarang dapat menyebabkan henti sinus.
2. Adenosine, 6 mg adenosine IV cepat pada vena besar (cth: antecubital) diikuti
flush 20 ml saline. Bila tidak berubah dal 1-2 menit berikan 12 mg adenosine
dengan cara seperti di atas.
3. Penghambat kanal kalsium
a. verapamil 2,5-5mg IV bolus selama 2-3 menit. Bila tidak berespon dan tidak
ada efek samping obat, ulang 5-10mg dosis setiap 10-30 menit sampai total
dosis 20 mg. atau dosis alternative 5 mg setiap 15 menit sampai total 30 mg.
b. diltiazem 15-20 mg ( 0,25mg/kgBB ) IV selama 2 menit, bila diperlukan
dapat diberikan dosis tambahan 20-25 mg (0,35mg/kgBB) selama 15 menit.
Dosis maintenans 5mg/jam sampai 15mg/jam, titrasi sesuai heart rate.
4. Penghambat beta (metoprolol, bisoprolol, atenolol, esmolol, labetolol)
5. Obat-obat antiaritmia (amiodarone, prokainamide, sotalol)
6. Kardioversi : 50-100 joule
Batas Karakteristik
Perubahan frekuensi/irama jantung Perubahan elektrokardiogram
Bradikardia Takikardi
Palpitasi jantung
Peningkatan PVR
Factor yang berhubungan
Perubahan afterload Perubahan kontraktilitas
Perubahan frekuensi jantung Perubahan preload
Perubahan irama jantung Perubahan volume sekuncup
NOC
indikator
040001 Tekanan darah sistol 1 2 3 4 5 NA
040006 Tekanana darah diastole 1 2 3 4 5 NA
040007 Denyut jantung apical 1 2 3 4 5 NA
040008 Indeks jantung 1 2 3 4 5 NA
040009 Fraaksi injeksi 1 2 3 4 5 NA
040010 Keseimbangan intek output 1 2 3 4 5 NA
dalam 24 jam
040011 Tekanan vena sentral 1 2 3 4 5 NA
040012 Distensi vena leher 1 2 3 4 5 NA
040013 Distrimia 1 2 3 4 5 NA
040014 Edema paru 1 2 3 4 5 NA
040015 Edema parifer 1 2 3 4 5 NA
040016 Mual 1 2 3 4 5 NA
040017 Kelelahan 1 2 3 4 5 NA
040031 Pucat 1 2 3 4 5 NA
040032 Sianosis 1 2 3 4 5 NA
040030 Intoleran aktivitas 1 2 3 4 5 NA
040033 Wajah kemerahan 1 2 3 4 5 NA
NOC
indikator
040101 Tekanan darah sistol 1 2 3 4 5 NA
040102 Tekanan darah diastole 1 2 3 4 5 NA
040103 Tekanan nadi 1 2 3 4 5 NA
040104 Tekanan nadi rata-rata 1 2 3 4 5 NA
040105 Tekanan vena sentral 1 2 3 4 5 NA
040106 Tekanan baji paru 1 2 3 4 5 NA
040141 Tekanan nadi karotis kanan 1 2 3 4 5 NA
040142 Tekanan nadi karotis kiri 1 2 3 4 5 NA
040143 Tekanan nadi brankialis 1 2 3 4 5 NA
kanan
040144 Tekanan nadi brankialis kiri 1 2 3 4 5 NA
040145 Tekanan nadi radialis kanan 1 2 3 4 5 NA
040146 Tekanan nadi radialis kiri 1 2 3 4 5 NA
040147 Saturasi oksigen 1 2 3 4 5 NA
040137 Urine output 1 2 3 4 5 NA
040140 Suara nafas tambahan 1 2 3 4 5 NA
040119 Sistensi vena leher 1 2 3 4 5 NA
040120 Edema parifer 1 2 3 4 5 NA
040121 Ansietas 1 2 3 4 5 NA
040122 Kelelahan 1 2 3 4 5 NA
040154 Wajah pucat 1 2 3 4 5 NA
040155 Penurunan suhu kulit 1 2 3 4 5 NA
040156 Pingsan 1 2 3 4 5 NA
NIC
Indikator
040301 Frekuensi pernafasan 1 2 3 4 5 NA
040302 Irama pernafasan 1 2 3 4 5 NA
040303 Kedalamam inspirasi 1 2 3 4 5 NA
040318 Suara perkusi nafas 1 2 3 4 5 NA
040325 Hasil rontgen dada 1 2 3 4 5 NA
040326 Tes faal paru 1 2 3 4 5 NA
040327 Penggunaan otot bantu nafas 1 2 3 4 5 NA
040328 Suara nafas tambahan 1 2 3 4 5 NA
040309 Rertaksi dinding dada 1 2 3 4 5 NA
040310 Gangguan vokalisasi 1 2 3 4 5 NA
040311 Akumulasi spuntum 1 2 3 4 5 NA
040312 Gangguan ekspirasi 1 2 3 4 5 NA
040313 Ganguan suara saat di 1 2 3 4 5 NA
auskultasi
040314 Atelektasia 1 2 3 4 5 NA
NOC
indikator
041501 Frekuensi pernafasan 1 2 3 4 5 NA
041502 Irama pernafasan 1 2 3 4 5 NA
041503 Kedalaman inspirasi 1 2 3 4 5 NA
041504 Suara auskultasi nafas 1 2 3 4 5 NA
04132 Kepatenan suara nafas 1 2 3 4 5 NA
041505 Volume tindal 1 2 3 4 5 NA
041508 Saturasi oksigen 1 2 3 4 5 NA
041510 Penggunaan otot bantu nafas 1 2 3 4 5 NA
041511 Retraksi dinding dada 1 2 3 4 5 NA
041512 Sianosis 1 2 3 4 5 NA
041513 Dipsnea saat istirahat 1 2 3 4 5 NA
041514 Gangguan kesadaran 1 2 3 4 5 NA
041515 Akumulsi spuntum 1 2 3 4 5 NA
041516 Suara nafas tambahan 1 2 3 4 5 NA
041517 Gangguan ekspirasi 1 2 3 4 5 NA
041518 mendesah 1 2 3 4 5 NA
041519 Mendengkur 1 2 3 4 5 NA
041520 Jari tabuh 1 2 3 4 5 NA
041521 Pernafasan cuping hdung 1 2 3 4 5 NA
041522 Perasaan kurang istirahat 1 2 3 4 5 NA
041523 Demam 1 2 3 4 5 NA
NIC
NIC