Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

VENTRIKEL TAKIKARDI

A. DEFINISI
Takikardi Ventrikuler adalah suatu gangguan ritme jantung yang ditandai dengan
detak jantung yang teratur tapi cepat. Jantung orang dewasa biasanya berdenyut antara 60
dan 100 kali per menit pada keadaan istirahat. Pada takikardi ventikuler, jantung
umumnya berdetak lebih dari 100 denyutan per menit karena adanya gangguan pada
impuls elektrik normal yang mengontrol detak jantung. Sinyal elektrik yang lebih cepat
dari pada normal dikirim ke ruang jantung bawah (ventrikel) yang menyebabkan ventrikel
berkontraksi dengan cepat.

B. ETIOLOGI
1. Gangguan sirkulasi koroner (iskemik miokard, infark miokard, aterosklerosis koroner,
spasme arteri koroner)
2. Kardiomiopati
3. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiper atau hipokalemia). Ion kalium menentukan
potensial istirahat dari sel otot jantung. Jika terjadi perubahan kadar elektrolit, maka
akan terjadi peningkatan atau perlambatan permeabilitas terhadap ion kalium.
Akibatnya potensial istirahat sel otot jantung akan memendek atau memanjang dan
memicu terjadinya gangguan irama jantung.

Penyebab lain dari ventrikel takikardi adalah :


1. Medikasi/ obat-obatan seperti digitalis dan obat anti aritmia, obat-obat anti aritmia
bekerja dengan mempengaruhi proses repolarisasi sel otot jantung. Dosis yang berlebih
akan mengubah repolarisasi sel otot jantung sehingga terjadi gangguan irama jantung
2. Sarcoidosis (suatu inflamasi yang mengenai kuloit dan jaringan tubuh lainnya)
3. Perubahan postur, exercise, emosional (stress) atau stimulasi vagal
4. Respon terkait gaya hidup (kafein, alkohol nikotin, metamfetamin/kokain)
Faktor resiko ventrikel takikardi :
1. Penderita dengan penyakit jantung sebelumnya
2. Arteri koroner
3. Aterosklerosi
4. Stress

C. KLASIFIKASI
Secara umum VT dapat dibagi menjadi monomorfik dan polimorfik. VT monomorfik
memiliki kompleks QRS yang sama pada tiap denyutan (beat) dan menandakan adanya
depolarisasi yang berulang dari tempat yang sama. Umumnya disebabkan oleh adanya
fokus atau substrat aritmia yang mudah dieliminasi dengan teknik ablasi kateter.
Sedangkan VT polimorfik ditandai dengan adanya kompleks QRS yang bervariasi
(berubah) dan menunjukkan adanya urutan depolarisasi yang berubah dibeberapa tempat.
Biasanya VT jenis ini berkaitan dengan jaringan parut (scar tissue) akibat infark
miokard(ischemic VT). Bila VT berlangsung lebih dari 30 detik disebut sustained dan
sebaliknya bila kurang dari 30 detik disebut non-sustained
D. GAMBAR ANATOMI DAN PATOFISIOLOGI
Seperti telah di jelaskan bahwa ventrikel takikardi sebabkan oleh infark miokard,
iskemia ,jantung koroner, pada pasien dengan ventrikel takikardi lebih banyak di
sebabkan oleh arteri korener merupakan pembuluh darah yang bertugas memberi nutrisi
pada jantung itu sendiri, jika terjadi infark pada arteri korener yang memperdarahi SA
node di atrium menyebabkan kematian sel otot jantung menimbulkan gangguan pada
repolarisasi dan depolarisasi sehingga mempengaruhi irama jantung. Dengan di lepasnya
berbagai enzim intrasel dan ion kalium serta penimbunan asam laktat, maka jalur-jalur
hantaran listrik jantung terganggu. Hal ini dapat menyebabkan hambatan depolarisasi
atrium atau ventrikel serta timbulnya aritmia. Penurunan kontraktilitas miokard akibat
kematian sel otot jantung juga dapat menstimulus pengaktifan katekolamin yang
meningkatkan rangsangan sistem saraf simpatis , akibatnya akan terjadi peningkatan
frekuensi jantung, peningkatan kebutuhan oksigen dan vasokontriksi. Selain itu iritabilitas
myokard ventrikel juga penyebab munculnya ventrikel takikardi.
Gambar Anatomi
D. PATHWAY

ETIOLOGI
(IMA, Iskemik miokard, jantung koroner, kardiomiopati)

↓Suplai darah
ke jantung

Gangguan metabolisme Kematian otot


di jantung jantung

Metabolisme Gangguan penghantaran Pelepasan enzim CKMB


anaerob impuls (Creatinin Kinase-MB)

Gangguan depolarisasi dan Pengaktifan Sistem


Peningkatan asam laktat repolarisasi jantung saraf simpatis

Frekuensi jantung
Kecepatan pengisian impuls meningkat
Nyeri ke ventrikel 

Gangguan rasa
Irama jantung tidak Kebutuhan O2 di jantung ↑
terkontrol
nyaman

Ventrikel Takikardi
↓ ATP
Vasokontraksi ↑
Ketidakefektifan ventrikel untuk terisi
dan berkontraksi memompa darah
fatique

Intoleransi Resiko Tinggi gangguan


Aktifitas perfusi jaringan
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Jantung berdebar- debar (palpitasi)
2. Hipotensi di sebabkan sirkulasi menurun
3. Penurunan nadi yang di sebabkan oleh denyut jantung tidak memadai
4. Penurunan pernapasan
5. Pusing di sebabkan oksigenasi menurun dalam darah
6. Ketidak sadaran
7. Apnea
8. Nyeri dada

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis dari ventrikel takikardia adalah:
1. EKG dengan gambaran sebagai berikut:

 Site of Origin : satu atau lebih fokus ektopik di ventrikel


 Frekuensi : biasanya 140-250 bpm
 Irama : biasanya reguler
 Gelombang P : tidak ada
 Kompleks QRS : bentuk aneh dan ukuran sama, melebar atau
> 0,12 detik
 Gelombang T : tidak ada
 Kejadian : tiga atau lebih PVC yang berjajar dalam satu
baris , timbul mendadak
2. Enzim Jantung, yaitu :
 CKMB : dapat dideteksi 4-6 jam pasca infark, mencapai puncaknya pada 24 jam
pertama, kembali normal setelah 2-3 hari.
 Troponin T : spesifik untuk kerusakan otot jantung, dapat dideteksi 3-4 jam pasca
infark
 LDH : dapat dideteksi 24-48 jam pasca infark, mencapai puncaknya setelah 3-6
hari, normal setelah mencapai 8-14 hari.
3. Chest x-ray : untuk menunjukan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup
4. Drug Screen : menilai adanya keracunan obat digitalis atau quinidine
5. Elektrolit : peningkatan atau penurunan kalsium kadar kalsium dan/ atau kalsium
dapat menyebabkan gangguan irama jantung

G. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
a. Amiodaron
Amiodaran adalah obat anti-arrhythmic yang mempengaruhi irama detak jantung.
Amiodarone digunakan untuk membantu menjaga jantung berdetak dengan
normal pada orang yang memiliki gangguan irama jantung tertentu pada bilik
jantungnya (bilik jantung yang lebih kecil yang membiarkan darah mengalir
keluar jantung).
b. Epinephrine
Epinephrine adalah obat yang digunakan untuk penyuntikan pembuluh darah
dalam pengobatan hipersensitivitas akut. Aksi epinephrine menyerupai pengaruh
stimulasi syaraf adrenergic.
c. Lidocaine
Lidocaine adalah anastesi lokal jenis amide dan umumnya digunakan sebagai anti-
arrhythmic yang menggunakan pengaruhnya pada axon syaraf sodium channels,
untuk mencegah depolarisasi
2. Non farmakologi
a. RJP (resusitasi jantung paru) adalah tindakan yang di lakukan untuk mengatasi
henti nafas dan henti jantung.
b. Disinkronisasi kardioversi/ Defibrilasi, terapi dengan memberikan aliran listrik ke
jantung pasien dengan tujuan koordinasi listrik jantung dan mekanisme
pemompaan di tunjukan dengan membaiknya cardiak output, perfusi jaringan dan
oksigenasi.
c. Intubasi endotrakeal.

H. KOMPLIKASI
1. Ventrikel Fibrilation
2. CHF
3. Kematian mendadak

I. MASALAH KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung
2. Nyeri akut
3. Pola napas tidak efektif
4. Intoleransi aktifitas

J. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Pengkajian Primer
1. Airway
 Apakah ada peningkatan sekret ?
 Adakah suara nafas : krekels ?
2. Breathing
 Adakah distress pernafasan ?
 Adakah hipoksemia berat ?
 Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
 Apakah ada bunyi whezing ?
3. Circulation
 Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
 Apakah ada takikardi ?
 Apakah ada takipnoe ?
 Apakah haluaran urin menurun ?
 Apakah terjadi penurunan TD ?
 Bagaimana kapilery refill ?
 Apakah ada sianosis ?
Pengkajian Sekunder
1. Riwayat penyakit
 Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
 Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung,
hipertensi
 Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan
untuk terjadinya intoksikasi
 Kondisi psikososial
2. Pengkajian fisik
 Aktivitas /Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan umum karena kerja.
Tanda : Perubahan frekuensi jantung/TD dengan aktivitas atau olahraga.
 Sirkulasi
Gejala : Riwayat IM sebelumnya/akut (90% - 95% mengalami disritmia)
kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung, dan hipertensi.
Tanda : Perubahan TD, contoh hipertensi atau hipotensi selama periode disritmia.
Nadi : mungkin tidak teratur, contoh denyut kuat, pulsus alternant (denyut kuat
teratur/denyut lemah), nadi begiminal (denyut kuat tak teratur/denyut lemah).
Defisit nadi (perbedaan antara nadi apical dan nadi radial). Bunyi jantung : irama
tak teratur, bunyi ekstra, dan denyut menurun.
Kulit : warna dan kelembaban berubah, contoh pucat, sianosis, berkeringat (gagal
jantung, syok).
Edema : dependen, umum, DVJ, (pada adanya gagal jantung).
Haluaran urine : menurun bila curah jantung menurun berat.
 Integritas Ego
Gejala : Perasaan gugup (disertai takidisritmia), perasaan terancam. Stresor
sehubungan dengan masalah medik.
Tanda : cemas, takut, menolak, marah gelisah, dan menangis.
 Makanan/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makanan, anoreksia. Mual/muntah. Tidak toleran terhadap
makanan (karena adanya obat). Perubahan berat badan.
Tanda : Perubahan berat badan, edema. Perubahan pada kelembaban kulit/turgor.
Pernapasan krekels.
 Neursosensori
Gejala : Pusing, berdenyut, sakit kepala.
Tanda : Status mental/sensori berubah, contoh disorientasi, bingung, kehilangan
memori, perubahan pola bicara/kesadaran, pingsan dan koma. Perubahan prilaku,
contoh menyerang, letargi, halusinasi. Perubahan pupil (kesamaan reaksi terhadap
sinar). Kehilangan reflex tendon dalam dengan disritmia yang mengancam hidup
(takikardia ventrikel, bradikardi berat).
 Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri dada, ringan sampai berat, dimana dapat atau tidak bisa hilang oleh
obat anti angina.
Tanda : Perilaku distraksi, contoh gelisah.
 Pernapasan
Gejala : Penyakit paru kronis. Riwayat atau penggunaan tembakau berulang.
Nafas pendek. Batuk (dengan/tanpa produksi sputum).
Tanda : perubahan kecepatan/kedalam pernapasan selama periode disritmia.
Bunyi nafas : bunyi tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukan
komplikasi pernapasan, seperti pada gagal jantung kiri (edema paru), atau
fenomena tromboembolitik pulmonal. Hemoptisis.
 Keamanan
Tanda : Demam. Kemerahan kulit (reaksi obat). Inflamasi, eritema, edema
(thrombosis superficial). Kehilangan tonus otot/kekuatan.
 Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga, contoh penyakit jantung,stroke. Penggunaan /tak
menggunakan obat yang diresepkan, contoh obat jantung (digitalis), antikoagulan,
Coumadin), atau obat yang dijual bebas, contoh sirup batuk dan analgesikberisi
ASA. Kurang pemahaman tentang proses penyakit/program terapeutik. Adanya
kegagalan untuk memperbaiki, contoh disritmia berulang/tak dapat sembuh yang
mengancam hidup.
Pertimbangan : DRG menunjukan reratan lama dirawat : 3,2 hari.
Rencana Pemulangan : perubahan penggunaan obat/terapi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal dan
penurunan kontraktilitas miokard.
2. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru karena
penekanan kapiler paru.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan metabolisme dan kelelahan.
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Penurunan curah jantung NOC : NIC :
b/d gangguan irama jantung,  Cardiac Pump effectiveness  Evaluasi adanya nyeri dada
stroke volume, pre load dan  Circulation Status  Catat adanya disritmia jantung
afterload, kontraktilitas  Vital Sign Status  Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac
jantung.  Tissue perfusion: perifer putput
 Monitor status pernafasan yang menandakan
DO/DS: Setelah dilakukan asuhan selama………penurunan gagal jantung
- Aritmia, takikardia, kardiak output klien teratasi dengan kriteria hasil:  Monitor balance cairan
bradikardia  Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan  Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
- Palpitasi, oedem darah, Nadi, respirasi) anti aritmia
- Kelelahan  Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada  Atur periode latihan dan istirahat untuk
- Peningkatan/penurunan kelelahan menghindari kelelahan
JVP  Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada  Monitor toleransi aktivitas pasien
- Distensi vena jugularis asites  Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan
- Kulit dingin dan lembab  Tidak ada penurunan kesadaran ortopneu
- Penurunan denyut nadi  AGD dalam batas normal  Anjurkan untuk menurunkan stress
perifer  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Oliguria, kaplari refill  Tidak ada distensi vena leher  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
lambat  Warna kulit normal berdiri
- Nafas pendek/ sesak nafas  Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
- Perubahan warna kulit  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
- Batuk, bunyi jantung setelah aktivitas
S3/S4  Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung
- Kecemasan  Monitor frekuensi dan irama pernapasan
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
 Sediakan informasi untuk mengurangi stress
 Kelola pemberian obat anti aritmia, inotropik,
nitrogliserin dan vasodilator untuk
mempertahankan kontraktilitas jantung
 Minimalkan stress lingkungan
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan:  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Agen injuri (biologi, kimia,  pain control, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
fisik, psikologis), kerusakan  comfort level kualitas dan faktor presipitasi
jaringan  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama ….  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
DS: Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria menemukan dukungan
- Laporan secara verbal hasil:  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
DO:  Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Posisi untuk menahan mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi  Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyeri untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
- Tingkah laku berhati-hati  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan intervensi
- Gangguan tidur (mata menggunakan manajemen nyeri  Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,
sayu, tampak capek, sulit  Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
atau gerakan kacau, frekuensi dan tanda nyeri)  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
menyeringai)  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang  Tingkatkan istirahat
- Terfokus pada diri sendiri  Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab
- Fokus menyempit  Tanda vital dalam rentang normal nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan
(penurunan persepsi  Tidak mengalami gangguan tidur antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
waktu, kerusakan proses  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
berpikir, penurunan analgesik pertama kali
interaksi dengan orang
dan lingkungan)
- Tingkah laku distraksi,
contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-ulang)
- Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
- Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Pola Nafas tidak efektif NOC: NIC:
berhubungan dengan : Respiratory status : Ventilation  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Hiperventilasi Respiratory status : Airway patency  Pasang mayo bila perlu
- Penurunan Vital sign Status  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
energi/kelelahan  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Perusakan/pelemahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
muskulo-skeletal ………..pasien menunjukkan keefektifan pola tambahan
- Kelelahan otot pernafasan nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil:  Berikan bronkodilator :
- Hipoventilasi sindrom Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas -…………………..
- Nyeri yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu …………………….
- Kecemasan (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas  Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
- Disfungsi Neuromuskuler dg mudah, tidakada pursed lips) Lembab
- Obesitas Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
- Injuri tulang belakang merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
keseimbangan.
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara
 Monitor respirasi dan status O2
DS: nafas abnormal)
 Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
- Dyspnea Tanda Tanda vital dalam rentang normal
- Nafas pendek (tekanan darah, nadi, pernafasan)  Pertahankan jalan nafas yang paten
DO:  Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
- Penurunan tekanan  Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
inspirasi/ekspirasi oksigenasi
- Penurunan pertukaran  Monitor vital sign
udara per menit  Informasikan pada pasien dan keluarga tentang
- Menggunakan otot tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.
pernafasan tambahan  Ajarkan bagaimana batuk efektif
- Orthopnea  Monitor pola nafas
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi
berlangsung sangat lama
- Penurunan kapasitas vital
- Respirasi: < 11 – 24 x
/mnt
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Berhubungan dengan :  Self Care : ADLs  Observasi adanya pembatasan klien dalam
 Tirah Baring atau  Toleransi aktivitas melakukan aktivitas
imobilisasi  Konservasi energi  Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
 Kelemahan menyeluruh  Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….  Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
antara suplei oksigen Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan emosi secara berlebihan
dengan kebutuhan Kriteria Hasil :  Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis,
Gaya hidup yang disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan pucat, perubahan hemodinamik)
dipertahankan. RR  Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
DS:  Mampu melakukan aktivitas sehari hari pasien

 Melaporkan secara (ADLs) secara mandiri  Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi

verbal adanya kelelahan  Keseimbangan aktivitas dan istirahat Medik dalam merencanakan progran terapi yang

atau kelemahan. tepat.

 Adanya dyspneu atau  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas


yang mampu dilakukan
ketidaknyamanan saat  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
beraktivitas. sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
DO : sosial
 Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
 Respon abnormal dari sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
tekanan darah atau nadi diinginkan
terhadap aktifitas  Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas
 Perubahan ECG : seperti kursi roda, krek
aritmia, iskemia  Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
 Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
 Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
Perbedaan Kardioversi dan Defibrilasi

Defibrilasi
Defibrilasi adalah alat yang mengirimkan energi listrik ke dada pada
berbagai siklus jantung. Defibrilasi menjadi alat emergensi pengobatan
baik VT (Ventrikuler tachycardia) dan VF (Ventrikular Fibrilasi). Selama
cardiac arrest, RJP dan DC syok menjadi metode untuk pertoongan
jantung.
Terdapat beberapa jenis defibrillator :
a. Manual Eksternal defibrilator : terdapat pada ambulan dan rumah sakit,
menggunakan monitor jantung untuk merekam gelombang listrik dan
ritme jantung.
b. Manual Internal Defibrilator : menggunakan pada tindakan pembedahan,
untuk mereset jantung selama operasi bedah thorax, dan ditempatkan
langsung di jantung.
c. Automatik eksternal Defibrilator : lebih mudah digunakan, karena secara
otomatis mendeteksi ritme jantung sendiri dan kapan melakukan DC syok.
Biasanya digunakan pada orang yang belum terlatih.
d. Wearable cardiak defibrilator : digunakan pada pasien dan memonitor
pasien 24 jam, dan mengirimkan DC syok bila dibutuhkan.

Kardioversi
Kardioversi akan mengirimkan gelombang elektrik ke dada, mensikronkan
dengan gelombang R besar pada EKG. Mekanisme, teknik dan alatnya
memiliki prinsip yang sama dengan defibrilasi. Terdapat cardioversi
defibrilasi spesifik yang tidak berfungsi ketika tombol ditekan kecuali
sudah tersinkronasi dengan gelombang R pada EKG. Defibrilasi
Implatabel Kardioversi akan mengenali syok yang dibutuhkan, dan
mengirimkannya ketika tersinkron dengan gelombang R.

Perbedaan Kardioversi dan Defibrilasi


1. Defibrilasi adalah alat pertolongan gawat darurat pada Ventrikuler
takikardi, ventrikuler fibrilasi dan serangan jantung, sedangakan
kardioversi lebih ke supraventrikuler takikardi (SVT), ventrikuler reentran
takikardi, atrial flutter dan atrial fibrilasi.
2. Defibrilasi selalu merestat jantung dan anestesi tidak dibutuhkan,
sedangkan pada kardioversi, membutuhkan anestes dan pasien dalam
keadaan sedasi.
3. Kardioversi dapat dilakukan tanpa anestesi jika hanya terdapat iminen
kolaps kardiovaskuler. Kardioversi dapat menyebabkan aritmia serius.
Mungkin terjadi transien elevasi segmen ST setelah kardioversi
4. Edema pulmo tidak dikeahui, dan menjadi komplikasi yang jarng pada
kardioversi. Pada Defibrilasi dapat menyebabkan myocardial nekrosis
yang jarang juga, ketika energi syok tinggi dikirimkan.

Indikasi Penggunaan
1. Indikasi penggunaan Defibrilator adalah:
VF :100 J, 200 J, 300 J, 360 J.
VT : 50 J, 100 J.
Atrial Flutter : 25 J – 50 J.
Atrial Fibrilasi : 100 – 200 J.
SVT : 75 – 100 J.
Torsade de Pointes 50 – 200 J.
Energi tidak tergatung berat badan, kecuali anak2 2 J/kg.
Pasien digitalis , energi 10-50 J

2. Indikasi Kardioversi
Adapun indikasi dilakukannya kardioversi antara lain sebagai berikut4:
a) Fibrilasi ventrikel.
b) Takikardia ventrikel, bila pengobatan medikamentosa yang adekuat tidak
berhasil menghentikan takikardia tersebut atau pasien dengan keadaan
hemodinamik yang buruk.
c) Takikardia supraventrikuler yang tidak bisa dihentikan dengan pemberian
obat-obatan atau keadaan hemodinamik yang buruk.
d) Fibrilasi atrial yang tidak bisa dikonversi menjadi irama sinus dengan
obat-obatan.
e) Fluter atrial yang tidak bisa dikonversi menjadi irama sinus dengan obat-
obatan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC


Carpenito Linda Juall. 1995. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Hudak, Carolyn M. 2000. Keperawatan Kritis: pendekatan holistic. Jakarta: EGC.
Marilynn E, Doengoes, 2000. Rencana Asuhan KeperawatanEdisi 3. Jakarta:
EGC.
Price, Sylvia Anderson and Lorraine McCarty Wilson. 2006. Patofisiologi:
konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai