Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan pada Kasus Aritmia

Oleh:
Amilia Candrasari
201910461011077

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2020
A. Definisi
Aritmia atau gangguan irama jantung merupakan komplikasi yang
sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah
perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh
konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999).
Aritmia atau gangguan irama jantung adalah kelainan
elektrofisiologi jantung yang dapat disebabkan oleh gangguan sistem
konduksi jantung serta gangguan pembentukan dan/atau penghantaran
impuls (Firdaus, 2016).
Aritmia jantung (heart arrhythmia) menyebabkan detak jantung
menjadi terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung
umumnya tidak berbahaya. kebanyakan orang sesekali mengalami detak
jantung yang tidak beraturan kadang menjadi cepat, kadang melambat.
namun beberapa jenis aritmia jantung dapat menyebabkan gangguan
kesehatan atau bahkan melalui pemeriksaan EKG(pemeriksaan listrik
jantung (Sudoyo, 2016).
B. Etiologi
Menurut PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular
Indonesia), aritmia dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi).
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-
obat anti aritmia lainnya.
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang
mempengaruhi kerja dan irama jantung.
6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis).
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung.
10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem
konduksi jantung).
C. Faktor Resiko
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya aritmia
adalah sebagai berikut:
1. Umur.
2. Genetik.
3. Penyakit arteri coroner:
Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung
abnormal, kardiomiopati, dan kerusakan jantung lainnya adalah faktor
resiko untuk hampir semua jenis aritmia jantung.
4. Tekanan darah tinggi:
Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit
arteri koroner. Hal ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri
menjadi kaku dan tebal, yang dapat mengubah jalur impuls elektrik di
jantung.
5. Masalah pada Tiroid
Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan
hormon tiroid terlalu banyak.Hal ini dapat menyebabkan denyut
jantung menjadi cepat dan tidak teratur sehingga
menyebabkan fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
Sebaliknya, metabolisme melambat ketika kelenjar tiroid tidak
cukup melepaskan hormon tiroid, yang dapat menyebabkan bradikardi
(bradycardia).
6. Obesitas:
Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner,
obesitas dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.
7. Diabetes:
Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi
akan meningkat akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula
darah rendah (hypoglycemia) juga dapat memicu terjadinya aritmia.

8. Ketidakseimbangan Elektrolit
Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut
elektrolit), membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada jantung.
Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
memengaruhi impuls elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi
terhadap terjadinya aritmia jantung.
9. Obstructive Sleep Apnea
Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat
tidur.Napas yang terganggu, misalnya mengalami henti napas saat
tidur dapat memicu aritmia jantung dan fibrilasi atrium.
10. Terlalu Banyak Minum Alkohol
Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik di
dalam jantung serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya fibrilasi
atrium (atrial fibrillation).
Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung berdetak
kurang efektif dan dapat menyebabkan cardiomyopathy (kematian otot
jantung).
11. Konsumsi Kafein atau Nikotin
Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung
berdetak lebih cepat dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia
jantung yang lebih serius.

D. Manifestasi Klinis
a. Perubahan Tekanan Darah ( hipertensi atau hipotensi ) nadi mungkin
tidak teratur, dfisit nadi, bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra,
denyut menurun, kulit pucat, sianosis, berkeringat, edema, haluaran
urin menurun bila curah jantung menurun berat.
b. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah.
d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan: kedalaman pernafasan,
bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada
menunjukkan komplikasi. pernafasan seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal, hemoptisis.
e. Demam, kemerahan kulit (reaksi obat): inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial) kehilangan tonus otot/kekuatan.
E. Patofisiologi

Dalam keadaan normal, pacu untuk deyut jantung dimulai di denyut


nodus SA dengan irama sinur 70-80 kali per menit, kemudian di nodus AV
dengan 50 kali per menit, yang kemudian di hantarkan pada berkas HIS
lalu ke serabut purkinje.
Sentrum yang tercepat membentuk pacu memberikan pimpinan dan
sentrum yang memimppin ini disebut pacemaker. Dalam keadaan tertentu,
sentrum yang lebih rendah dapat juga bekerja sebagai pacemaker, yaitu :
a. Bila sentrum SA membentuk pacu lebih kecil, atau bila sentrum AV
membentuk pacu lebih besar.
b. Bila pacu di SA tidak sampai ke sentrum AV, dan tidak diteruskan k
BIndel HIS akibat adanya kerusakan pada system hantaran atau
penekanan oleh obt.
Aritmia terjadi karena ganguan pembentukan impuls (otomatisitas
abnormal atau gngguan konduksi). Gangguan dalam pembentukan pacu
antara lain:
1. Gangguan dari irama sinus, seperti takikardi sinus, bradikardi sinus
dan aritmia sinus.
2. Debar ektopik dan irama ektopik:
a. Takikardi sinus fisiologis, yaitu pekerjaan fisik, emosi, waktu
makana sedang dicerna.
b. Takikardi pada waktu istirahat yang merupakan gejala
penyakit, seperti demam, hipertiroidisme, anemia, lemah
miokard, miokarditis, dan neurosis jantung.
F. Pathways

v Keseimbangan
Peradangan Gangg. Sirkulasi Intosksikasi Gang. Pengaturan
jantung koroner obat-obatan elektrolit sistem syaraf otonom
(hipo/hiperglikemi)

Lepasnya Suplai O2 Mengubah Aktifasi N.


Perubahan
mediator nodus untuk sel repolarisasi otot vagus
permeabilitas
jantung jantung terhadap ion K

Potensial istirahat sel


Aktifasi sel pacu
Nekrosis sel otot jantung
jantung SA node
otot jantung memendek/
memanjang

Kardiomipati
Gangguan pembentukan/
penghantar impuls

Dilatasi sel otot


Sel jantung
Memicu jantung
Degenerasi digantikan jar. ARITMIA
fokus
parut
ektopik
Gagal jantung

Pengosongan
Jantung tidak dapat
ventrikel
mengompensasi

Darah membentuk
gumpalan kecil (thrombus) MK: Penurunan curah
jantung

PK: Deep Vein Infark PK: Emboli Paru


Trombosis (DVT) Miokard Akut
(IMA)

Sumber: Buku Clinical Pathways Penyakit Jantung dan


Pembuluh Darah
G. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan
elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan
untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus
bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup .
4. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea
iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi
normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan
latihan yang menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan
magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung,
adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis,
quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid
serum dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses
inflamasi akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus
disritmia.
10. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat
menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.

H. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya, terapi gangguan aritmia bertujuan untuk:
a) Mengembalikan irama jantung yang normal (rhythm control)
b) Menurunkan frekuensi denyut jantung (rate control)
c) Mencegah terbentuknya bekuan darah.
Terapi medis Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
1) Kelas 1 A
- Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi
atau flutter.
- Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi
dan aritmi yang menyertai anestesi.
- Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
2) Kelas 1 B
- Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard,
ventrikel takikardia.
- Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
3) Kelas 1 C Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade) Atenolol, Metoprolol,
Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi.
c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation) Amiodarone, indikasi VT,
SVT berulan
d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker) Verapamil, indikasi
supraventrikular aritmia.

Terapi mekanis

a. Kardioversi: mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan


disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur
elektif.
b. Defibrilasi: kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan
gawat darurat.
c. Defibrilator kardioverter implantabel: suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau
pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
d. Terapi pacemaker: alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus
listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.

I. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul akibat adanya gangguan irama
jantung adalah sinkop (pingsan), hipo atau hipertensi, sesak napas, dan
lain-lain. Namun komplikasi yang paling buruk adalah mati mendadak dan
terbentuknya trombo-emboli yang dapat menyebabkan stroke dan
gangguan pada pembuluh darah lainnya.
J. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat penyakit
1) Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi.
2) Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK (gagal ginjal
kronik), penyakit katup jantung, hipertensi.
3) Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi.
4) Kondisi psikososial

b. Pengkajian fisik
1) Aktivitas : kelelahan umum.
2) Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin
tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra,
denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat,
sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah jantung
menurun berat.
3) Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak,marah, gelisah, menangis.
4) Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran
terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan
kelembaban kulit.
5) Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung,
letargi, perubahan pupil.
6) Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang
atau tidak dengan obat antiangina, gelisah.
7) Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels,
ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantung.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar
suplai dan kebutuhan oksigen
c. Fungsi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia
d. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan retensi insulin
e. Retensi urine berhubungan dengan peningkatan tekanan uretra
dibuktikan dengan distensi abdomen

SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan Perawatan Jantung (I.02075)
keperawatan selama 1x3 jam - Identifikasi gejala primer
diharapkan Curah Jantung penurunan curah jantung
(L.02008) meningkat dengan - Identifikasi gejala sekunder
kriteria hasil: penurunan curah jantung
1. Kekuatan nadi perifer - Monitor tekanan darah
meningkat (5) - Monitor intake & output
2. Brakikardia menurun (5) - Saturasi oksigen
3. Lelah menurun (5) - Nyeri dada
4. Dispnea menurun (5) - EKG 12 sadapan
5. Pucat/Sianosis menurun (5) - Monitor aritmia
6. Oliguria menurun (5) - Monitor nilai laboratorium
jantung
- Posisikan semifowler
- Berikan oksigen
- Anjurkan aktifitas fisik
- Pemberian obat betabloker
Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ambulasi (I.06171)
keperawatan selama 1x24 jam - Identifikasi adanya nyeri/keluhan
diharapkan Toleransi Aktivitas fisik
(L.05047) meningkat dengan - Identifikasi toleransi fisik saat
kriteria hasil: melakukan ambulasi
1. Frekuensi nadi meningkat (5) - Monitor frekuensi jantung dan
2. Saturasi oksigen meningkat tekanan darah
(5) - Fasilitasi ambulasi dengan alat
3. Keluhan lelah menurun (5) bantu
4. Dispnea saat aktifitas - Libatkan keluarga saat ambulasi
menurun (5) - Jelaskan tujuan dan prosedur
5. Dispnea setelah aktifitas ambulasi
menurun (5) - Anjurkan ambulasi sederhana
6. Sianosis menurun (5)
7. Tekanan darah membaik (5)
8. Frekuensi napas membaik (5)
Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi (I.02079)
keperawatan selama 1x24 jam - Periksa sirkulasi perifer
diharapkan Perfusi Perifer - Identifikasi faktor resiko
(L.02011) meningkat dengan gangguan sirkulasi
kriteria hasil: - Monitor panas, nyeri, kemerahan
1. Denyut nadi perifer pada ekstremitas
meningkat (5) - Lakukan hidrasi
2. Warna kulit pucat menurun - Anjurkan minum obat control
(5) tekanan darah teratur
3. Akral membaik (5) - Anjurkan program diet rendah
4. Turgor kulit membaik (5) lemah jenuh
5. Tekanan darah sistolik - Anjurkan melakukan perawatan
membaik (5) kulit untuk melembabkan kulit
6. Tekanan darah diastolik yang kering
membaik (5)
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2015). Keperawatan Medikal-Bedah. (Eka Anisa Mardella,

Ed). Jakarta: EGC.

Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (12th ed.). Jakarta:

EGC.

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC

Herdman,T.Heather.2012.Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi

2012-2014.Jakarta:EGC

Hanafi B. (2012) Trisnohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Ed. 4.

Jakarta: Balai Penerbit: FKUI

Muttaqin,Arif.(2015).Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskuler.Jakarta : Salemba Medika

Sheehy. (2018). Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana Sheehy. Jakarta :

Elsevier

Smeltzer, S. C. (2013). Keperawatan Medikal Bedah.Brunner &Suddarth (12th

ed.). Jakarta: EGC.

Sudoyo,Aru W.dkk.2016. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi VI.

Jakarta: FKUI.

Firdaus, I. (2016). Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Clinical Pathway (CP)

Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Ed. 1. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai