Oleh:
Amilia Candrasari
201910461011077
8. Ketidakseimbangan Elektrolit
Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut
elektrolit), membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada jantung.
Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
memengaruhi impuls elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi
terhadap terjadinya aritmia jantung.
9. Obstructive Sleep Apnea
Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat
tidur.Napas yang terganggu, misalnya mengalami henti napas saat
tidur dapat memicu aritmia jantung dan fibrilasi atrium.
10. Terlalu Banyak Minum Alkohol
Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik di
dalam jantung serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya fibrilasi
atrium (atrial fibrillation).
Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung berdetak
kurang efektif dan dapat menyebabkan cardiomyopathy (kematian otot
jantung).
11. Konsumsi Kafein atau Nikotin
Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung
berdetak lebih cepat dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia
jantung yang lebih serius.
D. Manifestasi Klinis
a. Perubahan Tekanan Darah ( hipertensi atau hipotensi ) nadi mungkin
tidak teratur, dfisit nadi, bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra,
denyut menurun, kulit pucat, sianosis, berkeringat, edema, haluaran
urin menurun bila curah jantung menurun berat.
b. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah.
d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan: kedalaman pernafasan,
bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada
menunjukkan komplikasi. pernafasan seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal, hemoptisis.
e. Demam, kemerahan kulit (reaksi obat): inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial) kehilangan tonus otot/kekuatan.
E. Patofisiologi
v Keseimbangan
Peradangan Gangg. Sirkulasi Intosksikasi Gang. Pengaturan
jantung koroner obat-obatan elektrolit sistem syaraf otonom
(hipo/hiperglikemi)
Kardiomipati
Gangguan pembentukan/
penghantar impuls
Pengosongan
Jantung tidak dapat
ventrikel
mengompensasi
Darah membentuk
gumpalan kecil (thrombus) MK: Penurunan curah
jantung
H. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya, terapi gangguan aritmia bertujuan untuk:
a) Mengembalikan irama jantung yang normal (rhythm control)
b) Menurunkan frekuensi denyut jantung (rate control)
c) Mencegah terbentuknya bekuan darah.
Terapi medis Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
1) Kelas 1 A
- Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi
atau flutter.
- Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi
dan aritmi yang menyertai anestesi.
- Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
2) Kelas 1 B
- Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard,
ventrikel takikardia.
- Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
3) Kelas 1 C Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade) Atenolol, Metoprolol,
Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi.
c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation) Amiodarone, indikasi VT,
SVT berulan
d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker) Verapamil, indikasi
supraventrikular aritmia.
Terapi mekanis
I. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul akibat adanya gangguan irama
jantung adalah sinkop (pingsan), hipo atau hipertensi, sesak napas, dan
lain-lain. Namun komplikasi yang paling buruk adalah mati mendadak dan
terbentuknya trombo-emboli yang dapat menyebabkan stroke dan
gangguan pada pembuluh darah lainnya.
J. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat penyakit
1) Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi.
2) Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK (gagal ginjal
kronik), penyakit katup jantung, hipertensi.
3) Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi.
4) Kondisi psikososial
b. Pengkajian fisik
1) Aktivitas : kelelahan umum.
2) Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin
tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra,
denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat,
sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah jantung
menurun berat.
3) Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak,marah, gelisah, menangis.
4) Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran
terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan
kelembaban kulit.
5) Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung,
letargi, perubahan pupil.
6) Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang
atau tidak dengan obat antiangina, gelisah.
7) Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels,
ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantung.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antar
suplai dan kebutuhan oksigen
c. Fungsi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia
d. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan retensi insulin
e. Retensi urine berhubungan dengan peningkatan tekanan uretra
dibuktikan dengan distensi abdomen
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan Perawatan Jantung (I.02075)
keperawatan selama 1x3 jam - Identifikasi gejala primer
diharapkan Curah Jantung penurunan curah jantung
(L.02008) meningkat dengan - Identifikasi gejala sekunder
kriteria hasil: penurunan curah jantung
1. Kekuatan nadi perifer - Monitor tekanan darah
meningkat (5) - Monitor intake & output
2. Brakikardia menurun (5) - Saturasi oksigen
3. Lelah menurun (5) - Nyeri dada
4. Dispnea menurun (5) - EKG 12 sadapan
5. Pucat/Sianosis menurun (5) - Monitor aritmia
6. Oliguria menurun (5) - Monitor nilai laboratorium
jantung
- Posisikan semifowler
- Berikan oksigen
- Anjurkan aktifitas fisik
- Pemberian obat betabloker
Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ambulasi (I.06171)
keperawatan selama 1x24 jam - Identifikasi adanya nyeri/keluhan
diharapkan Toleransi Aktivitas fisik
(L.05047) meningkat dengan - Identifikasi toleransi fisik saat
kriteria hasil: melakukan ambulasi
1. Frekuensi nadi meningkat (5) - Monitor frekuensi jantung dan
2. Saturasi oksigen meningkat tekanan darah
(5) - Fasilitasi ambulasi dengan alat
3. Keluhan lelah menurun (5) bantu
4. Dispnea saat aktifitas - Libatkan keluarga saat ambulasi
menurun (5) - Jelaskan tujuan dan prosedur
5. Dispnea setelah aktifitas ambulasi
menurun (5) - Anjurkan ambulasi sederhana
6. Sianosis menurun (5)
7. Tekanan darah membaik (5)
8. Frekuensi napas membaik (5)
Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi (I.02079)
keperawatan selama 1x24 jam - Periksa sirkulasi perifer
diharapkan Perfusi Perifer - Identifikasi faktor resiko
(L.02011) meningkat dengan gangguan sirkulasi
kriteria hasil: - Monitor panas, nyeri, kemerahan
1. Denyut nadi perifer pada ekstremitas
meningkat (5) - Lakukan hidrasi
2. Warna kulit pucat menurun - Anjurkan minum obat control
(5) tekanan darah teratur
3. Akral membaik (5) - Anjurkan program diet rendah
4. Turgor kulit membaik (5) lemah jenuh
5. Tekanan darah sistolik - Anjurkan melakukan perawatan
membaik (5) kulit untuk melembabkan kulit
6. Tekanan darah diastolik yang kering
membaik (5)
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (12th ed.). Jakarta:
EGC.
2012-2014.Jakarta:EGC
Hanafi B. (2012) Trisnohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Ed. 4.
Elsevier
Sudoyo,Aru W.dkk.2016. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi VI.
Jakarta: FKUI.
Firdaus, I. (2016). Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Clinical Pathway (CP)