Anda di halaman 1dari 9

Meski begitu, Sylvia tetap semangat berlatih.

Seluruh proses latihan tetap mengacu pada


protokol kesehatan pencegahan covid-19.
"Latihan dimulai dari jam 7.00 pagi. Harus tetap gunakan masker, face shield, sarung tangan,
dan tetap jaga jarak," tutur dia. Sylvia siap memberikan yang terbaik saat bertugas di hari
peringatan kemerdekaan Indonesia. Dia berharap teman-temannya yang lain ikut terpacu
menjadi anggota Paskibraka.
"Harapan saya bisa menyukseskan pengibaran dan penurunan bendera dan bisa juga menjadi
contoh yang baik buat adik-adik yang ingin mencoba tahun depan," kata Sylvia. Upacara
HUT ke-75 Republik Indonesia digelar sederhana. Kementerian Pemuda dan Olahraga tidak
mengadakan seleksi Paskibraka 2020.

Sesuai rencana pada tanggal 24 dan 25 Juni 2020 telah dilaksanakan uji ketahanan fisik bagi
200 peserta, terdiri dari 100 putra dan 100 putri dan akan dilanjutkan pada tanggal 29 Juni
2020 bagi yang telah lolos dalam kategori 100 terseleksi,  dengan ujian tulis yang meliputi
wawasan kebangsaan dan ideologi, pengetahuan umum,  dan budaya, bahasa inggris  serta
pemahaman kedaerahan. Ujian fisik dan tertulis diperlukan agar terpilih pemuda yang
memiliki kemampuan  fisik dan pengetahuan yang memadai.

Sesuai Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga nomor 14 tahun 2017 tentang perubahan atas
Permenpora nomor 0065 tahun 2015 tentang penyelenggaraan kegiatan pasukan pengibar
bendera pusaka, tim penilai di Kabupaten Sleman dilaksanakan  sesuai kebutuhan daerah
bersama dengan TNI dan POLRI, tenaga medis, dan organisasi perangkat daerah yang terkait.

Hal lain yang sangat berbeda, pelaksanaan dilaksanakan sesuai standar protokol pencegahan
covid dengan ketat sejak pengaturan awal kedatangan dan pengelompokan, kebersihan, jarak
dan minimalisasi kerumunan dengan memulangkan per kelompok segera setelah pelaksanaan
selesai. 

Hal lain yang diapresiasi pada seleksi kali ini adalah bahwa para peserta tetap bersemangat
meskipun sudah diberitahu  sejak awal bahwa calon terpilih belum tentu bertugas di upacara
Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 2020 apabila kondisi karena
pandemic covid 19 belum memungkinkan dilakukan upacara seperti sebelumnya.
Perjuangan yang benar-benar tanpa pamrih, semoga mereka semua menjadi pemimpin masa
depan Indonesia di masa depan.

Tetap aktif di masa pandemi dengan protokol kesehatan dan PHBS, Salam pemuda.

"75 tahun Indonesia Merdeka, adalah saat di mana kepahlawanan kembali bermunculan di
sekitar kita," kata Anies dalam sambutannya, Senin (17/8/2020).

Anies berterimakasih kepada para pejuang kesehatan dalam melawan virus corona yang
menyebabkan Covid-19 ini. Kepada mereka yang gugur dalam membantu memerangi Covid-
19, Anies mendoakan mereka meninggal sebagai pejuang.

"Saat di mana kita saksikan, ribuan dokter, perawat, seluruh tenaga kesehatan, tanpa ragu
meletakkan dirinya sebagai benteng pertahanan terakhir melawan pandemi. Sebagian
tinggalkan keluarganya untuk selamanya, gugur dalam perjuangannya menyelamatkan
saudara- saudara sebangsa. Allah syahidkan mereka, Insyaallah," kata Anies.

Anies mengatakan, dalam HUT RI ke-75 ini bukan hanya perjuangan bagi para tenaga medis,
melainkan perjuangan seluruh lapisan masyarakat untuk meminimalisir penyebaran virus.

"75 tahun Indonesia Merdeka adalah ajang perjuangan dan kebersamaan. Kita saksikan,
ribuan petugas di lapangan memastikan mereka yang terdampak wabah akan mendapat
bantuan, memastikan layanan masyarakat tetap bisa berjalan," kata Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud) itu.

Anies juga menyebut para guru terus menyemangati dan menginspirasi para siswa dari
kejauhan. Para pengusaha kecil menengah berusaha bertahan demi terus memberi
penghidupan pada karyawan.

"Para ilmuwan bekerja mencari solusi hadapi wabah dan memberikan panduan bagi para
pengambil kebijakan, para aparat kepolisian dan tentara memastikan hadirnya rasa aman,"
Anies menambahkan.

memperingati Kemerdekaan Republik Indonesia untuk tahun ini  hanya akan dilakukan
dalam waktu 10 menit saja.  Prosedur upacara tahun ini sesuai dengan imbauan Sekretaris
Negara,  melalui Surat Edaran Kabupaten dan Kota.
Ketua Pelaksana Upacara 17 Agustus 2020 di Griya Agung AKBP dr Sonny Triantoni
mengatakan Kegiatan upacaranya 10 menit dan tahun ini tanpa pembacaan naskah Detik-
detik Proklamasi.”Selain itu pihaknya berharap kegiatan upacara 10 menit ini agar menjaga
kesehatan bersama,  baris berbaris dengan berjarak masing-masing dua meter sanitizer,
masker, dan face shield,” ujarnya, Kamis (13/8/2020).

Lanjut, Soni untuk anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) 50 orang dan
mereka dibagi upacara pagi dan sore masing 25 orang. Petugas pengibar dan penurun
bendera  hanya tiga orang.  Selebihnya menjadi gordon atau pagar ayu. Tidak ada pasukan 8,
17 dan 45 seperti tahun sebelumnya.

Perbedaan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya adalah meniadakan pasukan


pendamping, membatasi jumlah peserta upacara hingga 20 orang. “Mereka berasal dari TNI,
Polri, serta hanya dihadiri Gubernur, Wakil Gubenur, Ketua DPRD, Kajati, Kapolda,
Pangdam dan Kemenag,” tutupnya. (Dey/mg3)

"Jadi kesan yang kami rasakan sebagai anggota Paskibraka yang pertama sih ada rasa
bangga," ungkapnya.

Yowan mengatakan dirinya adalah Paskibraka tahun 2019 yang dipilih kembali untuk
melaksanakan tugas sakral itu hanya dengan berempat saja.

"Untuk tahun ini tahun 2020 kami empat orang Paskibraka, kami tahun 2019 ditugaskan
kembali tahun 2020," ujarnya.

Yowan menuturkan dari sejak menjalani latihan selama 8 (delapan) hari hingga hari ini
mengibarkan bendera memang lebih terkesan sepi tak seperti biasanya.

"Hanya itu itu saja, kami latihan delapan hari, saya rasa cukup latihannya dan saya merasa
bangga karena sukses menjalankan tugas dan juga rasa mungkin ini hanya bisa sekali seumur
hidup sebenarnya," ucapnya.

Yowan menyebutkan HUT RI ke 75 tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya karena wabah
pandemi covid-19 sehingga lebih sedih.
"Berbeda dengan tahun sebelumnya mungkin HUT tahun ini agak sedih dengan yang kali
inikan sudah ada paskibraka dengan seleksi yang baru tapi tidak dikukuhkan karena ada
pandemi," ucapnya.

Ditambahkan rekannya Fajar Sulistio (16) mengaku sedikit terganggu dan canggung karena
jumlah paskibraka yang ditugaskan dikurangi dan hanya berempat.

"Jadi kami itu merasa ada yang kurang gitu iya lebih sedikit. Alhamdulillah kami merasa lega
karena bisa melakukan sesuai dengan materi dan waktu yang kami dapatkan pada saat
latihan" tutupnya. (Rul/wb)

Dalam upacara peringatan 17 Agustus tahun ini, beberapa agenda tahun sebelumnya
ditiadakan. Agenda yang ditiadakan pada tahun ini yaitu, tidak adanya arak-arakan bendera
negara sang saka Merah Putih dari Monas ke Istana.

Kemudian, tidak ada fly pass pesawat tempur TNI AU, jumlah pasukan upacara terbatas,
undangan terbatas, paskibraka hanya 3 orang, serta tidak ada ramah tamah.

Upacara 17 Agustus merupakan agenda tahunan yang digelar secara rutin. Panitia
penyelenggara upacara harus mempersiapkan susunan acara dengan matang.

Tanggal 17 Agustus 2020 jatuh hari Senin. Di masa pandemi Covid-19 ini ada instansi,
sekolah dan masyarakat yang menyelenggarakan upacara secara langsung meski terbatas
pesertanya. Namun ada juga yang menyelenggarakan upacara secara daring.

Bila menyelenggarakan di tempat terbuka protokol kesehatan harus dijalanakan. Peserta juga
dibatasi, kemudian peserta wajib jaga jarak, cek suhu badan, cuci tangan dengan air sabun
dan hand sanitizer dan tiap peserta berjarak minimal 1,5 meter.

Upacara 17 Agustus merupakan agenda tahunan yang digelar secara rutin. Panitia
penyelenggara upacara harus mempersiapkan susunan acara dengan matang.

Tanggal 17 Agustus 2020 jatuh hari Senin. Di masa pandemi Covid-19 ini ada instansi,
sekolah dan masyarakat yang menyelenggarakan upacara secara langsung meski terbatas
pesertanya. Namun ada juga yang menyelenggarakan upacara secara daring.
Bila menyelenggarakan di tempat terbuka protokol kesehatan harus dijalanakan. Peserta juga
dibatasi, kemudian peserta wajib jaga jarak, cek suhu badan, cuci tangan dengan air sabun
dan hand sanitizer dan tiap peserta berjarak minimal 1,5 meter.

“Kita sudah laksanakan upacara memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia.


Dikarenakan saat ini masih dalam masa pandemi Covid-19, kita laksanakan secara sederhana,
tetapi tidak mengurangi makna dari perayaan HUT RI yang ke 75 ini secara khidmat,”
ungkap Rosjonsyah

Ditambahkan Rosjonsyah, dikarenakan masih dalam suasana pandemi Covid-19, dirinya


meminta masyarakat Kabupaten Lebong tetap mengikuti protokol kesehatan untuk ikut
mencegah penularan Covid-19.

“Kepada seluruh masyarakat Kabupaten Lebong, saya mengimbau untuk tetap menjaga
persatuan dan keutuhan NKRI. Kemudian dikarenakan saat ini masih dalam pandemi Covid-
19, kita tetap dirumah saja, walaupun kita masih zona hijau, kita tetap harus waspada,”
pungkasnya.

Euforia Kemerdekaan di Tengah Pandemi – Euforia kemerdekaan tahun 2020 ini akan terasa
berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Wajar saja, biasanya warga +62 kerap disibukkan
dengan segudang aktifitas perlombaan 17-an, mulai dari yang tradisional hingga modern.

Seperti yang kita tahu juga, setiap perhelatan pesta kemerdekaan pastilah ada upacara
bendera. Pertanyaannya, apakah tahun ini ada pengibaran? Atau ditiadakan? Jika pun ada,
seperti apa ya kira-kira kegiatannya?

Ya, sudah pasti banyak hal yang berbeda di pesta kemerdekaan Indonesia tahun 2020 ini.
Seperti apa perbedaannya? Apakah mungkin kita tetap bisa merasakan euforia yang sama
seperti tahun-tahun sebelumnya? Yuk mari diulas satu persatu, mudah-mudahan tulisan saya
ini bisa menjadi inspirasi kegiatan anda dan keluarga saat #17anDirumahAja.

Makna Kemerdekaan

Kemerdekaan, asal kata dari merdeka, dalam bahasa Sansekerta maharddika yang berarti
kaya, sejahtera, dan kuat. Sedangkan dalam bahasa Melayu dan Indonesia bermakna bebas
atau tidak tergantung, dengan kata lain independen. Kemerdekaan berarti saat dimana suatu
negara meraih hak kendali penuh atas seluruh wilayah bagian negaranya.

Itu mengapa kemerdekaan diperingati setiap tahunnya dengan tujuan mengenang kembali
perjuangan para pahlawan dalam membebaskan negaranya dari penjajahan.

Apa Kata Mereka Tentang Kemerdekaan?

“Bagi saya makna merdeka ada dua. Merdeka sebagai wanita menikah yaitu berekspresi
(verbal/nonverbal) yang tidak manyalahi kodrat. Juga merdeka sebagai wanita bekerja yaitu
mampu mengembangkan diri secara positif, menginspirasi, memberi manfaat, menjadi agen
perubahan, dan menjadi pribadi yang unik bersahaja,” cuit  @meemameniq, Dosen
Konstruksi Bangunan dan Menggambar Teknik, Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan.

Mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Indonesia yang makmur (sejahtera) menyebarkan


kemakmurannya, tidak menumpuk die lit yang membuat lengannya kemerdekaan seperti
sekarang ini. Dalam konteks Lapangan Merdeka Medan, nyata terlihat dan dirasakan kalau
Lapangan Merdeka telah ingin tertutup. Sudah saatnya Lapangan Merdeka difungsikan
kembali sebagai taman kota,” Miduk Hutabarat, Pegiat Koalisi Masyarakat Peduli Lapangan
Merdeka.

“Bagi kakak, kemerdekaan itu bukan hanya sebuah kata. Kemerdekaan bagi kakak adalah
kesempatan dan kebebasan dalam arti positif. Kesempatan untuk bermimpi hingga menjadi
nyata. Kebebasan untuk bisa terus berkarya dan berkreativitas tanpa batas.”
@new_icharissahrp, influencer.

“Kemerdekaan itu adalah menghargai. Menghargai masa kini tanpa melukai masa lalu.
Menghargai masa kini sebagai pondasi masa depan,” @dedsa, Pegiat Heritage, Founder
Saujana Riau.

“Bebas dari segala hal yang bersifat negatif, di sisi lain bebas melakukan hal yang bersifat
positif,” kata @agoezperdana.

“Makna kemerdekaan bagi aku adalah aku merdeka dan sadar jalani peran kehidupan baik
sebagai hamba Allah, istri, dan ibu” @nufaz3e, Mom Blogger.
Rutinitas 17-an di Indonesia

Kemerdekaan Indonesia tidak sah rasanya tanpa pergelaran upacara bendera dan ragam
perlombaan 17-an. Sudah pasti dua kegiatan ini selalu ditunggu-tunggu oleh seluruh
masyarakat Indonesia. Karena perlombaan saat 17-an tidak akan kita temukan pada hari-hari
biasanya. Itulah alasan mengapa euforia kemerdekaan lebih terasa.

Berikut ragam perlombaan saat 17-an yang sudah menjadi tradisi :


1. Balap karung

2. Makan kerupuk

3. Tarik tambang

4. Panjat pinang

5. Balap kelereng

Ketujuh perlombaan yang sudah menjadi tradisi ini pastilah memiliki makna di setiap
permainannya. Banyak artikel menuliskan permainan ini dilombakan dengan tujuan untuk
membangkitkan kembali semangat nasionalisme kita, seperti sportifitas, kerja sama,
kekompakan, dan menumbuhkan sikap gotong royong.

Apakah kita pernah terdetak dari mana asal muasal tradisi perlombaan 17-an ini? Sekarang
saya ulas sedikit agar menjadi pengetahuan baru untuk kita bersama. Dalam sebuah artikel
yang saya temukan di lini masa www.komunitashistoria.com, bertajuk, “Kenapa Harus Panjat
Pinang?”

Secara gamblang dijelaskan bahwa tradisi ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda.
Mereka menggelar perlombaan 17-an dengan tujuan mencari hiburan dari para kaum pribumi.
Mereka merasa terhibur ketika melihat para kaum pribumi saling berlomba merebut hadiah
yang dipajang, dimana hadiah-hadiah tersebut sebenarnya hanya memiliki nilai harga sangat
rendah.

Sungguh sebuah sejarah kelam yang merendahkan marwah kita sebagai bangsa Indonesia.
Seharusnya pesta kemerdekaan itu dirayakan dengan mengenang jasa-jasa para pahlawan
yang sudah berjuang, bertumpah darah satu dalam membebaskan Negara Indonesia dari
kecaman para penjajah. Bisa dengan memperkenalkan para pahlawan ataupun adat budaya
dan tradisi Indonesia lainnya, pastinya yang memiliki nilai edukasi dalam pengembangan
mental anak bangsa, sehingga semboyan Bhineka Tunggal Ika dapat diresapi dalam jiwa
mereka.

#17anDirumahAja
Beberapa pertanyaan timbul dari teman-teman komunitas saya :
“Kak, 17 tahun ini Medan Heritage buat kegiatan apa?”
“Kak, memungkinkan enggak kita buat kegiatan offline lagi pandemi gini?”
“Kak, kek mana kalau kita buat kegiatan online untuk 17an ini?”

Akhirnya saya memutar otak dalam merespons semua pertanyaan ini. Hati saya pun terdetak,
“Iya ya, ini lagi masa pandemi. Tapi apa mungkin buat 17-an juga? Tapi masa iya gara-gara
pandemi harus mengorbankan euforia 17-an? Apa ya yang bisa dibuat? Harus buat sesuatu
nih!”

Tanpa pikir panjang lagi, tangan saya meraih telepon genggam yang berada di samping kursi
dan menyebarluaskan pertanyaan di beberapa chat group.

“Assalamualaikum konkawan, tanya dong, kegiatan konkawan pas 17-an nanti apa ya di
masa pandemi begini?”

Ragam respons pun saya dapatkan. Mulai dari memilih tidak berkegiatan, alias di rumah saja.
Ada juga yang tetap bekerja, namun upacara di kantor ditiadakan. Namun, ada juga yang
tetap upacara menerapkan metode pengibaran virtual. Dan hampir rata-rata tidak menggelar
perlombaan 17-an di daerah rumah tinggalnya.

Bahkan tahun ini di kota saya, Medan, upacara tingkat provinsi tidak digelar di Lapangan
Merdeka, melainkan hanya di kantor Gubernur Sumatera Utara. Info yang saya dapat di chat
group Purna Paskibraka, anggota pengibaran hanya melibatkan 9 personel yang diambil dari
angkatan sebelumnya. Itu berarti tahun ini seleksi Paskibraka juga ditiadakan dan tidak ada
Paskibraka angkatan 2020.

Sungguh miris rasanya euforia 17-an tahun 2020 ini, sedikit hambar. Tapi saya tak patah
arang ketika mendapatkan respons salah satu senior di chatgroup alumni. “Makan Ky.
Review-review gitulah. Tunggu aja tanggal mainnya,” katanya, membuat saya semakin
penasaran dan memutuskan untuk menghubunginya melalui jalur pribadi.

Tanya jawab dari jalur pribadi akhirnya berhujung jadi sebuah ide yang bisa dieksekusi.
“Alhamdulillah akhirnya bisa juga menyemarakkan euforia 17-an nanti sama teman-teman
Medan Heritage,” gumam saya lagi, menyemangati diri ini.

#LidahMerdeka adalah sebuah tema kegiatan daring yang kami pilih untuk memperingati
#17anDirumahAja. Tema ini mengusung pentingnya cerdas dalam bermedia sosial. “Karena
semakin ke sini, netizen Indonesia semakin mudah termakan ber

Anda mungkin juga menyukai