Anda di halaman 1dari 6

Nama : Cindy Noviana Erintan Siburian

Nim : 180341617505
Offering :B

Ringkasan “Tumbuhan Berbiji Terbuka”


1. Pendahuluan
Tumbuhan berbiji terbuka merupakan terjemahan dari “gimnosperma” yang berarti biji
telanjang. Tumbuhan biji terbuka dapat dikelompokan menjadi 4 bangsa yaitu:

1. Cycadales (Cyas, Bowenia,Dioon)


2. Ginkgoales (Ginkgo biloba)
3. Coniferales (Pinus, Cedrus,Cuperssus,Sequoia,Taxus,Podocarpus)
4. Gnetales (Gnetum, Ephedra,Welwitschia)

Pengelompokan pada tingkat bangsa juga terjadi banyak variasi. Variasi tersebut terjadi
pada takson yang setingkat atau akibat dari pemisahan takson pada tingkat yang lebih tinggi.
Tumbuhan dari kelompok gimnosperma banyak yang mempunyai tajuk daun yang menarik.
Tumbuhan gimnosperma ada yang menyerupai palem (Cycas rumphii) atau cemara (Pinus
merkusii, Thuja orientalis). Karena itu tumbuhan biji terbuka banyak dimanfaatkan untuk
tanaman hias. Gimnosperma banyak yang dapat menghasilkan kayu ( Pinus silvestris,
Podocarpus imbricata, Thuja occidentalis ). Jenis timbuhan lain merupakan penghasil zat
yang dapat menyembuhkan tukak (Cycas rumphii), penyakit asma (Ephedra altissima).
Gnetum gnemon (blinjo) merupakan contoh gimnosperma yang nalis enghasilkan pati(sagu).

2. Susunan Tubuh

Perakaran gimnosperma ialah perakaran tunggang. Kadang- kadang terdapat akar mikoriza
(Pinus) atau bintil-bintil akar berisi ganggang biru (Cycas). Pada umumnya tumbuhan ini
mempunyai batang berbaring (Juniperus horizontalis) atau batangnya menjadi umbi didalam
tanah (Zamia), tetapi tidak ada yang berupa herba. Batang umumnya bercabang (Pinus,
Cedrus), tetapi ada juga tanpa cabang (Cycas, Bowenia). Beberapa jenis (Ginkgo, Pinus)
mempunyai dua macam percabangan. Cabang panjang merupakan cabang yang gundul atau
bersisik. Cabang pendek mempunyai daun dan alat perkembangbiakan.

Tumbuhan berbiji terbuka mempunyai mikrofil (Cupressus, Biota), sebagian mempunyai


gafil (Ginkgo, Gnetum). Daun gimnospermae banyak yang berukuran kecil dan mempunyai
satu tulang daun tanpa cabang, sehingga dianggap sebagai “mikrofil”. Jika secara
anatomis runutan daun meninggalkan suatu rumpang daun pada stele batang, maka daun
tersebut tentunya “megafil”. Daun Pinus tampak tersusun dalam berkas. Pada jenis tertentu
ujung anak daun menggulung (Cycas revoluta). Stoma biasanya terletak sedikit tenggelam
(Ginkgo) atau tenggelam cukup dalam di bawah permukaan daun (Cycas, Pinus).

3. Alat Reproduksi

Gimnosperma merupakan tumbuhan heterospor, mereka membentuk mikrospora dan


megaspora, walaupun kedua jenis spora tersebut dapat berukuran sama atau bahkan
mikrospora lebih besar daripada megaspora. Spora dibentuk pada strobilus atau runjung.
Strobilus merupakan kelompok sporofil yang tersusun spiral pada suatu sumbu. Strobilus
yang mendukung mikrosporofil berseta mikrosporangium disebut strobilus mikrosporangiat
atau strobilus jantan. Strobilus yang mendukung megasporofil beserta bakal bijinya disebut
strobilus megasporangiat atau strobilus betina. Runjung jantan Cycas mempunyai ukuran
terbesar diantara gymnospermae lainnya. Strobilus jantan dan betina dibentuk di tumbuhan
yang berbeda. Mikrosporofil tersusun spiral dan rapat pada strobilus jantan. Mikrosporangium
tersusun berkelompok membentuk sorus pada permukaan bawah mikrosporofil. Tidak
memiliki runjung/strobilus betina sejati. Organ resproduksi betina berupa megasporofil-
megasporofil yang tersusun spiral dan longgar pada ujung tumbuhan betina diantara daun-daun
steril, jumlah megasporofil sangat banyak sehingga tampak seperti roset. Pada tepi
megasporofil terdapat bakal biji yang memiliki ukuran paling besar diantara Gymnosperma
lainnya. Runjung jantan Pinus berukuran kecil, terletak berkelompok pada ujung
cabang, diketiak daun sisik. Setiap misporofil membentuk dua buah mikrosporangium pada
permukaan bawah. Runjung betina berukuran lebih besar. Runjung-runjung ini terbentuk pada
ketiak daun sisik, sendiri atau berkelompok 2-4. Pada sumbu betina terdapat dua macam
lembaran yang saling berpasangan. Lembaran yang berukuran kecil disebut “brakte” (daun
pelindung). Lembaran yang berukuran lebih besar dinamakan “Sisik biji” (megasporofil)
karena mempunyai dua buah “bakal biji”(ovulum) pada permukaan atasnya. Mikrostrobilus
pada Gnetum mempunyai sumbu yang oanjang dan berbuku-buku. Pada buku-buku
terdapadat bentukan seperti mangkuk yang ada didalamnya terdapat mikrosporofil yang
tersusun dalam karangan. Megastrobilus mempunyai sumbu panjang. Pada buku-bukunya
terdapat tonjolan melingkar dengan bakal biji yang tersusun melingkar. Gnetum alat reproduksi
Ephedra juga terdapat pada strobilus majemuk. Pada Welwitschia satuan strobilus terkecil
terletak pada ketiak daun gagang. Strobilus ini tersususn atas dua pasang brakte.
4. Bakal Biji dan Megagametofit

Bakal biji (ovulum) terdiri dari megasporangium, disebut nuselus, yang dibungkus oleh
suatu selaput integumen (Gnetales mempunyai dua integumen). Selaput tersebut menyisakan
suatu lubang sempit yang disebut mikropil. Integumen terbagi menjadi 3 lapisan yaitu lapisan
paling luar dan paling dalam merupakan lapisan yang lunak, disebut sarkotesta. Lapisan
tengah disebut sklerotesta. Nuselus (megasporangium) gimnosperma umumnya berisi sebiah
(Gnetum 8-15) sel induk megaspora (megasporosit) yang setelah meiosis membentuk empat
buah megasporahaploid yang tersusun segaris. Diantara keempat megaspora tersebut tiga
mengalami degenerasi sehingga hanya satu, biasanya yang paling bawah yang tetap fungsional,
tipe monosporik. Megaspora fungsional tersebut membesar dengan mengalami pembelahan
inti bebas ,sehingga terbentuk banyak inti. Proses tersebut diikuti dengan pembentukan dinding
secara sentripetal yang terus berlanjut sehingga seluruh megagametofit menjadi seluler. Dalam
perkembangannya, megagametofit mendesak dan memanfaatkan jaringan nuselus. Peristiwa
tersebut menyebabkan jaringan nuselus hanya tersisa sebagai satu lapisa tipis, dan diujung
mikropil terdapat sekelompok sel. Kelompok sel ini disebut moncong nuselus dan selnya berisi
banyak zat pati. Pembentukan arkegonium pada umumnya terjadi setelah peristiwa
penyerbukan. Arkegonium berkembang dari sel pemula. Sel tersebut berasal dari sel superfisial
pada kutub mikropil megagametofit. Pembentukan arkegonium dimulai dengan pembelahan
sel pemula secara periklinal. Pembelahan tersebut menghasilkan satu sel anak disebelah luar
dan satu sel anak disebelah dalam. Sel disebelah luar disebut sel leher primer yang akan
membentuk sel-sel leher. Sel disebelah dalam disebut sel sentral yang merupakan pembentuk
sel poros yaitu sel telur dan sel saluran perut. Leher arkegonium dapat berupa selapis sel yang
terdiri dari dua sel (Cycas, Ginkgo) empat sel (Taxus, Pinus), atau beberapa lapis sel, misalnya
Ephedra mempunyai delapan lapis sel yang masing-masing lapis tersusun dari empat sel.

Pada Gnetales keadaannya berbeda dengan yang diuraikan diatas. Tumbuhan kelompok
ini mempunyai dua integumen. Integumen dalam menjulur ke atas membentuk buluh mikrofil.
Gnetum mempunyai 8-15 megasporosit. Setiap megasporosit dapat mengalami meiosis tanpa
dibentuknya dinding sel, dengan demkian dapat terbentuk 8-15 megagametofit. Karena
keempat inti megaspora semuanya fungsional, megagametofit semacam ini tergolong tipe
tetrasporik. Dalam perkembangannya biasanya hanya satu megagametofit yang berkembang
sampai masak. Gametofit betina pada Gnetum bagian bahwa selular, sedangkan beberapa inti
dibagian apeks tetap bebas dan sebagian dari inti telur. Bagian apeks megagametofit tersebut
menjadi selular setelah berlangsungnya fertilisasi. Welwitschia membentuk megagametofit
selular tanpa membentuk arkegonium. Beberapa sel megagametofit bertindak sebagai sel telur
dan membentuk buluh protalium yang berkembang ke dalam nuselus.

5. Mikrospora dan Mikrogametofit

Mikrospora dibentuk didalam mikrosporangium sebagai hasil meiosis.


Mikrosporangium terbentuk dari sel pemula hipodermal (Cycas, Pinus, Ephedra) atau
superfisial (Ginkgo) dengan perkembangan eusporangiat. Pada waktu dilepaskan dari
mikrosporangium sebagai serbuk sari (polen), mikrospora telah berkembang lebih lanjut
secara endosporik. Mikrospora membelah membentuk satu atau dua sel protalus kecil dan
sebuah sel anteridium besar. Selanjutnya sel anteridum membentuk satu sel generatif dan satu
yang lebih besar. Jadi serbuk sari, pada waktu dilepaskan, pada umumnya mempunyai sel
protalium, sel generatif dan sel (seringkali disebut intinya saja) buluh, serta dibungkus oleh
dua lapis dinding yaitu intin disebelah dalam dan eksin disebelah luar. Didalam serbuk sari,sel
protalus dapat berjumlah satu (Cyas), dua (Ginkgo, Pinus, Ephedra), lebih dari dua (Araucaria,
Podocarpus).
Serbuk sari merupakan perkembangan awal dari mikrogametofit. Perkembangan
barikutnya terjadi didalam bakal biji setelah terjadi persarian. Perkembangan berikutnya terjadi
didalam bakal biji setelah persarian. Perkembangan mikrogametofit terjadi terutama pada
pembentukan buluh serbuk dan pembelahan sel generatif. Sel generatif membelah
membentuk sel tangkai dan sel badan. Pembelahan tersebut umumnya terjadi secara
periklinal, walaupun ada jenis tumbuhan tertentu yang mengalami pembelahan antiklinal. Sel
badan membelah menjadi dua gamet jantan (sperma). Pada Gnetum dan Welwitschia gamet
jantan dibentuk langsung dari hasil pembelahan sel generatif tanpa melalui pembentukan sel
badan dan sel tangkai.

6. Penyerbukan (Polinasi) dan Pembuhan (Fertilisasi)

Serbuk sari dihasilkan sangat banyak, ringan, dan pada gimnosperma tertentu (Pinus,
Abies) serbuk sari dilengkapi dengan sepasang sayap. Keadaan serbuk sari seperti diatas sesuai
perantaranya yaitu angin (anemorfil). Pada masa yang sama alat reproduksi betina, bila berupa
runjung yang rapat, sumbu runjungnya memanjang. Hal ini membuat hubungan antara sporofil
merenggang, sehingga terdapat celah yang dapat dilalui oleh serbuk sari. Peristiwa di atas
memungkinkan serbuk sari mencapai mikrofil. Serbuk sari tertangkap oleh cairan
penyerbukan yang dihasilkan oleh mikropil, peristiwa ini disebut dengan penyerbukan
(polinasi). Selanjutnya cairan penyerbukan mengering, serbuk sari terisap kedalam bakal biji
dan mikropil menutup. Pada gimnosperma yang masih hidup, serbuk sari membentuk buluh
serbuk . Buluh serbuk merupakan saluran yang berfungsi menyalurkan sperma menuju
alat atau sel kelamin betiana, proses ini disebut dengan sifonogami.

Pembentukan buluh serbuk dimulai segera atau lama setelah penyerbukan. Dalam
perjalannya melaluinuselus buluh serbuk mungkin membentuk cabang. Sel generatif tetap
berada didalam serbuk sari. Sel generatif membelah membentuk sel tangkai atau sel badan.
Kedua sel tersebut berpindah kedalam buluh serbuk. Buluh serbuk pada gimnosperma tertentu
(Cycas , Ginkgo) bertindak sebagai haustorium. Pada buluh serbuk semacam ini bagian yang
bergerak menuju alat kelamin betina adalah bagian serbuk sari (bagian yang mempunyai
dinding serbuk sari).
Buluh serbuk sari memanjang melalui nuselus menuju arkegonium. Buluh serbuk
mendapat makanan dan perlindungan oleh nuselus. Pada waktu mencapai leher arkegonium,
buluh serbuk menembus masuk kedalam arkegonium, ujungnya pecah, dan menuangkan isinya
kedalam bagian perut arkegonium. Sebuah sel sperma masuk kedalam sel telur, dan intinya
bersatu dengan sel telur. Sel-sel jantan yang lain mengalami degenerasi. Pada Cycas dan
Ginkgo buluh serbuk melepaskan kedua sel sperma didalam ruang arkrgonium. Satu sel sperma
berenang dan masuk kedalam arkegonium , selanjutnya kedalam sel telur. Setelah melepaskan
membran selnya yang berflagel, inti sperma mungkin menuju dan bersama flagel, inti sperma
menuju dan bersatu dengan inti telur.
Pada Gnetum buluh serbuk menembus kedalam megagametofit. Ujung buluh serbuk
pecah, dan melepaskan kedua spermanya yang tidak sama besar kedalam megagametofit. Pada
keadaan ini kedua sperma yang terlepas dari selnya dapat membuahi dua inti telur yang
berdekatan. Bagian nuklear ini menjadi selular setelah fertilisasi.

7. Perkembangan Lembaga

Awal pertumbuhan embrio (lembaga) pada gimnosperma berbeda dengan proses yang
terjadi pada tumbuhan vaskular pada umumnya. Pada gimnosperma sel telur yang telah dibuahi
atau oospora membesar mengalami pembelahan inti bebas. Hasil pembelahan semacam ini
dapat terbentuk 1000 inti (Cycas). Setelah pembelahan inti selesai, dinding sel mulaiterbentuk
sehingga oospora menjadi selular, proembrio. Perkembangan proembrio tersebut,
mengakibatkan terjadinya deferensiasi antara suspensor dan suspensor dan embrio yang
terdiri dari pucuk lembaga (plumula), kotiledon, hipokotil, dan akar lembaga (radikula).
Ujung embrio mengarah ke dalam menjauhi kutub mikropil dari gametofit. Karena itu
perkembangan embrio pada gimnosperma adalah secara endoskopik dengan suspensor. Pada
gimnosperma, karena didalam bakal biji terdapat lebih dari suatu arkegonium, peristiwa
poliembrioni biasanya kemungkinan dapat terjadi. Walaupun demikian pada akhir
perkembangan hanya terdapat sebuah embrio yang tumbuh sempurna.
Pada Cycas dan Ginkgo , sel-sel proembrio dibelakang sel-sel diujung berkembang
memanjang , sehingga membentuk suspensor yang panjang dan melingkar. Pertumbuhan
suspensor ini mendesak embrio masuk kedalam jaringan nutritif yaitu jaringan megagametofit.
Sel- sel didepan suspensor berkembang membentuk embrio yang lurus. Pada konifer umumnya
zigot membelah membentuk empat inti bebas. Keempat inti tersebut, setelah embelah lebih
lanjut dan setelah membentuk dinding sel, membentuk proembrio yang tersusun dari lapisan-
lapisan yang terdiri dari empat sel dengan ururtan lapis pembentuk embrio (paling ujung), lapis
suspensor dan lapis rozet. Setiap rangkaian sel tersebut mampu berkembang sendiri-sendiri,
sehingga dimungkinkan untuk terbentuk empat embrio.
Pada Gnetum zigot membelah menjadi dua sel. Masing-masing sel anak memanjang
membentuk buluh-buluh yang mungkin bercabang –cabang. Setiap ujung cabang terdapat
sebuah inti yang terletak didalam protoplasma yang pekat. Masing-masing ujung
cabang(buluh) tersebut berkemampuan untuk berkembang membentuk embrio. Perkembangan
embrio masih dilanjutkan setelah biji terlepas dari pohon induknya.

8. Pembentukan Biji

Setelah fertilisasi bakal biji berkembang menjadi biji. Zigot berkembang menjadi
embrio beserta suspensor. Cadangan makanan pada biji merupakan hasil perkembangan dari
bagian vegetatif megagametofit. Jaringan megasporangium (nuselus) menghilang atau
seringkali tersisa sebagai jaringan kering pada kutub mikropil, dan dinamakan tundung
nuselus. Selaput atau kulit bakal biji berkembang menjadi tiga lapis. Biji gimnosperma
umumnya mengalami dormansi selama beberapa waktu ( Cycas dan Ginkgo bijinya dapat cepat
tumbuh).

Anda mungkin juga menyukai