Nim : 180341617505
Offering :B
Pengelompokan pada tingkat bangsa juga terjadi banyak variasi. Variasi tersebut terjadi
pada takson yang setingkat atau akibat dari pemisahan takson pada tingkat yang lebih tinggi.
Tumbuhan dari kelompok gimnosperma banyak yang mempunyai tajuk daun yang menarik.
Tumbuhan gimnosperma ada yang menyerupai palem (Cycas rumphii) atau cemara (Pinus
merkusii, Thuja orientalis). Karena itu tumbuhan biji terbuka banyak dimanfaatkan untuk
tanaman hias. Gimnosperma banyak yang dapat menghasilkan kayu ( Pinus silvestris,
Podocarpus imbricata, Thuja occidentalis ). Jenis timbuhan lain merupakan penghasil zat
yang dapat menyembuhkan tukak (Cycas rumphii), penyakit asma (Ephedra altissima).
Gnetum gnemon (blinjo) merupakan contoh gimnosperma yang nalis enghasilkan pati(sagu).
2. Susunan Tubuh
Perakaran gimnosperma ialah perakaran tunggang. Kadang- kadang terdapat akar mikoriza
(Pinus) atau bintil-bintil akar berisi ganggang biru (Cycas). Pada umumnya tumbuhan ini
mempunyai batang berbaring (Juniperus horizontalis) atau batangnya menjadi umbi didalam
tanah (Zamia), tetapi tidak ada yang berupa herba. Batang umumnya bercabang (Pinus,
Cedrus), tetapi ada juga tanpa cabang (Cycas, Bowenia). Beberapa jenis (Ginkgo, Pinus)
mempunyai dua macam percabangan. Cabang panjang merupakan cabang yang gundul atau
bersisik. Cabang pendek mempunyai daun dan alat perkembangbiakan.
3. Alat Reproduksi
Bakal biji (ovulum) terdiri dari megasporangium, disebut nuselus, yang dibungkus oleh
suatu selaput integumen (Gnetales mempunyai dua integumen). Selaput tersebut menyisakan
suatu lubang sempit yang disebut mikropil. Integumen terbagi menjadi 3 lapisan yaitu lapisan
paling luar dan paling dalam merupakan lapisan yang lunak, disebut sarkotesta. Lapisan
tengah disebut sklerotesta. Nuselus (megasporangium) gimnosperma umumnya berisi sebiah
(Gnetum 8-15) sel induk megaspora (megasporosit) yang setelah meiosis membentuk empat
buah megasporahaploid yang tersusun segaris. Diantara keempat megaspora tersebut tiga
mengalami degenerasi sehingga hanya satu, biasanya yang paling bawah yang tetap fungsional,
tipe monosporik. Megaspora fungsional tersebut membesar dengan mengalami pembelahan
inti bebas ,sehingga terbentuk banyak inti. Proses tersebut diikuti dengan pembentukan dinding
secara sentripetal yang terus berlanjut sehingga seluruh megagametofit menjadi seluler. Dalam
perkembangannya, megagametofit mendesak dan memanfaatkan jaringan nuselus. Peristiwa
tersebut menyebabkan jaringan nuselus hanya tersisa sebagai satu lapisa tipis, dan diujung
mikropil terdapat sekelompok sel. Kelompok sel ini disebut moncong nuselus dan selnya berisi
banyak zat pati. Pembentukan arkegonium pada umumnya terjadi setelah peristiwa
penyerbukan. Arkegonium berkembang dari sel pemula. Sel tersebut berasal dari sel superfisial
pada kutub mikropil megagametofit. Pembentukan arkegonium dimulai dengan pembelahan
sel pemula secara periklinal. Pembelahan tersebut menghasilkan satu sel anak disebelah luar
dan satu sel anak disebelah dalam. Sel disebelah luar disebut sel leher primer yang akan
membentuk sel-sel leher. Sel disebelah dalam disebut sel sentral yang merupakan pembentuk
sel poros yaitu sel telur dan sel saluran perut. Leher arkegonium dapat berupa selapis sel yang
terdiri dari dua sel (Cycas, Ginkgo) empat sel (Taxus, Pinus), atau beberapa lapis sel, misalnya
Ephedra mempunyai delapan lapis sel yang masing-masing lapis tersusun dari empat sel.
Pada Gnetales keadaannya berbeda dengan yang diuraikan diatas. Tumbuhan kelompok
ini mempunyai dua integumen. Integumen dalam menjulur ke atas membentuk buluh mikrofil.
Gnetum mempunyai 8-15 megasporosit. Setiap megasporosit dapat mengalami meiosis tanpa
dibentuknya dinding sel, dengan demkian dapat terbentuk 8-15 megagametofit. Karena
keempat inti megaspora semuanya fungsional, megagametofit semacam ini tergolong tipe
tetrasporik. Dalam perkembangannya biasanya hanya satu megagametofit yang berkembang
sampai masak. Gametofit betina pada Gnetum bagian bahwa selular, sedangkan beberapa inti
dibagian apeks tetap bebas dan sebagian dari inti telur. Bagian apeks megagametofit tersebut
menjadi selular setelah berlangsungnya fertilisasi. Welwitschia membentuk megagametofit
selular tanpa membentuk arkegonium. Beberapa sel megagametofit bertindak sebagai sel telur
dan membentuk buluh protalium yang berkembang ke dalam nuselus.
Serbuk sari dihasilkan sangat banyak, ringan, dan pada gimnosperma tertentu (Pinus,
Abies) serbuk sari dilengkapi dengan sepasang sayap. Keadaan serbuk sari seperti diatas sesuai
perantaranya yaitu angin (anemorfil). Pada masa yang sama alat reproduksi betina, bila berupa
runjung yang rapat, sumbu runjungnya memanjang. Hal ini membuat hubungan antara sporofil
merenggang, sehingga terdapat celah yang dapat dilalui oleh serbuk sari. Peristiwa di atas
memungkinkan serbuk sari mencapai mikrofil. Serbuk sari tertangkap oleh cairan
penyerbukan yang dihasilkan oleh mikropil, peristiwa ini disebut dengan penyerbukan
(polinasi). Selanjutnya cairan penyerbukan mengering, serbuk sari terisap kedalam bakal biji
dan mikropil menutup. Pada gimnosperma yang masih hidup, serbuk sari membentuk buluh
serbuk . Buluh serbuk merupakan saluran yang berfungsi menyalurkan sperma menuju
alat atau sel kelamin betiana, proses ini disebut dengan sifonogami.
Pembentukan buluh serbuk dimulai segera atau lama setelah penyerbukan. Dalam
perjalannya melaluinuselus buluh serbuk mungkin membentuk cabang. Sel generatif tetap
berada didalam serbuk sari. Sel generatif membelah membentuk sel tangkai atau sel badan.
Kedua sel tersebut berpindah kedalam buluh serbuk. Buluh serbuk pada gimnosperma tertentu
(Cycas , Ginkgo) bertindak sebagai haustorium. Pada buluh serbuk semacam ini bagian yang
bergerak menuju alat kelamin betina adalah bagian serbuk sari (bagian yang mempunyai
dinding serbuk sari).
Buluh serbuk sari memanjang melalui nuselus menuju arkegonium. Buluh serbuk
mendapat makanan dan perlindungan oleh nuselus. Pada waktu mencapai leher arkegonium,
buluh serbuk menembus masuk kedalam arkegonium, ujungnya pecah, dan menuangkan isinya
kedalam bagian perut arkegonium. Sebuah sel sperma masuk kedalam sel telur, dan intinya
bersatu dengan sel telur. Sel-sel jantan yang lain mengalami degenerasi. Pada Cycas dan
Ginkgo buluh serbuk melepaskan kedua sel sperma didalam ruang arkrgonium. Satu sel sperma
berenang dan masuk kedalam arkegonium , selanjutnya kedalam sel telur. Setelah melepaskan
membran selnya yang berflagel, inti sperma mungkin menuju dan bersama flagel, inti sperma
menuju dan bersatu dengan inti telur.
Pada Gnetum buluh serbuk menembus kedalam megagametofit. Ujung buluh serbuk
pecah, dan melepaskan kedua spermanya yang tidak sama besar kedalam megagametofit. Pada
keadaan ini kedua sperma yang terlepas dari selnya dapat membuahi dua inti telur yang
berdekatan. Bagian nuklear ini menjadi selular setelah fertilisasi.
7. Perkembangan Lembaga
Awal pertumbuhan embrio (lembaga) pada gimnosperma berbeda dengan proses yang
terjadi pada tumbuhan vaskular pada umumnya. Pada gimnosperma sel telur yang telah dibuahi
atau oospora membesar mengalami pembelahan inti bebas. Hasil pembelahan semacam ini
dapat terbentuk 1000 inti (Cycas). Setelah pembelahan inti selesai, dinding sel mulaiterbentuk
sehingga oospora menjadi selular, proembrio. Perkembangan proembrio tersebut,
mengakibatkan terjadinya deferensiasi antara suspensor dan suspensor dan embrio yang
terdiri dari pucuk lembaga (plumula), kotiledon, hipokotil, dan akar lembaga (radikula).
Ujung embrio mengarah ke dalam menjauhi kutub mikropil dari gametofit. Karena itu
perkembangan embrio pada gimnosperma adalah secara endoskopik dengan suspensor. Pada
gimnosperma, karena didalam bakal biji terdapat lebih dari suatu arkegonium, peristiwa
poliembrioni biasanya kemungkinan dapat terjadi. Walaupun demikian pada akhir
perkembangan hanya terdapat sebuah embrio yang tumbuh sempurna.
Pada Cycas dan Ginkgo , sel-sel proembrio dibelakang sel-sel diujung berkembang
memanjang , sehingga membentuk suspensor yang panjang dan melingkar. Pertumbuhan
suspensor ini mendesak embrio masuk kedalam jaringan nutritif yaitu jaringan megagametofit.
Sel- sel didepan suspensor berkembang membentuk embrio yang lurus. Pada konifer umumnya
zigot membelah membentuk empat inti bebas. Keempat inti tersebut, setelah embelah lebih
lanjut dan setelah membentuk dinding sel, membentuk proembrio yang tersusun dari lapisan-
lapisan yang terdiri dari empat sel dengan ururtan lapis pembentuk embrio (paling ujung), lapis
suspensor dan lapis rozet. Setiap rangkaian sel tersebut mampu berkembang sendiri-sendiri,
sehingga dimungkinkan untuk terbentuk empat embrio.
Pada Gnetum zigot membelah menjadi dua sel. Masing-masing sel anak memanjang
membentuk buluh-buluh yang mungkin bercabang –cabang. Setiap ujung cabang terdapat
sebuah inti yang terletak didalam protoplasma yang pekat. Masing-masing ujung
cabang(buluh) tersebut berkemampuan untuk berkembang membentuk embrio. Perkembangan
embrio masih dilanjutkan setelah biji terlepas dari pohon induknya.
8. Pembentukan Biji
Setelah fertilisasi bakal biji berkembang menjadi biji. Zigot berkembang menjadi
embrio beserta suspensor. Cadangan makanan pada biji merupakan hasil perkembangan dari
bagian vegetatif megagametofit. Jaringan megasporangium (nuselus) menghilang atau
seringkali tersisa sebagai jaringan kering pada kutub mikropil, dan dinamakan tundung
nuselus. Selaput atau kulit bakal biji berkembang menjadi tiga lapis. Biji gimnosperma
umumnya mengalami dormansi selama beberapa waktu ( Cycas dan Ginkgo bijinya dapat cepat
tumbuh).