Anda di halaman 1dari 12

1

DISKUSI PRA PENELITIAN MAHASISWA


PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Judul : Kajian Infeksi Ganda Ganoderma Boninense boninense pPada Bibit


Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dan Tanaman Ganyong (Canna edulis
indica L.Kerr.) Menggunakan menggunakan Sumber Inokulum pada Kayu
Karet Dengan dengan Ukuran Berbeda
Pemrasaran : Maudiyani Yurnanti / 05081281722021
Pembimbing : DRDr. Ir. Suwandi, M. Agr
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :Ruang Seminar Program Studi Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Indralaya

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas pertanian
utama dan menjadi unggulan di Indonesia (Alviodinasyari et al, 2015). Menurut
GAPKI (2019) hingga per Agustus 2019, produktivitas kelapa sawit mencapai
34,94 juta ton dengan kenaikan hingga 13,9 % dibandingkan 2018. Akan tetapi
tidak menutup kemungkinan pertumbuhan kelapa sawit tidak mengalami kendala
yang dapat mempengaruhi hasil produksi kelapa sawit (Djaenuddin, 1992
;Alviodinasyari et al., 2015). Kendala tersebut dapat meliputi teknologi budidaya
dan hama penyakit (Fadli et al, 2018). Salah satu penyakit pentingnya adalah
penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB). Chong et al., 2011 dalam Yanti et al.,
2019 melaporkan bahwasannya kerugian yang dapat disebabkan oleh penyakit ini
sekitar 50-80% per ha. Penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB) disebabkan oleh
jamur Ganoderma boninense.
Jamur G. boninense merupakan patogen tular tanah. Patogen tular tanah
mempunyai kemampuan saprofitik yang tinggi dan parasitik fakultatif dengan
kisaran inang yang sangat luas sehingga memiliki beberapa macam struktur

Universitas Sriwijaya
2

patogen untuk bertahan hidup dalam keadaan lingkungan yang kurang


mendukung, seperti miselia resisten, basidiospora, dan klamidospora; serta dapat
bertahan lama di dalam tanah meskipun tidak terdapat inang (Sinaga 1986;
Sudantha 1997; Ariffin et al. 2000; Flood et al. 2000; Sinaga et al. 2003; Susanto
et al. 2005). Penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB) pada kelapa sawit merupakan
penyakit yang sangat merusak di perkebunan kelapa sawit di Indonesia
(Priwiratama et al., 2014). Penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB) bersifat
sistemik dan monosiklik (Susanto 2002; Sinaga et al. 2003).
Di lapangan, sangat sulit dalam menentukan gejala serangan dini pada
tanaman kelapa sawit. Darmono (1996) melaporkan, bahwasannya gejala dari
Busuk Pangkal Batang (BPB) akan terlihat setelah 6 sampai 12 bulan setelah
menginfeksi. Pangkal batang yang telah terinfeksi akan membusuk dan dapat
menyebabkan tumbang sebelum masa produktif berakhir. Patogen Ganoderma
boninense tidak hanya menyerang pada tanaman tua, tetapi juga menyerang
tanaman muda. Laju infeksi penyakit BPB sangat cepat, terutama pada tanah
dengan tekstur pasir (Priwiratama et al,, 2014). Pengendalian penyakit Busuk
Pangkal Batang (BPB) pada kelapa sawit telah banyak ditemukan, dimulai dari
pengendalian secara kultur teknis, hayati, kimiawi (Priwiratama et al, 2014).
Pengendalian secara kultur teknis dilakukan sejak proses tanam ulang,
pengendalian hayati dapat dilakukan dengan pemanfaatan agens hayati seperti
Trichoderma sp. dan endomikoriza. Pengendalian kimiawi menggunakan bahan
aktif fungisida (Priwiratama et al, 2014).
Menurut Idris et al (2004) ; Durand-Gasselin et al. (2005) untuk
mengendalikan penyakit Busuk Pangkal Batang yang ideal adalah menggunakan
tanaman terna. Dilaporkan bahwasannya tanaman terna ini bertujuan untuk
pengurangan potensi inokulum patogen. G. boninense membutuhkan inokulum
yang cukup besar. Tanaman terna diketahui bersifat antagonis atau alelopati
terhadap JAP (Jamur Akar Putih) (Yulianti et al., 2017) dan diduga juga dapat
mengendalikan Ganoderma boninense sehingga dapat dikembangkan sebagai
pengendalian hayati. Pengendalian hayati seperti ini mudah diterapkan oleh
petani dan murah. Tanaman yang termasuk kedalam tanaman terna salah satunya
adalah tanaman ganyong. Menurut Yulianti et al, 2017 ganyong merupakan

Universitas Sriwijaya
3

tanaman terna yang efektif menekan potensi inokulum. Tanaman ganyong


mengandung amilosa pati yang lebih tinggi dibandingkan dengan pati ubi kayu,
ubi jalar, dan kentang. Pati ganyong mempunyai kandungan protein kasar, lemak
kasar, serat dan amilosa yang lebih tinggi dibandingkan pati umbi garut
(Damayanti et al, 2007). Kandungan yang terdapat pada tanaman ganyong dapat
memberikan nutrisi kepada jamur G. boninense. Pada tanaman ganyong juga
mengandung metabolit sekunder berupa flavonoid, alkaloid dan steroid (Noriko
and Pambudi 2015). Metabolit sekunder berfungsi sebagai pelindung dari
serangan baik hama maupun penyakit (Noriko and Pambudi 2015).
Dari berbagai penelitian, diketahui bahwa penggunaan BKK (Batang Kayu
Karet) sebagai sumber inokulum G. boninense sangat efektif dengan berbagai
ukuran BKK.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh infeksi ganda G. boninense pada bibit kelapa sawit
dan ganyong menggunakan sumber inokulum kayu karet serangan ganda G.
boninense ke tanamanpada Gganyong dan kelapa sawit menggunakan sumber
inokulum kayu karet dengan ukuran berbeda-beda terhadap keparahan penyakit
pada kelapa sawit?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
Untuk melihat pengaruh infeksi serangan ganda G. boninense pada bibit
kelapa sawit dan ganyong ke tanaman Ganyong menggunakan sumber inokulum
kayu karet dengan ukuran berbeda-beda terhadap keparahan penyakit pada kelapa
sawit
1.4. Hipotesis
Adapun hipotesis penelitian ini adalah
Diduga infeksi G. boninense dapat menyerang/menekan tanaman pada
Ganyong dapat menekan infeksi pada kelapa sawit dan penekanan infeksi pada
kelapa sawit akan semakin rendah dengan semakin besar ukuran inokulum kayu
karet menggunakan sumber inokulum kayu karet dengan ukuran berbeda-beda
terhadap tanaman kelapa sawit.
1.5. Manfaat

Universitas Sriwijaya
4

Adapun manfaat dari penelitian menjadi sumber literatur topik pengaruh


tanaman ganyong dalam menyerang/menekan pertumbuhan jamur G. boninense
penyebab penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit menggunakan sumber
inokulum kayu karet dengan ukuran berbeda-beda.

II. PELAKSANAAN PENELITIAN


2.1. Tempat dan Waktu
Penelitian akan dilaksanakan di Rumah Kaca dan Laboratorium Fitopatologi,
Program Studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya,
Indralaya. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Mei s.d. selesai.

2.2. Alat dan Bahan


Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian kali ini adalah 1) ATK, 2)
erlenmeyer, 3) cawan petri, 4) bunsen, 5) neraca analitik, 6) spatula, 7) bor gabus,
8) beaker glass, 9) cangkul 10) cutter, 11) korek api, 12) laminar air flow, 13)
autoclave, 14) stoples, 15) pinset, 16) inkubator.
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah 1) air, 2) agar
3) alkohol 70 %, 4) aquadest, 5) etanol, 6) H 2O2 3%, 7) inokulum cendawan Ganoderma
boninense, 8) karet gelang, 9) media MEA (Malt ekstrak agar), 10) NaOCI, 11) plastik
PP, 12) plastik wrap, 13) potongan kayu karet, 14) polybag, 15) tanaman ganyong, 16)
tanaman kelapa sawit

2.3. Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF)
dengan 2 Faktor yaitu Faktor A: Sawit+Sawit, Sawit, Antagonis,
Sawit+Antagonis. Faktor B: Tanpa Inokulum, ¼ BKK dikoloni G. boninense, ½
BKK dikoloni G. boninense, 1 BKK dikoloni G. boninense dengan jumlah
ulangan 5, sehingga terdapat 80 unit

2.4. Cara Kerja

Universitas Sriwijaya
5

2.4.1. Persiapan Isolat, Inokulum G. boninense dan Persemaian


Bibit Kelapa Sawit
Isolate Ganoderma boninense
Isolate Ganoderma boninense diperoleh dari kultur muni koleksi
laboratorium. Perbanyakan jamur dilakukan pada media selektif Malt Extract
Agar (MEA) 2% pada suhu 24-27℃ dan diinkubasikan selama 3x24 jam.

Persiapan Sumber Inokulum


Media tumbuh yang diuji untuk sumber inokulum menggunakan Balok Kayu
Karet (BKK) dengan panjang ±11,5 cm, diameter ±5 cm dengan rata-rata berat
121-140 gram. BKK didapatkan dari petani karet di Kecamatan Gelumbang,
Sumatera Selatan. BKK dikupas, dicuci, dan direndam menggunakan air selama 3
hari, dengan air rendaman diganti setiap harinya. Setelah BKK ditiriskan,
dimasukkan kedalam plastik PP, satu plastic PP berisi sebanyak 4 buah BKK.
Bagian mulut plastic diberi cincin poly vinil clorida dengan ukuran diameter 2 cm
dengan panjang 3 cm. Lalu masukkan kapas dan tutup menggunakan aluminium
foil dan ikat dengan karet gelang. Kemudian disterilisasi dalam autoclave selama
2 jam dengan tekanan 15 atm. Setelah 2 hari, masukkan media malt ekstrak
kedalam plastic BKK sebanyak 25 ml dan autoclave kembali. Semprot BKK
menggunakan larutan H2O2 3% sebanyak 3 ml, kemudian tanam inokulum G.
boninense di dalam laminar air flow. Inkubasi selama 1 bulan sampai biakan G.
boninense memenuhi permukaan BKK.
Persemaian Bibit Kelapa Sawit
Benih kelapa sawit berasal dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).
Persemaian bibit kelapa sawit sehat dilakukan pada media semai pasir.
Penyemaian dilakukan pada baki. Benih kelapa sawit yang digunakan adalah
benih yang tersertifikasi. Setelah bibit sawit berumur 1 bulan dipindahkan ke
polybag besar ukuran 30x35 cm. Media tanam yang digunakan berupa pasir:tanah
dengan perbandingan 1:1.Tidak lupa memasang penedu sawit.

2.4.2. Persiapan Tanaman

Universitas Sriwijaya
6

Polybag yang digunakan penelitian berukuran 30x35 cm berisi tanah dan pasir
dengan perbandingan 1:1 sebanyak 5 kg. Polybag diatur sesuai dengan perlakuan
yang mana satu faktor terdapat 4 perlakuan dan 5 ulangan.

Pemberian Perlakuan

Tanaman Sawit dan Tanaman Antagonis


Tiga akar tanaman sawit dan tanaman antagonis dipotong sepanjang 10 cm,
kemudian diikat secara bersamaan pada BKK yang telah dikoloni oleh G.
boninense.
Tanaman Sawit
Tiga akar tanaman sawit dipotong sepanjang 10 cm, kemudian diikat pada
BKK yang telah dikoloni oleh G. boninense.
Tanaman Antagonis
Tiga akar tanaman antagonis dipotong sepanjang 10 cm, kemudian diikat pada
BKK yang telah dikoloni oleh G. boninense.

2.5. Pemeliharaan Tanaman


Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan cara penyulaman. Penyiangan,
pengairan, pemupukan dan pemangkasan. Penyiangan dilakukan jika terdapat
gulma disekitaran tanaman. Penyulaman dilakukan jika terdapat tanaman yang
mati. Pengairan dilakukan setiap hari, pagi dan sore hari. Pemupukan dilakukan
setiap seminggu sekali menggunakan pupuk NPK dengan konsentrasi 1%.
Pemangkasan dilakukan untuk tanaman antagonis.

2.6. Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama 3 bulan dengan peubah yang diamati adalah:

Universitas Sriwijaya
7

2.6.1. Infeksi pada akar kelapa sawit dan akar tanaman ganyong.
2.6.1.1. Kecepatan Kolonisasi Patogen
Kecepatan kolonisasi patogen G. boninense berdasarkan panjang akar yang
terinfeksi. Akar ini dipindahkan dimedia selektif GSM (Ganoderma Selective
Medium) untuk melihat sejauh mana kecepaan kolonisasi patogen G. boninense
terhadapakar kelapa sawit. Hal ini dilakukan setiap bulan sampai 3 bulan setelah
inokulasi.
2.6.1.2. Persentase Jumlah Akar Terinfeksi
Pengamaan dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan cara membongkar
tanaman. Persentase jumlah akar terinfeksi ini dihitung menggunakan rumus:
t
P= x 100%
N
Keterangan :
P = Persentase jumlah akar yang mengalami nekrosis
t = jumlah akar primer yang mengalami nekrosis
N = jumlah akar primer pada satu tanaman.
2.6.1.3. Persentase Panjang Akar terinfeksi
Pengamaan dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan cara membongkar
tanaman dan mengamati akar yang terinfeksi G. boninense. Persentase panjang
akar terinfeksi ini dihitung menggunakan rumus:
a
I = × 100 %
b
Keterangan:
I = Persentase Panjang akar terinfeksi
a = Jumlah panjang bagian akar primer yang mengalami nekrosis
b = Jumlah panjang akar primer pada satu tanaman.

2.6.1.4. Persentase Luas Pangkal Batang yang terinfeksi


Pengamatan dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan membongkar tanaman.
Pengukuran dengan cara pangkal batang dibelah membujur dan mengukur luas
bagian yang mengalami nekrosis dan membandingkannya dengan luas potongan
keseluruhan.

Universitas Sriwijaya
8

a
L = b x 100%

Keterangan :
L = Persentase Luas Pangkal Batang yang terinfeksi
a = Luas bagian yang mengalami nekrosis
b = Luas permukaan keseluruhan

2.6.1.5. Persentase Daun Yang Mengalami Klorosis atau Nekrosis


Pengamatan ini dilakukan setiap minggu. Pengamatan dengan menghitung
jumlah daun daun yang mengalami klorosis atau nekrosis dari jumlah daun pada
setiap tanaman. Menghitung Persentase menggunakan rumus:
a
P= b x 100%
Keterangan :
P = Persentase daun yang mengalami klorosis atau nekrosis
a = Jumlah daun daun yang mengalami klorosis
b = Jumlah daun pada satu tanaman
2.6.1.6. Tempat Tumbuh Tubuh Buah Ganoderma
Pengamatan dilakukan setiap minggu terhadap posisi dimana tempat tubuh
buah tumbuh apakah pada BKK, Sawit atau pada tanaman terna.
2.6.2. Potensi Inokulum
2.6.2.1. Pelapukan BKK
Mengamati tingkat pelapukan BKK sebagai sumber energi bagi patogen
untuk menginfeksi tanaman. Pengamatan dilakukan setelah 3 bulan. yang dihitung
dengan menggunakan rumus :
W 1−W 2
P= ×100 %
W1
Keterangan:
P = Persentase Pelapukan
W1 = Berat Kering awal
W2 = Berat Kering setelah pengamatan.

2.6.2.2. Karakteristik basidiokarp –

Universitas Sriwijaya
9

Basidiokarp yang diamati meliputi jumlah, panjang, lebar, tebal, luas


permukaan pori, berat segar diamati setelah 3 bulan.
2.6.2.3. Sporulasi –
Jumlah spora yang dihasilkan basidiocarp diamati dengan cara
menampung spora selama 3 hari dan dihitung jumlahnya dengan hemasitometer.
Pengamatan dilakukan satu bulan sekali.
2.6.2.3. Viabilitas inokulum pada BKK
Viabilitas diamati setelah aplikasi BKK pada tanaman terna dan sawit
setelah interval waktu 3, 6, 9 bulan berdasarkan pertumbuhan 20 potongan bagian
BKK pada medium selektif Ganoderma. Viabilitas dihitung menggunakan rumus :
a
V= x 100%
b
Keterangan :
V : Viabilitas (%)
a : Jumlah potongan BKK yang miseliumnya hidup
b : Total jumlah potongan BKK yang diamati

2.6.3. Pengaruh terhadap pertumbuhan kelapa sawit


Peubah pertumbuhan yang diamati adalah tinggi tanaman, luas daun, berat
kering tanaman, dan panjang akar.
2.6.3.1. Tinggi
Pengamatan tinggi tanaman diukur dengan menggunakan meteran kain, dan
tanaman diukur pada posisi tanaman yang menyentuh permukaan tanah hingga
kuncup daun tertinggi yang diamati selama 1 kali dalam seminggu selama 12
minggu pengamatan.
2.6.3.2. Luas Daun
Luas daun yang diamati sekali seminggu selama 12 minggu diprediksi dari
panjang, lebar dan konstanta dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
A=P x L x 0.52
Keterangan:
A = Luas daun
P = Panjang Daun
L = Lebar Daun
0.52 = Konstanta

Universitas Sriwijaya
10

2.7. Analisis Data

Analisis data yang didapat dilakukan dengan Analysis of Variance


(ANOVA)

Universitas Sriwijaya
11

DAFTAR PUSTAKA

Alviodinasyari, Rizky, Atria Martina, And Wahyu Lestari. 2015. “Pengendalian


Ganoderma Boninense Oleh Trichoderma sp. Sbj8 Pada Kecambah dan Bibit
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Tanah Gambut.” Fmipa 2015(2):
1–6.
Ariffin D, Idris AS, Singh G. 2000. Status of Ganoderma in oil palm. Di dalam:
Flood J, Bridge PD, Holderners M. (Editor), Ganoderma Disease of Perenial
Crops. CABI Publishing, Wallingford, UK. hlm 49-68.
Chong, K. P., Lum, M. S., Foong, C. P., Wong, C. M. V. L., Atong, M., &
Rossall, S. (2011). First identification of Ganoderma boninense isolated from
Sabah based on PCR and sequence homology. homology. African Journal of
Biotechnology, 10(66), 14718–14723. https://doi.org/10.5897/AJB11.109
Damayanti, Ema, C. D Poeloengasih, and Ika Warakasih. 2007. “Nutrient
Composition And Bioactive Compound Of Edible Canna ( Canna edulis
Ker .) From Local Cultivars At Gunungkidul.” (978).
Durand-Gasselin T, Asmady H, Flori A, Jacquemard Jc, Hayun Z, Breton F, De
Franqueville H. 2005. Possible sources of genetic resistance in oil palm
(Elaeis guineensis Jacq.) to basal stem rot caused by Ganoderma boninense
—prospects for future breeding. Mycopathologia. 159(1):93–100. DOI:
http://dx.doi.org/10. 1007/s11046-004-4429-1.
Djaenuddin D. 1992. Lahan Marginal: Tantangan dan Pemanfaatannya. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. XII(4):79-84.
Idris AS, Kushairi A, Ismail S, Ariffin D. 2004. Selection for partial tolerance in
oil palm progenies to Ganoderma basal stem rot. J Oil Palm Res. 16(2):12–
18.
Fadli Nst, Mhd Irvan, Lisnawita Lisnawita, and Suzanna Sitepu. 2018. “Uji
Virulensi Dua Isolat Ganoderma Sp. Terhadap Bibit Kelapa Sawit Kultur
Jaringan di Laboratorium.” Talenta Conference Series: Agricultural And
Natural Resources (Anr) 1(1): 6–10.
Flood J, Bridge PD, Holderners M. 2000. Ganoderma Disease of Perennial
Crops. UK: CABI Publishing.
Noriko, Nita, And Arief Pambudi. 2015. “Diversifikasi Pangan Sumber
Karbohidrat Canna edulis Kerr. (Ganyong).” Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri
Sains dan Teknologi 2(4): 248.
Priwiratama, H, Ae Prasetyo, And A Susanto. 2014. “Pengendalian Penyakit
Busuk Pangkal Batang Kelapa Sawit Secara Kultur Teknis.” Jurnal
Fitopatologi Indonesia 10(1): 1–7. Sinaga MS. 2006. Dasar-Dasar Ilmu
Penyakit Tumbuhan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Universitas Sriwijaya
12

Sinaga MS. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Jakarta: Penebar


Swadaya.
Sinaga MS. 1986. Biological control of some soli-borne fungal patogens of
soybean (Glycine max (L.) Merr.) with Gliocladium spp. [dissertation]. Los
Banos: University of the Philippines.
Susanto, A. 2013. “Ganoderma Boninense Penyebab Penyakit Busuk Batang Atas
Kelapa Sawit.” Jurnal Fitopatologi Indonesia 9(4): 123–26.
Yanti, Yulmira, Imam Rifai, Yogie Aditya Pratama, And Muhammad Ihsan
Harahap. 2019. “Penapisan Isolat Rizobakteri Indigenos Untuk Pengendalian
(Ganoderma Boninense) Di Pre Nursery Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis
Jacq.).” Jurnal Agro 6(2): 110–22.
Yulianti, Sika, Suwandi Suwandi, And Nurhayati Nurhayati. 2017. “Kemampuan
Tumbuhan Terna Dalam Menekan Potensi Inokulum Rigidoporus
Microporus.” Jurnal Fitopatologi Indonesia 13(3): 81–88.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai