I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas pertanian
utama dan menjadi unggulan di Indonesia (Alviodinasyari et al, 2015). Menurut
GAPKI (2019) hingga per Agustus 2019, produktivitas kelapa sawit mencapai
34,94 juta ton dengan kenaikan hingga 13,9 % dibandingkan 2018. Akan tetapi
tidak menutup kemungkinan pertumbuhan kelapa sawit tidak mengalami kendala
yang dapat mempengaruhi hasil produksi kelapa sawit (Djaenuddin, 1992
;Alviodinasyari et al., 2015). Kendala tersebut dapat meliputi teknologi budidaya
dan hama penyakit (Fadli et al, 2018). Salah satu penyakit pentingnya adalah
penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB). Chong et al., 2011 dalam Yanti et al.,
2019 melaporkan bahwasannya kerugian yang dapat disebabkan oleh penyakit ini
sekitar 50-80% per ha. Penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB) disebabkan oleh
jamur Ganoderma boninense.
Jamur G. boninense merupakan patogen tular tanah. Patogen tular tanah
mempunyai kemampuan saprofitik yang tinggi dan parasitik fakultatif dengan
kisaran inang yang sangat luas sehingga memiliki beberapa macam struktur
Universitas Sriwijaya
2
Universitas Sriwijaya
3
Universitas Sriwijaya
4
Universitas Sriwijaya
5
Universitas Sriwijaya
6
Polybag yang digunakan penelitian berukuran 30x35 cm berisi tanah dan pasir
dengan perbandingan 1:1 sebanyak 5 kg. Polybag diatur sesuai dengan perlakuan
yang mana satu faktor terdapat 4 perlakuan dan 5 ulangan.
Pemberian Perlakuan
2.6. Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama 3 bulan dengan peubah yang diamati adalah:
Universitas Sriwijaya
7
2.6.1. Infeksi pada akar kelapa sawit dan akar tanaman ganyong.
2.6.1.1. Kecepatan Kolonisasi Patogen
Kecepatan kolonisasi patogen G. boninense berdasarkan panjang akar yang
terinfeksi. Akar ini dipindahkan dimedia selektif GSM (Ganoderma Selective
Medium) untuk melihat sejauh mana kecepaan kolonisasi patogen G. boninense
terhadapakar kelapa sawit. Hal ini dilakukan setiap bulan sampai 3 bulan setelah
inokulasi.
2.6.1.2. Persentase Jumlah Akar Terinfeksi
Pengamaan dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan cara membongkar
tanaman. Persentase jumlah akar terinfeksi ini dihitung menggunakan rumus:
t
P= x 100%
N
Keterangan :
P = Persentase jumlah akar yang mengalami nekrosis
t = jumlah akar primer yang mengalami nekrosis
N = jumlah akar primer pada satu tanaman.
2.6.1.3. Persentase Panjang Akar terinfeksi
Pengamaan dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan cara membongkar
tanaman dan mengamati akar yang terinfeksi G. boninense. Persentase panjang
akar terinfeksi ini dihitung menggunakan rumus:
a
I = × 100 %
b
Keterangan:
I = Persentase Panjang akar terinfeksi
a = Jumlah panjang bagian akar primer yang mengalami nekrosis
b = Jumlah panjang akar primer pada satu tanaman.
Universitas Sriwijaya
8
a
L = b x 100%
Keterangan :
L = Persentase Luas Pangkal Batang yang terinfeksi
a = Luas bagian yang mengalami nekrosis
b = Luas permukaan keseluruhan
Universitas Sriwijaya
9
Universitas Sriwijaya
10
Universitas Sriwijaya
11
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
12
Universitas Sriwijaya