3 Bab I
3 Bab I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu di indonesia masih cukup tinggi bahkan
tertinggi di Association of South East Asia Nations (ASEAN) yakni 307
kematian per 100.000 kelahiran hidup. AKI di Filipina 170 kematian per
100.000 kelahiran hidup, di Thailand 44 kematian per 100.000 kelahiran
hidup, Brunai 39,0 kematian per 100.000 kelahiran hidup dan di Singapura 6
kematian per 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (25%), eklampsia
(13%) dan sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet
(8%), komplikasi abortus tidak aman (13%), dan sebab-sebab lain (8%).
Penyebab tidak langsung kematian ibu merupakan akibat dari penyakit yang
sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh
terhadap kehamilan misalnya malaria, anemia, Human Immunodefisiensin
Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), dan penyakit
kardiovaskuler (Sarwono, 2008).
Perdarahan merupakan penyebab kematian ibu terbanyak. Perdarahan
dapat terjadi pada setiap usia kehamilan, dan pada kehamilan muda sering
dikaitkan dengan kejadian abortus (Sarwono, 2008).
Diwilayah Asia Tenggara, World Health Organization (WHO)
memperkirakan 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahunnya diantaranya
750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat abortus
tidak aman di wilayah Asia Tenggara di perkirakan antara satu sampai 250,
Negara maju hanya satu dari 3700. Angka tersebut memberikan gambaran
bahwa masalah abortus di Indonesia masih cukup tinggi ( Lusa, 2012).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh sebab akibat
tertentu sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu dan berat janin
kurang dari 500 gram atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar
kandungan (Khumaira, 2012).
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil perumusan
masalah sebagai berikut : “Bagaimana penatalaksanaan Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Hamil Pada Ny.”J” G2P1A0H1 Usia Kehamilan 17-18 Minggu
Dengan Abortus Inkomplit Di Ruang Kebidanan RSUD Padang Panjang 25-
28 April 2016?”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan ilmu kebidanan yang di peroleh
selama pendidikan dan memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan abortus inkomplit dan penerapan manajemen kebidanan.
3
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian secara lengkap pada ibu hamil Ny
“J” G2P1A0H1 umur 32 tahun dengan abortus inkomplit.
b. Mampu melakukan interpretasi data yaitu meliputi diagnosa
kebidanan, merumuskan masalah, dan kebutuhan pada ibu hamil
Ny “J” G2P1A0H1 umur 32 tahun dengan abortus inkomplit.
c. Mampu merumuskan diagnosa potensial pada ibu hamil Ny “J”
G2P1A0H1 umur 32 tahun dengan abortus inkomplit.
d. Mampu mengidentifikasi antisipasi atau tindakan segera pada ibu
hamil Ny “J” G2P1A0H1 umur 32 tahun dengan abortus inkomplit.
e. Mampu menyusun perencanaan tindakan yang akan dilakukan
pada ibu hamil Ny “J” G2P1A0H1 umur 32 tahun dengan abortus
inkomplit.
f. Mampu menyusun rencana tindakan yang disusun dalam
kebutuhan pelaksanaan tindakan pada ibu hamil Ny “J” G 2P1A0H1
umur 32 tahun dengan abortus inkomplit.
g. Mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan kebidanan dengan
teliti dan cermat pada ibu hamil Ny “J” G 2P1A0H1 umur 32 tahun
dengan abortus inkomplit.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan
pengalaman nyata dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan abortus inkomplit.
E. Metode Penulisan
1. Cover
2. Lembar Persetujuan
3. Kata Pengantar
4. Daftar Isi
5. Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, dan metode penulisan.
6. Bab II Tinjauan Teori
Bab ini berisi tentang tinjauan teori yang meliputi kehamilan
dan abortus.
7. Bab III Tinjauan Kasus
Bab ini berisi tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny “J”
G2P1A0H1 umur 32 tahun dengan abortus inkomplit sesuai dengan
manajemen kebidanan menurut 7 langkah varney pada kunjungan I dan
pemeriksaan lanjutan dengan pendokumentasian SOAP.
8. Bab IV Pembahasan
Bab berisi pembahasan yang menjelaskan tentang masalah pada
ibu hamil Ny “J” G2P1A0H1 umur 32 tahun dengan abortus inkomplit.
9. Bab V Penutup
Bab ini berisi kesimpulan saran. Kesimpulan merupakan
jawaban dari tujuan dan merupakan ini dari pembahasan kasus pada ibu
hamil Ny “J” G2P1A0H1 umur 32 tahun dengan abortus inkomplit. Saran
merupakan alternatif pemecahan dan tanggapan dari kesimpulan.
10. Daftar Pustaka
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEHAMILAN
1. Defenisi
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin
intraurerin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan
(Manuaba, 2007). Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan
janin intra uterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan
persalinan (Khumaira, 2012).
2. Pembagian Masa Kehamilan
Masa kehamilan dibagi atas 3 trimester yaitu :
a. Trimester I : kehamilan antara 0-12 minggu
b. Trimester II : kehamilan antara 13-28 minggu
c. Trimester III : kehamilan antara 29-40 minggu
3. Fisiologis Proses Kehamilan
a. Oogenesis
Pada wanita yang mencapai pubertas terdapat sekitar
2.000.000 oosit dalam ovariumnya yang terbungkus oleh : ruang
perivitalium, zona pelusida, folikel primodial. Oosit berasal dari sel
induk yang telah mengalami pembelahan diri sehingga tercapai
bentuk “oosit ddengan 23 kromosom”.
Pada siklus dengan pelepasan ovum, setelah folikel de Graff
mencapai pembesaran maksimal, akan terjadi beberapa hal penting:
1) Ovum melepaskan diri dari komolus oophorus, tetapi sebagiannya
masih tetap dibungkus oleh sel granulose disebut korona radiata.
2) Pengeluaran estradiol akan mencapai maksimal dan tekanan
intrafolikel dapat semakin meningkat, terjadi devaskularisasi
permukaan folikel yang memudahkan folikel mengalami ruptur,
dengn melemparkan ovum yang terbungkus oleh korona radiata.
6
16 Pertengahan pusat-simfisis
24 Setinggi pusat
b. Seviks
Terjadi hipervaskularisasi dan pelunakan pada serviks
peningkatan hormon esterogen dan progesteron. Peningkatan lendir
serviks yang disebut dengan operculum. Kerapuhan meningkat
sehingga mudah berdarah saat melakukan senggama (Sulistyawati,
2011).
c. Ovarium
Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteum
graviditas sampai terbentuknya plasenta yang akan mengambil alih
pengeluaran estrogen dan progesteron (Sulistyawati, 2011).
9
d. Vagina
Terjadi peningkatan produksi lendir oleh mukosa vagina,
hipervaskularisasi pada vagina. Oleh karena pengaruh estrogen,
terjadi hipervaskularisasi tersebut sehingga pada bagian tersebut
terlihat lebih merah atau kebiruan, kondisi ini disebut dengan tanda
Chadwick (Sulistyawati, 2011).
e. Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung
setiap menitnya atau biasanya disebut sebagai curah jantung
meningkat sampai 30-50%. Peningkatan ini dimulai terjadi pada usia
kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan
16-28 minggu. Oleh karena curah jantung yang meningkat maka
denyut jantung pada saat istirahat juga meningkat (Sulistyawati,
2011).
Setelah mencapai kehamilan 30 minggu, curah jantung agak
menurun karena pembesaran rahim menekan vena yang membawa
darah dari tungkai karena pembesaran tahim menekan vena yang
membawa darah dari tungkai ke jantung (Sulistyawati, 2011).
f. Sistem Urinaria
Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal
menyaring darah yang volumenya meningkat (30-50% atau lebih),
yang puncaknya terjadi pada usia kehamilan 16-24 minggu sampai
sesat sebelum persalinan. Pada akhir kehamilan, peningkatan aktivitas
ginjal yang lebih besar terjadi wanita hamil yang tidur miring. Tidur
miring mengurangi tekanan dari rahim pada selanjutnya akan
meningkatan aktivitas dan curah jantung (Sulistyawati, 2011).
g. Sistem Gastrointestinal
Rahim yang semakin memebesar akan menekan rektum dan
usus bagian bawah, sehingga terjadi sembelit atau konstipasi.
Sembelit semakin berat terjadi karena gerakan otot di dalam usus
diperlambat oleh tingginya kadar progesteron (Sulistyawati, 2011).
h. Sistem Metabolisme
10
Tabel 2.2
Kebutuhan Makanan Sehari-Hari Wanita Tidak Hamil, Ibu
Hamil, dan Ibu Menyusui
Protein 55 g 65 g 80 g
Kalsium 0,5 g 1g 1g
Zat besi 12 g 17 g 17 g
B. ABORTUS
1. Defenisi
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh sebab akibat
tertentu sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu dan berat janin
kurang dari 500 gram atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup
diluar kandungan (Khumaira, 2012).
2. Etiologi
20
6. Penanganan
a. Penilaian Awal
Untuk penanganan yang memadai, segera lakukan penilaian dari:
1) Keadaan umum pasien.
2) Tanda-tanda syok seperti pucat, berkeringat banyak, pingsan,
tekanan sistolik <90 mmHg, nadi >112x/menit
3) Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut
bahwa, adanya cairan bebas dalam cavum pelvis, pikirkan
kemungkinan kehamilan ektopik yang terganggu.
4) Tanda-tanda infeksi atau sepsis seperti demam tinggi, sekret
berbau pervaginam, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri
goyang portio, dehidrasi, gelisah, atau pingsan.
5) Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat ditatalaksana
pada fasilitas kesehatan setempat atau dirujuk (Khumaira, 2012).
b. Penanganan Spesifik
1) Abortus Imminens
29
Tabel 2.5.
Antibiotika Parental untuk Abortus Septik
Sumber.(Khumaira, 2012
C. Abortus Inkomplit
1) Pengertian Abortus Inkomplit
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal
dalam uterus (Wiknjosastro, 2010). Abortus inkomplit adalah
perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi
telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis yang tertinggal
pada desidua atau plasenta (Rukiyah, 2010).
2) Teknik kuretase
a) Tentukan letak rahim yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam
alat-alat yang dipakai umunya terbuat dari metal yang biasanya
melengkung karena itu memasukan alat-alat ini harus disesuikan
dengan letak rahim. Gunakanlah supaya jangan terjadi salah arah
(fase route) dan perforasi.
b) Penduga rahim (sandoge). Masukkanlah penduga rahim sesuai
dengan letak rahim dan tentukan panjamnya atau dalamnya
penduga rahim. Caranya adalah setelah ujung sonde terasa
membentur fundus uteri, telunjuk tangan kangan diletakkan atau
dipindahkan pada portio dan tariklah sonde keluar. Lalu baca
berapa cm dalamnya rahim.
c) Dilatasi. Bila pembukaan serviks belum cukup untuk memasukan
sendok kuretase. Lakukanlah terlebih dahulu dilatasi dengan
dilatator atau busi hegar. Pandanglah busi seperti memegangi
37