Diajukan oleh
Gina Maulida Riani Al-Syams
1711111120009
Agustus, 2020
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
2.1.3 Klasifikasi...............................................................................7
ii
2.1.5 Penyembuhan Luka pada Tuberkulosis ..................................9
iii
3.2 Hipotesis .......................................................................................28
iv
4.6.3 Aklimatisasi Hewan Coba ....................................................37
v
DAFTAR SINGKATAN
AA : Asam Arakidonat
MDA : malondialdehid
M1 : makrofag proinflamasi
M2 : makrofag efferositosis
SPS : sewaktu-pagi-sewaktu
TB : tuberculosis
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
adalah satu dari penyakit yang menjadi 10 penyebab utama kematian di seluruh
dunia dan menjadi penyebab utama kematian dari agen infeksius tunggal (WHO,
seseorang melalui droplet aerosol saat batuk atau bersin. Penyakit TB dapat
menyerang semua usia disertai kondisi klinis yang berbeda-beda maupun tanpa
gejala sama sekali hingga manifestasi klinis yang berat (Kenedyanti dan
Sulistyorini, 2017).
Tuberkulosis masih menjadi perhatian dunia dan belum ada satu negara pun
yang dinyatakan bebas dari tuberkulosis. Prevalensi angka kesakitan dan kematian
tuberkulosis pada tahun 2015 sebanyak 331.703 menjadi 563.879 pada tahun 2018
meningkat dari tahun 2013 hingga 2018. Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2015 jumlah perkiraan penderita baru TB BTA+
7.615, suspek ditemukan 28.620, dan TB baru BTA+ ditemukan 3.328 dari
1
2
lesi mukosa TB oral dari infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
adalah 0,1% hingga 5%. Manifestasi klinis yang sering muncul pada rongga mulut
pasien tuberkulosis yaitu lesi mukosa seperti ulseratif, dan lesi tanpa rasa sakit pada
langit-langit mulut, bibir atau lidah (Souza et al, 2016; Rout et al, 2019). Infeksi
(Amaral et al, 2020; Khairunnida et al, 2018). Selain itu pasien tuberkulosis
(Widiastuti et al, 2019). Pada penelitian Belton dkk juga menyebutkan bahwa lesi
tuberkulosis sangat hipoksik (Belton et al, 2016). Lesi oral yang muncul pada
pasien tuberkulosis merupakan hal yang harus menjadi perhatian karena memiliki
potensi untuk penularan berbagai infeksi dari pasien ke dokter gigi, pasien ke
pasien, serta dokter gigi ke pasien karena kedekatannya dengan rongga hidung dan
mulut pasien (Rout et al, 2019). Oleh sebab itu, diperlukan obat alternatif dari bahan
Salah satu bahan alami yang sering digunakan penduduk di Kalimantan Selatan
sebagai obat herbal untuk mempercepat penyembuhan luka adalah ikan Haruan
(Channa striata) (Sura et al, 2013). Ikan Haruan mengandung albumin sebagai
Haruan secara empiris sudah dipatenkan menjadi obat dan dipasarkan di Indonesia.
Saat ini ikan Haruan sulit ditemukan, harganya yang relatif mahal, dan budidaya
yang cukup sulit, sehingga perlu alternatif lain sebagai pengganti ikan Haruan. Ikan
3
regenerasinya yang cepat dan memiliki famili yang sama dengan ikan Haruan
(Apriasari et al, 2019). Ikan Toman mengandung albumin yang dapat digunakan
kandungan albumin tertinggi dari famili Channida lainnya yaitu sebesar 5,35%.
Kandungan lain ikan Toman juga ditemukan yaitu zinc, omega-6, dan omega-3.
Asam lemak omega-6 yang berasal dari turunan asam arakidonat (AA) dan
mediator kimia seperti prostaglandin dan lipoxin berperan dalam fase inflamasi
(Fajriani et al, 2018; Apriasari et al, 2019). Asam lemak omega-6 berperan penting
dalam peningkatan jumlah sel makrofag. Pada fase inflamasi makrofag berfungsi
untuk memfagositosis bakteri. Jumlah sel makrofag pada fase inflamasi mencapai
puncaknya pada hari ke-3 setelah terjadinya luka (Khairunnida et al, 2018).
yang signifikan pada hari ke-11 pemulihan luka sayat pada tikus wistar setelah
tikus (Murdani et al, 2015). Namun belum ada penelitian mengenai ekstrak ikan
mengenai pengaruh ekstrak ikan Toman (Channa micropeltes) dengan dosis yang
tuberkulosis.
4
tuberkulosis?
model tuberkulosis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif obat dari
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tuberkulosis
2.1.1 Definisi
menyerang tulang, sistem saraf pusat, dan sistem organ lainnya (Kenedyanti dan
dan menular yang ditandai dengan respon penyakit terhadap bakteri berupa jaringan
granulasi nekrotik. Penyakit ini melalui penderita yang menyebar bakteri melalui
udara seperti batuk. Penyakit ini dapat menular dengan cepat pada orang yang
memiliki daya tahan tubuh lemah dan rentan. Kemungkinan lain bahwa
tuberkulosis jauh lebih rentan menyerang orang HIV, kurang gizi, diabetes,
merokok, dan konsumsi alkohol (Sejati dan Sofiana, 2015; WHO, 2019).
2.1.2 Epidemiologi
Tuberkulosis menyerang siapa saja namun sekitar 90% adalah orang dewasa
dengan rasio pria : wanita yaitu 2 : 1. Tingkat kasus nasional setiap tahunnya
bervariasi mulai kurang dari 50 hingga lebih dari 5.000 per 1 juta populasi (WHO,
2019). Sejak 2013 sebagian besar peningkatan kasus global tuberkulosis banyak
terjadi di India dan Indonesia yaitu dua negara yang menempati peringkatan
pertama dan ketiga dari seluruh dunia dalam insiden kasus per tahun. Pada tahun
6
7
2018. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2015
jumlah perkiraan penderita baru TB BTA+ 7.615, suspek ditemukan 28.620, dan
2.1.3 Klasifikasi
satunya bentuk tuberkulosis yang mudah tertular kepada manusia lain melalui
bakteri yang keluar dari penderita (Naga, 2014). Menurut Werdhani et al 2011,
BTA negatif.
negatif.
8
tuberkulosis.
OAT.
kelenjar limfe, persendian tulang belakang, saluran kencing, dan susunan saraf
pusat. Penyakit tuberkulosis ini dapat menyerang seluruh organ secara bertahap
kelamin.
Pada infeksi awal Mtb memicu produksi Reactive Oxygen Species (ROS)
Widiastuti et al, 2019). Stres oksidatif dapat menginduksi inflamasi melalui aktivasi
9
NF-kB dan juga sebaliknya, inflamasi dapat melepaskan ROS. Nrf2 dalam proses
faktor transkripsi NF-kB dan meningkatkan beberapa gen untuk mengkode ekspresi
dan terjadi kematian sel akibat akumulasi ROS yang signifikan. Gangguan pada
makrofag pada tuberkulosis akan berakibat infeksi luka pada patogen yang tidak
Hidayat et al, 2015). Penderita tuberkulosis juga mengalami penurunan status gizi
khususnya kecukupan energi dan protein. Kekurangan zat gizi pada penderita
menekan respon imun. Kekurangan energi protein kronis pada tuberkulosis paru
berbagai vitamin untuk perbaikan dan regenerasi jaringan (Widiastuti et al, 2019;
2.2 Makrofag
2.2.1 Definisi
ekstraseluler saat inflamasi. Makrofag adalah sel yang berperan pada peradangan
10
sebagai reaksi tubuh terhadap benda asing atau mikroba, membersihkan debris
ekstra sel dan fibrin pada lokasi jejas. Makrofag memiliki diameter 15-20 mµ dan
dapat ditemukan di seluruh jaringan ikat dan organ tubuh. Tidak seperti neutrofil,
makrofag dapat bertahan hidup dalam periode yang lebih lama karena tidak mati
setelah fagositosis (Abbas et al, 2016; Tyaj and Kirana, 2015). Makrofag adalah sel
fagosit yang lebih kuat dibandingkan neutrofil bahkan seringkali mampu menelan
hingga 100 bakteri. Makrofag juga dapat menelan partikel yang lebih besar, bahkan
sel darah merah utuh atau kadang parasite malaria. Monosit darah dan makrofag
jaringan berasal dari turunan sel yang sama sehingga seringkali disebut sebagai
seperti otak, hepar, dan paru tidak berasal dari monosit darah melainkan dari
progenitor di yolk sac atau hepar fetus selama perkembangan organisme (Guyton
(Mescher, 2016)
11
(Abbas, 2016)
fibroblast dan mensintesis kolagen yang berperan dalam kekuatan tensile strength
luka serta mengisi jaringan luka agar kembali ke bentuk semula, selanjutnya diikuti
oleh sel-sel keratinosit kulit untuk membelah diri dan bermigrasi menjadi re-
epitelisasi kemudian menutup lokasi luka. Selain itu makrofag juga berperan
sebagai Antigen Precenting Cell (APC) kepada limfosit untuk inisiasi respon imun
adaptif dari host. Neutrofil, limfosit dan makrofag adalah sel yang pertama kali
menuju lokasi luka untuk melawan infeksi dan membersihkan debris matriks seluler
serta benda-benda asing. Platelet dan faktor lainnya akan menarik monosit dari
sitokin yang meregulasi inflamasi. Pada fase inflamasi akhir yaitu hari ke-3 luka,
proinflamasi (M1) untuk membersihkan luka. Makrofag yang memiliki peran untuk
fagositosis bakteri dan jaringan mati akan berubah menjadi makrofag efferositosis
(M2) yang mensekresi sitokin anti-inflamasi seperti IL-4, IL-10, dan IL-13.
proses penyembuhan lainnya (Primadina et al, 2019; Handajani et al, 2015; Abbas
et al, 2016).
platelet derived growth factor (PDGF). Faktor-faktor ini kemudian akan ditangkap
oleh pembuluh darah yang sudah ada lebih dulu kemudian akan direspon sebagai
suatu sinyal sehingga terbentuk suatu cabang pembuluh darah baru. Saat proses
growth factor (PDGF) dan yang utama yaitu transforming growth factor beta (TGF-
Pada tahap awal infeksi, sel-sel kekebalan tubuh terutama makrofag akan
Dalam kondisi fisiologis, terjadi keseimbangan antara kadar peningkatan ROS dan
terganggu akan mengakibatkan kerusakan sel yang irreversible. Replikasi Mtb yang
berlebihan akan menyebabkan fungsi efektor makrofag rusak. Selain itu, induksi
produksi modulator utama inflamasi yaitu IL-10 sebagai sitokin yang sangat manjur
status gizi yang akan menunda penyembuhan dengan menekan respon imun tubuh
dan fungsi makrofag. Fungsi makrofag adalah Antigen-presenting cell (APC) dan
fagositosis professional dimana jika terdapat gangguan maka akan berakibat infeksi
penyembuhan luka akibat makrofag tidak menstimulus growth factor dan TGF-β
penelitian juga melaporkan bahwa infeksi Mtb pada makrofag akan menginduksi
aktivasi NF-Kb (Amaral et al, 2020; Widiastuti et al, 2019; Chandrasekaran et al,
Radikal bebas merupakan molekul atau atom yang mengandung satu atau
lebih elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Senyawa radikal bebas
muncul akibat berbagai proses kimia yang kompleks dalam tubuh sebagai hasil
samping dari proses oksidasi atau pembakaran sel yang berlangsung pada saat
bernafas, metabolisme sel, olahraga berlebihan, inflamasi atau saat tubuh terpapar
polusi lingkungan. Dalam tubuh, radikal bebas bersifat sangat reaktif dan akan
maupun sel-sel tertentu yang tersusun dari lemak, protein, karbohidrat, DNA dan
RNA sehingga akan memicu berbagai penyakit seperti jantung koroner, penuaan
dini, dan kanker. Kerusakan sel yang diakibatkan oleh radikal bebas yaitu
2019).
yang berupa molekul luas. ROS memiliki sifat sangat tidak stabil dan reaktif
karena termasuk molekul tidak berpasangan. ROS hanya dapat bertahan dalam
diri. Jenis ROS yang paling banyak dipelajari yaitu superoksida (·O-), hydroxyl
(·OH-), dan perhydroxyl (·O2H) karena efeknya yang dapat merusak. Beberapa
sumber ROS dapat berasal dari radiaso rontgen maupun ultraviolet, ion logam
seperti Fe2+, Co2+ dan Cu+ yang bereaksi dengan hydrogen peroksida (H2O2)
menghasilkan radikal OH, nitrit oksida yang merupakan senyawa penting untuk
relaksasi pembuluh darah selain merupakan radikal bebas juga dapat bereaksi
oksidan kuat dan bereaksi lambat dengan substrat organik. Sumber lainnya juga
dapat berasal dari respiratory burst dari makrofag yang teraktifkan. ROS juga
dihasilkan oleh sel dalam tubuh akibat aktivitas pembuatan energi (ATP) yaitu
1-3% kemudian elektron tersebut akan bereaksi dengan oksigen sehingga terjadi
et al, 2018).
yang dikatalisis oleh berbagai enzim kemudian akan dinetralkan atau dikonversi
(·O2) merupakan molekul oksidator lemah, toksisitas rendah, dan lebih bertindak
oksidan yang sangat kuat dan dapat bereaksi dengan semua substrat biologis.
Molekul ini sangat reaktif dapat melangsungkan efeknya dalam batas daerah yang
dekat dengan tempat pembentukannya dan molekul ini juga dapat melangsungkan
efek jarak jauhnya melalui pembentukan radikal bebas yang kurang reaktif
secara langsung atau melalui proses klorinasi. Radikal peroksil (·ROO) dan
aloksil (·RO) merupakan oksidan kuat yang dihasilkan oleh sistem biologis.
Kedua radikal ini terbentuk dari proses peroksidasi lipid dengan pemecahan ·H.
NADH sehingga membentuk ·O2 (Aziz et al, 2018; Widayati, 2012; Suhartono
prooksidan atau radikal bebas yang dipicu oleh kondisi dimana kurangnya
2012).
radikal bebas berlebih dan antioksidan kurang maka akan terjadi stress oksidatif.
Radikal bebas akan menyerang molekul stabil terdekat dan mengambil elektron,
kemudian zat yang terambil akan menjadi radikal bebas juga dan memulai suatu
reaksi berantai yang akhirnya terjadi kerusakan sel. Radikal bebas seringkali
bereaksi secara cepat dengan atom lain untuk mengisi orbital yang tidak
karena stres oksidatif disebabkan karena adanya reaksi Fenton dan Harber-Weiss.
Pada reaksi Fenton, H2O2 akan bereaksi dengan Fe2+ menjadi Fe3+ dan radikal
hidroksil (OH). Reaksi Herber-Weiss memerlukan ion Fe3+ dan Cu2+. Pada
oleh ion besi kemudian menghasilkan radikal hidroksil. Radikal hiodroksil adalah
oksidan yang tidak stabil dan sangat reaktif (Suhartono dan Setiawan, 2006;
ROS untuk merusak membran lipid dari komponen fosfolipid bilayer dinding sel
menentukan jumlah radikal bebas dan secara tidak langsung dapat menilai
kapasitas oksidan tubuh (Budi et al, 2019; Darwadi et al, 2013; Sinaga, 2016).
makrofag akan menghasilkan ROS untuk membantu melawan infeksi Mtb. Pada
Selama infeksi awal Mtb akan memicu produksi ROS yang intens sehingga
Akibat interaksi Mtb yang berkelanjutan dengan sistem imun host, Mtb semakin
memicu peningkatan progresif produksi ROS oleh makrofag yang berujung pada
oksidasi berlebih dan peroksidasi lipid. Akibat infeksi Mtb yang persisten,
oksidasi DNA, fungsi efektornya rusak, dan terjadi kematian sel akibat akumulasi
ROS yang signifikan. Stres pada makrofag yang berlebihan akan menurunkan
18
lipid yang memiliki efek memperparah fungsi sel (Amaral et al, 2020; Widiastuti
et al, 2019).
Ordo : Labyrinthici
Famili : Channidae
Genus : Channa
Penamaan ikan toman disebut toman hanya di Malaysia dan Indonesia saja
sedangkan di daerah lain umumnya ikan toman mempunyai nama yang berbeda
ikan toman adalah Giant snakehead atau dikenal juga dengan Indonesian
19
snakehead atau Red snakehead. Ikan toman dapat mencapai bobot total maksimum
Ikan toman memiliki tubuh berbentuk silindris, bersisik seperti kepala ular,
bagian perut berwarna putih terang, terdapat garis pada bagian badan, dan berwarna
hitam agak kemerahan. Garis strip dan warna merahnya akan menghilang kemudian
digantikan dengan warna pola hitam keabu-abuan atas dan putih pada bagian perut
moncong agak runcing, dan gigi taring tajam. Selain itu memiliki permulaan sirip
punggung di depan sirip perut, sirip punggung terpisah dengan sirip ekor dan sirip
ekor membundar. Semua sirip berwarna hitam dengan tepi sedikit kemerahan
kecuali sirip pelvic berwarna putih (Akbar, 2017; Sukmono dan Margaretha, 2017).
Ikan toman mengandung albumin, seng, asam lemak omega-3, dan asam lemak
omega-6. Ikan toman memiliki kadar albumin tertinggi dari lima keluarga
channidae lainnya yaitu 5,53% dan memiliki kadar protein 19,69%. Albumin
mengandung 15 asam amino yaitu threonine, valin, lisin, arginin, asam aspartic,
serine, glutamate, glisin, alanin, dan tirosin. Asam lemak omega-6 yang memiliki
turunan asam arakidonat (AA) berperan penting dalam fase inflamasi penyembuhan
luka (Firlianty et al, 2019; Pratama et al, 2020; Fajriani et al, 2018).
20
Albumin merupakan protein monomer yang mudah larut dalam air dan
dalam serum dan berperan utama dalam mengikat asal lemak bebas, kation
banyak dimanfaatkan untuk pemulihan jaringan sel tubuh yang terbelah atau
mengalami kerusakan. Sel di dalam tubuh akan kesulitan beregenerasi jika tubuh
berat yang tidak mudah larut dalam darah. Albumin juga berperan penting untuk
mempertahankan tekanan osmotic antara cairan di dalam dan di luar sel pada fase
inflamasi. Albumin adalah protein fase akut negatif yang jumlahnya akan menurun
pada saat infeksi, luka atau stress. Pada tuberkulosis, kadar albumin mengalami
ekstraseluler yang termasuk dalam kelompok sulfhidril (-SH) dan berfungsi sebagai
pengikat radikal bebas. Albumin dapat berikatan dengan ion metal pada proses
pembentukan ROS melalui sulfhidril (-SH) pada albumin yang akan beraksi dengan
hidroperoksida untuk senyawa radikal bebas dari proses oksidatif. Albumin sebagai
Albumin juga akan bereaksi dengan polyunsaturated fatty acid (PUFA) untuk
Ikan toman mengandung asam lemak omega-3 dan asam lemak omega-3.
Asam lemak omega-6 yang terkandung dalam ikan toman yang memiliki turunan
asam arakidonat (AA) dapat berperan sebagai proinflamasi dan antiinflamasi. Asam
dan membeku. Asam lemak omega-3 juga akan bekerja melibatkan mediator anti-
inflamasi lainnya seperti lipoksin, resolving, dan protectin akan memobilisasi sel
makrofag untuk memakan sel neutrofil dan membersihkan sisa proses fagositosis.
Proses ini mengakhiri proses inflamasi atau biasa disebut dengan resolution (Andrie
Kelas : Mammalia
Divisi : Chordata
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
22
Genus : Rattus
Tikus sering dijadikan objek dalam penelitian karena lebih mudah dikontrol
dari asupan makanan dan aktivitas fisik sehingga memperkucil terjadinya bias saat
sebelum diaplikasikan kepada manusia. Tikus wistar adalah jenis strain tikus yang
mempelajari keadaan patologis yang kompleks. Tikus ini memiliki ciri-ciri telinga
panjang, kepala lebar, dan memiliki panjang ekor yang selalu kurang dari panjang
pertumbuhan yang lebih lama dibandingkan tikus betina. Pemilihan tikus wistar
putih jantan juga dikarenakan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil
karena tidak dipengaruhi oleh siklus estrus dan kehamilan (Fitria et al, 2014;
Replikasi Mtb ↑
Infeksi Mtb
Omega 6 Omega 3 Albumin
Mengikat
Gangguan pada PUFA
makrofag
Keterangan:
menyerang tulang, sistem saraf pusat, dan sistem organ lainnya (Kenedyanti dan
Sulistyorini, 2017; Warren et al, 2017). Pada tahap awal infeksi, sel-sel kekebalan
tubuh terutama makrofag akan menghasilkan reactive oxygen species (ROS) untuk
membantu eliminasi Mtb. Tingkat produksi ROS berlebih juga akan menyebabkan
stres oksidatif yang akan menginduksi inflamasi melalui aktivasi NF-kB dan juga
sebaliknya, inflamasi dapat melepaskan ROS. Produksi ROS yang berlebihan akan
lipid yang memiliki efek memperparah fungsi sel (Amaral et al, 2020; Apriasari et
al, 2019; Widiastuti et al, 2019). Infeksi Mtb persisten menyebabkan makrofag
yang terinfeksi Mtb akan mengalami peningkatan peroksidasi lipid, oksidasi DNA,
fungsi efektornya rusak, dan terjadi kematian sel akibat akumulasi ROS yang
signifikan. Gangguan pada makrofag pada tuberkulosis akan berakibat infeksi luka
pada patogen yang tidak difagositosis sehingga terjadi gangguan pada fase
inflamasi dan terhambatnya penyembuhan luka (Amaral et al, 2020; Hidayat et al,
2015).
Asam lemak omega-6 yang terkandung dalam ikan toman yang memiliki turunan
asam arakidonat (AA) dapat berperan sebagai proinflamasi dan antiinflamasi. Asam
al, 2018). Asam arakidonat juga mengatur mengatur enzim 15-LO (15-
inflamasi agar tepat waktu dan tidak berkelanjutan yang dapat membahayakan
proses kerja normal sel dan jaringan sel. Fungsi lipoksin juga dapat melemahkan
Asam lemak omega-3 juga akan bekerja melibatkan mediator anti-inflamasi lainnya
seperti lipoksin, resolving, dan protectin akan memobilisasi sel makrofag untuk
memakan sel neutrofil dan membersihkan sisa proses fagositosis (Apriasari dan
Sinyal dari ROS dan elektrofil menyebabkan disosiasi Nrf2 dari Keap1 dan
dengan sekuens pengatur yang disebut elemen respons antioksidan atau elemen
respon element (ARE). Peningkatan aktivitas SOD dapat menetralkan jumlah ROS
26
yang berlebihan dalam bentuk anion superoksida melalui reaksi katalitik enzim
superoksida dismutase. Nrf2 dalam proses inflamasi juga akan menghambat faktor
Albumin juga akan bereaksi dengan polyunsaturated fatty acid (PUFA) untuk
akibat proses peroksidasi lipid (Apriasari et al, 2019). Albumin yang merupakan
yang mengandung thiol plasma dengan gugus sulfhyhidril akan mengikat ion logam
Fe dan Cu sehingga tidak semua bereaksi dengan H2O2 dan radikal hidroksil (OH)
Variabel Terikat
Variabel Bebas
Jumlah sel makrofag tikus
Ekstrak ikan Toman Wistar (Rattus
(Channa micropeltes) dosis norvegicus) model
16 mL/KgBB, 18 mL/KgBB, tuberkulosis.
dan 20 mL/KgBB.
Variabel Terkendali
• Tikus Wistar (Rattus norvegicus) jenis kelamin jantan, berat 200-300
g, umur 6-8 minggu.
• Tikus Wistar (Rattus norvegicus) diinduksi bakteri Mycobacterium
tuberculosis 60µl (105 bakteri perml) secara intraperitoneal.
• Nutrisi diberikan pakan standar BR2 dan aquabidest dua kali sehari
dan minum air bersih.
• Ekstrak ikan Toman (Channa micropeltes) diberikan secara oral
menggunakan sonde lambung steril.
• Kondisi kandang dalam keadaan bersih dengan suhu 22-25° C.
• Diadaptasikan selama satu minggu dalam suasana laboratorium.
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak ikan Toman (Channa
27
28
Variabel terikat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Jumlah sel makrofag
a. Tikus Wistar (Rattus norvegicus) jenis kelamin jantan, berat 200-300 g, umur
6-8 minggu.
c. Nutrisi diberikan pakan standar BR 2 dan aquabidest dua kali sehari dan
3.2 Hipotesis
sel makrofag pada luka punggung tikus wistar (Rattus novergicus) yang
b. Terdapat perbedaan jumlah sel makrofag pada tikus Wistar (Rattus norvegicus)
ekstrak ikan Toman (Channa micropeltes) dosis 16 mL/Kg BB, 18 mL/Kg BB,
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat true experimental dengan rancangan penelitian post test
only with control group design untuk menganalisis jumlah sel makrofag tikus
4.2.1 Populasi
4.2.2 Sampel
a. Tikus mati.
2007):
(𝑛 − 1)(𝑡 − 1) ≥ 15
29
30
(𝑛 − 1)(4 − 1) ≥ 15
(𝑛 − 1)(3) ≥ 15
3𝑛 − 3 ≥ 15
3𝑛 ≥ 18
𝑛 ≥6
Keterangan:
t = jumlah perlakuan
selama 14 hari.
selama 14 hari.
31
selama 14 hari.
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak ikan Toman (Channa
Variabel Terikat pada penelitian ini adalah jumlah sel makrofag tikus Wistar
a. Tikus Wistar (Rattus norvegicus) jenis kelamin jantan, berat 200-300 g, umur
6-8 minggu.
c. Nutrisi diberikan pakan standar BR2 dan aquabidest dua kali sehari.
d. Ekstrak ikan Toman diberikan secara oral menggunakan sonde lambung steril.
1. Variabel
Bebas
Cairan kuning
Ekstrak ikan atau putih yang
Toman didapat dari Pengukuran mL Rasio
mengukus hasil esktrak
daging ikan ikan Toman
Toman selama menggunakan
±30 menit glass beker 500
dengan suhu 70- ml.
80°C, dicampur
sampai
homogen dan
didapatkan dosis
16 mL/Kg BB,
18 mL/KgBB,
20 mL/KgBB.
2. Variabel
Terikat.
a. Jumlah sel
makrofag Jumlah sel Pengukuran Juta per Rasio
makrofag pada jumlah sel mm3
luka punggung makrofag di
tikus wistar bawah
adalah Jumlah mikroskop
33
3. Variabel
Terkendali
a. Tikus Wistar
(Rattus Tikus Wistar Timbangan g Rasio
norvegicus) yang digunakan digital
sebagai hewan
34
percobaan yang
berusia 6-8
minggu dengan
berat 200-300 g.
Makanan yang
diberikan
kepada tikus - -
c. Nutrisi -
berupa BR2 dan
aquadest steril.
Tikus dipelihara.
d. Kondisi dengan kandang
Celcius Interval
Kandang yang terbuat dari Suhu kandang
material yang diukur dengan
kedap air, kuat, thermometer
dan dibersihkan
2 kali sehari
serta suhu
kandang 22-
◦
25 C yang
terhindar dari
35
matahari, dan
tidak lembab.
2. Mycobacterium tuberculosis
(BNF) 10%, alkohol (85% dan 90%), alkohol absolute, dan xilol.
Water/Aquadest.
Larutan working eosin: stock eosin, aquabidest, etanol, asam asetat glasial.
1. Peralatan pembuatan ekstrak yang terdiri dari alat press Hidrolik alat Centrifuge
PLC Series, beaker glass 500 mL (Pyrex), clean pack, gelas ukur (Pyrex), kain
tabung reaksi (Pyrex), timbangan analitik (Precisa XB 4200C), botol kaca gelap
4. Alat untuk membuat perlakuan yaitu toples transparan, kapas, scalpel dan blade
No. 15.
5. Alat yang digunakan pada hewan coba yaitu, kandang tikus wistar, tempat
7. Alat untuk menimbang berat badan tikus yaitu timbangan analitik laboratorium.
mikrotom, base mould, kaca preparat, kaca objek, alat yang digunakan untuk
Germany).
Kalimantan Selatan. Berat total ikan Toman yang digunakan sebanyak 18 kg.
Sampel ikan Toman dibersihkan terlebih dahulu dari sisik, darah, kepala dan isi
selama ±30 menit dengan suhu 70-80oC. Daging ikan Toman kemudian
reaksi dan disentrifugasi selama 15 menit pada kecepatan 6000 rpm. Hasil
sentrifungasi berupa cairan yang dipisahkan dengan endapan. Ekstrak yang telah
dengan suhu ≤ 4oC untuk mencegah terjadinya kerusakan ekstrak akibat oksidasi
dan kontaminasi.
Sebelum dilakukan penelitian, telah diajukan ke komisi etik (Animal care and
Use Comite) di Fakultas Kedokteran Gigi ULM. Hewan coba sebelum digunakan
perlu dilakukan evaluasi klinis dengan cara dikondisikan dalam lingkungan yang
penyakit.
Tikus sesuai ciri populasi sejumlah ekor diadaptasikan selama 7 hari dalam
kandang yang jauh dari kebisingan, masing masing kandang berisi ekor. Kandang
hewan coba terbuat dari kotak plastik dengan ukuran 30 x 40 x 15 cm, dan ditutup
dengan anyaman kawat yang bisa dilepas sehingga mudah untuk dibersihkan. Alas
38
kandang diberi sekam dan diganti setiap dua hari. Hewan coba diberikan pakan
standar BR2 dan minuman dalam botol 100 ml yang dilengkapi pipa kecil.
tuberculosis)
diberi pakan 2 kali sehari, kemudian berat badan tikus ditimbang setiap hari selama
sebanyak ±20 g.
selama 14 hari.
selama 14 hari.
selama 14 hari.
Pada hari ke-15 tikus pada setiap kelompok dikorbankan dengan diberikan
teknik biopsi eksisional. Daerah biopsi dilakukan pada daerah dermis luka sayatan
dahulu. Setelah dibersihkan bangkai hewan coba akan dibalut dengan kain yang
untuk membuat sediaan histopatologi mukosa bukal tikus dengan tahapan sebagai
berikut:
40
1. Tissue fixation: Daerah sayatan dan jaringan difiksasi dalam larutan Buffer
dalam embedding casset dimuat dalam keranjang dan diputar dengan alat tissue
prossesing + 18 jam dengan tahap berurutan antara lain: Formalin 10% (I)
1 jam, formalin 10% (II) 1 jam, alkohol 85% 1 jam, alkohol 90% (I) 1 jam,
alkohol 90% (II) 1 jam, alkohol absolut (I) 2 jam, alkohol absolut (II) 2 jam,
xylol (I) 2 jam, xylol (II) 2 jam, parafin cair (I) 2 jam, dan parafin cair (II) 3 jam.
yang diisi paraffin cair lalu dilekatkan pada embedding casset sampai dingin,
potong setebal 5 mikron, dipilih hasil potongan yang baik. Hasil potongan
diletakkan di waterbath dengan suhu 37oC-47 oC, dibiarkan hingga tidak ada
pewarnaan Haematoxyllin Eosin (HE) dengan urutan tahap yaitu: 1) xylol (I) 5
menit, 2) xylol (II) 5 menit, 3) xylol (III) 5 menit, 4) alkohol absolut (I) 3 menit, 5)
alkohol absolut (II) 3 menit, 6) alkohol 80% 3 menit, 7) alkohol 70% 3 menit, 8)
Aquabidest/air mengalir sampai bersih, 11) Eosin 5-10 menit, 12) alkohol 70% 3
41
menit, 13) alkohol 80% 3 menit, 14) alkohol absolut (I) 3 menit, 15) alcohol
absolut(II) 3 menit, 16) xylol (I) 5 menit, 17) xylol (II) 5 menit, 18) xylol(III) 5
Pembuatan sediaan HPA dengan melakukan biopsi pada kulit punggung dan
Buffer Formalin (NBF) 10%. Sediaan yang telah difiksasi tersebut ditanam dalam
potongan tipis sediaan tersebut diletakkan diatas slide mikroskop dan dilakukan
ikat area tepi luka yang terdapat sel inflamasi. Sediaan histopatologi diamati
40 kali, 100 kali, dan 400 kali. Makrofag akan dihitung menggunakan pembesaran
400 kali pada 5 lapang pandang. Gambaran sel makrofag nukleusnya nampak
seperti biji kacang atau bentuk ginjal, disekitarnya terdapat granula kecil dan
Gambar 4.1 Skema Penghitungan Jumlah sel Makrofag Tikus Wistar model
tuberkulosis pada Pemberian Ekstrak ikan Toman dosis 16mL/kgBB,
18mL/kgBB, dan 20mL/kgBB.
4.8 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
Data yang diperoleh adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung oleh
peneliti pada subjek penelitian melalui hasil preparat pembuatan histopatologi luka
punggung tikus wistar dengan dihitung jumlah sel makrofagnya. Data dikumpulkan
kemudian dicatat.
Kelompok
1.
2.
3.
4.
5.
6.
44
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan diolah melalui proses editing,
Pengolahan data diproses menggunakan progam computer SPSS 26.0 for Windows.
dilakukan uji homogenitas varian Levene’s Test. Jika data yang diperoleh
terdistribusi normal dan homogen (p>0,05) maka data akan dianalisis parametrik
One-Way Anova dengan tingkat kepercayaan 95% (p=0,05) untuk melihat adanya
pengaruh pemberian kapsul ekstrak ikan Toman terhadap jumlah sel neutrofil dan
monosit yang mengalami perbedaan bermakna. Jika data yang diperoleh tidak
memenuhi salah satu persyaratan analisis parametrik maka dapat dilakukan uji
Akbar J. Potensi dan Tantangan Budi Daya Ikan Rawa (Ikan Hitaman dan Ikan
Putihan) di Kalimantan Selatan: Unlam Press; 2014. p. 77-78.
Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Imunologi Dasar Abbas: Fungsi dan Kelainan
Sistem Imun. 5th Indonesia Edition: Elsevier; 2016.
Amaral EP, Vinhaes CL, Souza DO, Noguiera B, Akrami KM, Andreade BB. The
Interplay Between Systemic Inflammation, Oxidative Stress, and Tissue
Remodeling in Tuberculosis. Antioxidan and Redox Signaling. 2020; 00 (00):
3-9.
Belton M et al. Hypoxia and Tissue Destruction in Pulmonary TB. THORAX. 2016;
71 (12): 8.
Budi AR, Kadri H, Asri A. Perbedaan Kadar Malondialdehid pada Dewasa Muda
Obes dan Non-Obes di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2019; 8 (2): 23-24.
45
46
Fajriani N, Carabelly AN, Apriasari ML. The Effect of Toman Fish Extract
(Channa micropeltes) on Neutrophil in Diabetes Mellitus Wound Healing.
Dentino. 2018; 3 (1): 15-16.
Fitriyani E. Pengaruh Suhu dan Waktu Ekstraksi Ikan Toman (Channa micropeltes)
Menjadi Serbuk Albumin. Jurnal Galung Tropika. 2018; 7 (2): 103.
Hall, JE. 2012. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 12th ed.
Philadelphia; Elsevier.
Minyak Atsiri Temu Putih. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. 2015;1 (2):
131.
Helfman GS, Collete BB, Facey DE, Bowen BW. The Diversity of Fishes. 2nd
Edition. Oxford: Wiley Black-Well; 2009.
Hidayat FK, Elfiah U, Sofiana KD. Jumlah Makrofag pada Luka Insisi Full
Thickness yang Diberi Umbi Bidara Upas (Merremia mammosa (Lour)) pada
Tikus Wistar Jantan. e-Journal Pustaka Kesehatan. 2015; 3 (3): 389.
Khairunnida, Carabelly AN, Apriasari ML. The Effect of Giant Snakehead (Channa
micropeltes) Extract on The Number of Macrophage in Diabetes Melitus
Wound Healing (In Vivo Study on the Back of Male Wistar Rat (Rattus
novergicus). Dentino. 2018; 3 (2): 190-193.
Mescher AL. Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas. 14th ed. Indiana:
McGraw-Hill Education; 2016.
Murdani OJ, Andrie M, Taurina W. Uji Efek Penyembuhan Luka Sayat Ekstrak
Ikan Toman (Channa micropeltes) Secara Oral pada Tikus Jantan Galur
Wistar yang Diinduksi Streptozotocin. Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas
Kedokteran UNTAN. 2016; 3 (1): 5.
Naga SS. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Diva Press (Angota
IKAPI). Jogyakarta; 2014.
Nurdianty AV, Apriasari ML, Carabelly AN. The Effect of Topical Toman
(Channa micropeltes) Fish Extract on The Number of Neutrophil Cells in
48
Diabetes Melitus Wound Healing (In Vivo Study on Male Wistar (Rattus
novergicus) Rat’s Back). Dentino. 2019; 4 (2): 111.
Rosahdi TD, Kusmiyati M, Wijayanti FR. Uji Aktivitas Daya Antioksidan Buah
Rambutan Rapiah dengan Metode DPPH. Jurnal Istek. 2013; 7 (1): 1-2.
Sharma TK, Singh R, Yadav VK. Toxic Effect of Titanium (Tio2) on Wistar Rat
(Rattus norvegicus) Injected by Intravenously. Journal of Materials Sciense
and Nanotechnology. 2015; 3 (1).
Sinaga FA. Stress Oksidatif dan Status Antioksidan pada Aktivitas Fisik Maksimal.
Jurnal Generasi Kampus. 2016; 9 (2): 182.
Sitar ME, Aydin S, Cakatay U. Human Serum Albumin and Its Relation with
Oxidative Stress. Clin Lab. 2013; 59: 4-6.
49
Sura GM, Carabelly AN, Apriasari ML. Aplikasi Ekstrak Haruan (Channa striata)
100% pada Luka Punggung Mencit (Mus musculus) terhadap Jumlah
Neutrophil dan Makrofag. Jurnal PDGI. 2013; 62 (2): 41.
Treuting PM, Dintzis SM, Montine KS. Comparative Anatomy and Histology A
Mouse, Rat, and Human atlas 2nd Edition. London: Academic Press; 2018. p.
3.
Trinaya et al. Pengaruh Teh Kombinasi Bunga Euphorbia Mili dan Propolis
terhadap Jumlah Nodulus Limfatikus dan Diameter Sentrum Germinativum
pada Limpa Mencit yang Diinfeksi Mycobacterium Tuberculosis. E-Jurnal
Medika. 2019; 8 (6): 3.