Anda di halaman 1dari 15

Splinting

Instruktur: drg. R Harry Dharmawan Setyawardhana, M.Kes


Oleh: Gina Maulida Riani Al-Syams (2131111320036)
Jaringan Peridonsium
Periodonsium normal memberikan dukungan yang diperlukan untuk mempertahankan
fungsi gigi. Ini terdiri dari empat komponen utama: gingiva, ligamen periodontal,
sementum, dan tulang alveolar.

(Newman dan Carranza, 2018)


Mobilitas Gigi
• Mobilitas fisiologis adalah pergerakan hingga 0,2 mm secara horizontal dan 0,02
mm secara aksial. Mobilitas di luar rentang fisiologis disebut abnormal atau
patologis. Mobilitas diperkirakan sebagai amplitudo perpindahan mahkota sebagai
akibat dari penerapan gaya tertentu.
• Dua faktor utama yang menentukan derajat mobilitas gigi adalah tinggi jaringan
pendukung dan lebar ligamen periodontal.
• Mobilitas terjadi terutama dalam arah horizontal, meskipun beberapa mobilitas aksi
al terjadi pada tingkat yang lebih rendah.

(Newman dan Carranza, 2018)


Pemeriksaan Mobilitas Gigi
• Sebagai aturan umum, mobilitas dinilai secara klinis dengan memegang gigi
erat-erat di antara pegangan dua instrumen logam atau dengan satu instrumen
logam dan satu jari. Upaya kemudian dilakukan untuk memindahkannya ke segala
arah. Mobilitas abnormal paling sering terjadi secara fasiolingual.

(Newman dan Carranza, 2018)


Derajat Mobilitas Gigi
Mobilitas dinilai menurut kemudahan dan tingkat pergerakan gigi menurut Indeks
Miller sebagai berikut:
a) Mobilitas no. 1: normal

b) Mobilitas no. 2: pergerakan mahkota hingga 1 mm ke segala arah.

c) Mobilitas no. 3: pergerakan mahkota lebih dari 1 mm ke segala arah atau depresi
vertikal atau rotasi mahkota pada soketnya

(Newman dan Carranza, 2018)


Penatalaksanaan Mobilitas Gigi
 Pada kasus gigi mobiliti yang disebabkan inflamasi  emilinasi faktor penyebab inflamas
i seperti scalling dan root planning, penggunaan obat lokal dan sistemik serta terapi pembedah
an.
 Pada kasus gigi mobiliti yang disebabkan karena adanya trauma oklusi  hilangkan faktor p
enyebab terjadinya trauma karena oklusi. Perawatan seperti oklusal grinding, perbaikan terhad
ap kebiasaan parafungsi, stabilisasi gigi dengan menggunakan splin, pemakaian alat ortodonti
dan rekonstruksi oklusal merupakan pilihan perawatan.
 Apabila dukungan terhadap gigi mobiliti tidak diperoleh meskipun telah dilakukan perawata
n  Ekstraksi terhadap gigi mobiliti (gigi goyang) merupakan pilihan terakhir.

(Newman dan Carranza, 2018; Aprillia, 2011)


Splinting
Definisi

 Menurut American Acedemy of Periodontology (AAP) (1996) splint telah


didefinisikan "sebagai aparatus, alat, atau perangkat yang digunakan untuk
mencegah gerakan atau perpindahan bagian yang retak atau bergerak".
 Splinting adalah stabilisasi gigi yang lepas dengan cara mekanis yang
bertujuan untuk meningkatkan perbaikan.
 Splint periodontal adalah alat yang digunakan untuk mempertahankan atau
menstabilkan gigi yang goyang pada posisi fungsional dan fisiologisnya.

(Bhuvaneswari et al, 2019)


Indikasi dan Kontraindikasi Splinting
Indikasi Kontraindikasi

a) Pemulihan fungsi mimik dan kenyamanan pasien


b) Stabilisasi gigi dengan peningkatan mobilitas yang tidak a) Stabilitas oklusal dan kondisi periodontal gigi yang optimal
merespon pada penyesuaian oklusal dan perawatan b) Kebersihan mulut yang buruk
periodontal. c) Jumlah gigi yang kuat tidak mencukupi untuk stabilisasi
c) Memfasilitasi artikulasi oklusal dan perawatan periodontal yang memadai dari gigi bergerak.
pada gigi yang sangat mobile. d) Risiko tinggi berkembangnya karies gigi.
d) Mencegah gigi miring atau gigi pada posisi supra. e) Prognosis oral secara keseluruhan.
e) Stabilisasi gigi setelah perawatan ortodontik. f) Gigi bergerombol dan tidak sejajar.
f) Stabilisasi gigi setelah trauma akut.

(Gerova-Vatsova, 2020)
Klasifikasi Splinting
a. Waktu Pemakaian
1) Splinting Sementara (Temporary) 2) Splinting Semi Permanen atau Splin Diagnostik
Menggunakan kawat pada gigi anterior sebelum operasi dan Dipertahankan dalam waktu tidak terbatas untuk memberi
sesudah operasi 2-3 bulan, memungkinkan istirahat fisiologis kesempatan perbaikan jaringan periodontal dan pengujian
dan mencegah luka kegoyangan yang berlebihan dalam masa prognosa yang meragukan. Indikasi: Kegoyangan gigi yang
penyembuhan. sangat berat dan menganggu pengunyahan
Indikasi:
a) Dipakai sementara atau terbatas waktu tertentu 3) Splinting Permanen
b) Membantu penyembuhan pada waktu perawatan kuretase Splin yang digunakan dalam jangka waktu yang lama.
Digunakan apabila splint sementara dan splin semi permanen
c) Dipakai selama periode perawatan bedah mengalami kegagalan atau tidak menunjukan kemajuan.
d) Dipakai sebagai persiapan pemasangan permanent splint Indikasi: Dipakai dalam waktu terbatas, dipakai untuk stabilisasi
gigi yang goyang tanpa peradangan.
e) Untuk membantu menentukan prognosa yang meragukan

(Newman dan Carranza, 2018)


Klasifikasi Splinting
Bentuk Splint Permanen
1) Splint Permanen Tipe Lepasan Eksternal 2) Splint Permanen Cekat Internal
 Splin permanen lepasan eksternal ini desainnya merupakan
bagian dari gigi tiruan kerangka logam. Splin ini merupakan penggabungan dan restorasi yang
 Splin lepasan tidak boleh digunakan pada gigi-gigi yang
membentuk suatu kesatuan yang kaku dan dilekatkan dengan
mempunyai tendensi besar untuk migrasi, apalagi splin
tersebut hanya digunakan pada malam hari. penyemenan. Splin ini dapat berupa multiple crown, inlay dan
 Pemakaian splin permanen lepasan pada keadaan tidak
mahkota ¾.
bergigi dikombinasikan dengan gigi tiruan.

(Newman dan Carranza, 2018)


Prosedur Splinting
Pemasangan Splin dengan Fiber with resin
1) Gigi dibersihkan dengan pumice
2) Panjang alur diukur dengan wire
3) Fibre dipotong sesuai panjang wire, kemudian diletakkan di atas glassplate
4) Isolasi daerah kerja dengan gulungan kapas
5) Gigi dietsa dengan asam phosporik 30% selama 30 detik, bilas dengan air dan keringkan
6) Lalu aplikasi bonding dan disinar selama10 detik
7) Aplikasi selapis komposit resin flow ke dalam alur
8) Fibre yang telah dipotong dibasahi dengan bonding lalu diletakkan diatas flow composite, dan ditekan-
tekan dengan plastic filling
9) Penyinaran dilakukan bertahap masing-masing gigi dengan cara membatasi sinar dengan cement spatel
ditekan ke interdental gigi
10) Kemudian flow composite diaplikasikan diatas fiber dan dibentuk dengan plastic filling
11) Dilakukan penyinaran masing-masing gigi 20 detik
12) Pemolesan dilakukan bila diperlukan
13) Setelah itu dilakukan penyesuaian oklusal kembali
14) Pasien diinstruksikan tidak makan dan minum, meludah ataupun berkumur selama 1 jam
15) Kontrol pasca splinting 1 minggu

(Newman dan Carranza, 2018)


Prosedur Splinting
Pemasangan Splin dengan Wire with resin

Teknik splinting dengan metode essig:


1) Kawat dibuat dari stainles steel diameter 0,2 mm.
2) Potong wire ligature sesuai dengan yg diperlukan
3) Buat double loop mengelilingi gigi (dari distal gigi pegangan)
4) Adaptasi wire dari incisal ke cingulum
5) Membuat kunci dg memilim (memutar) searah jarum jam
6) Potong wire ligature sepanjang 2 cm, insersikan dari fasial ke arah lingual melalui
interdental tetapi di bawah kontak poin, masukkan ke arah fasial lagi,
7) Pilin, putar searah jarum jam. Potong dan tekan ke arah interdental, jangan smpai melukai
bibir dan gingiva kemudian ditutup komposit supaya estetik lebih baik secara tidak
mengiritasi mukosa bibir dan gingiva.

(Newman dan Carranza, 2018)


Prosedur Splinting
Teknik figure of eight
1. Masukkan kawat dari labial ujung distal gigi penyangga melewati permukaan lingual gigi, lalu masukkan
kembali kawat terbut menuju mesial gigi hingga keluar ke bagian labial gigi,
2. Setelah itu lewati labial gigi seblahnya hingga masukkan kembali kawat terbut ke bagian distal gigi
sebelahnya.
3. Lakukan gerakan tersebut hingga akhir dari ujung gigi penyangga disisi lain.
4. Lalu lakukan gerakan seperti sebelumnya dengan arah sebaliknya menju gigi penyangga yang pertama,
sehingga kawat terbut mengelilingi gigi menyerupai bentuk angka 8.
5. Akhiri figure eight tersebut pada distal gigi penyangga pertama dengan memilin gigi tersebut pada ujung
distal, lalu lipat kedalam sisi interproksimal gigi tersebut.

(Newman dan Carranza, 2018)


Keuntungan dan Kerugian Splinting
Keuntungan Kerugian
 Membantu memulihkan kesehatan periodontal dan
meningkatkan fungsi, kenyamanan, dan estetika.
 Splinting pada gigi geraham sebelum debridement (SRP)
 Akumulasi plak dapat menyebabkan pemeliharaan
dan menghilangkan kemungkinan trauma potensial selama
periodontal lebih lanjut.
intervensi gigi geraham tidak memiliki efek tambahan pada
 Membutuhkan perawatan OHI yang sangat baik.
perawatan
 Jika satu gigi di splin mengalami oklusi traumatis, hal itu
 Prosedur regeneratif menggunakan membran dan cangkok
dapat melukai periodonsium dari semua gigi lain yang
tulang memiliki prediktabilitas yang lebih besar jika
termasuk dalam splin.
pergerakan gigi dihilangkan terlebih dahulu
 Perkembangan karies merupakan risiko yang dapat diterima.
 Memungkinkan kekuatan pengunyahan didistribusikan dari
gigi yang bergerak ke gigi tetap sebelahnya, sehingga
mendapatkan dukungan dari gigi yang "lebih kuat".

(Gerova-Vatsova, 2020; Bhuvaneswari et al, 2019)


Daftar Pustaka
• Bhuvaneswari P, Gowri T, Kumar R, Vanitha. Periodontal Splinting: A Review Before Planning a Splint. Inte
rnational Journal of Applied Dental Sciences. 2019; 5(4): 315-19.
 
• Aprillia A. Peranan Gigi Tiruan sebagai Splin Periodontal. Fakultas Kedokteran Gigi Padjadjaran, Bandung. 2011.

• Gerova-Vatsova T. Periodontal Splinting-An Adjunct to Periodontal Therapy. Scripta Scientifics Medicinae Denta
lis. 2020; 6(1): 7-12.

• Newman M, Carranza FA, Takei H, Klokkevold V. Carranza’s Clinical Periodontology 13th ed. Saunder. Elsevier: Chin
a; 2018.

Anda mungkin juga menyukai