Anda di halaman 1dari 6

DEPARTEMEN PERIODONSIA

RESUME DISKUSI AWAL

SPLINTING

Oleh:

Jennifer Tania

220160100111016

Dosen Pembimbing:

drg. Rudhanton Sidharta, Sp. Perio

Senin, 7 November 2022

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2022
RESUME DISKUSI AWAL SPLINTING

Nama : Jennifer Tania Nama : Phantom


NIM : 220160100111016 Jenis Tindakan : Splinting
Tanggal Diskusi : 7 November 2022 Elemen Gigi : 32 – 42

A. DEFINISI
Splint merupakan alat stabilisasi dan immobilisasi gigi goyah karena suatu lesi, trauma, atau
penyakit periodontal. Prinsip dari pembuatan splint yaitu dengan mengikat beberapa gigi menjadi
satu kesatuan sehingga tekanan dapat didistribusikan ke semua gigi yang diikat. Perawatan
menggunakan alat splint disebut splinting.

B. TUJUAN SPLINTING
• Mengembalikan oklusi fungsional sehingga meningkatkan efisiensi pada fungsi
pengunyahan
• Membagi rata daya kunyah
• Mencegah tipping, migrasi, pergerakan gigi
• Menstabilkan kontak proksimal dan mencegah impaksi makanan
• Memfungsikan gigi goyang
• Memberikan suatu rest (sandaran)
• Mencegah supraerupsi pada gigi yang tidak memiliki gigi antagonis
• Membantu penyebuhan jaringan periodontal setelah terapi bedah

C. PERTIMBANGAN PEMBUATAN SPLINT:


• Panjang akar gigi sandaran 2x gigi yang goyang dan gigi yang dijadikan sandaran
mencakup beberapa gigi sehat/kokoh.
• Syarat gigi penyangga sesuai dengan hukum Ante dimana luas permukaan akar gigi
penyangga harus lebih besar atau sama dengan luas permukaan akar gigi yang mengalami
kegoyangan
• Estetis tidak terganggu
• Oklusi tidak terganggu. Sebelum di splinting bisa cek oklusi terlebih dahulu agar
perlekatan kawat pada posisi yang tepat, karena jika oklusi terganggu maka kawat akan
sering tergigit dan bisa terlepas dan harus di bongkar pasang.
• Fonetik tidak teganggu
• Tidak mengiritasi jaringan lunak, gingival, pipi, bibir dan lidah.
• Mudah dibersihkan.
• Harus dapat menahan gigi dengan kuat dan tidak memberi stress torsional pada gigi yang
dipegangnya.
• Gigi penyangga harus dilihat secara klinis dan radiografis (foto panoramic) untuk
menentukan beberapa gigi yang harus terlibat. Pastikan gigi penyangga tidak ada lesi,
kelainan jaringan periodontal dan kegoyangan.
• Apabila abutment terdekat kurang maka area splinting dapat diperpanjang
• Pada desain splint intrakoronal, parit dibentuk dengan round bur ukuran 0,5 mm dan harus
rata dan segaris.
• Gigi dengan kasus kegoyangan parah disarkankan memakai desain splint intrakoronal agar
stabil
D. INDIKASI SPLINTING
• Gigi goyang sehingga pasien tidak dapat mengunyah dengan nyaman, kegoyangan berupa
goyang moderate hingga advance yang tidak memiliki perubahan setelah dilakukan occlusal
adjustment dan perawatan periodontal lain
• Imobilisasi selama proses penyembuhan pasca perawatan periodontal
• Gigi dengan root resection
• Gigi sandaran yang goyang
• Pasca perawatan orthodonti
• Stabilisasi gigi setelah trauma, subluksasi, avulsi, dan lain-lain

E. KONTRAINDIKASI SPLINTING
- Gigi dengan kerusakan jaringan periodontal yang parah dengan prognosis hopeless disertai
adanya inflamasi pada jaringan periodontal atau trauma oklusal primer
- Jumlah gigi yang sehat diak cukup untuk menstabilkan gigi yang goyang
- Perawatan occlusal adjustment belum dilakukan pada gigi yang mengalami trauma oklusi
- OH Pasien buruk
-
F. JENIS SPLINT

A. Berdasarkan Lamanya Pemakaian


1) Temporer- semi permanen
• Alat untuk mencegah trauma lebih lanjut yang disebabkan oleh trauma oklusi dan
kebiasaan parafungsi.
• Perawatan emergensi bagi gigi yang sangat goyang.
• Alat untuk mengurangi trauma selama terapi periodontitis.
2) Semi permanen - permanen
• Meningkatkan kenyamanan pengunyahan dalam kasus gigi yang sangat goyang
• Menstabilkan gigi selama fase penyembuhan periodontal, terutama setelah perawatan
regeneratif.
• Selama periode observasi sebelum menentukan prognosa jangka panjang
• Memberikan retensi selama perawatan ortodontik
3) Permanen
• Rehabilitasi oral yang kompleks, dimana gigi sandaran goyang, atau hanya sedikit gigi
yang harus mendukung seluruh protesa, terlebih lagi gigi sandaran memiliki jaringan
pendukung yang sedikit.
• Distribusi beban oklusal ketika kebiasaan parafungsi tidak bisa dihilangkan.
• Jika tidak di splint terdapat resiko peningkatan mobilitas gigi dan migrasi gigi
A. Berdasarkan bahan yang digunakan
1) Wire-composite splint
• Kawat lentur yang diadaptasikan pada kurvatur lengkung gigi dan di
fiksasikan ke gigi menggunakan komposit adhesive
2) Resin splint
• Dilakukan dengan pemasangan full resin splint ke permukaan gigi
3) Kevlar/fiber glass splint
B. Berdasarkan penempatannya pada gigi
1) Intrakoronal
Penempatannya perlu mengurangi struktur gigi (pembuatan parit), biasanya
dilakukan pada anterior rahang, posterior (karena penempatannya di oklusal) dan
gigi yang maloklusi parah

B. PROSEDUR SPLINTING
1. Persiapan alat dan bahan untuk splinting:

Alat: Bahan:
- Set diagnostic (Kaca mulut, pinset, - Sarung tangan dan masker
sonde halfmoon, sonde lurus, - Kawat splinting 0.25 mm
ekskavator) - Etsa
- Plastis Filling instrument - Bonding
- Dappen glass - Komposit
- Tools Tray - Bur Poles
- Petridisk - Articulating paper
- Tang potong - Syringe Irigasi
- Burnisher - Cotton pellet
- Needle holder - Cotton roll

2. Persiapan operator (Universal Precaution) memakai masker kemudian sarung tangan


3. Pengaturan posisi kerja operator dan pasien: Pasien berada pada posisi semisupine dengan kepala
bersandar, operator berada di kanan depan pasien
4. Menentukan elemen gigi yang akan dilakukan splinting yaitu gigi 32 – 31 – 41 – 42
5. Membersihkan daerah yang akan dilakukan splinting dari debris dan dental deposit menggunakan
brush dan pumice, irigasi, keringkan.
6. Mengukur panjang kerja menggunakan dental floss atau probe pada sisi bukal/labial gigi-gigi yang
akan di splinting. Pengukuran panjang kerja diukur pada titik kontak terlebar.
7. Mengukur kawat sepanjang dua kali panjang kerja dan lebihkan 1-2 mm dari panjang permkaan
gigi yang akan di splinting lalu potong kawat dengan tang potong.
8. Menekuk kawat menjadi dua bagian lalu dipilin dengan sonde halfmoon dan needle holder. Pilinan
kawat jangan dibuat terlalu halus/rapat dan terlalu longgar agar tidak mudah patah. Pada pilinan
kawat harus terdapat celah yang adekuat sebagai tempat retentifnya kawat dengan komposit.
Penempatan kawat dan komposit pada sisi lingual gigi (gigi geligi anterior) atau oklusal gigi (gigi
posterior)
9. Isolasi dan keringkan area kerja yang akan di splinting
10. Aplikasikan etsa pada gigi yang akan di splinting, tunggu 15-30 detik lalu bilas dan keringkan.
Pastikan area yang telah di etsa sudah berwarna chalky white
11. Reisolasi area kerja
12. Aplikasikan bahan bonding pada area yang telah di etsa, polimerisasi dengan lightcure selama 10-
20 detik
13. Aplikasikan komposit pada permukaan salah satu gigi yang akan di splinting yaitu pada
pertengahan permukaan gigi
14. Meletakkan salah satu ujung kawat sisi tajam terlebih dahulu agar tidak mengiritasi mukosa pada
permukaan gigi yang telah diberi komposit. Kawat diletakkan pada kontur terbesar gigi yaitu pada
area titik kontak agar stabil. Tekan kawat ke dalam komposit dengan plastis filling instrument.
15. Polimerisasi komposit dengan light-cure selama 20-40 detik
16. Ulangi Prosedur hingga seluruh permukaan kawat tertutup komposit dan di polimerisasi
menggunakan lightcure
17. Kelebihan kawat dikurangkan mengggunakan bur highspeed
18. Cek oklusi dengan articulating paper, kurangi apabila ada spot tebal menggunakan fine finishing
bur
19. Polishing dengan bur poles komposit
20. Instruksi pasca splinting:
- Menjaga OH terutama area yang di splinting
- Apabila ada sisa makanan di sela gigi, bersihkan dengan sikat interdental
- Menghindari makanan keras
- Jangan menggigit menggunakan gigi yang telah di splinting
- Segera kontrol ke dokter gigi apabila splint lepas
- Kontrol H+7 untuk evaluasi keluhan pasien apakah ada ketidaknyamanan, rasa sakit,
melakukan pemeriksaan OH, pemeriksaan kondisi splinting, adanya abses/edema pada area
gigi yang di splinting
- Kontrol H+3bulan untuk evaluasi klinis kondisi saat kontrol dengan sebelum dilakukan
splinting (lihat apakah ada resesi/poket), evaluasi foto radiograf saat awal perawatan dan foto
setelah 3 bulan mencakup kondisi densitas tulang, lamina dura, dan ligament periodontal
C. DESAIN SPLINTING

Mengetahui,
Instruktur Diskusi Awal Splinting

drg. Rudhanton Sidharta, Sp. Perio

Anda mungkin juga menyukai