Isi :
Yup, karena sedotan plastik. Bagaimana bisa benda sekecil itu membuat
masalah?
Saat tiba sebuah restoran, baik restoran berkelas maupun pinggir jalan,
pasti kita memesan sebuah minuman. Minuman dingin disebuah gelas kaca yang
berair kemudian sedotan plastik yang tertancap di dalamnya. Seolah - olah gelas
dan sedotan plastik menjadi barang komplementer atau pelengkap yang tidak
dapat dipisahkan.
Setiap tahun sebanyak 8,5 miliar sedotan plastik dibuang. Jumlah ini
berkontribusi pada 150 juta ton plastik dunia di lautan. Keberadaan sampah
plastik ini sering disorot oleh organisasi pecinta lingkungan, Sky Ocean's Rescue
dalam sejumlah kampanye. Kampanye tersebut menyebutkan jutaan burung dan
sekitar 100.000 mamalia laut mati setiap tahun lantaran menyantap dan terjerat
limbah plastik.
Dari data di atas, sudah tidak terhitung lagi jumlah plastik yang digunakan
oleh masyarakat Berau setiap harinya. Industri perhotelan di Berau menjadi
pengguna sedotan plastik terbanyak. Bagaimana tidak, jumlah hotel di Berau
selalu saja selalu bertambah. Hal ini dikarenakan jumlah wisatawan Berau
semakin meningkat setiap tahunnya. Baik wisatawan lokal maupun wisatawan
mancanegara.
Saat ini, masyarakat Berau sudah mulai peduli akan sampah plastik.
Contohnya saja di sekolah saya, SMA Negeri 1 Berau. Kami, mulai tahun 2016
sudah melaksanakan program kewirausahaan. Yang dimana pesertanya adalah
siswa/i kelas X dan XI. Kami dituntut untuk menjadi seorang pelajar sekaligus
berwirausaha. Nah dari itu, banyak teman - teman saya yang memilih untuk
mengolah kembali barang - barang yang tidak terpakai. Misalnya, sedotan
plastik. Hal ini tentu saja menjadi awal yang bagus untuk menjadikan Berau
bebas sampah. Karena, tidak hanya di sekolah saya, program kewirausahaan ini
sudah digerakkan di beberapa sekolah lainnya.
Dan juga, di sekolah saya, ada program Bank Sampah yang telah
dijalankan selama dua tahun hingga sekarang. Dimana, setiap kelas memisahkan
antara sampah botol plastik dengan sampah lainnya. Kemudian, sampah -
sampah dari kelas - kelas tersebut dikumpulkan, lalu ditimbang beratnya. Dan
pada hari tertentu, sampah - sampah tersebut akan diambil oleh Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK). Dan kami? akan menerima imbalan
yang kemudian digunakan untuk hal - hal yang berhubungan dengan lingkungan
di sekolah kami.
Balikpapan sudah menyusun rencana ini sejak bulan maret lalu. Sebab
Kota Balikpapan merupakan daerah yang maju mau peduli terhadap nasib
lingkungan hidupnya. Balikpapan sudah mampu menunjukkan komitmennya
dalam upaya pengurangan kantong plastik. Karena itu Balikpapan dipilih sebagai
kota percontohan pengurangan penggunaan sedotan plastik sekali pakai.
Tentu saja bisa, apabila masyarakat Berau dan Dinas Lingkungan Hidup
dan Kebersihan (DLHK) mau bekerja sama dalam mewujudkan Berau bebas
sampah terutama sedotan plastik.
Tapi saya lebih menyarankan untuk Berau tanpa sedotan. Iya tanpa
sedotan sama sekali. Kalau dipikirkan sekali lagi, kita sebenarnya tidak terlalu
membutuhkan sedotan lho dan bisa meminumnya langsung dari wadahnya.
Memang ada beberapa wadah minuman yang didesain untuk lebih
menggunakan sedotan, namun tidak sedikit pula brand wadah minuman yang
sudah didesain tanpa sedotan untuk meminum isinya. Tak hanya lingkungan saja
yang menerima dampak negatif dari sedotan plastik ini, namun tubuh kita juga.
Salah satunya adalah bisa membuat kriput daerah sekitar bibir kita.
Kebiasaan mengerutkan bibir saat minum dari sedotan lambat laun akan
membuat lipatan di kulit area mulut. Efek lainnya adalah masalah pencernaan
seperti kembung dan rasa tak nyaman di perut akibat gas yang ikut tertelan dan
mengumpul di usus.