Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MATA KULIAH EVALUASI HASIL BELAJAR GEOGRAFI


“Konsep Dasar Keterampilan, Tingkatan Psikomotor/Keterampilan,
Instrumen Penilaian Keterampilan”
Dosen Pengampu: Dra. Nurmala Berutu, M.Pd. dan Mona Adria
Wirda, S.Pd, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. Angeli Oktavia Siregar (3173131006)
2. Bayu Cahyadi Mulya (3171131003)
3. Nuradhayati (3173331037)
4. Saurina Septiani Sitanggang (3172131022)
5. Winda Novita Sari Br Ginting (3173331050)

Kelas: B 2017

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan limpahan berkat dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Konsep Dasar Keterampilan, Tingkatan
Psikomotor/Keterampilan, Instrumen Penilaian Keterampilan”.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan motivasi kepada kami. Dan dengan penyusunan makalah
ini diharapkan kami bisa menambah wawasan dan pengetahuan kami serta pembaca.
Dan apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan baik dari segi
penulisan maupun isi dari penulisannya. Kami sangat membutuhkan kritik dan saran
para pembaca yang bersifat membangun demi penulisan selanjutnya. Harapan kami
semoga apa yang kami sajikan dapat memberikan manfaat dan menambah
pengetahuan bagi seluruh pihak yang membaca.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Medan, 15 Februari 2019

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................1
C. Tujuan Makalah.......................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................2
A. Konsep Dasar Keterampilan...................................................2
B. Tingkatan Psikomotor/Keterampilan....................................3
C. Instrumen Penilaian Keterampilan........................................5
BAB III PENUTUP....................................................................................7
A. Kesimpulan...............................................................................7
B. Saran.........................................................................................8
DAFTARPUSTAKA..................................................................................9

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
belajar tertentu. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson
(1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam
bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar
psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif
(memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku). Hasil belajar kognitif dan
hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta
didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan
makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya.

B. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah pada makalah meliputi:
1. Apa saja konsep dasar keterampilan?
2. Apa saja tingkatan psikomotorik/keterampilan?
3. Bagaimana instrumen penilaian keterampilan?

C. Tujuan Makalah
Setelah membaca makalah ini, diharapkan mampu:
1. Dapat menjelaskan konsep dasar keterampilan.
2. Dapat memahami tingkatan psikomotorik/keterampilan.
3. Dapat memahami instrumen penilaian keterampilan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Keterampilan


Hasil belajar peserta didik dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah,
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan
satu sama lain secara eksplisit. Apapun mata pelajarannya selalu mengandung
tiga ranah itu, namun penekanannya berbeda. Mata pelajaran yang menuntut
kemampuan praktik lebih menitik beratkan pada ranah psikomotor sedangkan
mata pelajaran yang menuntut kemampuan teori lebih menitik beratkan pada
ranah kognitif, dan keduanya selalu mengandung ranah afektif.
Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk di
dalamnya kemampuan menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis, dan
mengevaluasi. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan,
minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah psikomotor adalah ranah yang
berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari,
memukul, dan sebagainya.
Berkaitan dengan psikomotor, Bloom (1979) berpendapat bahwa ranah
psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui
keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Singer
(1972) menambahkan bahwa mata pelajaran yang berkaitan dengan
psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih berorientasi pada gerakan dan
menekankan pada reaksi–reaksi fisik dan keterampilan tangan. Keterampilan
itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau
sekumpulan tugas tertentu.
Menurut Mardapi (2003), keterampilan psikomotor ada enam tahap,
yaitu: gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, gerakan fisik,
gerakan terampil, dan komunikasi nondiskursif. Gerakan refleks adalah
respons motorik atau gerak tanpa sadar yang muncul ketika bayi lahir.
Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah pada keterampilan komplek
yang khusus. Kemampuan perseptual adalah kombinasi kemampuan kognitif
dan motorik atau gerak. Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk
mengembangkan gerakan terampil. Gerakan terampil adalah gerakan yang
memerlukan belajar, seperti keterampilan dalam olah raga. Komunikasi
nondiskursif adalah kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan
gerakan.
Buttler (1972) membagi hasil belajar psikomotor menjadi tiga, yaitu:
specific responding, motor chaining, dan rule using. Pada tingkat specific
responding peserta didik mampu merespons hal-hal yang sifatnya fisik (yang
dapat didengar, dilihat, atau diraba) atau melakukan keterampilan yang
sifatnya tunggal, misalnya memegang raket, memegang bed untuk tenis meja.
Pada motor chaining peserta didik sudah mampu menggabungkan lebih dari
dua keterampilan dasar menjadi satu keterampilan gabungan, misalnya
memukul bola, menggergaji, menggunakan jangka sorong, dan lain-lain. Pada

2
tingkat rule using peserta didik sudah dapat menggunakan pengalamannya
untuk melakukan keterampilan yang kompleks, misalnya bagaimana memukul
bola secara tepat agar dengan tenaga yang sama hasilnya lebih baik.
Dave (1967) dalam penjelasannya mengatakan bahwa hasil belajar
psikomotor dapat dibedakan menjadi lima tahap, yaitu: imitasi, manipulasi,
presisi, artikulasi, dan naturalisasi. Imitasi adalah kemampuan melakukan
kegiatan kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau
diperhatikan sebelumnya. Contohnya, seorang peserta didik dapat memukul
bola dengan tepat karena pernah melihat atau memperhatikan hal yang sama
sebelumnya. Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana
yang belum pernah dilihat tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk
saja. Sebagai contoh, seorang peserta didik dapat memukul bola dengan tepat
hanya berdasarkan pada petunjuk guru atau teori yang dibacanya. Kemampuan
tingkat presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat
sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. Contoh, peserta didik
dapat mengarahkan bola yang dipukulnya sesuai dengan target yang
diinginkan. Kemampuan pada tingkat artikulasi adalah kemampuan
melakukan kegiatan yang komplek dan tepat sehingga hasil kerjanya
merupakan sesuatu yang utuh. Sebagai contoh, peserta didik dapat mengejar
bola kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan
target yang diinginkan. Dalam hal ini, peserta didik sudah dapat melakukan
tiga kegiatan yang tepat, yaitu lari dengan arah dan kecepatan tepat serta
memukul bola dengan arah yang tepat pula. Kemampuan pada tingkat
naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni
kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. Sebagai
contoh tanpa berpikir panjang peserta didik dapat mengejar bola kemudian
memukulnya dengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan target yang
diinginkan.
Untuk jenjang Pendidikan SMA, mata pelajaran yang banyak
berhubungan dengan ranah psikomotor adalah pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan, seni budaya, fisika, kimia, biologi, dan keterampilan. Dengan
kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor
adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam
kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun
hanya sedikit bila dibandingkan dengan ranah psikomotor.

B. Tingkatan Psikomotor/Keterampilan
Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:
1. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar);
2. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar;
3. Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,
membedakan auditif, motoris, dan lain-lain;
4. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan
ketepatan.

3
5. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang kompleks;
6. Kemampuan yang berkenaan dengan komunitas non-decursive seperti
gerakan ekspresif dan interpretatif.
Hasil belajar yang dikemukakan di atas sebenarnya tidak berdiri sendiri,
tetapi selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam kebersamaan.
Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam kadar tertentu
telah berubah pula sikap dan perilakunya.
Carl Rogers berpendapat bahwa seseorang yang telah menguasai tingkat
kognitif perilakunya sudah bisa diramalkan.
Dalam proses belajar-mengajar di sekolah saat ini, tipe hasil belajar
kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang
afektif dan psikomotor. Sekalipun demikian tidak berarti bidang afektif dan
psikomotor diabaikan sehingga tidak perlu dilakukan penilaian.
Yang menjadi persoalan ialah bagaimana menjabarkan tipe hasil belajar
tersebut sehingga jelas apa yang seharusnya dinilai. Tipe hasil belajar ranah
afektif berkenaan dengan perasaan, minat dan perhatian, keinginan,
penghargaan dan lain-lain manakala seseorang dihadapkan kepada objek
tertentu. Misalnya bagaimana sikap siswa pada waktu guru mengajar. Sikap
tersebut dapat dilihat dalam hal:
1. Kemauannya untuk menerima pelajaran dari guru-guru;
2. Perhatiannya terhadap apa yang dijelaskan olehh guru;
3. Keinginannya untuk mendengarkan dan mencatat uraian guru;
4. Penghargaannya terhadap guru itu sendiri; dan
5. Hasratnya untuk bertanya kepada guru.
Sedangkan sikap siswa setelah pelajaran selesai dapat dilihat dalam hal:
1. Kemauannya mempelajari bahan pelajaran lebih lanjut;
2. Kemauannya untuk menerapkan hasil pelajaran dalam praktek
kehidupannya sesuai dengan tujuan da nisi yang terdapat dalam mata
pelajaran tersebut;
3. Senang terhadap guru dan mata pelajaran yang diberikannya.
Kondisi dan karateristik siswa di atas merupakan ciri dari hasil belajar
ranah afektif.
Tipe hasil belajar ranah psikomotor berkenaan dengan keterampilan atau
kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil
belajar ini sebenarnya tahap lanjutan dari hasil belajar afektif yang baru
tampak dalam kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku. Contoh-
contoh hasil belajar ranah afektif di atas dapat menjadi hasil belajar
psikomotor manakala siswa menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu
sesuai dengan makna yang terkandung di dalam ranah afektifnya sehingga
kedua ranah tersebut, jika dilukiskan, akan tampak sebagai berikut:

4
H a s i l B e l a j a r A f e k t i f Has il Belajar Psikomotor
 Kemauan untuk menerima pelajaran dari  Segera memasuki kelas pada waktu guru datang dan duduk paling depan dengan persiapan kebutuhan
guru. belajar.
 Perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan oleh  Mencatat bahan pelajaran dengan baik dan
guru. sistematis.
 P en gh ar ga an s is w a te rh ad ap  Sopan, ramah, dan hormat kepada guru pada saat guru menjelaskan
g ur u. pelajaran.
 Hasrat untuk bertanya kepada  Mengangkat tangan dan bertanya kepada guru mengenai bahan pelajaran yang
guru. belum jelas.
 Kemauan untuk mempelajari bahan pelajaran lebih  Ke perpustakaan untuk belajar lebih lanjut atau meminta informasi kepada guru tentang buku yang harus dipelajari, atau segera membentuk kelompok
lanjut. untuk diskusi.
 Kemauan untuk menerapkan hasil  Melakukan latihan diri dalam memecahkan masalah berdasarkan konsep bahan yang telah diperolehnya atau menggunakannya dalam praktek
pelajaran. kehidupannya.
 Senang tergadap guru dan mata pelajaran yang  Akrab dan mau bergaul, mau berkomunikasi dengan guru, dan bertanya atau meminta saran bagaimana mempelajari mata pelajaran yang
diberikannya. diajarkannya.

Kita mengambil sebuah contoh: Guru IPS mengajarkan topik atau pokok
bahasan “Kependudukan dan Keluarga Berencana” berdasarkan GBPP yang ada
dalam kurikulum Bidang Studi IPS di SMP. Hasil belajar yang diharapkan dicapai
oleh siswa untuk ketiga ranah (kognitif-objektif-psikomotor) pada akhir pelajaran
secara sederhana adalah sebagai berikut:
K o g n i t i f A f e k t i f P s i k o m o t o r
 Menguasai materi kependudukan seperti pertambahan penduduk, sebab-sebab penduduk bertambah, akibat yang dit mbulkan oleh  Hasrat untuk mempelajari lebih banyak masalah kependudukan, kemauan untuk turut serta mengatasi kepadatan penduduk, mendukung upaya yang  Bertanya kepada guru tentang masalah kependudukan, terampil dan dapat membuat grafik jumlah penduduk, membuat poster kependudukan, dapat
pertambahan penduduk. berkena n dengan pengendalian jumlah penduduk. memberi contoh akibat pertambahan penduduk bagi kehidupan manusia.
 Memahami konsep-konsep Keluarga Berencana seperti pengertian dan tujuan KB, konsep NKKBS, program KB di Indonesia, alat-alat  Mendukung program KB, kemauan menunda usia kawin, kemauan untuk berkeluarga kecil, hasrat untuk mengetahui lebih banyak  Memberi penjelasan tentang pentingnya KB pada keluarganya/tetang anya menganjurkan peng una n alat kontrasepsi kepada keluarganya
KB, dan lain-lain. tentang program KB. yang telah menikah.

Hasil belajar afektif dan psikomotor ada yang tampak pada saat proses
belajar-mengajar berlangsung da nada pula yang baru tampak kemudian
(setelah pengajaran diberikan) dalam praktek kehidupannya di lingkungan,
keluarga, sekolah, dan masyaarakat. Itulah sebabnya hasil belajar afektif dan
psikomotor sifatnya lebih luas, lebih sulit dipantau namun memiliki nilai yang
sangat berarti bagi kehidupan siswa sebab dapat secara langsung
mempengaruhi perilakunya.
Ketiga hasil belajar yang telah dijelaskan di atas penting diketahui oleh
guru dalam rangka merumuskan tujuan pengajaran dan menyusun alat-alat
penilaian, baik melalui tes maupun bukan tes.

C. Instrumen Penilaian Keterampilan


Pengukuran ranah psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar
yang berupa penampilan. Namun demikian biasanya pengukuran ranah ini

5
disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus. Misalnya
penampilannya dalam menggunakan termometer diukur mulai dari
pengetahuan merek mengenai alat tersebut, pemahaman tentang alat dan
penggunaannya (aplikasi), kemudian baru cara menggunakannya dalam
bentuk keterampilan. Untuk pengukuran yang terakhir ini harus diperinci
antara lain: cara memegang, cara meletakkan/menyelipkan ke dalam ketiak
atau mulut, cara membaca angka, cara mengembalikan ke dalam tempatnya,
dan sebagainya. Ini semua tergantung dari kehendak kita, asal tujuan
pengukuran dapat tercapai.
Instrumen yang digunakan mengukur keterampilan biasanya berupa
matriks. Ke bawah menyatakan perperincian aspek (bagian keterampilan)
yang akan diukur, ke kanan menunjukkan besarnya skor yang dapat dicapai.
Contoh: Instrumen untuk mengamati keterampilan praktek memasak
(dalam skala 5).
Nama: A …………. Kelas: ……………
No. K e t e r a m p i l a n S k o r
1 2 3 4 5
1 . Terampil menyiapkan alat
2 . Tekun dalam bekerja X
3 . Menggunakan waktu sangat efektif X
4 . Mampu bekerja sama X
5 . Memperhatikan keselamatan kerja X
6 . Memperhatikan kebersihan X
7 . Hasil masakan enak X
Keseluruhan hasil sesuai dengan skor yang diperoleh. Untuk A ini skornya adalah:
5+3+2+3+3+5+ 4 25
= =3,57
7 7

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
belajar tertentu. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson
(1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam
bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar
psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif
(memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku). Hasil belajar kognitif dan
hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta
didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan
makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya.
Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:
1. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar);
2. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar;
3. Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,
membedakan auditif, motoris, dan lain-lain;
4. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan
ketepatan.
5. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang kompleks;
6. Kemampuan yang berkenaan dengan komunitas non-decursive seperti
gerakan ekspresif dan interpretatif.
Pengukuran ranah psikomotor dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang
berupa penampilan. Namun demikian biasanya pengukuran ranah ini
disatukan atau dimulai dengan pengukuran ranah kognitif sekaligus. Misalnya
penampilannya dalam menggunakan termometer diukur mulai dari
pengetahuan merek mengenai alat tersebut, pemahaman tentang alat dan
penggunaannya (aplikasi), kemudian baru cara menggunakannya dalam
bentuk keterampilan. Untuk pengukuran yang terakhir ini harus diperinci
antara lain: cara memegang, cara meletakkan/menyelipkan ke dalam ketiak
atau mulut, cara membaca angka, cara mengembalikan ke dalam tempatnya,
dan sebagainya. Ini semua tergantung dari kehendak kita, asal tujuan
pengukuran dapat tercapai.
Instrumen yang digunakan mengukur keterampilan biasanya berupa
matriks. Ke bawah menyatakan perperincian aspek (bagian keterampilan)
yang akan diukur, ke kanan menunjukkan besarnya skor yang dapat dicapai.

7
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Mohon saran dan
kritikan dari para pembaca.

8
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi


Aksara.
Sudjana, Nana. (2014).Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja
Rosdakarya: Bandung
Sudjono, Anas. (2015). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Rajagrafindo: Jakarta
file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/AHMAD_SAMSUDIN/Evalu
asi_Pembelajaran_Fisika/KATA_KERJA_OPERASIONAL_[Compatibility_Mode].p
df
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/15/penilaian-psikomotorik/

Anda mungkin juga menyukai