Anda di halaman 1dari 13

BAB IV KERJA SAMA NEGARA MAJU DAN BERKEMBANG

Istilah negara maju dan negara berkembang bukanlah sebuah istilah baru, sehingga
perbedaan antara keduanya cukup jelas dengan berbagai penjelasan ahli. Namun konstelasi
geopolitik pasca perang dunia ke-II, terutama dengan berdirinya beberapa negara kawasan,
seperti Masyarakat Ekonomi Eropa, ASEAN, serta munculnya pasar bebar dunia, dan pasar
bebas kawasan, menggeser wacana tentang negara bangsa, sebagai motor penggerak
pembangunan lebih luas pada negara kawasan, dengan perwilayahan yang lebih luas, dan
lebih masif jumlah penghuninya. Wacana ini menjadi lebih gereget untuk dikupas tuntas.

A. Karakteristik dan persebaran negara maju dan berkembang di dunia


Negara maju merupakan istilah khusus yang disematkan kepada negara yang
menikmati standar hidup relatif tinggi di sektor teknologi serta memiliki ekonomi yang
merata. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa negara maju adalah suatu negara
yang rakyatnya mempunyai kualitas hidup dan kesejahteraan tingkat tinggi.Suatu negara bisa
dikatakan maju jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor industri dan jasa. Hasil industrinya
selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sebagian juga untuk komoditas
ekspor;
2. Sektor pertanian juga diusahakan walaupun merupakan kegiatan sampingan, namun
pengolahannya secara intensif dengan menggunakan alat-alat modern;
3. Sumber dayanya mempunyai kualitas sangat tinggi sehingga menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi;
4. Pendapatan per kapitanya tinggi (hampir semua negara maju pendapatan per
kapitanya rata-rata di atas US $ 9.000;
5. Pertumbuhan penduduknya sangat rendah, yaitu rata-rata kurang dari 1% per tahun;
6. Sebagian besar penduduknya tinggal di perkotaan;
7. Tingkat pendidikan tinggi, sehingga sudah tidak dijumpai adanya penduduk yang buta
huruf;
8. Tingkat kemiskinan rendah atau hampir tidak dijumpai penduduk yang miskin, karena
rata-rata penduduk memperoleh penghasilan yang layak untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya;
9. Angka kelahiran dan kematian relatif rendah, sedangkan angka harapan hidup rata-
rata lebih dari 70 tahun.

Jika di tempatkan vis to vis, lawannya  negara maju adalah negara  berkembang.


Negara berkembang adalah kebalikan 180 derajatnya dari negara maju, namun hal ini
bukanlah persoalan hitam dan putih. Dua pendapat dari para ahli tentang ciri negara
berkembang, yaitu menurut Doeljoeni dan Todaro. Berikut pendapatnya :

Doeljoeni (1987) berpendapat bahwa negara berkembang memiliki ciri-ciri antara lain
sebagai berikut:

1. Mayoritas penduduk lebih dari 70% bermata pencaharian di sektor pertanian, kegiatan
industri yang dilakukan berlatar belakang agraris, terutama mengolah hasil pertanian,
perikanan dan kehutanan.
2. Pengolahan pertanian masih menggunakan cara-cara tradisional atau alat-alat yang
sudah ketinggalan zaman.
3. Tingkat kehidupan yang rendah. Kondisi ini berpengaruh terhadap tingkat kesehatan
yang rendah, tingkat kematian tinggi, usia harapan hidup rendah, dan kondisi
perumahan yang kurang layak.
4. Pendidikan formal dan non formal kurang memadai, fasilitas pendidikan yang
terbatas, sehingga tidak semua anak usia sekolah mendapatkan pelayanan pendidikan
dan banyaknya penduduk yang masih buta huruf.
5. Pertumbuhan penduduk tinggi.
6. Belum ada kesetaraan gender, status pria masih dianggap lebih tinggi dibanding
wanita, wanita masih dianggap penduduk kelas dua.
7. Angka beban ketergantungan masih tinggi.
8. Tingkat pengangguran masih tinggi, baik pengangguran terbuka maupun
pengangguran tertutup.
9. Ketergantungan terhadap negara-negara maju tinggi.

Todaro (1994) bahwa negara berkembang mempunyai ciri-ciri antara lain sebagai berikut :

1. Kehidupan yang rendah tampak pada:


- Pendapatan per kapita yang rendah
- Kondisi perumahan yang tidak memadai
- Sarana kesehatan yang terbatas
- Tingkat pendidikan yang rendah
- Tingkat kematian yang tinggi
- Tingkat harapan hidup yang rendah
- Perasaan kacau, tidak menentu dan putus asa
- Tingkat pendapatan yang rendah
- Akibat dari tingkat hidup yang rendah membuat rendahnya tingkat produktivitas
tenaga kerja.

2. Tingkat pertumbuhan dan beban tanggungan tinggi.


- Tingkat kelahiran di negara berkembang tinggi, sedangkan di negara maju rendah (7
orang per 1000 penduduk).
- Bagi negara-negara berkembang masih sulit menekan tingkat pertumbuhan sampai
di bawah 20 per 1000 penduduk.
- Tingkat kelahiran tinggi di negara berkembang (33 per 1000 penduduk),
implikasinya bahwa proporsinya anak di bawah usia 15 tahun hampir separuh dari
penduduk total di negara berkembang. Keadaan tersebut menjadikan beban
tanggungan tinggi.

3. Tingginya tingkat perkembangan dan pengangguran semu


- Pengangguran semu (Under Employment) ditujukan oleh orang-orang pedesaan dan
perkotaan yang bekerja tetapi kurang yang dapat mereka kerjakan (harian, mingguan
atau musiman). Pengangguran semu ini juga termasuk mereka yang biasanya bekerja
secara penuh tetapi produktivitasnya rendah.
- Pengangguran terbuka (Open Employment), yaitu orang-orang yang mampu dan
sangat ingin bekerja tetapi tidak ada pekerjaan yang tersedia bagi mereka.
- Ketergantungan terhadap produksi pertanian dan sektor produk primer
- 80% penduduk negara berkembang bermukim di pedesaan, sedangkan negara-
negara maju kurang dari 30%.
- 69% penduduk negara berkembang tenaga kerja bekerja di sektor pertanian,
sedangkan negara maju hanya 18%.
- Kontribusi sektor pertanian terhadap GNP adalah sekitar 30% untuk negara
berkembang sedangkan negara maju 5%.
- Pada umumnya perekonomian negara berkembang berorientasi produk-produk
primer (makanan, bahan baku, bahan bakar, dan bahan logam) sebagai ekspor utama
yang memberi kontribusi 70%.

Bank Dunia membuat sistem klasifikasi negara berkembang dan negara maju dengan
membagi 125 negara berpenduduk lebih dari satu juta orang (> 1.000.000 orang) ke dalam
empat katagori sesuai dengan tingkat pendapatan per kapita. klasifikasi itu adalah sebagai
berikut:

1. negara-negara berpendapatan rendah (low income) dengan GNP per kapita US$ 1,025


atau lebih rendah;
2. negara-negara berpendapatan menengah rendah (lower middle-income)dengan GNP
per kapita US$1,026 – 4.035;
3. negara-negara berpendapatan menengah tinggi (upper middle income)dengan GNP
per kapita US$4,036 – 12,475 dan;
4. negara-negara berpendapatan tinggi (high income) dengan GNP per kapita US$12.476
atau lebih.

Development Policy and Analysis Division (DPAD) dari Department of Economic and
Social Affairs of the United Nations Secretariat (UN/DESA). Mengklasifikasikan negara di
dunia dalam tiga katagori:

1. Developed economies (Negara Ekonomi Maju)


2. Economies in transition (Negara dalam Transisi Ekonomi)
3. Developing economies (Negara Ekonomi Berkembang)

B. Regionalisasi Kawasan Dunia Berdasarkan Pusat Pertumbuhan Ekonomi


Kenichi Ohmae, seorang ilmuan Jepang meramalkan bahwa Negara bangsa pada era
globalisasi mendapatkan tantangan besar dengan kehadiran Negara kawasan. Fungsi Negara
dengan batas-batas teritorialnya pada era globalisasi batas-batas tersebut menjadi kabur.
Pembentukan Negara kawasan menjadi tren baru bagi Negara-Negara untuk ekspansi pasar
dan lebih menyejahterakan rakyatnya. Proses regionalisasi dunia kini telah sampah pada
tahap yang mendekati masif. Proses regionalisasi menitikberatkan pada proses otonomi
menyangkut interdependensi antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya di dunia.
Terbentuknya organisasi internasional yang beranggotakan beberapa Negara dan mencakup
badan geopolitik yang operasinya tidak memandang batas Negara-bangsa. Keanggotaannya
ditentukan oleh batas geografi tertentu seperti benua atau batas geopolitik seperti blok
ekonomi. Organisasi kawasan didirikan untuk mendorong kerja sama dan integrasi politik
dan ekonomi atau dialog antarNegara atau antar lembaga dalam satu wilayah geografis atau
geopolitik tertentu. Organisasi ini menggambarkan pola pembangunan dan sejarah yang
muncul sejak akhir Perang Dunia II serta fragmentasi di dalam globalisasi. Sebagian besar
organisasi kawasan bekerja sama dengan organisasi-organisasi multilateral seperti
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Meski organisasi kawasan kadang disebut organisasi
internasional, istilah organisasi kawasan dianggap lebih masuk akal karena menekankan
cakupan keanggotaannya yang lebih terbatas. Beberapa regionalisasi kawasan dunia antara
lain:

1. Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) / Uni Eropa (European Union)


Masyarakat Ekonomi Eropa (European Economic Community atau EEC) adalah organisasi
kawasan yang bertujuan menyatukan ekonomi Negara-negara anggotanya. Organisasi ini
dibentuk melalui Perjanjian Roma tahun 1957. Setelah Uni Eropa (UE) dibentuk tahun 1993,
MEE disatukan dan berganti nama menjadi Masyarakat Eropa (EC). Pada tahun 2009, semua
lembaga MEE dileburkan menjadi Uni Eropa. Tujuan awal Masyarakat Ekonomi Eropa
adalah memperkenalkan integrasi ekonomi, termasuk pasar bersama dan persatuan cukai,
antara enam negara pendirinya: Belgia, Perancis, Italia, Luksemburg, Belanda dan Jerman
Barat. EEC mencakup sejumlah lembaga, termasuk Masyarakat Batu Bara dan Baja Eropa
(ECSC) dan Masyarakat Tenaga Atom Eropa (EURATOM), dan menjadi bagian dari
Masyarakat-Masyarakat Eropa di bawah Perjanjian Penyatuan 1965 (Perjanjian Brussels).
Pada tahun 1993, pasar tunggal sempurna atau pasar internal terbentuk sehingga barang,
modal, jasa, dan penduduk dapat bergerak bebas di dalam EEC. Tahun 1994, pasar internal
diresmikan oleh perjanjian EEA. Perjanjian ini juga memperluas cakupan pasar internal
hingga sebagian besar negara anggota Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa dan membentuk
Kawasan Ekonomi Eropa yang mencakup 15 Negara. Setelah Perjanjian Maastricht
diberlakukan tahun 1993, EEC berganti nama menjadi Masyarakat Eropa untuk menunjukkan
bahwa organisasi ini ikut mengurus kebijakan non-ekonomi. Menurut perjanjian itu, tiga
kelompok masyarakat Eropa, termasuk EC, secara kolektif membentuk pilar pertama dari tiga
pilar Uni Eropa. EC dibubarkan lewat Perjanjian Lisbon tahun 2009; perjanjian ini juga
meleburkan semua lembaga EC ke dalam kerangka UE dan menjamin bahwa UE akan
“menggantikan dan melanjutkan Masyarakat Eropa”.
UE adalah kelompok 28 Negara independen yang unik dengan sekitar 510,1 juta warga yang
tinggal dalam batas wilayahnya. Negara-negara anggota terikat dalam UE melalui traktat
yang telah ditandatangani. Semua traktat harus disepakati oleh masing-masing Negara
Anggota dan kemudian diratifikasi oleh baik parlemen nasional atau melalui referendum.

Negara anggota  UE antara lain: Negara pemrakarsa (Belgia, Jerman, Prancis, Italia,
Luksemburg, Belanda, tahun 1958),  masuk tahun 1973, Denmark, Irlandia, Inggris Raya,
tahun 1981, Yunani, tahun 1986, Spanyol dan Portugal, tahun 1995, Austria, Finlandia,
Swedia, tahun 2004 masuk 10 negara yaitu Republik Ceko, Estonia, Siprus, Latvia,
Lithuania, Hongaria, Malta, Polandia, Slovenia, dan Slowakia, tahun 2007 bergabung
Rumania dan Bulgaria, dan terakhir tahun 2013 Kroasia. Menurut situs
resminya, https://europa.eu, Area Schengen adalah salah satu pencapaian terbesar UE. Ini
adalah area tanpa batas internal, area di mana warga Negara UE, banyak warga Negara non-
UE, pelaku bisnis dan wisatawan dapat dengan bebas bersirkulasi tanpa harus menjalani
pemeriksaan perbatasan. Sejak tahun 1985,  Area Schengen secara berangsur-angsur tumbuh
dan mencakup hampir semua Negara-Negara Uni Eropa dan beberapa Negara non-UE yang
terkait. Schengen Area, adalah nama yang diberikan sebagai hasil dari “Perjanjian Schengen”
yang menandakan sebuah zona di mana 26 Negara Eropa yang berbeda, mengakui
penghapusan perbatasan internal mereka dengan Negara-Negara anggota yang lain, untuk
pergerakan orang, barang, jasa, dan modal yang bebas dan tidak terbatas. Juga kerja sama
memerangi kriminalitas dengan memperkuat sistem peradilan umum dan kerja sama
kepolisian. Pencapaian yang lain adalah UE adalah di gulirkan mata uang euro, sebagai alat
pembayaran digunakan oleh hampir 340 juta warga Uni Eropa, manfaat mata uang tunggal
semua orang:

1. orang tidak lagi perlu mengubah uang ketika bepergian atau melakukan bisnis di
kawasan euro, menghemat waktu dan biaya transaksi;
2. biayanya jauh lebih sedikit (atau tidak sama sekali) untuk melakukan pembayaran
lintas batas;
3. konsumen dan bisnis dapat membandingkan harga dengan lebih mudah, yang
mendorong bisnis mengenakan harga lebih tinggi untuk menurunkan harga.

2. ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN
Economic Community (AEC)
Pada situs  reseminya: http://asean.org The Association of Southeast Asian Nations, 
atau disingkat  ASEAN didirikan pada tanggal pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok,
Tailand dengan  ditandatanganinya deklarasi Bangkok (ASEAN Declarations) oleh  para 
pendiri ASEAN,  yaitu atas nama Negara Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan
Tailand. Kemudian Brunai Darussalam bergabung 7 Januari 1984, Vietnam 28 Juli 1995,
serta Laos  dan Myanmar pada  tanggal 23 Juli 1997, kemudian Kamboja tanggal 30 April
1999. Pada sidang petama ASEAN, pembicara  pertama Narciso Ramos, perwakilan dari
Filipina dengan tegas mengatakan:
“Ekonomi yang terpecah-belah di Asia Tenggara,” katanya, “(dengan) masing-masing
Negara mengejar tujuannya sendiri yang terbatas dan membuang sumber dayanya yang
sedikit-sedikit dalam tumpang tindih atau bahkan upaya yang bertentangan dari Negara-
Negara saudara membawa benih-benih kelemahan dalam ketidakmampuan mereka untuk
tumbuh dan ketergantungan yang mengabdikan diri pada Negara-Negara industri maju.
ASEAN, oleh karena itu, dapat memobilisasi potensi yang masih belum terjamah di kawasan
kaya ini melalui aksi persatuan yang lebih substansial. ”

Tepat 10 tahun setelah MEE berdiri,  Negara-Negara di Asia Tenggara  membentuk  ASEAN 
sebagai sebuah persatuan Negara kawasan untuk menjalin kebersamaan dalam pembangunan.
Tujuan pendirian ASEAN antara lain:

1. Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan


budaya di kawasan melalui upaya bersama dalam semangat kesetaraan dan kemitraan
dalam rangka memperkuat landasan bagi komunitas Asia Tenggara yang sejahtera dan
damai;
2. Untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas regional melalui kepatuhan
menghormati keadilan dan supremasi hukum dalam hubungan di antara Negara-
Negara kawasan dan ketaatan pada prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-
Bangsa;
3. Untuk mempromosikan kolaborasi aktif dan bantuan timbal balik dalam hal-hal yang
menjadi kepentingan bersama di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknis, ilmiah, dan
administratif;
4. Untuk memberikan bantuan satu sama lain dalam bentuk pelatihan dan fasilitas
penelitian di bidang pendidikan, profesional, teknis dan administratif;
5. Berkolaborasi dengan lebih efektif untuk pemanfaatan pertanian dan industri yang
lebih besar, perluasan perdagangan, termasuk studi tentang masalah perdagangan
komoditas internasional, peningkatan fasilitas transportasi dan komunikasi mereka
dan peningkatan standar hidup masyarakat mereka;
6. Untuk mempromosikan studi Asia Tenggara; dan
7. Untuk memelihara kerja sama yang erat dan menguntungkan dengan organisasi
internasional dan regional yang ada dengan tujuan dan tujuan yang sama, dan
menjelajahi semua jalan untuk kerja sama yang lebih erat di antara mereka sendiri.

Pada tahun 2015  resmi dibentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN
Economic Community (AEC), ini merupakan tonggak utama dalam agenda integrasi
ekonomi regional di ASEAN, menawarkan peluang dalam bentuk pasar yang besar sebesar
US $ 2,6 triliun dan lebih dari 622 juta orang. Pada tahun 2014, AEC secara kolektif adalah
masyarakat ekonomi terbesar ketiga di Asia dan ketujuh terbesar di dunia. Pada KTT
ASEAN  Ke 27, tanggal 22 November 2015 berhasil dibaut sebuah blueprint MEA tahun
2008 hingga 2025. Blueprint MEA 2025 ditujukan untuk mencapai visi MEA pada 2025 yang
sangat terintegrasi dan kohesif; kompetitif, inovatif dan dinamis; dengan peningkatan
konektivitas dan kerja sama sektoral; dan komunitas yang lebih tangguh, inklusif, dan
berorientasi pada individu (orang-orang), yang terintegrasi dengan ekonomi global. Kawasan
Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) kini telah mapan. Negara Anggota ASEAN telah
membuat kemajuan signifikan dalam menurunkan tarif intra-regional melalui Skema The
Common Effective Preferential Tariff (CEPT) untuk AFTA. Lebih dari 99 persen produk
dalam Daftar Inklusi CEPT (IL) ASEAN-6, yang terdiri dari Brunei Darussalam, Indonesia,
Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand, telah diturunkan ke kisaran tarif 0-5 persen.

Kepala Negara dan Pemerintahan ASEAN memutuskan untuk mendirikan Kawasan


Perdagangan Bebas ASEAN atau AFTA pada tahun 1992. Tujuan AFTA adalah untuk
meningkatkan keunggulan kompetitif kawasan ASEAN sebagai basis produksi yang
ditujukan untuk pasar dunia. Langkah penting dalam arah ini adalah liberalisasi perdagangan
melalui penghapusan tarif dan hambatan non-tarif di antara anggota ASEAN. Kegiatan ini
telah mulai berfungsi sebagai katalis untuk efisiensi yang lebih besar dalam produksi dan
daya saing jangka panjang. Terlebih lagi, ekspansi perdagangan intra-regional memberi
konsumen ASEAN pilihan yang lebih luas dan produk konsumen berkualitas lebih baik.

Negara-negara anggota bekerja menuju penghapusan total bea masuk impor pada semua
produk untuk mencapai tujuan akhir dari kawasan perdagangan bebas. Dewan AFTA telah
sepakat bahwa tanggal target untuk mencapai tujuan ini akan berada di tahun 2015 untuk
enam Negara Anggota ASEAN yang asli dan 2018 untuk Anggota baru. Langkah ini
diharapkan untuk menciptakan pasar yang terintegrasi di mana ada arus barang bebas di
kawasan ini. Penghapusan total bea impor akan mencapai dampak maksimum dalam
meningkatkan daya saing ekonomi wilayah ASEAN vis-à-vis seluruh dunia.

3. Asia-Pasific Economic Cooperation (APEC)


Pada  situs resminya: https://www.apec.org, The Asia-Pacific Economic Cooperation
(APEC) adalah forum ekonomi regional yang berdiri pada tahun 1989 untuk meningkatkan
saling ketergantungan di Asia-Pasifik. 21 anggota APEC memiliki visi untuk menciptakan
kemakmuran yang lebih besar bagi masyarakat di wilayah ini dengan mendorong
pertumbuhan yang seimbang, inklusif, berkelanjutan, inovatif dan aman serta dengan
mempercepat integrasi ekonomi regional. APEC mengharuskan pergerakan barang, jasa,
investasi dan orang bergerak dengan mudah melintasi perbatasan. Anggotanya memfasilitasi
perdagangan ini melalui prosedur kepabeanan yang lebih cepat. Iklim bisnis yang lebih
menguntungkan di belakang perbatasan, dan menyelaraskan peraturan dan standar di seluruh
kawasan. Misalnya, permasalahan APEC untuk menyinkronkan sistem regulasi, ini adalah
langkah kunci untuk mengintegrasikan ekonomi Asia-Pasifik. Suatu produk dapat lebih
mudah diekspor hanya dengan satu set standar umum. APEC bekerja untuk membantu semua
penduduk Asia-Pasifik berpartisipasi dalam pertumbuhan ekonomi. Misalnya, proyek-proyek
APEC menyediakan pelatihan keterampilan digital untuk masyarakat pedesaan dan
membantu perempuan pribumi mengekspor produk mereka ke luar negeri. Mengakui dampak
perubahan iklim, anggota APEC juga melaksanakan inisiatif untuk meningkatkan efisiensi
energi dan mempromosikan pengelolaan sumber daya hutan dan laut yang berkelanjutan. 21
negara anggota APEC adalah Australia; Brunei Darussalam; Kanada; Chili; Republik Rakyat
Cina; Hong Kong, Cina; Indonesia; Jepang; Republik Korea; Malaysia; Meksiko; Selandia
Baru; Papua Nugini; Peru; Orang Filipina; Federasi Rusia; Singapura; Chinese Taipei;
Thailand; Amerika Serikat; Viet Nam.

4. North American Free Trade Agreement (NAFTA)


Pada tahun 1994, Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) mulai
berlaku, menciptakan salah satu zona perdagangan bebas terbesar di dunia dan meletakkan
fondasi untuk pertumbuhan ekonomi yang kuat dan meningkatkan kemakmuran bagi Kanada,
Amerika Serikat, dan Meksiko. Sejak itu, NAFTA telah menunjukkan bagaimana
perdagangan bebas meningkatkan kekayaan dan daya saing, memberikan manfaat nyata bagi
keluarga, petani, pekerja, produsen, dan konsumen. Apa saja yang dilakukan NAFTA antara
lain: Pertama, NAFTA memberikan status negara yang paling disukai kepada semua negara
penanda tangan perjanjian. Itu berarti negara harus memberikan semua pihak perlakuan yang
sama, termasuk investasi langsung asing. Mereka tidak bisa memberikan perlakuan yang
lebih baik kepada investor domestik daripada investor asing. Mereka tidak dapat menawarkan
kesepakatan yang lebih baik kepada investor dari negara non-NAFTA. Pemerintah juga harus
menawarkan kontrak federal untuk bisnis di ketiga negara NAFTA. Kedua, NAFTA
menghilangkan tarif impor dan ekspor antara ketiga negara. Tarif pajak yang digunakan
untuk membuat barang-barang asing menjadi lebih mahal. NAFTA membuat aturan khusus
untuk mengatur perdagangan produk pertanian, mobil, dan pakaian. Ini juga berlaku untuk
beberapa layanan, seperti telekomunikasi dan keuangan. Ketiga, eksportir harus mendapatkan
Surat Keterangan Asal untuk membebaskan tarif. Hal itu berarti bahwa ekspor harus berasal
di Amerika Serikat, Kanada atau Meksiko. Jika, sebuah produk yang dibuat di Peru tetapi
dikirim dari Meksiko masih akan membayar kewajiban ketika masuk ke Amerika Serikat atau
Kanada. Keempat, NAFTA menetapkan prosedur untuk menyelesaikan sengketa
perdagangan. Bab 52 melindungi bisnis dari praktik yang tidak adil. Sekretariat NAFTA
memfasilitasi penyelesaian informal antara semua pihak. Jika ini tidak berhasil, maka
dibentuk panel untuk meninjau sengketa, ini akan membantu semua pihak untuk menghindari
tuntutan hukum yang mahal di pengadilan setempat. Kemudian ini membantu semua pihak
menafsirkan aturan dan prosedur NAFTA yang rumit. Perlindungan sengketa perdagangan ini
berlaku untuk investor juga. Kelima, semua negara NAFTA harus menghormati paten, merek
dagang, dan hak cipta. Pada saat yang sama, perjanjian memastikan bahwa hak kekayaan
intelektual ini tidak mengganggu perdagangan. Keenam, perjanjian ini memberi kemudahan
bagi para pelancong bisnis di seluruh ketiga negara.
C. Bentuk-Bentuk Kerja Sama Negara Maju Dan Berkembang Di Dunia
Setelah perang dunia II usai, kehancuran ekonomi negara-negara Eropa sangat masif
terjadi. Untuk pemulihan ekonomi negara-negara Eropa, Amerika Serikat memiliki program
yang dikenal dengan istilah Marshal Pan. Program ini sebenarnya memiliki nama resmi
European Recovery Program (ERP), atau Program Pemulihan Eropa. Nama  Marshal di ambil
dari nama sekretaris negara Amerika Serikat yang menggelontorkan program tersebut.
Selama empat  tahun sejak 1948 hingga 1951 Amerika  Serikat telah menggelontorkan $13
milyar, atau nilainya saat ini adalah $115 milyar. Ekonomi negara-negara Eropa yang hancur
akibat perang berhasil pulih dengan cepat. Marshal Plan adalah satu contoh bantuan luar
negeri yang amat sukses. Kemudian program-program yang mirip dengan Marshal Plan
banyak diadopsi untuk negara dan  wilayah-wilayah lain di dunia. Efek dari program ini pula
awal terbentuknya Masyarakat Ekonomi Eropa. Pada saat yang hampir bersamaan, juga
terjadi perluasan gerakan Komunisme sedunia yang dipelopori oleh Uni Soviet. Paska Perang
Dunia II, Uni Soviet mampu memperluas pengaruh politiknya mulai Eropa Timur hingga
Asia yaitu Cina dan Korea. Hal ini menciptakan dua arus Besar yang saling berusaha mencari
pengaruh di dunia yaitu, Amerika Serikat dengan Kapitalismenya dari Barat, dan Uni Soviet
dengan Komunisme-nya dari Timur. Ketika Uni Soviet telah berhasil Memperluas
pengaruhnya hingga Eropa Timur dan Asia (Cina dan Korea), membuat Amerika Serikat juga
mencari pengaruh politiknya ke belahan dunia lain, selain Eropa Barat. Upaya yang
dijalankan Amerika ini sebagai bentuk pembendungan penyebaran Ideologi komunisme Uni
Soviet (Suwarsono, 2006).

Sebagai bentuk kerja sama negara maju dan negara dunia ketiga (berkembang),
banyak pula digunakan model program seperti Marshal Plan. Seperti yang terjadi di
Indonesia, pembangunan yang dilaksanakan pemerintahan Soeharto sangat dipengaruhi oleh
Mazhab pembangunan yang menjadi tren ketika itu. Model pembangunan yang dipilih ketika
itu yaitu pembangunan dengan perspektif modernisasi. Model pembangunan yang diterapkan
pada pemerintahan Soeharto memang tidak bisa dilepaskan dari sejarah Marshall Plan.
Dimana banyak Negara Dunia Ketiga, termasuk Indonesia menganut model pembangunan
yang diadopsi dari model pembangunan negara maju. Dari akhir perang hingga akhir tahun
1953, AS memberikan hibah dan kredit sebesar $ 5,9 miliar ke negara-negara Asia, terutama
China / Taiwan ($ 1,051 miliar), India ($ 255 juta), Indonesia ($ 215 juta), Jepang ($ 2,44)
miliar), Korea Selatan ($ 894 juta), Pakistan ($ 98 juta) dan Filipina ($ 803 juta). Selain itu, $
282 juta lainnya juga di datangkan ke Israel dan $ 196 juta ke seluruh Timur Tengah. Semua
bantuan ini terpisah dari Marshall Plan.

Model pembangunan ini akhirnya banyak mendapatkan kritik, karena berdampak


pada ketergantungan dunia ketiga pada negara-negara maju yang tidak pernah selesai. Seperti
yang dikemukakan oleh para pemikir Dependency Theory. Yang terjadi pada Eropa pasca
perang dunia ke-II, berbeda kondisinya dengan yang ada pada dunia ketiga. Meskipun hancur
karena perang, bangsa Eropa telah memiliki fondasi sumber daya manusia dan etika ekonomi
yang kuat, sehingga proses pembangunan Eropa jauh lebih mudah, sedang dunia ketiga tidak
memiliki kondisi seperti itu. Terbentuknya masyarakat konsumsi tinggi seperti tingkatan
masyarakat tertinggi dalam teori Rostow:

Traditional society. This is an agricultural economy of mainly subsistence farming,


little of which is traded. The size of the capital stock is limited and of low quality resulting in
very low labor productivity and little surplus output left to sell in domestic and overseas
markets Pre-conditions for take-off. Agriculture becomes more mechanized and more output
is traded. Savings and investment grow although they are still a small percentage of national
income (GDP). Some external funding is required – for example in the form of overseas aid
or perhaps remittance incomes from migrant workers living overseas Take-off.
Manufacturing industry assumes greater importance, although the number of industries
remains small. Political and social institutions start to develop – external finance may still be
required. Savings and investment grow, perhaps to 15% of GDP. Agriculture assumes lesser
importance in relative terms although the majority of people may remain employed in the
farming sector. There is often a dual economy apparent with rising productivity and wealth in
manufacturing and other industries contrasted with stubbornly low productivity and real
incomes in rural agriculture. Drive to maturity. Industry becomes more diverse. Growth
should spread to different parts of the country as the state of technology improves – the
economy moves from being dependent on factor inputs for growth towards making better use
of innovation to bring about increases in real per capita incomes Age of mass consumption.
Output levels grow, enabling increased consumer expenditure. There is a shift towards
tertiary sector activity and the growth is sustained by the expansion of a middle class of
consumers.

Selain dalam bentuk hutang modal, kerja sama negara berkembang dan negara maju
juga terjadi dalam bentuk perdagangan internasional, baik barang ataupun jasa. Negara
berkembang banyak mengimpor barang-barang primer seperti hasil pertanian dan
pertambangan, negara-negara maju memperdagangkan produk teknologi dan jasa ahli dan
konsultan pembangunan. Selain itu juga pertukaran sarana dan prasarana atau faktor
produksi; tenaga kerja, teknologi, dll. Dapat ditarik kesimpulan bahwa kerja sama ekonomi
internasional adalah kerja sama ekonomi yang timbul karena perdagangan internasional,
pertukaran sarana dan prasarana produksi, dan hubungan hutang piutang yang dilakukan oleh
suatu negara dengan negara-negara lain, termasuk hubungan antar penduduk dari berbagai
negara.

D. Bentuk Kerjasama Internasional


Berdasarkan Letak Geografis; Kerjasama Ekonomi Internasional, kerjasama negara-
negara dari berbagai belahan dunia. Contohnya, Kerjasama di bawah naungan PBB, IMF,
ECOSOC, dan IBRD. Kerja sama ekonomi regional, adalah bentuk kerja sama beberapa
negara dari suatu kawasan atau wilayah tertentu. Contohnya adalah: UE, AFTA, NAFTA dll.
Kerjasama Ekonomi Interregional, kerjasama yang dilakukan oleh negara-negara yang berada
di suatu kawasan dengan negara-negara di kawasan lainnya. Contohnya adalah, Kerjasama
ASEAN dengan UE. Berdasarkan Banyak Negara Peserta: (1) Kerjasama Ekonomi
Bilateral, kerjasama yang hanya melibatkan dua negara. Seperti kerjasama Indonesia-
Tiongkok, kerjasama Amerika Serikat-Jepang. (2) Kerjasama Ekonomi
Multilateral, kerjasama yang melibatkan lebih dari dua negara. Berdasarkan Tujuan dan
Lapangan Usaha: (1) Berdasarkan Tujuan yang Sama. Contohnya adalah Consultative Group
on Indonesia (CGI); kelompok negara yang memberikan bantuan dan pinjaman untuk
pembangunan ekonomi Indonesia. Terdiri dari Jepang, Australia, Belgia, Italia, Jerman Barat,
Inggris, Kanada, dan Prancis. Atau Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD); kerjasama antar negara yang beranggotakan 21 negara-negara maju
yang bekerjasama dan memberikan bantuan untuk pembangunan negara berkembang. (2)
Berdasarkan Lapangan Usaha yang Sama. Contohnya, Organization of Petroleum Exporting
Countries (OPEC), yaitu organisasi negara-negara pengekspor minyak, seperti: Arab Saudi,
Indonesia, dan Venezuela. Atau Asian and Pacific Coconut Community (APCC), yaitu
kerjasama negara penghasil kelapa di Asia dan Pasifik.
E. Dampak Pasar Bebas Terhadap Indonesia
Adam Smith, seorang filsuf dan pelopor ilmu ekonomi modern berpandangan bahwa pasar
bebas adalah suatu sistem ekonomi dimana seluruh kegiatan ekonomi mulai dari produksi,
distribusi, dan konsumsi diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Atau pasar
persaingan sempurna dalam istilah ekonomi, sebagai pasar dengan banyak penjual dan
pembeli, serta aneka ragam barang yang perdagangkan, berseberangan dengan pasar
monopoli atau pasar oligopoli. Lebih luas dari makna pasar persaingan sempurna, pasar bebas
memiliki ciri-ciri seperti: Perdagangan barang tanpa pajak (termasuk tarif) atau pembatasan
perdagangan yang lain (seperti peraturan, hukum, kuota impor, atau subsidi yang
memberatkan pengusaha); Pergerakan bebas modal dan tenaga kerja ke luar maupun ke
dalam wilayah suatu negara; Semua aktivitas ekonomi dilaksanakan oleh masyarakat (swasta)
dan tidak ada intervensi dari pemerintah. Perdagangan internasional sebenarnya bukanlah hal
yang baru, Perdagangan internasional atau disebut dengan perdagangan antarbangsa-bangsa,
pertama kali berkembang di Eropa yang kemudian di Asia dan Afrika. Terjadinya
perdagangan antara negara-negara di dunia. Pada awalnya didasarkan pada prinsip
pembagian kerja secara internasional sesuai dengan teori keunggulan komparatif yang
dimiliki oleh tiap-tiap Negara. Artinya setiap Negara mengkhususkan diri pada kegiatan
ekonomi yang didasarkan pada keunggulan komparatif. Dalam konsep geografi dikenal
sebagai nilai guna tempat. Dalam pembagian kerja tersebut, Portugal misalnya
mengkhususkan dirinya pada proksi anggur, karena di negara tersebut sangat cocok untuk
tanaman anggur, sedangkan inggris mengkhususkan diri pada produksi bahan pakaian wol,
karena di Inggris biaya produksinya murah. Kedua Negara tersebut kemudian
mempertukarkan hasil produksinya melalui perdagangan internasional dengan harapan salin
menguntungkan semua pihak. Ini adalah konsep interaksi dan interdependensi dalam
geografi. Indonesia mengenal dunia barat juga melalui perdagangan, hal ini terjadi sejak
kedatangan Portugis dan kemudian zaman kolonialisme Belanda. Motivasi kedatangan
bangsa Barat di negara Asia termasuk Indonesia pada mulanya untuk berdagang, seperti
mencari rempah-rempah untuk diperdagangkan di Eropa. Namun kemudian, dengan motivasi
komersial yang semula menjadi tujuan utama keberadaan bangsa Eropa menjadi tergeser oleh
kepentingan yang lebih luas, yakni kepentingan penguasaan politik melalui kekuatan militer
untuk menguasai Negara-negara di Asia dengan menerapkan paham merkantilisme.
Kenyataan tersebut telah mempengaruhi sejarah bangsa-bangsa Asia termasuk Indonesia,
terutama pada awal periode kolonial hingga periode kemerdekaan. Industri (Kapitalisme)
membutuhkan area yang luas untuk bahan baku dan pasar. Batas-batas negara terlalu sempit
untuk perkembangan industri modern. Industri modern membutuhkan area yang lebih untuk
ekspansi pasar hingga batas-batas negara harus terlampaui. Tidak hanya perusahaan multi
nasional, perusahaan kecil, dan berskala rumah tangga juga dapat andil dalam perdagangan
bebas Internasional. Beberapa zona perdagangan bebas internasional yang telah berjalan di
dunia antara lain:

1. Uni Eropa secara resmi beroperasi sejak tanggal 1 Januari 1959


2. Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA) dibentuk oleh 7 negara yang pada saat itu
belum satu pun bergabung ke dalam Uni Eropa yakni Inggris, Austria, Denmark,
Norwegia, Portugal, Swedia, dan Swiss.
3. NAFTA (North American Free-Trade Agreement)
4. AFTA (Asean Free Trade Asia Area)
5. ACFTA (Asean-Cina Free Trade Area)
F. Dampak Positif Pasar Bebas
Bagi Indonesia khususnya, umumnya negara berkembang perdagangan bebas
memiliki peran untuk;

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk dalam negeri. Dengan perdagangan


bebas internasional produsen dalam negeri dipaksa terbiasa dengan iklim kompetisi
yang keras. Proses imitasi dan inovasi yang berjalan secara simultan dapat
meningkatkan kualitas produk dalam negeri. Produktivitas barang juga dapat terus
ditingkatkan karena pasar impor sangat berbuka.
2. Hambatan perdagangan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Tidak adanya
tarif impor, atau bea masuk membuat harga barang yang diperdagangkan secara
ekspor lebih murah sehingga nilai persaingannya lebih tinggi.
3. Peningkatan ekspor sehingga meningkatkan pendapatan nasional Indonesia.
4. Meningkatkan peluang investor yang menanamkan modal dan membangun basis
produksi di Indonesia. Adanya investor asing yang melaksanakan usahanya di
Indonesia memiliki keuntungan antara lain banyak tenaga kerja terserap, pemerintah
mendapatkan penghasilan berupa pajak, juga bahan baku dalam negeri dapat terserap
oleh perusahaan asing.
5. Menambah devisa negara melalui bea masuk dan biaya lain atas ekspor dan impor.
6. Melalui impor, kebutuhan dalam negeri dapat terpenuhi.
7. Mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak hanya dalam bentuk
modal, kerja sama internasional juga dapat dalam bentuk transfer ilmu pengetahuan
dan teknologi.
8. Menghidupkan sektor pariwisata sehingga menambah jumlah wisatawan ke
Indonesia.

G. Dampak Negatif Pasar Bebas


Selain peran positif perdagangan bebar jaga memiliki dampak negatif bagi Indonesia,
antara lain:

1. Produk dalam negeri mendapatkan tantangan dengan datanya  produk-produk impor,


Jika kalah bersaing karena barang-barang luar negeri yang lebih murah dan
berkualitas, maka produk dalam negeri dapat kehilangan pembelinya. Dampak lebih
besar dalam produsen dalam negeri dapat gulung tikar.
2. Eksploitasi sumber daya alam akan semakin besar dengan hadirnya perdagangan
bebas, karena sumber daya alam Indonesia akan dipaksa tidak hanya memenuhi
kebutuhan dalam negeri saja, tapi juga kebutuhan ekspor. Kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan juga akan memiliki dampak yang lebih besar.
3. Perdagangan besar ditakutkan akan membuat Indonesia mengalami ketergantungan
yang lebih besar terhadap negara maju.
4. Bila tidak mampu bersaing, akan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi
negara karena  lebih besar impor dari pada ekspor yang di keluarkan,
5. dan meningkatkan jumlah pengangguran. Dalam perdagangan besar tidak barang dan
jasa yang lintas batas negara, tapi juga manusia (tenaga kerja) sebagai faktor produksi.
Jika kualitas tenaga kerja Indonesia yang mutunya rendah, dapat saja digantikan
dengan tenaga kerja asing yang lebih produktif.
6. Tumbuhnya budaya konsumen (konsumerisme), juga merupakan dampak negatif dari
perdagangan bebas.
H. Strategi Pembangunan Indonesia Untuk Menjadi Negara Maju
Status Indonesia sampai saat ini menurut Bank Dunia adalah negara dengan
klasifikasi lower middle–income (negara dengan pendapatan menengah rendah), dengan
pendapatan per kapita hingga 2016 sebesar $3,400. Sedangkan menurut Department of
Economic and Social Affairs of the United Nations Secretariat (UN/DESA), Indonesia masih
dalam katagori Developing economies (Negara Ekonomi Berkembang). Dibutuhkan strategi
yang jitu untuk meningkatkan status Indonesia dari negara berkembang menjadi negara maju.
Melalui RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL 2015-2019,
digariskan strategi pembangunan Indonesia. Ada banyak tantangan harus dihadapi antara
lain:
1. Stabilitas Politik dan Keamanan;
2. Tata Kelola: Birokrasi Efektif dan Efisien;
3. Pemberantasan Korupsi;
4. Pertumbuhan Ekonomi;
5. Percepatan Pemerataan dan Keadilan;
6. Keberlanjutan Pembangunan;
7. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia;
8. Kesenjangan Antar Wilayah;
9. Percepatan Pembangunan Kelautan;

Dari tantangan-tantangan tersebut kemudian digariskan arah kebijakan umum pembangunan


nasional antara lain:

1. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan;


2. Meningkatkan Pengelolaan dan Nilai Tambah Sumber Daya Alam (SDA) yang
Berkelanjutan;
3. Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Untuk Pertumbuhan dan Pemerataan;
4. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup, Mitigasi Bencana Alam dan Penannganan
Perubahan Iklim;
5. Penyiapan Landasan Pembangunan yang Kokoh;
6. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan Rakyat Yang
Berkeadilan;
7. Mengembangkan dan Memeratakan Pembangunan Daerah;

Agenda pembangunan nasional disusun sebagai penjabaran operasional dari Nawa


Cita yaitu:

1. menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan


rasa aman kepada seluruh warga negara;
2. mengembangkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan
terpercaya;
3. membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan;
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;
5. meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia;
6. meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional;
7. mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik;
8. melakukan revolusi karakter bangsa; dan
9. memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Masing-
masing agenda dijabarkan menurut prioritas-prioritas yangdilengkapi dengan uraian
sasaran, arah kebijakan dan strategi.

Sumber:

Barry Eichengreen, LESSONS FROM THE MARSHALL PLAN, University of California,


Berkeley, April 2010

M.Saichudin, Kegagalan Pembangunan di Dunia Ketiga.

Anda mungkin juga menyukai