Anda di halaman 1dari 81

MAKNA PEMBANGUNAN

1. Pengertian Pembangunan Ekonomi

Secara umum, arti pembangunan ekonomi adalah suatu usaha untuk menaikkan pendapatan
total dan pendapatan perkapita dangan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan
disertai dangan parubahan mendasar dalam struktur ekonomi suatu nagara dan pemerataan
pandapatan bagi panduduk suatu negara Adapun pangertian pambangunan ekonomi menurut
para ahli sebagai berikut.

a. Prof,Dr. Sumitro Djojohadikusumo

Pembangunan ekonomi adalah usaha memperbesar pandapatan per kapita dan


menaikkan produktivitas per kapita dengan jalan menambah peralatan modal dan skill.

b. G.M Meier dan R.E. Baldeln

Pembangunan ekonomi adalah sualu proses dengan proses pendapatan nasional riil
suatu perekonomian bertambah selama satu periode waktu yang panjang.

c. Drs.Irawan M.B.A. dan Dr.M.Suparmoko,M.A.

Pambangunan ekonomi adalah usaha untuk meningkatkan taraf hidup bangsa yang
sering diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan rill perkapita.

Dari uraian di atas, pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat pooling, sebagai benkut.

a. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses perubahan secara terus-menerus. Seperti


halnya dengan manusia yang dimulai dari lahir, tidak langsung menjadi dewasa, letapi untuk
menjadi dewasa harus melalui tahapan-tahapan pertumbuhan Seperti halnya dalam
pembangunan ekonomi, setiap bangsa harus menjalani tahap-tahap perkembangan untuk
menuju kondisi yang adil,makmur,dan sejahtera.
b Pembangunan ekonomi berupaya meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat. Dalam
hal Ini, berarti pembangunan ekonomi merupakan suatu usaha tindakan aktif yang harus
dilakukan oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan pendapatan per kapita. Dengan
demikian, sangat dibutuhkan peran serta masyarakat, pemeritah, dan semua elemen yang
terdapat dalam suatu negara untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan. Hal ini
dilakukan karena kenaikan pendapatan per kapita mancerminkan perbaikan dalam
kesejahteraan masyarakat.

c Upaya peningkatan pendapatan per kapita tersebut berlangsung dalam jangka waktu yang
panjang. Artinya, suatu perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila
pendapatan per kapita dalam jangka panjang cenderung meningkat. Hal ini tidak berarti
bahwa pendapatan per kapita harus mengalam: kenaikan terus menerus

EKONOMI PEMBANGUNAN
Suatu cabang ilmu ekonomi yang menganalisis masalah-masalah yang dihadapi oleh negara-
negara sedang berkembang dan mendapatkan cara-cara untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut supaya negara-negara berkembang dapat membangun ekonominya dengan lebih
cepat lagi.

PEMBANGUNAN EKONOMI
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup
masyarakatnya, atau
Suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka
panjang

PERHATIAN TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI


Sebelum PD II para ilmuwan kurang memperhatikan pembangunan ekonomi, karena faktor-
faktor sbb :
1. Masih banyak negara sebagai negara jajahan
2. Kurang adanya usaha dari tokoh masyarakat untuk membahas pembangunan ekonomi.
Lebih mementingkan usaha meraih kemerdekaan dari penjajah.
3. Para pakar ekonomi lebih banyak menganalisis kegagalan ekonomi dan tingginya tingkat
pengangguran (depresi berat)

Pasca PD II, banyak negara memperoleh kemerdekaan (al : India, Pakistan, Phillipina, Korea
& Indonesia), perhatian terhadap pembangunan ekonomi mulai berkembang disebabkan oleh
:
1. Negara jajahan yang memperoleh kemerdekaan
2. Berkembangnya cita-cita negara yang baru merdeka untuk mengejar ketertinggalannya di
bidang ekonomi.
3. Adanya keinginan dari negara maju untuk membantu negara berkembang dalam
mempercepat pembangunan ekonomi.
KARAKTERISTIK NEGARA BERKEMBANG

Negara Berkembang

Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di benua Asia


(baca: karakteristik benua Asia), tepatnya di Asia Tenggara. Sebagai salah satu bagian dari
benua Asia, Asia tenggara memiliki belasan negara anggota. Belasan negara anggota dari
Asia Tenggara tersebut sebagian besar bahkan semuanya adalah negara yang masih
berkembang. Negara berkembang merupakan negara yang masih terus memperbaharui
kondisi negaranya. Negara berkembang masih memiliki banyak permasalahan yang sedikit
rumit, seperti misal tingkat kemiskinan yang masih tinggi, tingkat pengangguran yang masih
tinggi dan lain sebagainya.

Suatu negara akan dikatakan sebagai negara berkembang apabila memiliki beberapa
karakteristik dari negara berkembang itu sendiri. beberapa karateristik dari negara
berkembang antara lain sebagai berikut:

1. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi

Hal yang sangat berbeda yang kita temukan di antara negara maju dan negara berkembang
terletak pada beberapa hal, dan salah satunya pada tingkat pertumbuhan penduduk.
Pertumbuhan penduduk memang menjadi salah satu ciri yang menunjukkan suatu negara
apakah tergolong dalam negara berkembag ataukah negara maju. Di negara maju, kita akan
menemukan tingkat pertumbuhan penduduk yang rendah, bahkan sangat rendah. Hal ini
dipengaruhi dan didukung oleh berbagai macam hal, seperti gaya hidup yang serba modern
hingga sifat hedonis dan individualistis yang tinggi. namun hal- hal tersebut tidak akan kita
temukan di negara berkembang. negara berkembang memiliki sebagian penduduk yang masih
mengenyam pendidikan rendah. Selain itu masyarakat negara berkembang masih sangat
kental dengan adat istiadat serta kebudayaan. Hal ini tentu saja akan menimbulkan ikatan
yang kuat diantara sesama anggota keluarga. Dengan demikian mempunyai keturunan yang
banyak menjadi suatu anugerah tersendiri.
Dengan perbedaan tingkat pendidikan dan kebudayaan serta pola pikir yang masih
tradisional, maka menjadikan tingkat pertumbuhan di negara berkembang cenderung tinggi.
Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menyebabkan banyak permasalahan timbul,
terutama di masa depan. Beberapa permasalahan yang dapat timbul yang diakibatkan oleh hal
ini adalah mahalnya biaya pendidikan, sulitnya tanah untuk membangun rumah, dan lain
sabagainya. Selain itu pertumbuhan penduduk yang tinggi juga akan menaikkan anggaran
pengeluaran negara.

2. Mempunyai tingkat pengangguran yang tinggi

Negara berkembang merupakan negara yang mempunyai beberapa tanda khusus yang dapat
kita lihat. Beberapa tanda atau ciri atau karakteristik dari negara berkembang ini memiliki
sifat serba tinggi. selain tingginya pertumbuhan penduduk, ternyata negara berkembang juga
bisa ditandai dengan tingginya tingkat pengangguran. Seperti yang kita ketahui bersama
bahwa pengangguran merupakan momok yang dijauhi oleh negara- negara di dunia ini
(baca: negara penghasil kopi terbesar di dunia). bagaimanapun juga yang namanya
pengangguran itu tidak produktif dan banyak mendatangkan permasalahan, baik
permasalahan di bidang ekonomi, sosial masyarakat, hingga kriminalitas. Pengangguran
sendiri merupakan seseorang yang tidak mempunyai pekerjaan atau yang bekerja namun
hanya beberapa jam saja seminggu. Orang dikatakan sebagai pengangguran apabila
memenuhi beberapa syarat, antara lain sebagai berikut:

 Sedang mencari pekerjaan


 Sudah memiliki pekerjaan namu belum mulai bekerja
 Tidak memiliki pekerjaan karena merasa tidak akan mendapatkan
 Sedang mempersiapkan usaha

Nah itulah beberapa syarat yang harus dipenuhi seseorang untuk disebut sebagai seorang
pengangguran. Keberadaan pengangguran di tengah- tengah masyarakat memang menjadi
suatu masalah. Sebab pengangguran tidak mendapatkan pemasukkan, namun tetap
mengeluarkan uang untuk bertahan hidup. Otomatis hal ini akan menjadi tanggungan bagi
negara secara tidak langsung. Dan selain hal itu, pengangguran akan menimbulkan berbagai
macam dampak baik dampak dalam bidang perekonomian maupun dalam bidang sosial.
Beberapa dampak yang bisa ditimbulkan dari status pengangguran antara lain dapat
menyebabkan tingginya pengeluaran negara hingga menimbulkan kriminalitas dimana- mana.
3. Ketergantungan pada sektor pertanian atau primer

Perekonomian adalah salah satu bagian yang yang paling penting bagi suatu negara.
Perekonomian suatu negara menjadi salah satu cerminan kesejahteraan masyarakatnya.
Banyak cara yang bisa dilakukan suatu negara untuk menopang perekonomiannya. Sektor-
sektor perekonomian ini bisa bermacam- macam, seperti sektor ekstraktif, industri,
perdagangan dan juga jasa. bagi negara maju, sektor yang mayoritas digeluti dan menjadi
andalan negaranya adalah sektor industri. Sektor industri sangat dibutuhkan oleh banyak
orang dan menjadi sektor yang memproduksi banyak benda- benda yang dibutuhkan manusia
sehari- hari. namun tidak seperti negara maju, di negara berkembang sektor yang sangat
dijadikan penopang adalah sektor primer, dalam hal ini adalah sktor pertanian. Selain sektor
pertanian, bisa juga sektor ekstraktif atau mengambil langsung dari alam seperti
pertambangan, perkebunan, perikanan dan lain sebagainya. Di negara berkembang memang
masih banyak dijumpai lahan- lahan pertanian, lahan perkebunan dan lainnya, maka dari
itulah banyak masyarakat yang bekerja disana. Selain karena luasnya lahan, salah satu faktor
yang mendukung adalah kurangnya tingkat pendidikan masyarakatnya sehingga banyak
masyarakat yang bekerja dengan kekuatan tangannya, seperti halnya sektor primer.

4. Pasar dan informasi tidak sempurna

Di negara berkembang banyak hal yang masih jauh dari kata kesempurnaan. Beberapa
diantaranya adalah pasar serta iniformasi. Keterbatasan teknologi serta kelangkaan sumber
daya manusia yang berkualitas menjadikan negara berkembang memiliki sistem informasi
yang kurang sempurna dan pastinya tertinggal jauh dengan negara maju. Sistem komunikasi
di negara maju sudah banyak menggunakan peralatan yang super canggih dan belum ada di
negara berkembang. Karena di negara maju sudah sangat berkembang, maka tidak heran
apabila di negara berkembang tertinggal. Hal ini karena masyarakat negara maju mempunyai
cukup uang untuk membali peralatan komunikasi yang canggih didukung dengan kebutuhan
mereka yang penuh dengan mobilitas. Bahkan tidak hanya pada peralatan komunikasi saja,
namun juga dalam hal pasar di negara berkembang juga belum tertata rapi. Banyak hal yang
menjadi masalah di negara berkembang sehingga menyebabkan pasar tidak bertumbuh
dengan lancar.
5. Pendapatan perkapita rendah

Salah satu ciri yang cukup mencolok dalam menandai negara berkembang adalah pendapatan
perkapita penduduknya yang masih rendah. Negara berkembang sangat identik dengan
keterbatasan dan keterbelakangan. Dengan pendapatan perkapita yang rendah, maka akan
banyak penduduk negara berkembang hidup dalam batas garis kemiskinan. Hal ini akan
membuat kesejahteraan penduduk menjadi sangat jauh dari kata baik. Dengan pendapatan
perkapitan yang hanya sedikit itu, kebanyakan masyarakat hanya bisa memenuhi kebutuhan
pokok saja, dan sedikit kemungkinan untuk mereka bisa memenuhi kebutuhan sekunder, atau
bahkan kebutuhan mewah. Karena jumlah pendapatan yang pas- pasan, maka penduduk
negara berkembang ini hanya akan memperoleh makanan yang sederhana saja. Bisa jadi
masyarakat negara berkembang akan kekurangan gizi. Selain itu, rumah- rumah penduduk di
negara berkembang banyak yang masih sangat sederhana. Di beberapa negara berkembang
bahkan masih ada anak- anak serta bayi- bayi yang terlantar, kurang gizi sehingga sangat
mudah untuk terserang penyakit. Perolehan pendidikan juga dalam batas yang biasa saja,
disesuaikan dengan pendapatan yang diperoleh mereka. Tidak heran, di negara berkembang
jumlah siswa yang berprestasi akan sangat jauh beda dengan negara maju yang telah
memiliki fasilitas pendidikan yang lebih lengkap.

6. Kesempatan kerja yang kurang memadai

Kesempatan kerja yang kurang memadai menjadi salah satu ciri negara berkembang.
kesempatan kerja yang sangat terbatas ini dikarenakan oleh berbagai macam faktor. Salah
satu hal yang membuat kesempatan kerja ini menjadi tidak luas adalah karena perekonomian
di negara berkembang hanya mengandalkan sektor pertanian. Dengan demikian lapangan
kerja yang dibuka juga tidak banyak. Kesempatan kerja yang terbatas tersebut akan
melahirkan banyak pengangguran yang akan berdampak buruk bagi negara. Selain adanya
kesempatan kerja yang terbatas, ciri lain dari negara berkembang adalah kurangnya atau
sedikitnya jumlah wirausaha. Sedikitnya jumlah wirausaha ini dikarenakan kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang membangun bisnis serta terbatasnya modal yang dipunyai
masyarakat, ditambah dengan berbagai macam pendapat yang keluar dari pemikiran yang
masih kolot diantara masyarakat desa.
7. Adanya keterbatasan modal usaha

Telah dikatakan sebelumnya bahwa salah satu ciri dari negara berkembang adalah sedikitnya
jumlah pengusaha atau wirausaha. Hal ini terjadi karena dua hal yakni kurangnya
pengetahuan untuk berwirausaha serta terbatasnya jumlah modal yang dimiliki. Jumlah
modal terbatas karena negara berkembang hanya mengandalkan sektor primer saja, sehingga
pendapatan yang diterima pun juga hanya cukup untuk membiayai kehidupan sehari- hari,
dan sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali yang ditabung. Maka dari itulah
masyarakatnya yang tinggal di negara berkembang hanya mempunyai sedikit modal yang
dapat digunakan untuk membangun usaha. Merintis usaha pun tidak selalu langsung berhasil,
terkadang kita mengalami kerugian terlebih dahulu. Ketika percobaan pertama rugi, maka
kita akan mencoba kembali. Kali kedua membangun usaha itulah kita membutuhkan modal
lagi, maka dari itu modal yang disediakan harus memenuhi jumlah yang cukup.

Itulah beberapa karakteristik yang dimiliki oleh negara berkembang. Karakteristik tersebut
mungin tidak semua dimiliki oleh suatu negara berkembang, namun poin- poin yang telah
disebutkan di atas merupakan karakteristik negara berkembang secara umum dan paling
banyak ditemui.

Negara- negara Berkembang di Dunia


Jumlah negara berkembang di dunia sangat banyak sekali. Bahkan mayoritas atau sebagian
besar negara di dunia merupakan negara berkembang. Apabila kita menjalajah bumi, kita
menemukan beberapa benua. Nah, disetiap penjuru benua tersebut kita akan dapat
menemukan negara berkembang. bahkan di wilayah kita sendiri, wilayah Asia tenggara,
negara- negara yang ada pun merupakan negara berkembang. Namun untuk mengetahui lebih
detail negara apa saja yang merupakan negara berkembang, kita akan mengetahui dari
benuanya masing- masing yang akan kita bahas di bawah ini.

1. Benua Asia, mememiliki negara berkembang sebangak 48, yaitu:

 Indonesia
 Filipina
 Thailand
 Malaysia
 Vietnam
 Timor Leste
 Armenia
 Kazakstan
 Kirgistan
 Mongolia
 Tajikistan
 Turkmenistan
 Uzbekistan
 Afghanistann
 iki negara berkembang sebangak 48, yaitu:
 beberapa negara berkembang yang ada benua Asia Afrika dan Amerika Lati
 Bangladesh
 Brunei Darussalam

 Kamboja
 Cina
 Fiji
 India
 Kribati
 Korea Utara
 Laos
 Maldives
 Myanmar
 Nepal
 Pakistan
 Palestina
 Papua Nugini
 Samoa
 Solomon
 Sri Lanka
 Tonga
 Tuvalu
 Vanuatu
 Bahrain
 Iran
 Irak
 Yordania
 Kuwait
 Lebanon
 Oman
 Qatar
 Arab Saudi
 Suriah
 Zaman
 Uni Emirat Arab

2. Benua Afrika mempunyai negara berkembang sebanyak 58 negara, yaitu:

 Aljazair
 Senegal
 Zimbabwe
 Djibouti
 Mesir
 Libya
 Mauritania
 Maroko
 Sudan
 Sudan Selatan
 Tunisia
 Angola
 Benin
 Botswana
 Burkina Faso
 Burundi
 Kamerun
 Cape Verde
 Republik Afrika Tengah
 Chad
 Komoro
 Republik Demokratik Kongo
 Republik Kongo
 Ivory Coast
 Guinea Khatulistiwa
 Eritrea
 Ethiopia
 Gabon
 Gambia
 Ghana
 Guinea
 Guinea- Bissau
 Kenya
 Lesotho
 Liberia
 Madagaskar
 Malawi
 Mali
 Mauritus
 Mozambik
 Namibia
 Niger
 Nigeria
 Rwanda
 Sao Tome and Principe
 Swaziland
 Tanzania
 Togo
 Uganda

3. Negara- negara berkembang di benua Eropa, terdiri dari 11 negara yakni sebagai berikut:

 Polandia
 Lituania
 Romania
 Bullgaria
 Latvia
 Montenegro
 Ukraina
 Serbia
 Albania
 Moldova
 Georgia
 Azerbaijan
 Bosnia dan Herzegovina
 Belarus
 Kroasia
 Kosovo
 Makedonia
 Turki

4. Negara- negara berkembang di benua Amerika, terdiri dari 30 negara yakni sebagai
berikut:

 Argentia
 Bahama
 Barbados
 Chili
 Brazil
 Columbia
 Bolivia
 Bolivia
 Belize
 Antigua
 El Savador
 Ekuador
 Republic Dominika
 Costa rika
 Grenada
 Guyana
 Guatemala
 Haiti
 Honduras
 Meksiko
 Jamaika
 Panama
 Nikaragua
 Peru
 Paraguay
 Lucia
 Vincent
 Suriname
 Uruguay
 Venezuela
 Tindad and Tobago

5. Negara- negara berkembang di benua Australia ada 11 negara, yakni sebagai berikut:

 Fiji
 Kribati
 Kepulauan Marshall
 Federasi Mikronesia
 Nauru
 Palau
 Samoa
 Solomon
 Tonga
 Tuvalu
 Vanuatu
Permasalahan yang Sering Timbul di Negara Berkembang

Setiap negara pastilah mempunyai permasalahan, tidak mungkin jika tidak memiliki
permasalahan baik negara maju maupun negara berkembang. Perbedaanny, negara maju lebih
memiliki sedikit permasalahan daripada negara berkembang jika dilihat dari berbagai sisi.
Apa saja permasalahan yang ada di negra berkembang? berikut ini adalah ulasannya.

1. Penduduk

Permasalahan utama dari negara berkembang adalah pertumbuhan penduduknya yang tidak
terkendali. Hal ini akan menyebabkan permasalahan yang cukup rumit.

2. Ekonomi

Keadaan perekonomian di negara berkembang biasanya masih semrawut. Banyak


pengangguran di negara berkembang, penyebabnya adalah kurangnya kesempatan kerja dan
juga kualitas SDM yang masih rendah.

3. Pendidikan

Pendidikan di negara berkembang tidak merata dan masih banyak orang yang belum
mendapatkan pendidikan secara layak. Hal ini karena kelebihan jumlah penduduk di negara
berkembang.

4. Kesehatan

Fasilitas kesehatan di negara berkembang masih sangat kurang. Hal ini juga didukung oleh
kesadaran masyarakat yang masih rendah tentang menjaga kebersihan, sehingga masih
banyak orang yang sakit.

5. Infrastuktur

Biasanya negara berkembang memiliki luas wilayah yang lebih besar daripada negara maju,
namun infrastukturnya kurang. Hal ini karena kekuarangan anggaran yang dimiliki oleh
negara berkemabng.
6. Hukum

Penegakan hukum di negara berkembang masih kurang. Hal ini didukung dengan kesadaran
masyarakat akan hukum itu sendiri masih rendah, sehingga masih banyak ditemukan berbagai
permasalahan hukum.

7. Tingkat Produksi

Hasil produksi di negara berkembang masih tergolong rendah, hal ini disebabkan karena
masih rendahnya tingkat produktivitas yang rendah dan juga kualitas sumber daya manusia
yang masih kurang. Industrinya biasanya menggunakan tenaga manusia sehingga kalah
dengan yang menggunakan mesin.

8. Kualitas penduduk

Kualitas penduduk rata- rata di negara berkembang masih rendah. Hal ini didukung dengan
pendidikan yang masih tidak merata.

9. Ketidakmerataan Hasil Pembangunan

Kekurangan infrastuktur membuat hasil pembangunan menjadi tidak merata, hanya terpusat
di wilayah ibukota saja. hal ini didukung dengan ketidakmerataan penghasilan masyarakat.

10. Ketergantungan pada Luar Negeri

Negara berkembang masih kekurangan dalam memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan penduduknya. Banyak barang yang mengandalkan produksi negara lain sehingga
melakukan impor dari luar negeri. Selain itu kecintaan penduduk akan produk dalam negeri
masih kurang sehingga lebih memilih barang impor.

Penggolongan Negara

1. Berdasarkan pada tingkat kesejahteraan masyarakat :


a. Negara Dunia I (Negara Maju)
Eropa Barat (Inggris, Perancis, Belanda, Portugis, Jerman Barat)
Amerika Utara (USA, Kanada)
Australia, New Zeland dan Jepang
b. Negara Dunia II (Negara Maju)
Eropa Timur (Rusia, Polandia, Jerman Timur, Cekoslowakia)
c. Negara Dunia III (Negara Sedang Berkembang/Negara Selatan)
Sebagian besar Asia (kecuali Jepang), Afrika, Amerika Latin (Amerika Tengah dan
Selatan).

2. Berdasarkan pada tingkat pendapatan perkapita


a. Negara Maju Õ > US$ 2.000
b. Negara Semi Maju Õ > US$ 400
c. Negara Miskin Õ ≤ US$ 400
Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi

Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor, faktor ekonomi dan
nonekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara tergantung pada sumber alamnya, sumber
daya manusia modal, usaha, teknologi, dan sebagainya. Semua itu merupakan faktor
ekonomi. Tetapi pertumbuhan ekonomi tidak mungkin terjadi selama lembaga sosial, kondisi
politik, dan nilai-nilai moral dalam suatu bangsa tidak menunjang. Di dalam pertumbuhan
ekonomi, lembaga sosial, sikap budaya, nilai moral, kondisi politik dan kelembagaan
merupakan faktor nonekonomi. Dalam suatu studinya, Professor Bauer menunjukkan
bahwapenentuan utama pertumbuhan ekonomi "adalah bakat, kemampuan, kualitas,
kapasitas dan kecakapan, sikap, adat-istiadat, nilai, tujuan, dan motivasi serta struktur politik
dan kelembagaan."

Faktor Ekonomi

Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utama yang
mempengaruh pertumbuhan. Laju pertumbuhan ekonomi jatuh atau bangunnya merupakan
konsekuensi dari perubahan yang terjadi di dalam faktor produksi tersebut. Beberapa faktor
ekonomi tersebut akan dibahas di bawah ini.

1. Sumber Alam
Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian adalah sumber alam
atau tanah. "Tanah" sebagaimana dipergunakan dalam ilmu ekonomi mencakup sumber alam
seperti kesuburan tanah, letak dan susunannya, kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air,
sumber lautan, dan sebagainya. Dalam dan bagi pertumbuhan ekonomi, tersedianya sumber
alam secara melimpah merupakan hal yang penting. Suatu negara yang kekurangan sumber
alam tidak akan dapat membangun dengan cepat. Sebagaimana dinyatakan oleh Lewis,
"Dengan hal-hal lain yang sama, orang dapat mempergunakan dengan lebih baik kekayaan
alamnya dibandingkan apabila mereka tidak memilikinya.
Di Negara kurang berkembang, sumber alam sering terbengkalai, kurang atau salah
pemanfaatan. Inilah salah satu penyebab keterbelakangan itu. Tersedianya sumber alam
secara melimpah saja belumlah cukup bagi pertumbuhan ekonomi. Apa yang yang diperlukan
ialah pemanfaatannya secara tepat. Jika sumber alam yang ada tidak dipergunakan secara
tepat, negara itu tidak mungkin mengalami kemajuan. J.I. Fisher dengan tepat mengatakan,
"tidak cukup beralasan untuk mengharapkan pengembangan sumber alam jika orang acuh tak
acuh pada produk dan jasa yang dapat disumbangkan oleh sumber-sumber tersebut." Hal ini
disebabkan karena keterbelakangan ekonomi dan langkanya faktor teknologi. Oleh karena itu,
sumber alam dapat dikembangkan melalui perbaikan teknologi dan peningkatan ilmu
pengetahuan. Di dalam kenyataan, sebagaiman dikemukakan Professor Lewis, "Nilai suatu
sumber alam tergantung pada kegunaannya, dan kegunaannya senantiasa berubah sepanjang
waktu karena perubahan dalam selera, perubahan dalam teknik atau penemuan baru. "Pada
saat perubahan seperti itu terjadi setiap bangsa dapat mengembangkan dirinya sendiri secara
ekonomis melalui pemanfaatan sepenuhnya sumber alam mereka. Inggris misalnya,
mengalami revolusi pertanian dengan menerapkan metode rotasi tanaman antara 1740-1760.
Begitu juga Perancis, mampu merevolusikan pertaniannya berdasarkan pola Inggris kendati
tanahnya kurang subur. Pada pihak lain, negara di Asia dan Afrika belum mampu
mengembangkan pertaniannya karena mereka menggunakan metode produksi yang kuno.
Seringkali dikatakan bahwa pembangunan ekonomi dapat terjadi meskipun negara
bersangkutan kekurangan sumber alam. Sebagaimana dikemukakan Lewis, "Suatu negara
yang dianggap miskin sumber alam saat ini mungkin dapat dianggap sangat kaya di
kemudian hari, tidak saja lantaran diketemukannya sumber-sumber yang tersembunyi, tetapi
juga karena penggunaan sumber yang telah diketahui dengan cara baru." Jepang adalah
negara seperti itu. Jepang yang kekurangan dalam sumber alam tetapi karena ia berhasil
menemukan penggunaan baru sumber-sumbernya yang terbatas, maka jadilah ia salah satu
negara termaju di dunia. Dengan mengimpor bahan mentah dan bahan tambang tertentu dari
negara lain, Jepang berhasil mengatasi kekurangan sumber alamnya melalui teknologi tinggi,
penelitian baru, dan ilmu pengetahuan tinggi. Begitu pula Inggris, berkembang kendati tanpa
minyak bumi dan logam non belerang.
Sarana pengangkutan dan perhubungan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan
ekonomi. Perkembangan sarana itu menurunkan biaya angkut, dan menaikkan perdagangan
dalam dan luar negeri negara. Hasilnya, perekonomian maju. Di negara yang memiliki jalan
raya, jalan kereta api, terusan atau sungai-sungai, pertumbuhan ekonominya akan terdorong
maju, seperti yang terjadi di Inggris, Perancis, Jerman, dan Belanda.
Jadi dalam pertumbuhan ekonomi, kekayaan alam yang melimpah saja belum cukup. Yang
terpenting ialah pemanfaatannya secara tepat dengan teknologi yang baik sehingga efisiensi
dipertinggi dan sumber dapat dipergunakan dalam jangka waktu lebih lama.
2. Akumulasi Modal
Faktor ekonomi penting kedua dalam pertumbuhan ialah akumulasi modal. Modal berarti
persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat direproduksi. Apabila stok modal naik
dalam batas waktu tertentu, hal ini di sebut akumulasi modal atau pembentukan modal.
Dalam ungkapan Professor Nurkse, "Makna pembentukan midal ialah, masyarakat tidak
melakukan keseluruhan kegiatannya saat ini sekedar untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumsi yang mendesak, tetapi mengarahkan sebagian daripadanya untuk
pembuatan barang modal, alat-alat dan perlengkapan, mesin dan fasilitas pengangkutan,
pabrik, dan peralatannya." Dalam arti ini pembentukan modal merupakan investasi dalam
bentuk barang-barang modal yang dapat menaikkan stok modal, output nasionaldan
pendapatan nasional. Jadi, pembentukan modal merupakan kunci utama menuju
pembangunan ekonomi.
Proses pembentukan modal bersifat kumulatif dan membiayai diri sendiri serta mencakup
tiga tahao yang saling berkaitan: (a) keberadaan tabungan nyata dan kenaikannya; (b)
keberadaan lembaga keuangan dan kredit untuk menggalakkan tabungan dan
menyalurkannya ke jalur yang dikehendaki; (c) mempergunakan tabungan untuk investasi
barang modal.
Pembentukan modal merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi. Di satu pihak ia
mencerminkan permintaan efektif, dan di pihak lain ia menciptakan efisiensi produkstif bagi
produksi di masa depan. Pembentukan modal mempunyai arti penting khusus bagi negara
kurang berkembang (LDC). Proses pembentukan modal menghasilkan
kenaikan output nasional dalam berbagai cara. Pembentukan modal diperlukan untuk
memenuhi permintaan penduduk yang meningkat di negara itu. Investasi di bidang barang
modal tidak hanya meningkatkan produksi tetapi juga kesempatan kerja. Pembentukan modal
ini pula yang membawa ke arah kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi pada gilirannya
membawa ke arah spesialisasi dan penghematan dalam produksi skala luas. Pembentukan
modal membantu usaha penyediaan mesin, alat dan perlengkapan bagi tenaga buruh yang
semakin meningkat. Penyediaan overheadsosial dan ekonomi seperti pengangkutan, sumber
tenaga, pendidikan dan sebagainya di negara bersangkutan dimungkinkan melalui
pembentukan modal ini juga. Pembentukan modal ini pula yang membawa ke arah
penggalian sumber akam, industrialisasi dan ekspansi pasar yang diperlukan bagi kemajuan
ekonomi. Menurut Lewis, laju pembentukan modal di LDC adalah sebesar 5 persen atau
kurang, yang harus dinaikkan menjadi 12 sampai 15 persen. Perkiraan Kuznets
mengungkapkan, selama pertumbuhan ekonomi modern pembentukan modal bruto di negara
maju berkisar di sekitar 11-13 sampai 20 persen atau lebih, sedang pembentukan modal netto
adalah dari 6 sampai 12-14 persen.
Menurut Kuznets, rasio modal output marginal (ICOR = Incremental capital-output ratio;
incremental = marginal) juga memainkan peranan penting dalam petumbuhan ekonomi
modern. ICOR tersebut menggambarkan produktivitas modal. Perkiraan Kuznets
mengungkapkan bahwa sebelum PD I dan antara 1890-1950, ICOR tersebut naik di sembilan
negara maju, kecuali Italia. Di Jepang ratio bruto demikian meningkat dari 2,9 menjadi 4,3 di
Swedia dari 4,1 ke 5,5 dan di AS dari 5,1 ke 6,5.
Di pihak lain, ICOR di LDC begitu rendah lantaran kurangnya modal dan rendahnya
kapasitas produksi. Di negara seperti itu, rasio modal-output harus ditingkatkan. Tetapi di
negara terbelakang padat-penduduk, kenaikan output per kapita berkaitan dengan kenaikan
dalam rasio modal-buruh. Negara yang hendak meningkatkan rasio modal-buruhnya harus
menghadapi dua problema. Pertama,rasio modal- buruh jatuh karena jumlah penduduk naik.
Oleh karena itu, untuk mengatasi penurunan rasio modal buruh, diperlukan jumlah investasi
netto yang lebih besar - yang di negara terbelakang hal ini tidaklah mungkin. Kedua, apabila
penduduk meningkat dengan kecepatan tinggi, tabungan yang memadai bagi jumlah yang
diperlukan untuk investasi sulit dicapai karena rendahnya pendapatan per kapita di negara-
negara seperti itu. Walaupun demikian, laju pembentukan modal tersebut dapat dipercepat
dengan mendorong tabungan.

3. Organisasi
Organisasi merupakan bagian penting dari proses pertumbuhan. Organisasi berkaitan
dengan penggunaan faktor produksi di dalam kegiatan ekonomi. Organisasi bersifat
melengkapi (komplemen) modal, buruh dan membantu meningkatkan produktivitasnya.
Dalam pertumbuhan ekonomi modern, para wirastawan tampil sebagai organisator dan
pengambil risiko diantara ketidakpastian, Wirastawan bukanlah manusia dengan kemampuan
biasa. Ia memiliki kemampuan khusus untuk bekerja dibandingkan orang lain. Menurut
Schumpeter, seorang wirastawan tidak perlu seorang kapitalis. Fungsi utamanya ialah
melakukan pembaharuan (inovasi). Revolusi industri di Inggris merupakan jasa para
wirastawan ini, begitu juga pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada abad ke-19 dan
pertengahan abad ke-20 merupakan jasa penyempurnaan kualitas manajemen.
Tetapi negara terbelakang langka akan tindakan wiraswasta. Faktor seperti kecilnya pasar,
kurang modal, ketiadaan milik swasta dan perjanjian, kurang buruh terlatih dan terdidik, tidak
tersedianya secara cukup bahan mentah dan fasilitas infrastruktur seperti pengangkutan,
tenaga, dan sebagainya, mempertinggi risiko dan ketidakpastian. Itulah sebabnya negara
seperti itu kekurangan wiraswastawan. Menurut Myrdal, negara-negara Asia kekurangan
wiraswastawan bukan karena mereka kekurangan modal atau bahan mentah tetapi karena
mereka kekurangan orang yang memiliki pandangan benar terhadap kewiraswastawan. Orang
Jepang memiliki pandangan seperti itu. Tidak heran mengapa Jepang mengalami
pertumbuhan ekonomi yang pesat dan termasuk ke dalam kelompok negara maju.
Di negara maju, karya organisasi telah dipertontonkan oleh perusahaan swasta yang
menjelma menjadi perusahaan multinasional sesudah PD II, dan membantu kemajuan
ekonomi negara maju maupun negara sedang berkembang.
Pada pihak lain, setiap negara memainkan peranannya sebagai seorang organisator dalam
berbagai bentuk, semenjak Depresi Berat pada 1928-29. Sebelum PD II peranan itu berbentuk
modal overhead sosial, dan sesudah perang melebar ke dalam bentuk perusahaan umum.
Para birokrat pemerintahan di Eropa, Inggris, dan AS misalnya, berangkat dengan program
kesejahteraan umum seperti kesehatan masyarakat, jalan raya, jembatan, taman, pendidikan,
pengendalian banjir, perlindungan dari kebakaran, dan sebagainya. Sebagian dari
pemerintahan tersebut mengambil alih pengelolaan kereta api, pos dan telekomunikasi,
tenaga dan gas, dan sebagainya. Inggris menasionalisasi batubara, besi, dan angkutan darat
sedang Perancis menasionalisasi angkutan udara, batubara dan pabrik pembuatan kendaraan
bermotor Renault dan bus.
Di negara sedang berkembang, overhead sosial dan ekonomi kebanyakan dijalankan oleh
pemerintah pusat, negara bagian, atau daerah. Dan perusahaan umum (negara) diperluas
mencakup bidang pertambangan, perkebunan, perdagangan, penyaluran bahan mentah dan
kebutuhan pokok, produksi barang modal dan barang konsumen, dan sebagainya.
Peranan bank seringkali dikecualikan dari organisasi. Bank sebenarnya merupakan
lembaga teramat penting yang banyak memberikan sumbangan kepada pertumbuhan
ekonomi negara maju. Bank membantu industrialisasi negara Inggris, Eropa, dan AS dalam
memberikan bantuan keuangan kepada para wiraswastawan pada waktunya. Tidak saja
memberikan bantuan keuangan kepada perusahaan perorangan tetapi juga memberikan saran
mengenai masalah penanaman modal, menolong merekrut tenaga terlatih dan manajer dari
negara lain, mengimpor bahan mentah kualitas tinggi untuk mereka, dan bahkan menjualkan
produk manufaktur mereka pada tahap-tahap awal. Di Amerika, Eropa, dan Inggris, serta
daerah jajahannya, bank juga membantu dalam pengembangan sarana angkutan,
pertambangan, dan pengusaha manufaktur.
Di negara terbelakang, pengembangan pertanian dibantu dengan berbagai cara oleh bank
dagang, bank yang sudah dinasionalisasi, bank industri dan trust investasi, termasuk pula
yang disokong adalah, industri dan pengangkutan. Sejak 1950, Bank Dunia dan
perwakilannya telah membantu mendorong pengembangan berbagai sektor ekonomi di
negara terbelakang dengan menyediakan tenaga terlatih, nasihat, dan bantuan keuangan.
Jadi disamping perusahaan swasta, pengertian organisasi mencakup pemerintah, bank dan
lembaga-lembaga internasional yang ikut terlibat di dalam memajukan ekonomi negara maju
dan negara sedang berkembang.

4. Kemajuan Teknologi
Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor paling penting di dalam proses pertumbuhan
ekonomi. Perubahan itu berkaitan dengan perubahan di dalam metode produksi yang
merupakan hasil pembaharuan atau hasil dari teknik penelitian baru. Perubahan pada
teknologi telah menaikkan produktivitas buruh, modal dan faktor produksi yang lain.
Kuznets mencatat lima pola penting pertumbuhan teknologi di dalam pertumbuhan
ekonomi modern. Kelima pola tersebut ialah penemuan ilmiah atau penyempurnaan
pengetahuan teknik; invensi; inovasi' penyempurnaan, dan penyebarluasan penemuan yang
biasanya diikuti dengan penyempurnaan. Seperti Schumpeter, ia menganggap inovasi
(pembaharuan) sebagai faktor teknologi yang paling penting dalam pertumbuhan ekonomi.
Menurut Kuznets, inovasi terdiri dari dua macam: pertama, penurunan biaya yang tidak
menghasilkan perubahan apa pun pada kualitas produk; kedua, pembaharuan yang
menciptakan produk baru dan menciptakan permintaan baru akan produk tersebut. Yang
kedua ini merupakan yang menciptakan permintaan.
Di dalam pertumbuhan ekonomi modern, kelima faktor yang disebut Kuznets, berjasa
dalam membantu perkembangan teknologi. Revolusi industri Inggris meluas ke seluruh
Eropa lewat para pengrajin dan pekerja yang berimigrasi ke negara-negara Eropa. Beberapa
orang bisnis Perancis mengunjungi pabrik-pabrik Inggris dan menyelundupkan mesin-mesin
ke Perancis kendati ada larangan terhadap ekspor mesin tersebut sesuai dengan perundangan
1828. Pada waktu revolusi industri di Perancis hampir selesai, para bankir dan insinyur
berkolaborasi dan menyebarkan teknik-teknik modern ke Jerman, Italia, Swiss, Austria, dan
Spanyol. Di pihak lain, industri tekstil Jepang pada awalnya bergerak dari mesin-mesin
Inggris yang dibuang. Belakangan ternyata kalau pertumbuhan industrinya terjadi lewat cara
meniru teknologi asing. Tetapi setelah PD II, Jepang melakukan inovasi sendiri dan
menghasilkan produk berkualitas tinggi di semua bidang dan mengekspornya ke AS,
Australia, Kanada, dan negara maju lain.
Negara sedang berkembang bisa memetik manfaat dari sumber-sumber ilmu pengetahuan
di bidang teknologi dari negara maju. Beberapa negara seperti India, Argentina, Meksiko, dan
Brasilia, memodifikasi dan menerapkan teknologi negara maju sesuai dengan daya serap dan
kebutuhan sosial, ekonomi, dan teknik mereka masing-masing.

5. Pembagian Kerja dan Skala Produksi


Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan produktivitas. Keduanya
membawa ke arah ekonomi produksi skala besar yang selanjutnya membantu perkembangan
industri. Hal ini menurunkan laju pertumbuhan ekonomi. Adam Smith menekankan arti
penting pembagian kerja bagi perkembangan ekonomi. Pembagian kerja menghasilkan
perbaikan kemampuan produksi buruh. Setiap buruh menjadi lebih efisien daripada
sebelumnya. Ia menghemat waktu. Ia mampu menemukan mesin baru dan berbagai proses
baru dalam produksi. Akhirnya, produksi meningkatkan berbagai hal, Akan tetapi, pembagian
kerja tergantung pada luas pasar. Luas pasar, sebaliknya tergantung pada kemajuan ekonomi,
yaitu seberapa jauh perkembangan permintaan, tingkat produksi pada umumnya, saran
transportasi, dan sebagainya. Jika skal produksi luas, spesialisasi dan pembagian kerja akan
meluas pula. Alhasil, jika produksi naik, laju pertumbuhan ekonomi akan melesat. Ekonomi
eksternal keuangan semakin banyak tersedia dan manfaat dari investasi minmal berkembang
biak. Yang dimaksud dengan investasi minimal adalah sumber tenaga, angkutan, dan
sebagainya, yang penggunaannya membawa ke arah kemajuan industri. Dengan cara ini
produksi meningkat dan pertumbuhan ekonomi kian melaju.
Salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi modern ialah peningkatan luar
biasa pada bidang sarana angkutan dan perhubungan. Kemajuan teknologi telah menciptakan
jalan raya, kapal, mobil, truk, dan akhir-akhir ini pesawat jet dan supertanker, disamping
adanya investasi penghemat biaya seperti terusan Suez dan Panamam atau perkembangan
pers, radio, telepon, dan komunikasi telegraf. Beberapa negara maju yang memiliki wilayah
geografi luas seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Australia terbukti dapat memperluas
pasar internal dan eksternalnya berkat perkembangan cepat bidang sarana angkutan dan
perhubungan.
Negara terbelakang diketahui tidak mampu memetik manfaat dari pembagian kerja dan
produksi skala luas dalam perekonomian ini lantaran pasar yang tidak sempurna. Inilah dia
yang menjadi sebab lestarinya pasar mereka tetap kecil
Faktor Non Ekonomi
Faktor nonekonomi bersama-sama faktor ekonomi saling mempengaruhi kemajuan
perekonomian. Dalam kenyataan, faktor nonekonomi pada umumnya, seperti organisasi
sosial, budaya, dan politik, mempengaruhi faktor ekonomi yang dibicarakan di atas. Oleh
karena itu, faktor nonekonomi juga memiliki arti penting di dalam pertumbuhan ekonomi.
Menurut Nurkse, "Pembangunan ekonomi berkaitan dengan peranan manusia, pandangan
masyarakat, kondisi politik, dan latar belakang historis." Di dalam pertumbuhan ekonomi,
faktor sosial, budaya, politik, dan psikologis adalah sama pentingnya dengan faktor ekonomi.
Sebagaimana dikemukakan Prof. Kaldor, pengkajian terhadap dinamika pertumbuhan
ekonomi, di luar analisa faktor ekonomi, membawa kita kepada pengkajian terhadap unsur-
unsur penentu yang bersifat pskologis dan sosiologis dalam faktor-faktor ini. Jadi, perubahan
terjadi pada faktor nonekonomi yang pokok di bawah ini.

1. Faktor Sosial
Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pendidikan dan
kebudayaan Barat membawa ke arah penalaran (reasoning) dan skeptisisme. Ia menanamkan
semangat kembara yang menghasilkan berbagai penemuan baru dan akhirnya memunculkan
kelas pedagang baru. Kekuatan faktor ini menghasilkan perubahan pandangan, harapan,
struktur dan nilai-nilai sosial. Orang dibiasakan menabung dan berinvestasi, dan menikmati
risiko untuk memperoleh laba. Mereka mengembangkan apa yang oleh Lewis disebut, "hasrat
untuk berhemat," dalam rangka memaksimukan output berdasarkan input tertentu

2. Faktor Manusia
Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi tidak semata-mata tergantung pada jumlah sumberdaya manusia saja,
tetapi lebih menekan pada efisiensi mereka. Menurut Kuznets, penduduk Eropa meningkat
433 persen antara 1750-1950 sedang penduduk dunia selebihnya meningkat 200 persen
dalam periode itu. Walau penduduk meningkat 5 kali lipat, GNP per kapita negara-negara
Eropa dan negara kaya baru itu naik sebanyak sepuluh kali lipat.

3. Faktor Politik dan Adminsitratif'


Faktor politik dan administratif juga membantu pertumbuhan ekonomi modern.
Pertumbuhan ekonomi Inggris, Jerman, Amerika Serikat, Jepang, dan Perancis, merupakan
hasil dari stabilitas politik dan administratif mereka yang kokoh sejak abad ke-19. Kecuali
Amerika Serikat, negara tersebut terlibat langsung di dalam perang dunia dan hancur
berantakan. Namun demikian mereka tetap berderap maju berdasarkan kekuatan politik dan
tradisi administrasi mereka.
PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DALAM
PEMBANGUNAN

Dalam pembangunan akan terjadi perubahan struktur ekonomi di suatu negara. Yang
dimaksud dengan struktur ekonomi adalah pembagian dua bidang ekonomi. Pertama, ada
yang membaginya berdasarkan tiga sektor bidang yang berbeda yaitu sektor pertanian, sektor
industri, sektor jasa. Bidang kedua berdasarkan sektor yang utama sampai dengan sektor
pelengkap yaitu sektor primer yang terdiri atas pertanian, kehutanan perikanan dan
pertambangan; sektor sekunder yang terdiri atas bidang pengangkutan dan perhubungan,
pemerintahan, perdagangan, dan jasa-jasa perseorangan.
Teori perubahan struktural menitik beratkan pembahasan pada mekanisme
transformasi ekonomi yang dialami oleh Negara berkembang, yang semula lebih bersifat
subsisten dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang
lebih modern dan didominasi oleh sector-sektor non primer.

Analisis Perubahan Struktur Ekonomi S. Kuznets Dalam Proses Pembangunan


S. Kuznets menggunakan data time series berbagai negara maju untuk melihat
perubahan struktur ekonomi, yaitu sektor pertanian, industri, dan jasa serta peranannya
terhadap penyerapan tenaga kerja.
Perubahan dalm sektor ekonomi (struktur ekonomi) dalam pembentukan pendapatan
nasional.

a. Peranan sektor pertanian menurun dalam pembentukan pendapatan nasional. Dari data
12 negara diantara yang diamati secara time series, peranan sektor pertanian menurun
paling sedikit 20%, yaitu pada permulaan pembangunan produksi nasional. Terkecuali
dari 13 negara yang diamati, satu negara yang tidak mengalami penurunan peranan
pertanian adalah negara Australia.
b. Peranan sektor industri meningkat dalam pembentukan pendapatan nasional. Dari data
12 negara diantara 13 negara yang diamati, peranan sektor industri meningkat 20%
yaitu pada permulaan pembangunan peranan sektor industri hanya 20% s.d 30% dan
pada akhir pengamatan meningkat menjadi 40% sampai dengan 50% terhadap
pembentukan pendapatan nasional, sedangkan di negara Australia peranan sektor
industri relatif tetap.
c. Peranan sektor jasa tidak mengalami perubahan berarti, hanya di Swedia dan Australia
Sementara di negara lainnya, perubahan tidak begitu signifikan.

FAKTOR YANG MENYEBABKAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

Perubahan corak struktur ekonomi seperti yang digambarkan di atas mempunyai arti
bahwa: (i) produksi sektor pertanian mengalami perkembangan yang lebih lambat ketimbang
perkembangan produksi nasional sedangkan (ii) tingkat pertambahan produksi sektor industri
lebih cepat daripada tingkat pertambahan produksi nasional dan (iii) tidak adanya perubahan
dalam peranan sektor jasa dalam produksi nasional berarti bahwa tingkat perkembangan
sektor jasa adalah sama dengan tingkat perkembangan produksi nasional. Perubahan struktur
ekonomi yang demikian coraknya disebabkan oleh beberapa faktor.
Pertama,keadaan yang demikian disebabkan oleh sifat manusia dalam kegiatan
konsumsinya, yaitu apabila pendapatan naik, elastisitas permintaan yang diakibatkan oleh
perubahan pendapatan adalah rendah untuk konsumsi atas bahan-bahan makan. Sedangkan
permintaan terhadap bahan-bahan pakaian, perumahan dan barang-barang konsumsi hasil
industri keadaannya adalah sebaliknya. Sifat permintaan masyarakat yang seperti ini telah
lama ditunjukkan oleh Engels, dan oleh sebab itu di sebut sebagai hukum Engels.
Kedua, perubahan struktur ekonomi seperti yang digambarkan diatas disebabkan pula
oleh perubahan teknologi yang terus menerus berlangsung. Perubahan teknologi yang terjadi
dalam proses pembangunan akan menimbulkan perubahan struktur priduksi yang
bersifat compulsory dan inducive.
Perubahan Struktur Ekonomi Dalam Penyerapan Tenaga Kerja
Hasil pengamatan S. Kuznets tentang perubahan struktur ekonomi dalam penyerapan
tenaga kerja.
a. Peranan sektor pertanian dalam menyediakan kesempatan kerja menurun disetiap negara.
Peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja mengalami penurunan 20% s.d
50%.
b. Peranan sektor industri dalam menyediakan kesempatan kerja akan mengalami kenaikan
yang relatif, peranannya meningkat hanya beberapa persen poin dan bias juga meningkat
relatif besar dalam menyediakan kesempatan kerja.
c. Peranan sektor jasa daalam menyediakan kesempatan kerja tidak mengalami perubahan
yang berarti.

Faktor yang menyebabkan pola perubahan yang berbeda


Apabila dibandingkan antara: (i) perubahan peranan masing-masing sektor dalam
menciptakan produksi nasional, dengan (ii) perubahan peranan mereka dalam menampung
tenaga kerja, gambaran yang terdapat dalam Tabel pertama dan Tabel kedua menunjukkan
bahwa perubahan relatif dari kedua hal tersebut mempunyai sifat yang agak berbeda. Di
sektor pertanian, secara relatif, perubahan yang terjadi dalam sumbangan sektor itu dalam
menciptakan produksi nasional adalah hampir bersamaan dengan perubahan perannya dalam
menampung tenaga kerja. Dan, disektor jasa perubahan relatif peranannya dalam menampung
tenaga kerja.
Menurut Kuznets perbedaan diatas disebabkan oleh perbedaan dalam perkembangan
tingkat produktifitas di masing-masing sektor dalm proses pembangunan. Dalam keadaan
dimana tingkat produktifitas pada suatu sektor mengalami perkembangan yang sama dengan
perkembangan produktifitas rata-rata yang terjadi dalam keseluruhan perekonomian, maka
perubahan relatif peranan sektor itu dalam menciptakan produksi nasional akan sama
besarnya dengan perubahan relatifnya dalam menampung tenaga kerja. Dengan demikian dari
sifat perubahan relatif yang terjadi di sektor pertanian, dapatlah disimpulkan bahwa pada
masa lalu perbaikan tingkat produktivitas sektor pertanian adalah sama cepatnya dengan
perkembangan produktivitas rata-rata dari keseluruhan perekonomian. Dan dari perubahan
yang telah terjadi dalam sektor industri di negara-negara yang terdapat dalam Tabel pertama
dan kedua dapat pula disimpulkan bahwa, di sektor indutri perubahan relatif dari peranannya
dalam menampung tenaga kerja. Ini berarti tingkat produktivitas di sektor industri
berkembang dengan lebih cepat dari perkembangan tingkat produktivitas keseluruhan
perekonomian. Di sektor jasa perkembangan yang terjadi adalah sebaliknya dari yang terjadi
dalam sektor industri; dengan demikian di sektor jasa tingkat perkembangan produktivitasnya
lebih lambat dari perkembangan tingkat produktivitas rata-rata yang di capai oleh
keseluruhan perekonomian.
Perubahan Struktur Sektor Industri dan Jasa
Selanjutnya Kuznets menganalisis pula perubahan peranan berbagai sub-sektor
industri, berbagai jenis industri dalam sub-sektor industri pengolahan dan sektor jasa dalam
menciptakan produksi nasional maupun dalam menyediakan kesempatan kerja.
Perubahan Peranan Berbagai Jenis Industri
Untuk menganalisis perubahan peranan berbagai sub-sektor industri dalam
menciptakan pendapatan nasional dianalisis data dari enam negara, sedangkan untuk
menganalisis perubahan peranan berbagai sub-sektor industri dalam menampung tenaga kerja
digunakan data dari sebelas negara. Dalam analisisnya Kuznets menbedakan sektor industri
menjadi 4 sub-sektor, yaitu pertambangan, industri pengolahan, industri bangunan, dan
perhubungan serta pengangkutan. Perubahan peranan berbagai sub-sektor dalam sektor
industri dalam menghasilkan produksi nasional dan menciptakan kesempatan kerja, sifat-sifat
pokoknya adalah sebagai berikut:
1. Pada tingkat pembangunan yang rendah, sub-sektor pertambangan pada umumnya
selalu merupakan sub-sektor industri yang kecil peranannya dalam menciptakan produksi
nasional dan menampung tenaga kerja. Dalam proses pembangunan peranan tersebut
menjadi bertambah kecil lagi. Sub-sektor industri bangunan juga mengalami perubahan
yang sama sifatnya dengan sub-sektor pertambangan, yaitu dikebanyakan negara yang
diobservasi, peranannya dalam menciptakan produksi sektor industri dan menampung
tenaga kerja menjadi bertambah kecil apabila tingkat pembangunan ekonomi bertanbah
tinggi.
2. Peranan sub-sektor industri pengolahan, termasuk industri utilities (penyediaan air dan
listrik), dalam menciptakan produksi sektor industri dan menampung tenaga kerja pada
umumnya bertambah besar apabila tingkat pembangunan ekonomi menjadi bertambah
tinggi. Hanya di dua negara yang datanya dikumpulkan, yaitu di Norwegia dan Italia,
peranan sektor ini menurun. Dalam menampung tenaga kerja, peranan sub-sektor industri
pengolahan hanya mengalami penurunan di empat dari sebelas negara yang di observasi
yaitu di Inggris, Swiss, Italia dan Jepang. Dalam sektor industri itu sendiri peranan sub-
sektor industri pengolahan, pada umumnya mengalami kenaikan pula. Dari keadaan ini
Kuznets menyimpulkan bahwa sub-sektor industri pengolahan merupakan sektor dalam
kegiatan ekonomi yang mengalami perkembangan yang paling pesat dalam proses
pembangunan.
3. Perubahan peranan sub-sektor perhubungan dan pengangkutan dalam menciptakan
produksi sektor industri dan menampung tenaga kerja tidak menunjukkan pola yang
seragam. Di Inggris dan Amerika Serikat peranan itu menurun, sedangkan di Swedia
tetap dan ditiga negara lain yaitu Norwegia, Italia dan Australia peranannya malah
meningkat.
4. Untuk Amerika Serikat dan Australia, Kuznets bukan saja menghitung perubahan
peranan berbagai sub-sektor industri berdasarkan pada harga pasar yang berlaku dari
masa ke masa, tetapi juga berdasarkan pada harga tetap. Analisisnya yang belakangan ini
antara lain menunjukkan bahwa peranan sub-sektor perhubungan dan pengangkutan
dalam keseluruhan produksi sektor industri menurut harga tetap telah menjadi semakin
besar. Apabila tingkat harga-harga dianggap tetap, di Amerika Serikat sub-sektor
perhubungan dan pengangkutan menciptakan 14 persen dari keseluruhan produksi sektor
industri pada tahun 1869-78, dan meningkat menjadi 25 persen pada tahun 1939-48. Di
Australia, juga apabila tingkat harga-harga dianggapa tetap, kenaikan peranan sektor itu
adalah dari 4 persen pada tahun 1861-65 menjadi 21 persen pada tahun 1934-38. Dari
keadaan ini Kuznets berkesimpulan bahwa, pertama,biaya pengangkutan dan
perhubungan mengalami penurunan yang besar sekali sejak abad yang lalu. Berarti
efisiensi sektor ini mengalami perbaikan yang tinggi. Kedua,seperti juga sub-sektor
industri pengolahan, sub-sektor perhubungan dan pengangkutan merupakan bidang
kegiatan ekonomi yang mengalami perkembangan yang sangat besar.

Satu aspek lain dari perubahan peranan sektor industri dalam proses pembangunan di
negara maju pada waktu lalu yang dianalisis Kuztnets adalah perubahan peranan industri-
industri dalam sub-sektor industri pengolahan. Sayang sekali negara yang diobservasi sangat
terbatas, yaitu hanya terdiri dari dua negara (Amerika Serikat dan Swedia), sehingga
gambaran yang diperoleh mengenai bentuk perubahan yang terjadi dalam peranan industri-
industri pengolahan dalam keseluruhan kegiatan ekonomi dalam proses pembangunan tidak
dapat dipandang sebagai gambaran umum.

Perubahan Peranan Berbagai Kegiatan di Sektor Jasa


Sektor terakhir yang dianalisis Kuznets dalam menunjukkan perubahan peranan berbagai
sektor dalam menciptakan produksi nasional dan menampung tenaga kerja dalam proses
pembangunan adalah sektor jasa. Sektor ini, dalam analisisnya, dibedakan menjadi dua
sub-sektor yaitu perdagangan, dan jasa perseorangan (private services). Untuk
menunjukkan perubahan peranan sub-sektor jasa diatas menciptakan produksi sektor jasa
diobservasi pula keadaan disepuluh negara. Pokok-pokok kesimpulan dari analisis
tersebut adalah:
1. Peranan sub-sektor perdagangan dalam menciptkan produksi sektor jasa dan terutama
dalam menyediakan pekerjaan di sektor jasa menjadi bertambah besar. Akan tetapi kalau
peranannya tersebut ditinjau dari sudut sumbangan dalam menciptakan produksi nasional
dan menampung tenaga kerja dalam keseluruhan perekonomian, maka coraknya adalah
(i) pada umumnya peranan sub-sektor perdagangan dalam menciptakan produksi
nasional tidak mengalami perubahan atau menurun, dan (ii) peranannya menyediakan
pekerjaan dalam proporsi keseluruhan tenaga kerja, meningkat.
2. Peranan sub-sektor jasa perseorangan dlam menciptakan produksi sektor jasa meupun
produksi nasional, dan dalam menampung tenaga kerja mengalami penurunan yang
sangat besar sekali. Sebaliknya peranan sub-sektor pemerintahan dan pertahanan
menunjukkan kecenderungan meningkat, baik diukur dari sudut peranannya dalam sub-
sektor jasa itu sendiri maupun dalam perekonomian secara keseluruhan.

Perubahan Struktur Industri Menurut Analisis Chenery


Teori chennery dikenal teori pola pembangunan, memfokuskan kepada perubahan
struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di Negara Berkembang, yang mengalami
transformasi dari pertanian tradisional (subsistem) kesektor industry sebagai sebagai mesin
utama penggerak pertumbuhan ekonomi. Analisis Chenery menggunakan data di berbagai
negara dalam suatu masa tertentu di sebut data cross section; dan bukan dengan
mengumpulakan data perubahan peranan berbagai sektor dalam perekonomian seperti yang
dilakukan oleh Kuznets. Aspek yang paling penting dari analisis Chenery, dan yang
menyebabkan analisis yang sperti itu menjadi lebih berguna sebagai usaha untuk
menunjukkan ciri-ciri proses pembangunan ekonomi, adalah bahwa analisis tersebut dapat
digunakan untuk membuat ramalan mengenai peranan berbagai sektor pada berbagai tingkat
pembangunan ekonomi, dan selanjutnya dapat digunakan sebagai landasan dalam
menentukan sumber daya yang perlu dialokasikan ke berbagai sektor ekonomi.
Kerangka pemikiran teori Chenery pada dasarnya sama dengan model Lewis. Teori
Arthus Lewis membahas proses pembangunan ekonomi yang terjadi di perdesaan dan
perkotaan. Sementara Chenery memfokuskan pada perubahan stuktur ekonomi di Negara
berkembang, yang mengalami transformasi dari pertanian ke sector industry sebagai mesin
utama penggerak pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian empiris Chenery mengidentifikasi
bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat perkapita yang membawa
perubahan dalam pola permintaan konsumen dari penekanan pada makanan-makanan dan
barang-barang kebutuhan pokok lain keberbagai macam barang-barang manufaktur dan jasa,
akumulasi modal fisik dan manusia (SDM), perkembangan kota-kota dan industri-industri di
urban bersama dengan proses migrasi penduduk dari pedesaan ke perkotaan, dan penurunan
laju pertumbuhan penduduk dan ukuran keluarga yang semakin kecil, struktur perekonomian
suatu negara bergeser dari yang semula di dominasi oleh sector pertanian dan sektor
pertambangan menuju ke sector-sektor non primer, khususnya industry.
Perubahan struktur ekonomi berbarengan dengan pertumbuhan PDB yang merupakan total
pertumbuhan nilai tambah bruto (NTB) dari semua sector ekonomi dapat dijelaskan sebagai
berikut. Dengan memakai persamaan (1.1), dimisalkan disuatu ekonomi hanya ada dua sector
yaitu industry dan pertanian dengan NTB masing-masing yaitu dan yang membentuk PDB :
PDB = + (1.1)
Atau
I = [a +a ] PDB (1.2)
Dimana a dan adalah pangsa PDB masing-masing dari industry dan pertanian; t
menunjukkan periode tahap awal pembangunan (t=0), sebelum industrialisasi dimulai atau
sector industry belum berkembang: . Dalam proses pembangunan terjadi transformasi
ekonomi, dimana pangsa PDB dari sector industry meningkat dan dari sector pertanian
menurun. Pada tahap akhir pembangunan ekonomi (t=1): a , dimana a >a dan a < a .
Menurut Chenery (1992), proses transformasi structural akan mencapai tarafnya yang
paling cepat bila pergeseran pola permintaan domestic kearah output industry manufaktur di
perkuat oleh perubahan yang serupa dalam komposisi perdagangan luar negeri atau ekspor
sebagaimana yang terjadi di kelompok NICs, seperti Korea Selatan, Taiwan, Singapura dan
Hongkong/China. Dalam modal transformasi structural, relasi antara pertumbuhan output di
sector industry manufaktur, pola perubahan permintaan domestic kearah output industry dan
pola perubahan perdagangan luar negeri dapa digambarkan dalam suatu persamaan sederhana
sebagai berikut :
Dimana :
= Jumlah output bruto dari industry manufaktur
= Permintaan domestic terhadap produk akhir (konsumsi + investasi) dari
industry manufaktur
= Volume perdagangan netto (ekspor – impor produk kompetitif)
= penggunaan produk industry manufaktur sebagai barang antara oleh sector j
= Koefisien input-output yang diasumsikan berfariasi sehubung dengan variasi tingkat
pendapatan perkapita

Berdasarkan model ini, kenaikan produksi sector industry manufaktur dinyatakan sama
besarnya dengan jumlah dari empat factor berikut:
a. Kenaikan permintaan domestic, yang memuat permintaan langsung untuk produk
industry manufaktur plus efek tidak langsung dari kenaikan permiantaan domestic untuk
produk sector-sektor lainnya terhadap sektor-sektor industry manufaktur.
b. Perluasan ekspor (pertumbuhan dan diversifikasi), atau efek total dari kenaikan jumlah
ekspor terhadap produk industry manufaktur.
c. Subitusi impor, atau efek total dari kenaikan proporsi permintaan ditiap sector yang
dipenuhi lewat produksi domestic terhadap output industry manufaktur.
d. Perubahan teknologi, atau efek total dari perubahan koefisien input output di dalam
perekonomian akibat kenaukan upah dan tingkat pendapatan terhadap sector industry
manufaktur.
Transformasi structural dapat dilihat pada perubahan pangsa nilai output (NO) atau
NTB di setiap sector di dalam pembentukan PDB atau PNB atau PN. Berdasarkan hasi studi
dari Chenery tersebut, perubahan struktur ekonomi periode jangka panjang menunjukkan ciri-
ciri kontribusi output dari pertanian terhadap pembentukan PDB mengecil sedangkan pangsa
PDB dari inudtri manufaktur dan jasa mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan
PDB atau PN perkapita. Pada saat PNB perkapita US$ 200, sector-sektor primer menguasai
sekitar 45% dari PNB, sementara industry hanya menyumbang kurang lebih 15% saja. Pada
saat pendapatan perkapita mencapai US$ 1000, kontribusi output dari sector-sektor primer
mengalami penurunan menjadi 20% dan sector industry meningkat sekitar 28%.
Indikator penting kedua yang sering digunakan dalam studi-studi empiris untuk
mengukur pola perubahan struktur ekonomi adalah distribusi kesempatan kerja menurut
sector. Dengan pola yang sama, pada tingkat pendapatan perkapita yang rendah, sector-sektor
primer merupakan kontributor terbesar dalam penyerapan tenaga kerja. Pada tingkat
pendapatan perkapita yang tinggi, sector-sektor sekunder terutama indusri menjadi lebih
penting dibandingkan pertanian sebagai sumber kesempatan kerja.
Aspek yang membedakan antara analisis Kuznets dan Chenery adalah perbedaan
penekanan analisis mereka masing-masing dalam menunjukkan corak perubahan peranan
tiap-tiap sektor kepada keseluruhan kegiatan perekonomian dalam proses pembangunan
ekonomi. Chenery lebih menekankan kepada analisis mengenai perkembangan dalam sub-
sektor industri, sedangkan penekanan analisis Kuznets adalah kepada corak perubahan di
sektor-sektor ekonomi yang utama. Lagipula, dalam analisis mengenai corak perubahan
struktur ekonomi dalam proses pembangunan, Chenery hanya menganalisis perubahan
peranan industri-industri yang tergolong dalam sub-sektor industri pengolahan dalam
menciptakan produksi nasional saja. Analisisnya tidak meneliti perubahan peranannya dalam
menampung tenaga kerja apabila perekonomian bertambah maju.

Perubahan Peranan Berbagai Sektor


Mengenai perubahan peranan berbagai sektor dalam menciptakan produksi nasional
dalam proses pembangunan, Chenery membuat kesimpulan berikut:
1. Peranan sektor industri dalam menciptakan produksi nasional meningkat dari sebesar 17
persen dari produksi nasional pada tingkat pendapatan perkapita sebesar US$100. Khusus
untuk industri pengolahan, peranannya meningkat dari menciptakan sebanyak 12 persen
menjadi 33 persen produksi nasional pada proses perubahan yang dinyatakan diatas.
2. Peranan sektor perhubungan dalam pengangkutan juga akan menjadi dua kali lipat dari
peranannya pada waktu pendapatan perkapita US$100, apabila pendapatan telah mencapai
sebesar US$1000. Sedangkan peranan sektor pertanian menurun dari 45 persen menjadi
hanya 15 persen dari produksi nasional apabila pendapatan perkapita naik dari sebesar
US$100 menjadi US$1000.
3. Peranan sektor jasa tidak mengalami peubahan yang berarti yaitu tetap mencapai
disekitar 38 persen dari produksi nasional dalam proses peningkatan pendapatan perkapita
dari US$100 menjadi US$1000.
Faktor-Faktor Pendorong Proses Industrialisasi
Chenery mengemukakan 3 faktor yang menyebabkan perbedaan diantara lajunya
perkembangan industri-industri dalam sub-sektor industri pengolahan dan perkembangan
tingkat pendapatan perkapita:
1. Sebagai akibat adanya substitusi impor
2. Adanya perkembangan permintaan untuk barang-barang jadi (final goods)
3. Adanya kenaikan dalam permintaan barang-barang setengah jadi(intermediate goods)
Menurut analisis Chenery usaha untuk mengadakan sustitusi impor merupakan faktor
terpenting yang menyebabkan industrialisasi tumbuh pesat, karena faktor ini mengakibatkan
50 persen dari pertumbuhan yang tidak sebanding terjadi. Pengaruh perkembangan
pendapatan terhadap pertambahan permintaan hasil-hasil industri mengakibatkan 22 persen
dari industrialisasi terjadi. Pertambahan pendapatan selanjutnya mengakibatkan 10 persen
dari proses industrialisasi dan perbedaan tingkat pertumbuhan yang terjadi.

Sebab Peranan Sektor Industri di Berbagai Negara


Dalam setiap negara pada umumnya peranan tiap-tiap industri dalam sub-sektor
industri pengolahan adalah lebih tinggi atau lebih rendah dari tingkat yang ditentukan oleh
persamaan regresi tersebut, dan keadaan yang demikian diakibatkan oleh adanya salah satu
gabungan dar faktor-faktor berikut:
1. Luasnya Pasar. Tingkat pendapatan dan jumlah penduduk merupakan dua faktor
penting yang menentukan luas pasar suatu negara. Dinegara-negara yang luas pendapatan
perkapitanya sama, peranan berbagai industri dalam perekonomian akan berbeda apabila
jumlah penduduknya sangat berbeda.
2. Bentuk Distribusi Pendapatan. Dibeberapa negara distribusi pendapatan penduduknya
sangat tidak merata sperti di Afrika Selatan, Kenya dan Peru dimana golongan kaya terdiri
dari bangsa kulit putih yang merupakan pendatang.
3. Kekayaan Alam. Dinegara yang miskin keadaan alamnya, peranan industri menjadi
lebih penting jika dibandingkan dengan negara yang kekayaan alamnya banyak.
4. Perbedaan Keadaan di Berbagai Negara. Perbedaan keadaan seperti iklim, kebijakan
pemerintah dan faktor-faktor sosial budaya merupakan faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi tingkat produksi dan peranan sektor industri kepada produksi nasional.

B. Perubahan Struktur Perekonomian Negara Berkembang


Semakin luas jumlah dan jenis data kegiatan ekonomi yang tersedia di negara
berkembang, semakin memungkinkan para ekonom untuk membuat analisis mengenai
perubahan struktur kegiatan ekonomi dalam proses pembangunan yang telah berlaku di
negara berkembang. Dalam penelitian tahun 1970-an, Chenery dibantu oleh Syrquin telah
menggunakan berbagai data yang menggambarkan tentang kegiatan ekonomi di negara
berkembang untuk mewujudkan ciri-ciri perubahan struktur perekonomian negara-negara
tersebut dalam proses pembangunan ekonominya diantara tahun 1950-1970. Analisis yang
dilakukan oleh Chenery dan Surquin terssebut mirip dengan analisis Chenery mengenai
perubahan struktur ekonomi dalam proses pembangunan yang telah di uraikan pada bagian
yang lalu. Tujuan dari analisis yang baru terutama adalah juga untuk menunjukkan bentuk –
bentuk perubahan yang terjadi dalam berbagai aspek kegiatan ekonomi apabila tingkat
pembangunan ekonomi terjadi bertambah tinggi. Akan tetapi analisis yang baru ini jauh lebih
lengkap dari analisis Chenery yang diuraikan sebelumnya ini, karena lebih banyak data telah
dapat diperoleh untuk analisis tersebut. Perubahan – perubahan tersebut dibedakan menjadi
tiga faktor, yaitu
1. Perubahan dalam struktur ekonomi yang di pandang sebagai perubahan sebagai
perubahan proses akumulasi
2. Perubahan dalam struktur ekonomi yang dipandang sebagai perubahan dalam proses
alokasi sumber daya (resources)
3. Perubahan dalam struktur ekonomi yang dipandang sebagai perubahan dalam proses
demografis dan distribusi.
Kegiatan – kegiatan ekonomi yang termasuk sebagai proses akumulasi meliputi
kegiatan pembentukan modal, pengumpulan tabungan pemerintah dan menyediakan
pendidikan kepada masyarakat. Yang tergolong sebagai alokasi sumber daya adalah struktur
permintah domestik (pegeluaran masyarakat atas produksi dalam negeri), struktur produksi,
dan struktur perdagangan. Dalam golongan yang ketiga, yaitu proses perubahan dalam faktor
– faktor berikut : alokasi tenaga kerja dalam berbagai sektor, urbanisasi, tingkat
kelahiran dan kematian, dan distribusi pendapatan.

Perubahan struktur lainnya

Disamping beberapa perubahan struktur ekonomi dalam proses pembangunan,


pembangunan ekonomi juga melibatkan perubahan struktural lainnya yang dapat diukur.
Walaupun itu terjadi dengan kecepatan yang berbeda didalam macam ekonomi yang berbeda
pula, namun persamaan mereka di tunjang oleh data empiris.

Sementara pembangunan berjalan terus, maka produktivitas tenaga kerjapun


meningkat untuk ekonomi dan keseluruhannya. Perbaikan tidak hanya dalam modal fisik per
pekerja saja tetapi juga dalam modal manusia, seperti tampak pada tingkat kepandaiaan baca
tulis dan pencapaian pendidikan yang lebih tinggi. Sayangnya terlalu mudah merendahkan
nilai besarnya pembentukan modal manusia, karena banyak pengeluaran untuk pendidikan,
gizi, dan perawatan kesehatan diperlihatkan dalam akun nasional sebagai konsumsi baik oleh
pribadi maupun oleh umum.

Jika pendapatan mereka naik dari tingkat terendah pendapatan pemerintah naik juga.
Pendapatan yang lebih tinggi menunjukkan permintaan yang tinggi pula, baik terhadap jasa
pemerintah yang sekarang dikebal sebagai sebuah gejala hokum Engel, maupun terhadap
kemampuan sector public yang lebih besar pula untuk mensuplainya. Hal ini menunjukkan
pula meningkatnya kekuatan badan-badan pemerintah pada sebuah tingkat untuk mengambil
semua sumber daya untuk penggunaan mereka sendiri sebagian karena perbaikan peraturan
dan administrasi perpajakan.

Tidak hanya tabungan tidak sukarela (pajak-pajak) bisa naik, tetapi juga tabungan
sukarela dan jumlah yang ditujukan untuk pembentukan modal fisik. Tabungan yang lebih
tinggi sedikit banyaknya mencerminkan berkurangnya utilitas marginal dari konsumsi
sekarang ini pada pendapatan yang lebih tinggi dengan tingkat konsumsi mereka yang juga
karenanya lebih tinggi. Pada saat yang sama, sumbungan proporsional dari aliran masuk
modal internasional-bantuan luar negeri dan investasi luas negeri bersih terhadap
pembentukan modal total secara umum, adalah lebih rendah di Negara-negara dengan
pendapatan lebih tinggi. Para investor local dan pemerintah Negara-negara berkembang
membiayai lebih banya untuk pembentukan modal mereka sendiri. Keuntungan komparatif
mereka didalam mengidentifikasi proyek-proyek yang menguntungkan atau berguna
bertambah pada saat yang sama dengan kemampuan keuangan mereka untuk menginvestasi
juga naik. Expor dan impor akan naik jika pendapatan naik. Tingkat yang diaanggap berguna
oleh sebuah Negara untuk swasembada, akan menurun. Kemampuan bersaing yang lebih
tinggi secara internasional akan meningkatkan ekspor. Impor akan naik, baik sebagai
masukan proses industrialisasi itu sendiri maupun sebagai reakasi terhadap elastisitas
pendapatan yang tinggi dari perminataan akan barang-barang konsumen impor.

Pada saat yang sama, ekspor produk-produk primer akan jatuh kedalam persentase
dari ekspor total, sementara impor produk primer akan naik. Pemusatan ekonomi pada produk
pertanian dan mineral perlahan-lahan akan diganti, oleh produksi yang lebih besar didalam
sector sekunder selama periode waktu yang tampaknya sangat lambat bagi para peserta.
Produksi sekunder bisa diikuti dengan ekspor manufaktur yang lebih tinggi dan hamper pasti
diikuti oleh peningkatan impor bahan mentah, barang setengah jadi dan bahan bakar
pendukungnya. Akhirnya, tak ada penelitiaan mengenai perubahan-perubahan struktur
pembangunan akan lengkap tanpa dimasukkannya tinjauan demografis.

E. Pandangan Pokok Analisis Mikroekonomi dan Makroekonomi

1. Pandangan Pokok Analisis Mikroekonomi

Ilmu ekonomi mikro mempelajari variabel-variabel ekonomi dalam lingkup kecil


misalnya perusahaan, rumah tangga. Dalam ekonomi mikro ini dipelajari tentang bagaimana
individu menggunakan sumber daya yang dimilikinya sehingga tercapai tingkat kepuasan
yang optimum. Secara teori, tiap individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau
produksi yang optimum bersama dengan individu-individu lain akan menciptakan
keseimbangan dalam skala makro dengan asumsi ceteris paribus.

Isu pokok yang dianalisis dalam teori mokroekonomi adalah: bagaimanakah caranya
menggunakan faktor-faktor produksi yang tersedia secra efisien agar kemakmuran
masyarakat dapat dimaksimumkan? Analisis seperti ini dibuat berdasarkan kapada pemikiran
bahwa (i) kebutuhan dan keinginan manusia tidak terbatas, sedangkan (ii) kemampuan faktor-
faktor produksi menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
masyarakat adalah terbatas. Berdasarkan kepada kedua pemikiran ini, teori mikroekonomi
bertitik tolak kepada pemisalan bahwa faktor –faktor produksi yang tersedia sepenuhnya
digunakan. Keadaan ini mendorong masyarakat untuk memikirkan cara yang paling efisien
dalam menggunakan faktor-faktor produksi yang tersedia.

Dalam teori mikroekonomi masalah di atas dibagi dan dibedakan menjadi tiga
persoalan yang dinyatakan di bahwa ini:

1. Apakah jenis-jenis barang dan jasa yang perlu diproduksikan?

2. Bagimanakah barang dan jasa yang diperlukan masyarakat akan dihasilkan?

3. Untuk siapakah barang dan jasa perlu dihasilkan?


2. Pandangan Pokok Analisis Makroekonomi

Ilmu ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara


agregat(keseluruhan). Variabel-variabel tersebut antara lain : pendapatan nasional,
kesempatan kerja dan atau pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan
ekonomi, maupun neraca pembayaran internasional.

Ilmu ekonomi makro mempelajari masalah-masalah ekonomi utama sebagai berikut :

1. Sejauh mana berbagai sumber daya telah dimanfaatkan di dalam kegiatan ekonomi.
Apabila seluruh sumber daya telah dimanfaatkan keadaan ini disebut full employment.
Sebaliknya bila masih ada sumber daya yang belum dimanfaatkan berarti perekonomian
dalam keadaan under employment atau terdapat pengangguran/belum berada pada posisi
kesempatan kerja penuh.

2. Sejauh mana perekonomian dalam keadaan stabil khususnya stabilitas di bidang


moneter. Apabila nilai uang cenderung menurun dalam jangka panjang berarti terjadi
inflasi. Sebaliknya terjadi deflasi.

3. Sejauh mana perekonomian mengalami pertumbuhan dan pertumbuhan tersebut disertai


dengan distribusi pendapatan yang membaik antara pertumbuhan ekonomi dan
pemerataan dalam distribusi pendapatan terdapat trade off maksudnya bila yang satu
membaik yang lainnya cenderung memburuk.

Kelemahan-kelemahan analisis makroekonomi

Salah satu alasan lain yang menyebabkan analisis makroekonomi digunakan lebih
berhati-hati di Negara berkembang adalah analisis lebih menekan kepada menelaah masalah-
masalah ekonomi yang digunakan dalam jangka pendek.ini berbeda dengan corak analisis
yang di gunakan di Negara berkembang.analisi yang di gunakan pada Negara berkembang
lebih menekankan kepada analisis kepada masalah-masalah pembangunan.

1. Analisis merupakan analisis jangka pendek

Bahwa analisis makroekonomi pada dasarnya merupakan analisis jangka


pendek,dapat di buktikan kepada pemisalan yang di buat dalam teori tersebut.dari sifat-sifat
analisis dapat di simpulkan ;kapasitas alat-alat produksi tetap,jumlah tenaga kerja tidak
berubah,dan tidak terdapat perbaikan dalam tingkat teknologi yang digunakan.
2. Tidak menganalisis faktor non-ekonomi

Tidak terdapat analisis mengenai pengruh keadaan social, struktur social, suasana
politik, nilai-nilai hidup,corak pandangan masyarakat dan corak kebudayaan masyarakat
terhadap kegiatan masyarakat dan corak kebudayaan masyarakat terhadap kegiatan ekonomi
meruapakan kelemahan lain dari makroekonomi.

3. Kurang memperhatikan sektor luar negri

Dalam analisis makroekonomi penanaman modal oleh pengusaha di pandang sebagai


sector penting menentukan tingkat kegiatan ekonomi. Sedangkan factor luar negri tidak
memegang peranan sperti penanaman modal.

F. Proses Multiplier Di Negara Berkembang

Apabila sesuatu perekonomian menghadapi masalah pengangguran, maka haruslah


dilakukan pertambahan dalam pengeluaran masyarakat. Besarnya pertambahan pengeluaran
yang perlu dilakukan supaya tingkat kesempatan kerja penuh dapat dicapai tergantung kepada
dua faktor: besarnya kecondongan konsumsi batas dan besarnya jurang di antara pendapatan
nasional pada kesempatan kerja penuh dan pendapatan nasional yang sekarang tercapai.

Makin tinggi kecondongan konsumsi batas, makin besar multiplier yang akan
diciptakan oleh sejumlah pertambahan dalam pengeluaran. Dengan demikian ini berarti pula
bahwa makin tinggi kecondongan konsumsi batas, makin sedikit pula pertambahan
pengeluaran yang diperlukan untuk menciptakan sejumlah pertambahan dalam pendapatan
nasional dan untuk mencapai kesempatan kerja penuh.

Di negara-negara berkembang sebagian besar dari pendapatan masyarakat digunakan


untuk konsumsi. Sebagai akibatnya kecondongan konsumsi batas di negara-negara tersebut
adalah lebih tinggi daripada di negara-negara maju. Dengan demikian, berdasarkan kepada
teori multiplier, di negara-negara berkembang meningkatkan pendapatan masyarakat
merupakan masalah yang lebih mudah kalau dibandingkan dengan di negara-negara maju.
Selanjutnya teori makroekonomi didasarkan kepada pandangan bahwa perubahan dalam
tingkat pendapatan per kapita berhubungan rapat dengan perubahan dalam tingkat
kesempatan kerja. Ini disebabkan karena dalam analisa makroekonomi dimisalkan bahwa
tingkat teknologi, jumlah penduduk dan tenaga kerja, dan jumlah alat-alat produksi adalah
tetap dan tidak dapat ditambah.
Maka apabila produksi nasional bertambah, bersamaan dengan keadaan tersebut
berlaku pula pertambahan dalam kesempatan kerja, tingkat pengangguran berkurang, dan
kapasitas alat-alat produksi yang digunakan juga akan bertambah tinggi. Karena pertambahan
dalam pendapatan nasional selalu berarti pula pertambahan dalam penggunaan tenaga kerja
dan alat-alat produksi, maka selanjutnya dapatlah disimpulkan bahwa, berdasarkan ramalan
yang dibuat dalam teori multiplier, masalah pengangguran di negara-negara berkembang
adalah lebih mudah diatasi daripada di negara-negara maju.

Tetapi pada kenyataannya keadaan yang berlaku di negara-negara berkembang yang


ditimbulkan oleh adanya pertambahan dalam pengeluaran adalah jauh berbeda dengan
keadaan yang diramalkan dalam teori multiplier. Di negaranegara berkembang pengeluaran
yang berlebih-lebihan mungkin akan mengakibatkan inflasi walaupun dalam perekonomian
tersebut masth terdapat banyak pengangguran. Ini disebabkan karena:

1. kemampuan dari perekonomian tersebut untuk menambah produksi lebih terbatas kalau
dibandingkan dengan kemam¬puan dari negara-negara maju;

2. corak kegiatan ekonorni di negara-negara berkembang sangat berbeda dengan di


negara-negara maju, yaitu di negara-negara berkembang sektor tradisionil menguasai
sebahagian besar kegiatan ekonomi.

Kedua faktor ini rnerupakan penyebab terpenting yang mengakibatkan proses


multiplier tidak dapat berjalan secara semestinya. Proses multiplier seperti yang digambarkan
dalam analisa makroekonomi tidak dapat berlangsung seperti yang diharapkan karena di
negara-negara berkembang sektor produksi mempunyai kemampuan yang lebih terbatas
untuk menaikkan jumlah barang di pasar apabila permintaan berkembang dengan cepat.
Seperti telah dijelaskan, menurut teori multiplier, pertambahan pengeluaran yang dilakukan
masyarakat akan menambah pendapatan segolongan masyarakat lainnya. Golongan
masyarakat yang belakangan ini akan menggunakan sebahagian besar dari pendapatan
tersebut untuk konsumsi.

Dalam jangka pendek, sector produksi di Negara-negara berkembang tidak


mempunyai kesanggupan yang demikian. Faktor-faktor ini menyebabkan sektor pertanian
produktivitasnya sangat rendah dan kemarnpuannya untuk menambah produksi sangat
terbatas. Keadaan di sektor industri tidak banyak berbeda dengan di sector pertanian. Bukan
saja peranan sektor tersebut dalam perekonomian sangat kecil, tetapi juga pada umumnya
industri yang ada merupakan industri rumahtangga atau industri yang bersifat labour
intensive, tingkat produktivitasnya tidak begitu tinggi dan ketrampilan para pekerjanya masih
lebih terbatas. Maka kemampuan untuk menambah produksi berbagai jenis barang masih
belum mencapai tingkat yang dicapai oleh sektor industri di negara-negara maju.

Dalam analisa makroekonomi selanjutnya juga dianggap bahwa sector perusahaan


bersifat responsif terhadap rangsangan-rangsangan yang terjadi di pasar. Apabila terdapat
kemungkinan untuk memperoleh keuntungan yang cukup besar maka mereka akan berusaha
memperolehnya dengan memperbesar jumlah penanaman modal. Sifat ini menambah
kemampuan sektor produksi untuk memenuhi kenaikan permintaan yang terdapat di pasar
dari masa ke masa. Reaksi seperti ini belum tentu terdapat di negara-negara berkembang
karena adanya kekurangan-kekurangan dana modal, keahlian usahawan, tenaga kerja terdidik,
dan tenaga kerja trampil. Di samping itu berbagai faktor sosial, ekonomi dan polifik
adakalanya sangat menghambat terwujudnya responsif yang sama sifatnya dengan di negara-
negara maju apabila terjadi pertambahan yang besar dalam permintaan. Keadaan ini jelas
kelihatan di sektor pertanian.

Walaupun sejak lama negara-negara berkembang menghadapi masalah kekurangan


bahan makanan, sektor ini masih belum dapat mengatasi masalah itu. Dalam teori memang
terbuka kemungkinan yang luas sekali kepada para petani untuk menaikkan produksi
pertanian, yaitu dengan mengubah cara-cara bercocok tanam yang dilakukan mereka
sekarang ini, dengan cara-cara yang akan mempertinggikan tingkat produktivitas dari
kegiatan tersebut. Tetapi sering sekali para petani tidak melakukan hal ini dan menaikkan
produksi dengan cepat, walaupun dalam perekonomian tersebut terdapat kelebihan dalam
permintaan dan usaha itu dapat menambah pendapatan mereka. Berarti para petani pada
umumnya tidak responsif terhadap rangsangan-rangsangan yang terdapat di pasar.

Terbatasnya responsif para petani terhadap rangsangan-rangsangan yang terdapat di


pasar disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang terpenting antara lain adalah,
pertama, harga-harga hasil pertanian pada umumnya jauh lebih tidak stabil kalau
dibandingkan dengan harga-harga barang industri. Ketidakstabilan ini menimbulkan keragu-
raguan dan keengganan para petani untuk melakukan penanaman modal untuk memperbaiki
cara-cara bercocok tanam mereka. Kedua, tenaga kerja di sektor pertanian mempunyai
pengetahuan yang lebih terbatas kalau dibandingkan dengan pengusaha-pengusaha di sektor
modern. Mereka misalnya tidak mengetahui tentang adanya cara bercocok tanam yang lebih
baik, cara mempertinggi efisiensi penggunaan tanah dan cara untuk mempertinggi tingkat
produktivitas.

Keadaan ini berbeda dengan keadaan dalam kegiatan ekonomi modern. Dari masa ke
masa para pengusaha terus-menerus mengadakan perbaikan dalam berbagai aspek kegiatan
mereka. Oleh karenanya kegiatan tersebut bertambah efisien, produktivitasnya terusmenerus
mengalami perbaikan dan dapat selalu dengan cepat menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan yang terjadi di pasar.

Di sektor industri, para pengusaha mempunyai reaksi yang lebih sensitif terhadap
perubahan-perubahan di dalam pasar kalau dibandingkan dengan para produsen di sektor
pertanian. Tetapi responsif mereka tingkatnya tidaklah seperti yang berlaku di negara-negara
maju. Beberapa faktor dapat menim-bulkan keadaan demikian, seperti: kesukaran untuk
memperoleh tenaga ahli yang dapat menjalankan alat-alat produksi modern dengan efisien;
kesukaran untuk memperoleh tenaga pimpinan perusahaan yang, dapat memimpin
perusahaan dengan rnenguntungkan; lebih terbatasnya kesanggupan untuk mengembangkan
teknologi yang akan memperbaiki efisiensi dan mutu produksi: dan adakalanya juga
terdapatnya kesukaran untuk memperoleh valuta asing yang diperlukan untuk mengimport
bahan mentah dan barang-barang untuk mengembangkan industri.

G. Kebijakan Moneter Dan Fiskal Negara Berkembang

1. Kebijakan Moneter Dalam Negara Berkembang

Kebijakan Moneter bersandar pada hubungan antara tingkat bunga dalam


perekonomian, itu adalah harga di mana uang yang bisa dipinjam, dan total pasokan uang.
Kebijakan moneter menggunakan berbagai alat untuk mengontrol salah satu atau kedua,
untuk mempengaruhi hasil seperti pertumbuhan ekonomi , inflasi , nilai tukar dengan mata
uang lainnya dan pengangguran. Dimana mata uang adalah di bawah monopoli penerbitan,
atau di mana ada sistem diatur menerbitkan mata uang melalui bank yang terkait dengan bank
sentral, otoritas moneter memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah uang beredar dan
dengan demikian mempengaruhi tingkat suku bunga (untuk mencapai kebijakan tujuan).

Awal dari kebijakan moneter seperti itu berasal dari akhir abad 19, di mana ia
digunakan untuk mempertahankan standar emas .Suatu kebijakan disebut sebagai kontraktif
jika mengurangi ukuran jumlah uang beredar atau menaikkan tingkat bunga. Sebuah
ekspansif meningkatkan kebijakan ukuran jumlah uang beredar, atau menurunkan tingkat
suku bunga. Selain itu, kebijakan moneter adalah sebagai berikut: akomodatif, jika tingkat
bunga yang ditetapkan oleh otoritas moneter pusat ini dimaksudkan untuk menciptakan
pertumbuhan ekonomi; netral, jika tidak dimaksudkan untuk menciptakan pertumbuhan atau
memerangi inflasi, atau ketat jika dimaksudkan untuk mengurangi inflasi.

Dalam hampir semua negara modern, khusus lembaga (seperti Bank of England ,
dengan European Central Bank , Reserve Bank of India , dengan Federal Reserve System di
Amerika Serikat, Bank of Japan , dari Bank of Canada atau Reserve Bank of Australia ) ada
yang memiliki tugas melaksanakan kebijakan moneter dan sering independen dari eksekutif .
Secara umum, lembaga-lembaga ini disebut bank sentral dan sering memiliki tanggung jawab
lainnya seperti mengawasi kelancaran sistem keuangan.

Hal ini mencakup mengelola jumlah uang beredar melalui pembelian dan penjualan
berbagai instrumen keuangan, seperti tagihan treasury, obligasi perusahaan, atau mata uang
asing. Semua hasil pembelian atau penjualan dalam mata uang dasar kurang lebih memasuki
atau meninggalkan sirkulasi pasar.

Biasanya, tujuan jangka pendek operasi pasar terbuka adalah untuk mencapai target
suku bunga jangka pendek tertentu. Dalam kasus lainnya, kebijakan moneter bukan sasaran
mungkin memerlukan suatu nilai tukar tertentu relatif terhadap beberapa mata uang asing
atau yang lain relatif terhadap emas. Misalnya, dalam kasus Amerika Serikat Federal Reserve
menargetkan tingkat dana federal , tingkat di mana bank meminjamkan kepada anggota satu
sama lain dalam semalam, namun dengan kebijakan moneter Cina adalah target nilai tukar
antara Cina renminbi dan keranjang mata uang asing.

Cara utama lainnya melakukan kebijakan moneter mencakup:

Diskon jendela pinjaman ( lender of last resort );

pinjaman pecahan deposit (perubahan dalam persyaratan cadangan);

Moral bujukan (membujuk pelaku pasar tertentu untuk mencapai tertentu hasil)
Teori Kebijakan moneter adalah proses dimana pemerintah, bank sentral, atau otoritas
moneter dari kontrol negara terhadap jumlah uang beredar, ketersediaan uang, dan biaya uang
atau suku bunga untuk mencapai menetapkan tujuan berorientasi pada pertumbuhan dan
stabilitas ekonomi.

Kebijakan Moneter bersandar pada hubungan antara tingkat bunga dalam


perekonomian, itu adalah harga di mana uang yang bisa dipinjam, dan total pasokan uang.
Kebijakan moneter menggunakan berbagai alat untuk mengontrol salah satu atau kedua,
untuk mempengaruhi hasil seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar dengan mata
uang lainnya dan pengangguran. Dimana mata uang adalah di bawah monopoli penerbitan,
atau di mana ada sistem diatur menerbitkan mata uang melalui bank yang terkait dengan bank
sentral, otoritas moneter memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah uang beredar dan
dengan demikian mempengaruhi tingkat suku bunga (untuk mencapai kebijakan tujuan).
Awal dari kebijakan moneter seperti itu berasal dari akhir abad 19, di mana ia digunakan
untuk menjaga standar emas. Suatu kebijakan disebut sebagai kontraktif jika mengurangi
ukuran jumlah uang beredar atau menaikkan tingkat bunga. Sebuah kebijakan ekspansif
meningkatkan ukuran jumlah uang beredar, atau menurunkan tingkat suku bunga. Selain itu,
kebijakan moneter adalah sebagai berikut: akomodatif, jika tingkat bunga yang ditetapkan
oleh otoritas moneter pusat ini dimaksudkan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi;
netral, jika tidak dimaksudkan untuk menciptakan pertumbuhan atau memerangi inflasi, atau
ketat jika dimaksudkan untuk mengurangi inflasi.

Ciri-ciri kebijaksanaan moneter di Negara terbelakang adalah sebagai berikut:

Pendirian dan Perluasan Lembaga Keuangan

Kebijaksanaan suku bunga yang cocok

Managemen utang

Perimbangan tepat antara penawaran dan permintaan uang

Pengendalian kredit
2. Kebijakan Fiskal di Negara Berkembang

Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk
membelanjakan dananya tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan. Atau dengan
kata lain, Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan
kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur
jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan pendapatan
dan belanja pemerintah. Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak.

Pada sektor rumah tangga(RTK), dimana rumah tangga melakukan pembelian barang
dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan untuk konsumsi daan mendapatkan pendapatan
berupa gaji, upah, sewa, dividen, bunga, dll dari perusahaan. kegiatan ekonomi dengan
Pemerintah adalah rumah tangga menyetorkan sejumah uang sebagai pajak dan menerima
penerimaan berupa gaji, bunga, penghasilan non balas jasa, dll. Sedangkan dengan Dunia
Internasional adalah rumah tangga mengimpor barang dan jasa dari luar negeri untuk
memenuhi kebutuhan hidup.

Pada sektor perusahaan, kegiatan ekonomi memiliki hubungan dengan rumah tangga
yaitu perusahaan menghasilkan produk-produk barupa barang dan jasa yang dikonsumsi oleh
masyarakat dan memberikan penghasilah dan keuntungan kepada rumah tangga barupa gaji,
deviden, sewa, upah, bunga. Sedangkan hubungan dengan Pemerintah, perusahaan akan
membayar pajak kepada pemerintah dan menjual produk dan jasa kepada pemerintah.
Sedangkan hubungan dengan Dunia Internasional, perusahaan melakukan impor atas produk
barang maupun jasa dari luar negri.

Pada sektor pemerintah, kegiatan ekonomi yang berhubungan dengan RumahTangga


dimana pemerintah menerima setoran pajak rumah tangga untuk kebutuhan operasional,
pembangunan. Dan untuk hubungan dengan Perusahaan, pemerintah mendapatkan
penerimaan pajak dari pengusaha dan

Pemerintah membeli produk dari perusahaan berdasarkan dana anggaran belanja yang
ada. Pada sektor Dunia Internasional / Luar Negeri, dimana Hubungan dengan RumahTangga
adalah dunia internasional menyediakan barang dan jasa untuk kepentingan rumah tangga.
dan untuk Hubungan dengan Perusahaan, dunia internasional mengekspor produknya kepada
bisnis-bisnis perusahaan.

Negara Indonesia yang sedang dilanda krisis ekonomi yang berlangsung sejak
beberapa tahun yang lalu. Dimana Tingginya tingkat krisis yang dialami negeri kita ini
diindikasikan dengan laju inflasi yang cukup tinggi. Sebagai dampak atas inflasi, terjadi
penurunan tabungan, berkurangnya investasi, semakin banyak modal yang dilarikan ke luar
negeri, serta terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Kondisi seperti ini tak bisa dibiarkan
untuk terus berlanjut dan memaksa pemerintah untuk menentukan suatu kebijakan dalam
mengatasinya. Kebijakan moneter dengan menerapkan target inflasi yang diambil oleh
pemerintah mencerminkan arah ke sistem pasar. Artinya, orientasi pemerintah dalam
mengelola perekonomian telah bergeser ke arah makin kecilnya peran pemerintah.

Pengaruh krisis ekonomi pada kebijakan fiskal, dimana Berdasarkan AD/ART


pemerintah negara Indonesia, sebagaimana yang dipublikasikan oleh BI, untuk semester
pertama tahun anggaran 2000 terlihat bahwa telah terjadi defisit anggaran yang disebabkan
oleh peningkatan pengeluaran untuk subsidi dan pembayaran bunga hutang. Meski
sebenarnya terjadi peningkatan penerimaan, namun ternyata besarnya peningkatan
penerimaan masih jauh lebih rendah dibanding peningkatan pengeluaran. Dominasi kebijakan
moneter dibanding kebijakan fiskal dan deregulasi sektor riil menyebabkan terjadinya
kebijakan makro ekonomi yang tidak seimbang.

Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang


berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku
akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli
masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan
sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output
industri secara umum.

Tujuan kebijakan fiscal di Negara berkembang adalah antara lain

Untuk meningkatkan laju Investasi

Untuk mendorong investasi optimal secara social

Untuk meningkatkan stabilitas ekonomi di tengah ketidakstabilan internasional

Untuk menanggulangin inflasi


Untuk meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional

H. Mekanisme Pasar di Negara Berkembang

Penerapan prinsip mekanisme pasar secara global memunculkan dampak ketimpangan


dalam kehidupan masyarakat di Indonesia dan negara berkembang lainnya. Kondisi ini
diperparah oleh jargon-jargon paham liberal yang terorganisasi yang diusung International
Monitary Fund (IMF) dan World Bank. Jargon tersebut jelas sangat memotivasi terjadinya
ketimpangan sosial.

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Mennakertrans) Erman Suparno


mengungkapkan, ketimpangan sosial tersebut bukan hanya terjadi di suatu bangsa yang
berkedaulatan dalam bingkai negara. Tetapi ketimpangan di bidang sosial, ekonomi, dan
aspek kehidupan lainnya terjadi antar-bangsa dan antar-negara. "Ketimpangan sosial akibat
penerapan mekanisme pasar global tersebut memunculkan pula ketimpangan politik umat
manusia. Khususnya antara negara maju dan berkembang atau yang sedang berkembang,"
ujar Erman di Bandung, kemarin, usai menghadiri wisuda di Lembaga Pendidikan dan
Ketrampilan Ariyanti.

Di Eropa Barat, Amerika Utara Asia Timur, Australia, dan Selandia Baru yang dikenal
sebagai negara maju, masyarakatnya lebih siap untuk menghadapi penerapan mekanisme
pasar global tersebut. Bahkan masyarakat di negara-negara tersebut dapat menikmati manfaat
dari proses globalisasi itu. Sebaliknya, masyarakat di belahan Eropa Timur, Asia Selatan, dan
sebagian Asia Tenggara serta Afrika yang dikenal sebagai negara berkembang menanggung
derita akibat dari proses globalisasi itu.

Negara-negara maju berhasil membangun kualitas sumber daya manusia (SDM),


karena dikategorikan sebagai investasi SDM (human capital investment). Jelas ini pun
sekaligus mencerminkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk bisa mengelola
sumber daya alam (SDA), sehingga bisa memberikan kemakmuran terhadap masyarakat
secara merata. Sebaliknya negara-negara berkembang umumnya belum bisa meningkatkan
kualitas SDM untuk mengelola SDA. Ini berakibat pada kemakmuran masyarakat yang tidak
merata. Indonesia termasuk salah satunya. Maka dari itu, dalam lima tahun ke depan,
Indonesia harus mampu mengejar ketertinggalan dalam membangun SDM, sehingga mampu
mengelola SDA secara maksimal.
HAMBATAN PEMBANGUNAN
FAKTOR PENGHAMBAT PEMBANGUNAN

Faktor Dalam Negeri


1. Faktor Pertumbuhan penduduk
Dapat merupakan penghambat, karena :
- Bisa mengakibatkan pengangguran,
- Produktivitas rendah
- Jumlah pendapatan perkapita rendah
- Hasrat berinvestasi rendah
- Distribusi pendapatan semakin tidak merata komposisinya.
- Dapat menimbulkan urbanisasi
- Kemampuan ekspor menurun timbul keinginan utk impor

Dapat merupakan pendorong pembangunan, karena :


- Memungkinkan bertambahnya tenaga kerja
- Memperluas perkembangan pasar
- Peningkatan teknologi terutama teknologi bahan pangan

Pengaruh langsung pertumbuhan penduduk terhadap kesejahteraan dikemukakan oleh RR


NELSON & H. Leibstein
Dibagi 2 : Jangka pendek & jangka panjang
1. Dalam jangka pendek
Pertumbuhan penduduk di negara berkembang menyebabkan tingkat kesejahteraan
masyarakat telah mengalami perbaikan yg berarti.
2. Dalam jangka panjang
Tingkat kesejahteraan menurun di mana tingkat pendapatan = pendapatan cukup hidup.
PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP FAKTOR-FAKTOR
PENENTU DALAM PEMBANGUNAN :
1. Mengurangi jumlah tabungan yg diciptakan anggota masyarakat
2. Corak penanaman modal lebih banyak untuk pendidikan & sarana sosial
3. Pemerataan pendapatan terjadi jurang antara golongan masyarakat
4. Strategi pemulihan teknologi yang akan digunakan
5. Mempercepat kenaikan produksi barang makanan
6. Perkembangan ekspor impor, ekspor impor

2. Faktor penghambat pembangunan dualisme


Konsep Dualisme : Perbedaan antara bangsa kaya dan miskin, perbedaab antara berbagai
golongan masyarakat yang semakin meningkat. 4 Unsur pokok Konsep Dualisme :
1. Dua keadaan yg berbeda : Superior dan inferior
2. Kenyataan hidup perbedaan bersifat kronis dan bukan transisional.
3. Derajat superioritas atau inferioritas terus meningkat
4. Keterkaitan antar unsur berpengaruh kecil.

Dualisme dapat dibedakan beberapa macam


1. Dualisme Sosial
J.H. BOEKE (Ekonom Belanda) : Suatu pertentangan sistim sosial yang diimpor
dengan sistim sosial pribumi yg memiliki corak berbeda.
2. Dualisme Ekologis
CLIFFORD GEERTZ (1963) : Perbedaan dalam sistim ekologis. Menggambarkan pola-
pola sosial ekonomi menyatu dalam keseimbangan internal.
3. Dualisme Teknologi
BENJAMIN HIGGINS (1956) : Suatu keadaan dimana dalam suatu bidang kegiatan
ekonomi tertentu digunakan teknik produksi & organisasi produksi yg sangat berbeda
coraknya.
4. Dualisme Finansial
HLA MYINT (1967) : dimana ada pasar modal / uang yg sangat berbeda, ada yg
terorganisir (melalui bank, bursa efek) dan tidak terorganisir (tuan tanah, rentenir).
5. Dualisme Regional
Dibicarakan Para Ahli (1960) : Yaitu adanya ketidakseimbangan pembangunan di
berbagai daerah dalam suatu wilayah negara.
Dualisme Regional dibedakan 2 jenis, yaitu :
1. Dualisme antara daerah perkotaan dan pedesaan
2. Dualisme antara pusat negara, pusat industri dan perdagangan dengan daerah-
daerah lain dalam negara tersebut.

Dengan adanya dualisme mengakibatkan ketidakmampuan shg sumber daya yang ada di
NYSB tidak digunakan secara efesien : Kurva Kemungkinan Produksi
(PRODUCTION POSSIBILITIES CURVE)

3. Lingkaran perangkap kemiskinan (The VICIOUS CYRCLES)


yaitu suatu rangkaian kekuatan-kekuatan yg saling mempengaruhi satu sama lain
sedemikian rupa shg menimbulkan keadaan dimana suatu negara akan tetap miskin dan
akan mengalami banyak kesukaran untuk mencapai tingkat pembangunan yg lebih tinggi.

Ada 2 teori jenis lingkaran perangkap kemiskinan NURKSE :


1. Dari segi penawaran modal
Tingkat pendapatan masy. rendah karena produktivitas rendah.
2. Dari segi permintaan modal

Peningkatan pembentukan modal bukan hanya dibatasi oleh lingkaran perangkap


kemiskinan, tetapi juga oleh INTERNATIONAL DEMOSTRATIVE EFECT, yaitu
kecenderungan untuk mencontoh corak konsumsi di kalangan masyarakat yg lebih maju.

TEORI MENURUT MEIER & BALDWIN


Lingkaran perangkap kemiskinan timbul dari hubungan saling mempengaruhi diantara
keadaan masyarakat yg terbelakang & tradisional dgn kekayaan alam yg masih belum
dikembangkan.

Penyebab adanya lingkaran perangkap kemiskinan :


1. Ketidakmampuan utk menyerahkan tabungan yg cukup
2. Kurangnya perangsang utk melakukan penanaman modal
3. Taraf pendidikan, pengetahuan dan keahlian masing-masing.

Faktor Luar Negeri Penghambat Pembangunan :


1. Struktur Ekspor Kolonial
Sebagian ekspor adalah barang-barang hasil pertanian, pertambangan, perikanan yg
semuanya berbentuk bahan mentah. Bahan baku tersebut jenisnya sangat terbatas.

2. Proses Sebab Akibat Komulatif


Yaitu sebab-sebab dari bertambah buruknya perbedaan dalam tingkat pembangunan di
berbagai daerah, dalam suatu negara.

TEORI MENURUT MYRDAL


1. Back Wash Effect
Yaitu pembangunan di daerah maju akan menciptakan hambatan yg lebih besar
kepada daerah-daerah yang terbelakang.

Penyebabnya :
a. Corak perpindahan penduduk yg masih muda & lebih terdidik
b. Corak aliran modal, kurangnya aliran / permintaan modal di daerah miskin. Karena
modal lebih terjamin di daerah yg maju.
c. Jaringan transportasi, daerah maju yg lebih baik

2. SPREAD EFFECT
Yaitu perkembangan daerah yg lebih maju dapat mendorong perkembangan di daerah
yg miskin.
- Timbulnya barang hasil pertanian & kerajinan.
PERSYARATAN DASAR PEMBANGUNAN

Negara terbelakang yang berhasrat ingin maju harus memenuhi prasyarat-prasyarat


dasar
bagi pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi tidak dapat dicapai semata-mata dengan
menyingkirkan hambatan yang menghalangi kemajuan ekonomi. Menurut Prof. W.A. Lewis,
“pendorong utama pertumbuhan ekonomi ialah: upaya untuk berhemat (ekonomis),
peningkatan
pengetahuan atau penerapannya di bidang produksi, dan peningkatan jumlah modal atau
sumber
lain per-kepala.” Akan tetapi karena pembangunan ekonomi berkaitan erat dengan “kekayaan
manusia, sikap sosial, kondisi politik dan latar sejarah” maka kondisi ekonomi saja tidaklah
cukup. Kondisi politik, psikologi, sosial dan budaya, merupakan syarat yang sama pentingnya
dengan kondisi ekonomi.

Berikut ini akan dibahas beberapa persyaratan dasar pembangunan


ekonomi. :

1. Atas dasar kekuatan sendiri


Syarat utama bagi pembangunan ekonomi ialah bahwa proses pertumbuhannya
harus
bertumpu pada kemampuan perekonomian di dalam negeri. Hasrat untuk memperbaiki nasib
dan prakarsa untuk menciptakan kemajuan material harus muncul dari warga Negara itu
sendiri. Prof. Cairncross mengatakan dalam hal ini: “Pembangunan tidak akan mungkin jika
ia tidak berkenan di hati rakyat.”

2. Menghilangkan ketidaksempurnaan pasar


Syarat kedua berkaitan dengan usaha menghilangkan ketidaksempurnaan pasar
yang
menyebabkan immobilitas faktor dan menghambat ekspansi sektoral dan pembangunan. Prof.
Schultz mengatakan, “untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup berarti, maka
Negara seperti itu di dalam mengalokasikan modal dan usahanya harus melakukan tiga hal:
meningkatkan kuantitas barang yang dapat direproduksi, memperbaiki kualitas manusia
sebagai agen produksi, dan meningkatkan kadar seni produksinya.”

3. Perubahan Struktural
Perubahan structural mengandung arti peralihan dari masyarakat pertanian
tradisional
menjadi ekonomi industri modern, yang mencakup peralihan lembaga, sikap sosial dan
motivasi yang ada secara radikal. Perubahan structural semacam ini menyebabkan
kesempatan kerja semakin banyak, produktivitas buruh, stok modal, pendayagunaan sumber-
sumber baru serta perbaikan teknologi akan semakin tinggi.

4. Pembentukan modal
Pembentukan modal merupakan faktor paling penting dan strategis dalam proses
pembangunan ekonomi. Pembentukan modal bahkan disebut sebagai “kunci utama menuju
pembangunan ekonomi.” Sekali proses ini berjalan, ia akan senantiasa mengumpal dan
menghidupi dirinya sendiri. Proses ini berjalan melalui tiga tingkatan: (i) kenaikan volume
tabungan nyata yang tergantung pada kemauan dan kemampuan untuk menabung;
(ii)
keberadaan lembaga kredit dan keuangan untuk menggalakkan dan menyalurkan tabungan
agar dapat dialihkan menjadi dana yang dapat diinvestasikan; dan (iii) penggunaan tabungan
untuk tujuan investasi dalam barang-barang modal pada perusahaan. Pembentukan modal
juga berarti pembentukan keahlian, karena keahlian kerapkali berkembang sebagai akibat
pembentkan modal.

5. Kriteria investasi yang tepat


Menentukan pola investasi sama pentingnya dengan menentukan laju pembentukan modal.
Tetapi ini bukanlah tugas yang mudah.negara terbelakang tidak saja harus menentukan
besarnya tingkat investasi tetapi juga komposisi investasi itu. Negara memiliki tanggung
jawab untuk melakukan investasi yang paling menguntungkan masyarakat. Pola optimum
investasi sebagian besar tergantung pada iklim investasi yang tersedia di negeri itu dan pada
produktivitas marginal sosial dari berbagai jenis investasi.

6. Persyaratan sosio-budaya
Wawasan sosio-budaya masyarakat haruslah diubah jikalau pembangunan diharapkan dapat
berjalan. Manakala terdapat hambatan sosial yang menghalangi kemajuan ekonomi,
hambatan tersebut harus disingkirkan atau disesuaikan.organisasi sosial seperti keluarga
bersama, system kasta, warna kulit, dogma agama dan kehidupan desa harus dimodifikasi
sehingga selaras dengan pembangunan. Setiap perubahan sosial atau budaya akan membawa
ketidakpuasan dan perlawanan dibelakangnya, yang karena itu dapat berpengaruh buruk pada
perekonomian. “karena kesejahteraan ekonomi hanyalah merupakan sebagian saja
dari
kesejahteraan sosial pada umumnya maka yang terakhir inilah yang harus mendapatkan
perhatian utama. Kenaikan pendapatan nasional tidak akan membawa kenaikan kesejahteraan
sosial, jika kenaikan pendapatan itu kurang dibarengi dengan penyesuaian budaya.”

7. Administrasi
Kehadiran administrasi yang kuat, berwibawa dan tidak korup, merupakan sine qua non
pembangunan ekonomi. Pemerintahan harus kuat, mampu menegakkan hukum dan
ketertiban serta dapat mempertahankan negeri melawan agresi dari luar. Tanpa
alat
perlengkapan administratif yang baik dan efisien, rencana pembangunan publik maupun
privat tidak akan dapat dilaksanakan secara sempurna. Kebutuhan akan pemerintahan yang
bersih dalam pembangunan ekonomi secara singkat dijelaskan oleh Prof. Herman Finer:
“pembangunan ekonomi memerlukan hukum dan peraturan perundang-undangan
yang
berfungsi sebagai pedoman dan memberikan kepastian tentang keuntungan yang sepadan
dengan usaha dan pengorbanan seperti dijanjikan oleh program pembangunan. Pembangunan
ekonomi juga memerlukan suatu system administrasi yang tepat untuk melaksanakan rencana
yang dicantumkan di dalam peraturan perundang-undangan. Pemerintahan seperti itu harus
menyediakan pelayanan kepada masyarakat, kapan saja dibutuhkan, untuk
mendorong:
pembangunan ekonomi; ketertiban, keadilan, polisi, pertahanan; imbalan yang
sepadan
dengan kemampuan dan penerapan di dalam produksi; jaminan dalam menikmati hak milik
yang sifatnya bias sangat beraneka ragam; hak waris; jaminan bahwa persetujuan
dan
perjanjian bisnis akan ditepati; ketentuan-ketentuan tentang standar satuan berat; ukuran dan
mata uang serta stabilitas sistem pemerintahan itu sendiri, untuk memelihara rasa ketertiban
dan harapan serta tugas masa depan yang dapat diperhitungkan
PENDAPATAN PERKAPITA SEBAGAI INDEKS
TINGKAT KESEJAHTERAAN
Pendapatan perkapita selain bisa memberikan gambaran tentang laju pertumbuhan kesejahteraan
masyarakat di berbagai negara juga dapat menggambarkan perubahan corak perbedaan tingkat
kesejahteraan masyarakat yang sudah terjadi diantara berbagai negara.

PENDAPATAN PERKAPITA PERTAHUN PERLU DIKETAHUI UNTUK :


1. MEMBANDINGKAN TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DARI MASA KE MASA
2. MEMBANDINGKAN LAJU PERKEMBANGAN EKONOMI ANTARA BERBAGAI NEGARA
3. MELIHAT BERHASIL TIDAKNYA PEMBANGUNAN EKONOMI SUATU NEGARA.
Kelemahan :
1. Kelemahan umum pendekatan pendapatan perkapita sebagai indikator pembangunan (indeks
kesejahteraan) adalah bersumber pada anggapan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat
ditentukan oleh besarnya pendapatan perkapita.
2. Kelemahan metodologis yang timbul karena perbandingan tingkat kesejahteraan antar
masyarakat mengabaikan adanya perbedaan antara negara-negara sebagai berikut : struktur
umur penduduk, distribusi pendapatan masyarakat nasional, metode perhitungan pendapatan
dan perbedaan kurs.

KELEMAHAN AD 1
v kelemahan metodologis & statistis dalam menghitung pendapatan perkapita dalam nilai mata uang
sendiri maupun mata uang asing.

v terjadi penafsiran yang salah / terlalu rendah thd negara miskin karena jenis-jenis kegiatan di
negara miskin terdiri dari unit-unit kecil dan tersebar di berbagai pelosok shg tidak dimasukkan dalam
variabel perhitungan pendapatan nasional.

v nilai tukar resmi mata uang suatu negara dengan valuta asing tidak mencerminkan perbandingan
harga kedua negara, walaupun dalam teori dikatakan nilai tukar ini menyatakan harga.
KELEMAHAN AD 2
faktor-faktor lain menentukan pendapatan dari tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara

1. FAKTOR EKONOMI :
v struktur umur penduduk

v distribusi pendapatan tidak merata, sebagian tidak menikmati hasil pembangunan.

v corak pengeluaran masyarakat berbeda

v masa lapang / waktu senggang tinggi

v pembangunan ekonomi tdk hanya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat tetapi juga harus
mengurangi jumah pengangguran.

2. FAKTOR NON EKONOMI :


v pengaruh adat istiadat

v keadaan iklim dan alam sekitar

v ketidakbebasan bertindak dan mengeluarkan pendapat dan bertindak

1. 2. Indikator Kesejahteraan Ekonomi Bersih (Net Economic Welfare) => William Nordhaus
dan James Tobin (1972)
Diperkenalkan William Nordhaus dan James Tobin (1972), menyempurnakan nilai-nilai GNP untuk
memperoleh indicator ekonomi yg lebih baik, dgn dua cara :

1. a. Koreksi Positip : Memperhatikan waktu senggang (leisure time) dan perekonomian sector
informal.
2. b. Koreksi Negatif : Kerusakan lingkungan oleh kegiatan pembangunan
INDIKATOR NON MONETER
1. Indikator Sosial
Oleh Backerman ; dibedakan 3 kelompok :

1. Usaha membandingkan tingkat kesejahteraan masy. di dua negara dengan memperbaiki cara
perhitungan pendapatan nasional, dipelopori oleh Collin Clark dan Golbert dan Kravis.
2. Penyesuaian pendapatan masy. dibandingkan dengan mempertimbangkan tingkat harga
berbagai negara.
3. Usaha untuk membandingkan tingkat kesejahteraan dari setiap negara berdasarkan data yg tdk
bersifat moneter (non monetary indicators).
Indikator non moneter yg disederhanakan (modified non-monetary indicators).
1. Indeks Kualitas Hidup dan Indeks Pembangunan Manusia
Morris D : Physical Quality of Life Index (PQLI) Indeks Kualitas Hidup (IKH) yaitu gabungan tiga faktor
: tingkat harapan hidup, angka kematian dan tingkat melek huruf. Sejak thn 1990 UNDP
mengembangkan indeks pembangunan manusia (Human Development Index = HDI) : (1) Tingkat
harapan hidup (2) Tingkat melek huruf masyarakat dan (3) Tingkat pendapata riil perkapita masy.
berd. Daya beli masing-masing negara. Besarnya indeks 0 s/d 1. Semakin mendekati 1 berarti indkes
pembangunan manusianya tinggi demikian sebaliknya.
1. Indeks Campuran
BPS : Indikator Kesejahteraan Rakyat Susenas Inti (Core Susenas) Pendidikan : tk pendidikan, tk
melek huruf & tk partisips pendidikan

1. Kesehatan : rata-rata hari sakit, fasilitas kesehatan


2. Perumahan : sumber air bersih & listrik, sanitasi & mutu rumah
3. Angkatan kerja : partisipasi tenaga kerja, jml jam kerja, sumber penghasilan utama, status
pekerjaan
4. Keluarga Berencana dan Fertilisasi : Penggunaan ASI, tingkat imunisasi, kehadiran tenaga
kesehatan pada kelahiran, penggunaan alat kontrasepsi
5. Ekonomi : tingkat konsumsi perkapita
6. Kriminalitas : jml pencurian pertahun, jumlah pembunuhan pertahun, jumlah perkosaan pertahun.
7. Perjalanan wisata : frekuensi perjalanan wisata pertahun
8. Akses di media massa : jumlah surat kabar, jumlah radio dan jumlah televisi
PERTUMBUHAN, KEMISKINAN, DAN
PEMERATAAN PEMBANGUNAN
FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI
1. Akumulasi modal
2. Pertumbuhan penduduk
3. Kemajuan teknologi

Ada 3 macam klasifikasi kemajuan teknologi :


- Netral
- Hemat tenaga kerja (Labor Saving)
- Hemat modal (Capital Saving)

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN EKONOMI MODERN


SIMON KUZNETS (Nobel Ekonomi 1971) mendefinisikan PERTUMBUHAN
EKONOMI : peningkatan kemampuan suatu negara untuk menyediakan barang-barang
ekonomi bagi penduduknya ; pertumbuhan kemampuan ini disebabkan oleh kemajuan
teknologi dan kelembagaan serta penyesuaian ideologi yang dibutuhkannya.

Definisi tersebut ada 3 komponen pokok yang penting, yaitu :


1. Kenaikan output nasional secara terus menerus
2. Kemajuan teknologi sebagai prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi
3. Penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideologi.

KUZNETS memisahkan 6 karakteristik proses pertumbuhan pada hampir semua


negara maju :

DUA VARIABEL EKONOMI AGREGATIF


1. Tingginya tingkat pertumbuhan output per kapita dan penduduk
2. Tingginya tingkat kenaikan produktivitas faktor produksi secara keseluruhan, terutama
produktivitas tenaga kerja.
DUA VARIABEL TRANSFORMASI STRUKTURAL
3. Tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi
4. Tingginya tingkat transformasi sosial dan ideologi

DUA FAKTOR yang mempengaruhi meluasnya pertumbuhan ekonomi internasional :


5. Kecenderungan negara-negara maju secara ekonomis untuk menjangkau seluruh dunia
untuk mendapatkan pasar dan bahan baku.
6. Pertumbuhan ekonomi ini hanya terbatas pada sepertiga populasi dunia.

KETIDAKMERATAAN DISTRIBUSI PENDAPATAN NYSB


Menurut IRMA ADELMAN & CYNTHIA TAFT MORRIS (1973) ada 8 :
1. Pertambahan penduduk tinggi, shg pendapatan perkapita menurun
2. Inflasi : dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proposional
dengan pertambahan produksi barang-barang.
3. Ketidakmerataan pembangunan antar daerah
4. Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek padat modal (Capital Intensive) shg
prosentase pendapatan modal dari harta tambahan besar dibandingkan dengan prosentase
pendapatan yg berasal dari kerja, sehingga pengangguran bertambah.
5. Rendahnya mobilitas sosial
6. Pelaksanaan kebijaksanaan industri substitusi impor yang mengakibatkan kenaikan harga-
harga barang hasil industri untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis.
7. Memburuknya nilai tukar (Term of Trade) bagi NYSB dalam perdagangan dgn negara-
negara maju, sebagai akibat ketidakelastisan permintaan negara-negara thd barang-barang
ekpsor NYSB.
8. Hancurnya industri-industri kerajinan rakyat, seperti pertukangan, industri rumah tangga
dll.

KEMISKINAN
Ukuran kemiskinan :
1. Kemiskinan Absolut
Konsep kemiskinan dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan.
Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian, dan perumahan untuk
menjamin kelangsungan hidup (Todaro, 1997)
2. Kemiskinan Relatif
Bersifat dinamis, shg kemiskinan akan selalu ada.

INDIKATOR KEMISKINAN
1. Tingkat konsumsi beras
2. Tingkat pendapatan
3. Indikator kesejahteraan rakyat
Publikasi UN (1961) berjudul “INTERNATIONAL DEFINITION AND
MEASUREMNT OF LEVELS OF LIVING : AN INTERIM GUIDE” Ada 9
Komponen kesejahteraan :
1. Kesehatan
2. Konsumsi makanan & gizi
3. Pendidikan
4. Kesempatan Kerja
5. Perumahan
6. Jaminan sosial
7. Sandang
8. Rekreasi
9. Kebebasan

STRATEGI KEBIJAKAN MENGURANGI KEMISKINAN


1. Pembangunan pertanian
2. Pembangunan SDM
3. Peranan LSM
Bentuk & macam organisasi kemasyarakatan ada 4 katagori :
1. LSM
2. LPSM
3. Organisasi Sosial lain
4. Organisasi Semi Pemerintah
FAKTOR PENGHAMBAT PEMBANGUNAN

Faktor Dalam Negeri


1. Faktor Pertumbuhan penduduk
Dapat merupakan penghambat, karena :
- Bisa mengakibatkan pengangguran,
- Produktivitas rendah
- Jumlah pendapatan perkapita rendah
- Hasrat berinvestasi rendah
- Distribusi pendapatan semakin tidak merata komposisinya.
- Dapat menimbulkan urbanisasi
- Kemampuan ekspor menurun timbul keinginan utk impor

Dapat merupakan pendorong pembangunan, karena :


- Memungkinkan bertambahnya tenaga kerja
- Memperluas perkembangan pasar
- Peningkatan teknologi terutama teknologi bahan pangan
Modal Manusian: Pendidikan dan
Kesehatan dalam Pembangunan Ekonomi

Apa yang menentukan baik tidaknya sistem kesehatan? dan bagaimana kita bisa
mengetahui bahwa suatu sistem kesehatan telah berfungsi dengan sebaik-baiknya? Semua
pertanyaan ini meruppakan subjek dari perdebatan publik di hampir semua negara di seluruh
dunia.

1.Arti Penting Pendidikan dan Kesehatan


Pendidikan dan kesehatan adalah tujuan pembangunan mendasar; Pendidikan dan kesehatan
masing-masing juga memiliki arti yang penting. Kesehatan sangat penting artinya bagi
kesehjateraan, dan pendidikan bersifat esensial bagi kehidupan yang memuaskan dan
berharga; Keduanya sangat fundamental dalam kaitanya dengan gagasan yang lebih luas
mengenai peningkatan kapabilitas manusia sebagai makna pembangunan yang sesungguhnya.
Pada saat yang sama pendidikan juga memainkan peran penting untuk meningkatkan
kemampuan suatu negara berkembang dalam menyerap teknologi modern dan
mengembangkan kapasitas bagi terwujudnya pertumbuhan dan pembangunan berkelanjutan.
Selain itu kesehatan adalah prasyarat bagi peningkatan produktivitas, dan pendidikan yang
berhasil juga bergantung pada kesehatan yang memadai. Dengan demikian Kesehatan dan
pendidikan juga dapat dipandang sebagai komponen pertumbuhan dan pembangunan yang
vital-sebagai input bagi fungsi produksi agregat.
Meningkatkan pendidikan dan kesehatan merupakan suatu tantangan yang besar bagi negara-
negara berkembang Distribusi kesehatan dan pendidikan di suatu negara sama pentingnya
dengan distribusi pendapatan; tingkat kehidupan mungkin lebih tinggi bagi orang-orang yang
lebih beruntung di negara berkembang, tetapi jauh lebih rendah di kalangan orang-orang
miskin.
1.1 Pendidikan dan Kesehatan Sebagai Investasi Gabungan bagi
Pembangunan
Kesehatan dan pendidikan berkaitan erat dengan pembangunan ekonomi. Di satu sisi, modal
kesehatan yang semakin besar dapat meningkatkan pengembalian atas investasi di bidang
pendidikan, karena kesehatan merupakan faktor penting dalam kehadiran di sekolah dan
dalam proses pembelajaran formal seorang anak. Di sisi lain semakin besarnya modal
pendidikan dapat meningkatkan pengembalian atas inviestasi di bidang kesehatan, karena
banyak program kesehatan yang bergantung pada pendidikan.

1.2 Peningkatan Kesehatan dan Pendidikan : Mengapa Peningkatan


Pendapatan Saja Tidak Cukup
Tingkat kesehatan dan pendidikan jauh lebih tinggi di negara-negara berpendapatan
tinggi. Dengan pendapatan yang lebih tinggi maka warga dan pemerintah dapat
mengeluarkan dana yang lebih besar untuk kepentingan pendidikan dan kesehatan , dan
dengan kesehatan dan pendidikan yang lebih baik produktivitas dan pendapatan yang lebih
tinggi akan lebih mudah di capai. Karena adanya hubungan ini maka kenijakan
pembangunan perlu difokuskan pada pendapatan, kesehatan, dan pendidikan secara
bersamaan. Orang-orang umumnya akan mengeluarkan dana lebih besar bagi modal manusia
jika pendapatan lebih tinggi.

2 Berinvestasi dalam Pendidikan dan Kesehatan: Pendekatan


Modal Manusia
Modal manusia adalah istilah yang sering digunakan para ekonom untuk mengacu pada
pendidikan, kesehatan, dan kapasitas manusia lainya yang jika di tingkatkan dapat
meningkatkan produktivitas. Investasi di bidang modal manusia ini dianalogikan seperti
investasi konvensional dalam modal fisik. Setelah dilakukan investasi awal, aliran
pendapatan yang lebih tinggi di masa yang akan datang dapat diperoleh dari perluasan
pendidikan dan peningkatan kesehatan.

Pendidikan dan kesehatan juga berkontribusi langsung terhadap kesehjateraan. Sebagai


contoh, kesehatan dan pendidikan meningkatkan pemberdayaan dan kemandirian dalam hal-
hal penting kehidupan, seperti kapasitas untuk terlibat dalam kehidupan bermasyarakat,
mengambil keputusan atas perawatan kesehatan untuk diri sendiri, dan kebebasan untuk
memilih sendiri pasangan hidup ketimbang di jodohkan keluarga.

3 Pekerja Anak
Pekerja anak merupakan masalah yang tersebar luas di negara-negara berkembang. Jika
seorang anak berusia di bawah 15 tahun bekerja, sekolah mereka akan terganggu dan dalam
hampir semua kasus bahkan tidak bersekolah sama sekali. Keadaan itu makin menggenaskan
karena kesehatan anak-anak yang bekerja itu sangat buruk, bahkan dalam status mereka yang
miskin ternyata kesehatan mereka lebih buruk di bandingkan dengan anak-anak miskin yang
tidak bekerja, dan umumnya pertumbuhan fisik mereka terhambat.

Terdapat empat pendekatan utama dalam kebijakan pekerja anak yang sekarang di terapkan
dalam perumusan kebijakan pembangunan.

1. Menyadari bahwa pekerja anak merupakan cerminan kemiskinan, sehingga


merekomendasikan fokus pada upaya penanggulangan kemiskinan ketimbang langsung
menangani masalah pekerja anak.
2. Mengedepankan strategi yang dapat menarik anak-anak kesekolah, yang
mencakup perluasan pengadaan unit sekolah baru, dan bantuan tunai bersyarat.
3. pekerja anak tidak dapat dihindari, setidaknya dalam jangka pendek
mengedepankan pada cara-cara yang dapat meringankannya seperti melalui pengaturan yang
dapat mencegah penganiayaan dan penyediaan layanan pendukung bagi anak-anak yang
bekerja.
4. Pendekatan keempat, yang paling sering diasosiasikan dengan ILO,
mendukung pelarangan pekerja anak. Akan tetapi, jika larangan pekerja anak tidak mungkin
dilakukan dan ada kesadaran bahwa pekerja anak tidak selamanya timbul karena masalah
ekuilibrium jamak, pendekatan ini dilinakkan dengan hanya melarang bentuk pekerja anak
yang paling buruk.

4 Kesenjangan Gender: Diskriminasi dalam Pendidikan dan


Kesehatan
Pendidikan dan gender di kebanyakan Negara berkembang, perempuan muda menerima
pendidikan yang lebih sedikit disbandingkan dengan laki-laki muda. Sebagian besar orang
yang buta aksara dan yang tidak bersekolah di Negara-negara berkembang adalah perempuan.
Kesenjangan gender dalam pendidikan yang sangat besar terjadi di Negara-negara kurang
berkembang di Afrika, dengan tingkat melek aksara perempuan nya kurang dari setengah
tingkat. Dihapir semua Negara berpendapatan rendah dan banyak Negara berpendapatan
menengah, mahasiswa perempuan menjadi minoritas – adakalanya bahkan minoritas
berjumlah kecil. Bukti empiris menunjukkan bahwa diskriminasi pendidikan terhadap
perempuan selain menghambat pembangunan ekonomi juga memperbesar ketimpangan
sosisal. Upaya untuk memperkecil kesenjangan gender dalam kaum perempuan – merupakan
tonggak Millenium Development Goal – secara ekonomi diinginkan karena sedikitnya tiga
alasan berikut:
1. Dihampir semua Negara berkembang, tingkat pengembalian atas pendidikan perempuan
lebih tinggi daripada laki-laki.
2. Peningkatan pendidikan perempuan tidak hanya mempertinggi produktivuitas mereka di
tempat kerja tetapi juga menghasilkan partisipasi angkatan kerja yang lebih besar, penundaan
pernikahan, penundaan tingkat fertilitasd, serta peningkatan dan asupan nutrisi anak
sehinggan akan memberikan manfaat bagi generasi berikutnya.
3. Karena perempuan memikul beban kemiskinan yang lebih berat, setiap peningkatan peran
dan status mereka secara signifikan melalui pendidikan dapat menimbulkan dampak penting
terhadap usaha keluar dari lingkungan setan kemiskinan dan pendidikan yang tidak memadai.
Kesehatan dan gender anak-anak perempuan juga mengalami diskriminasi dalam perawatan
kesehatan dibanyak Negara berkembang. Sebagai contoh , di Asia Selatan, sejumlah studi
menunjukkan bahwa keluarga jauh lebih mungkin membawa anak laki-laki yang sakit ke
pusat pelayanan kesehatan dibandingkan dengan anak perempuan. Perempuan juga sering
kali mengalami penyangkalan hak reproduksi, baik secara legal maupun illegal. Umumnya,
pengeluaran bagi keperluan kesehatan sering kali jauh lebih besar bagi laki-laki daripada bagi
perempuan. Selain itu, di banyak Negara seperti Nigeria, pengambilan keputusan perawatan
kesehatan yang memengaruhi istri sering kali diputuskan oleh suami.
4.1 Konsekuensi Bias Gender dalam Pendidikan dan
Kesehatan
Berbagai studi dari seluruh Negara berkembang secara konsisten menunjukan bahwa
perluasan kesempatan mamperoleh pendidikan dasar bagi anak-anak perempuan
menunjukkan tingkat pengembalian investasi tertinggi dibandingkan dengan investasi di
bidang lainnya. Sebuah perkiraan menunjukkan bahwa biaya global dari kegagalan karena
tidak mendidik anak-anak perempuan adalah sekitar $82 miliar tahun. Inilah salah satu
alasan mengapa diskriminasi terhadap anak-anak perempuan dalam pendidikan bukan hanya
tidak adil tetapi juga sangat merugikan dari sudut pandang upaya mencapai tujuan
pembangunan.
Pendidikan anak-anak perempuan juga telah terbukti menjadi salah satu sarana paling efektif
untuk meningkatkan standar kesehatan penduduk local. Sejumlah studi yang dilakukan
perserikatan bangsa-bangsa, bank dunia,dan sejumlah lembaga lainnya telah menyipulkan
bahwa manfaat sosial dari meningkatnya pendidikan anak-anak perempuan itu sendiri sudah
lebih dari cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan bahkan sebelum memperhitungkan
kemampuan untuk memperoleh penghasilan yang dapat dihasilkan dari pendidikan ini.
Buruknya akses perolehan pendidikan dan perawatan kesehatan bagi anak-anak perempuan
menunjukkan saling terkaitnya insentif ekonomi dan lingkungan budaya. Di banyak bagian
asia, seorang anak laki-laki dipandang memberikan manfaat ekonomi masa depan, beberapa
studi empiris menunjukkan apa yang telah kita duga dari insentif yang salah ini: para orang
tua melakukan upaya lebih untuk menyelamatkan nyawa anak laki-lakinya daripada anak
perempuan, dan anak perempuan kurang mendapat pendidikan dibandingkan dengan anak
laki-laki.

5 Sistem Pendidikan dan Pembangunan


Banya literatur dan diskusi publik mengenai pendidikan dan pembangunan ekonomi terutama
pendidikan dan kesempatan kerja. Hal tersebut melibatkan dua proses ekonomi mendasar: (1)
interaksi antara permintaan bermotif ekonomi dan respons penawaran bermotif politik dalam
menentukan jumlah sekolah itu dan apa jenis pelajaran yang mereka terima serta (2)
perbedaan penting antara manfaat dan biaya sosial/pribadi dari berbagai tingkat pendidikan,
serta implikasi semua perbedaan manfaat dan biaya itu terhadap strategi investasi pendidikan.
5.1 Ekonomi Politik Penawaran dan Permintaaan
Pendidikan: Hubungan antara Kesempatan Kerja dan permintaan atas Pendidikan
Tingkat pendidikan yang diperoleh seseorang meskipun dipengaruhi oleh banyak factor
nonpasar, secara umum dapat dipandang sebagai hasil yang ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran seperti komoditas dan jasa lainnya. Pada sisi permintaan, dua
factor utama yang memengaruhi tingkat pendidikkan yang diinginkan adalah (1) prospek
pelajar yang lebih berpendidikan untuk menghasilkan pendapatan lebih besar melalui
pendidikan, langsung maupun tidak langsung, yang harus ditanggung seorang peserta didik
atau keluarganya. Permintaan turun adalah permintaan atas suatu barang yang muncul secara
tidak langsung dari permintaan atas barang lainnya. Permintaan atas tingkat pendidikan yang
cukup bagi seseorang untuk memperoleh pekerjaan sector modern tampaknya berkaitan
dengan atau pendapatan, probabilitas, biaya langsung pendidikan, dan biaya tidak langsung
atau biaya oportunitas pendidikan. Manfaaat sosial pendidikan adalah manfaat yang diperoleh
dari orang-orang berpendidikan mencakup juga manfaat yang diperoleh orang lain atau
bahkan masyarakat secara keseluruhan, seperti manfaat lebih banyaknya tenaga kerja dan
waga masyarakat yang melek aksara. Sertifikasi pendidikan adalah fenomena yang
menunjukkan bahwa pekerjaan-pekerjaan tertentu mensyaratkan tingkat pendidikan tertentu
5.2 Manfaat dan Biaya Sosial Versus Manfaat dan Biaya
Pribadi
Biaya sosial pendidikan adalah biaya yang ditanggung individu dan masyarakat dari
keputusan pendidikan secara pribadi, mencakup juga subsidi pemerintah untuk pendidikan.
Biaya pribadi adalah biaya yang ditanggung setiap unit ekonomi individual. Semakin
lebarnya kesenjangan antara biaya sosial dan biaya pribadi dahkan menimbulkan dorongan
permintaan lebih besar terhadap pendidikan tinggi dibandingkan pada tingkat-tingkat
pendidikan yang lebih rendah. untuk memaksimalkan selisih antara manfaat dan biaya yang
diharapkan, strategi optimal yang perlu dilakukan peserta didik adalah mendapatkan
pendidikan detinggi mungkin. Pada umumnya, masalah manfaan biaya sosial versus pribadi
terjadi karena adanya intervensi kebijakan publik dan swasta yang tidak tepat terkait
dengan selisih upah, selektivitas pendidikan, dan penetapan harga layanan pendidikan.

5.3 Pendidikan, Ketimpangan, dan Kemiskinan


Sejumlah studi juga telah menunjukkan bahwa, kebalikan dari apa yang semula diasumsikan,
system pendidikan di banyak Negara berkembang adakalanya justru memperlebar
ketimpangan pendapatan ketimbang memperkecilnya. Alasan utama dari akibat buruk
prndidikan formal terhadap distribusi pendapatan adalah adanya korelasi positif antara tingkat
pendidikan dan tingkat pendapatan selama hidup. Singkatnya, kalau orang-orang miskin tidak
dapat memanfaatkan kesempatan mengikuti pendidikan menengah dan pendidikan tinggi
karena alasan keuangan atau alasan lain, maka system pendidikan sebenarnya hanya
melanggengkan dan bahkan memperbesar ketimpangan dalam suatu generasi dan
antargenerasi di Negara-negara berkembang.

5.4 Pendidikan, Migrasi Internal, dan Pengurasan Intelektual


Tampaknya pendidikan merupakan faktor penting yang mempengaruhi migrasi desa-kota.
Pada dasarnya, orang-orang yang berpendidikan lebih tinggi menghadapi selisih pendapatan
rill desa-kota yang lebih besar dan memiliki probabilitas yang lebih tinggi untuk
mendapatkan pekerjaan di sektor modern daripada mereka yang berpendidikan rendah.
Pendidikan juga memainkan peran yang sangat penting dalam migrasi internasional di
kalangan pekerja berpendidikan tinggi yang disebut pengurasan intelektual. Migrasi
Internasional banyak terjadi dikalangan ilmuan, sarjana teknik, akademisi, dan dokter,
kebanyakan dididik di negara masing-masing dengan biaya sosial yang cukup besar, hanya
untuk meraup manfaat dari dan berkontribusi bagi kemajuan pertumbuhan ekonomi negara-
negara yang sebenarnya sudah makmur. Secara luas pengurasan intelektual telah
mengalihkan perhatian para ilmuan, dokter, arsitek, sarjana an lain-lain.

6 Pengukuran dan distribusi Kesehatan


Ukuran harapan hidup memiliki kelebihan karena datanya tersedia di hampir semua negara,
minimal berupa data perkiraan. Harapan hidup semakin meningkat di hampir semua wilayah
dunia, peningkatan harapan hidup bisa memberikan masa vitalitas yang lebih lama di sebuah
negara, sementara hanya menambah lama masa penderitaan karena kesehatan yang buruk di
negara lainnya. Terdapat kemajuan yang telah dicapai berkenaan dengan upaya menurunkan
tingkat mortalitas di bawah usia 5 tahun, meskipun laju peningkatannya telah melambat sejak
tahun 1990. Worl Health Organization (WHO) adalah salah satu badan penting dari
perserikatan bangsa-bangsa yang menangani masalah kesehatan dunia, mendefinisikan
kesehatan sebagai “ suatu keadaan yang benar-benar sejahtera secara fisik, mental, dan sosial
serta bukan hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan”. Pendekatan ini dapat memberikan
kita landasan konseptual yang lebih baik, tetapi tidak dengan sendirinya menyediakan ukuran
yang lebih tepat. Ada keraguan mengenai kualitas data yang digunakan dalam kedua ukuran
ini, khususnya data dari beberapa negara paling miskin. Kematian prematur mewakili dua
pertiga angka kematian dalam ukuran DALY, dan sisa sepertiganya difabilitas. Dengan
menggunakan ukuran DALY, sebuah study Bank Dunia menghitung bahwa sekitar
seperempat beban penyakit dunia adalah karena diare, penyakit masa kanak-kanak meliputi
campak, infeksi pernapasan, infeksi cacing parasit dan lain-lain. Meskipun demikian, tingkat
kesehatan rata-rata dapat menutupi adanya ketimpangan yang besar. Dengan demikian,
seperti halnya dengan tingkat pendapatan dan pendidikan, hal yang penting di sini adalah
distribusi kesehatan di kalangan penduduk, bukan sekedar ukuran rata-rata. Proporsi anak-
anak di bawah usia 5 tahun yang berat badannya kurang jauh lebih tinggi di kelompok kuintil
yang lebih tinggi miskin daripada kuintil yang lebih kaya, terutama di Asia Selatan dan
Afrika sub-Sahara. Ketimpangan kesehatan merupakan pola yang konsisten, terlepas dari
ukuran kesehatan yang digunakan. Fasilitas kesehatan juga sangat timpang, bahkan jika
disediakan oleh pemerintah ketimbang diadakan oleh swasta. Fasilitas kesehatan yang
berkualitas lebih baik terkonsentrasi di kawasan perkotaan dan kawasan yang lebih kaya,
tempat kehidupan orang-orang yang lebih kaya memiliki pengaruh politik untuk
mendapatkan fasilitas seperti itu. Meskipun tersedia klinik umum bagi kaum miskin di
kawasan pedesaan, umumnya klinik ini kurang memiliki peralatan dan tenaga medis yang
memadai.
7 Beban Penyakit
AIDS, malaria, dan parasit adalah tiga masalah utama yang akan kita bahas selanjutnya.
Semua jenis penyakit tersebut dan berbagai tantangan kesehatan dihadapi oleh negara-negara
berkembang. Ini berarti bahwa proporsi kematian di bawah usia 5 tahun mencapai lebih dari
14% dari semua kematian di dunia. Karena penyebab hampir semua kematian anak-anak ini
dapat dicegah hanya dengan beberapa sen dolar saja per anak, maka sangat tepat jika
dinyatakan bahwa penyakit yang sesungguhnya adalah kemiskinan. Sekurangnya di selusin
negara Afrika sub-sahara, seorang anak lebih mungkin meniggal sebelum mencapai usia 5
tahun dibandingkan dengan kemungkinannya mengikuti sekolah menengah. Harapan hidup
pada saat lahir di wilayah ini hanya 50 tahun, sebagian besar karena dampak epidemi
AIDS. Beberapa jenis penyakit akan sangat mematikan jika berkombinasi dengan penyakit
lainnya. Malnutrisi adalah sebuah bentuk penyakit, dan hal ini merupakan faktor utama yang
menyebabkan anak-anak mudah terkena penyakit dan kemudian meniggall. Meskipun dalam
surat keterangan kematian dicantumkan penyebabnya adalah dehidrasi karena dieare atau
penyakit infeksi tertentu, dalam banyak kasus kematian itu sebenarnya dapat dicegah jika si
anak tidak mengalami malnutrisi. Interaksi penting yang mematikan adalah antara AIDS dan
tuberkulosis. Tidak terkendalimya salah satu penyakit ini dapat berakibat fatal. Selain itu,
penyebaran HIV tampaknya makin dipercepat oleh keberadaan penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksual, yang mempermudah terjadinya sebuah virus.

7.1 HIV/AIDS
Epidemi AIDS mengancam untuk menghentikan atau bahkan membalikkan pencapain
kemajuan pembangunan ekonomi dan manusia telah diupayakan sedemikian lama di banyak
negara. Data menunjukkan bahwa jumlah penularan baru telah menurun dengan mantab
dalam abad baru. Ini merupakan pencapaian kesehatan global yang mengagumkan, tetapi
masih ada tantangan yang sangat besar. AIDS juga merupakan isu pembangunan ekonomi.
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalh tahap akhir dan fatal dari penularan
human immunodeficiency (HIV). Di negara-negara yang berpendapatan rendah, rata-rata
kemungkinan bertahan hidup setelah munculnya gejala AIDS adalah dibawah satu tahun.
Semula AIDS dipandang sebagai penyakit di negara-negara maju, terutama menjangkiti laki-
laki yang berhubungan seksual dengan sesama laki-laki. Akan tetapi, fakta menunjukkan
bahwa lebih dari 95% kasus HIV dan kematian karena AIDS terjadi di negara-negara
berkembang. Pada tahun 2009, sekitar 33 juta orang mengidap HIV di seluruh dunia dan
kurang lebih 22 juta dari jumlah itu terdapat di Afrika sub-Sahara.
7.2 Malaria
Malaria secara langsung telah mneyebabkan kematian lebih dari 1juta orang setiap tahun,
yang sebagian besar di antaranya adalah anak-anak dari keluarga miskin afrika. Meskipun
ada kontroversial, ada bukti bahwa malaria telah menimbulkan biaya cukup besar. Malaria
memperendah produktivitas, seperti halnya malnutrisi, parasit, dan masalah kesehatan
lainnya. Malaria bahkan memperendah tingkat pertumbuhan. Dengan adanya dana yang
memadai, para pakar percaya bahwa dalam tempo yang tidak terlalu lama akan ditemukan
vaksin malaria yang efektif. Akan tetapi, karena korban malaria cenderung berasal dari
negara-negara berpendapatan rendah dan tidak mampu membeli obat-obatan yang mahal,
tidak banyak insentif yang tersedia bagi perusahaan-perusahaan farmasi untuk menekankan
penelitian bidang ini. Vaksin untuk penyakit lainnya telah menyelamatkan nyawa banyak
anak di negara berkembang. Ada sejumlah penyakit lainnya yang dapat dikendalikan oleh
vaksin dan melibatkan masalah-masalah teknis yang tidak lebih sulit dibandingkan vaksin
bagi penyakit lain yang sebelumnya telah dikembangkan. Apabila masalah-masalah seperti
itu dapat diatasi, mungkin akan diperoleh vaksin sebagai solusi terbaik untuk mengobati
penyakit malaria dan banyak penyakit tropis lainnya.
7.3 Cacing Parasit dan “ Penyakit Tropis Terabaikan” Lainnya
Banyak tantangan kesehatan di negara-negara berkembang yang telah mendapatkan perhatian
besar belakangan ini, yang ditandai dengan peran sentral dari Global Fund to Fight AIDS,
Tuberculosis, dan Malaria yang didanai dengan cukup baik. Insiden penyakit yang
disebabkan oleh cacing parasit yang melemahkan tubuh ini sangat banyak, menjangkiti
sekitar 2 miliar orang, 300 juta diantaranya menderita parah. Di antara banyak penyakit
parasit yang menyerang orang-orang di negara berkembang, schistosomiasis adalah yang
terburuk dalam kaitannya dengan dampaknya terhadap manusia pembangunan. WHO
malaporkan bahwa akibat schistosmiasis terhadap pertumbuhan anak sebenarnya dapat
dibalikkan 90% dengan perawatan yang efektif, tetapi terlalu sering diabaikan. Penyakit lain
yang lama menghantui adalah trypanosomiasis Afrika, atau penyakit tidur, yang masih
menjangkiti beberapa ratusan ribu orang di Afrika sub Sahara. Fakta paling tragis adalah
karena penyakit ini bersifat endemis di kawasan yang minim fasilitas kesehatannya, sehingga
kebanyakan orang yang yang terjangkit penyakit tidur ini telah meniggal bahkan sebelum
didiagnosis. Penyakit ini sekarang sedang di tanggulangi dengan obat-obatan yang
disumbangkan sebuah perusahaan farmasi kepada sejumlah organisasi internasional.
KEBIJAKAN EKONOMI DALAM
PEMBANGUNAN
1. KEBIJAKAN FISKAL

Menurut Wikipedia, Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat


pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui
pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal
berbeda dengan kebijakan moneter, yang bertujuan men-stabilkan
perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang
yang beredar.
Kebijakan Fiskal adalah salah satu kebijakan ekonomi yang dibuat oleh
pemerintah untuk mengarahkan kondisi perekonomian agar menjadi lebih
baik lagi. Salah satu caranya yaitu dengan cara mengubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah.

Arti lain dari kebijakan fiskal yaitu sebagai kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah untuk mengarahkan ekonomi dalam suatu negara melalui
pengaturan pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah.

Tujuan dari kebijakan fiskal ini mirip juga dengan kebijakan moneter yaitu
untuk mengatur dan mengelola jumlah uang yang beredar. Namun pada
prakteknya kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan
pendapatan dan pengeluaran (belanja) pemerintah.

Pemerintah membuat kebijakan fiskal ini dengan tujuan mendapatkan


dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk
membelanjakan dana tersebut dalam rangka menjalankan pembangunan
negara.

Kebijakan pemerintah ini juga bertujuan untuk mempengaruhi proses


kehidupan ekonomi masyarakat yang dilaksanakan melalui Anggaran
Belanja Negara (APBN). Pemerintah melalui kebijakan fiskal hanya bisa
mengatur pembelanjaan Negara (pengeluaran Negara) dan pajak dari
semua unsur APBN.

Pada tujuan lain, kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter,


dimana tujuannya yaitu untuk men-stabilkan perekonomian
melalui controlling tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Kemudian
yang menjadi instrumen utama dalam kebijakan fiskal yaitu pengeluaran
dan pajak.
Perubahan tingkat komposisi pajak serta pengeluaran pemerintah dapat
memengaruhi variabel-variabel berikut ini:

1. Permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi negara


2. Pola persebaran sumber daya yang dimiliki
3. Distribusi pendapatan Negara

Contoh Kebijakan Fiskal


Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk
mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan
(berupa pajak) pemerintah.

Berikut ini beberapa contoh kebijakan fiskal:


1. Pada saat perekonomian nasional sedang mengalami inflasi, maka
pemerintah akan mengurangi kelebihan permintaan masyarakat
dengan cara memperkecil pembelanjaan dan atau menaikkan pajak
agar tercipta kestabilan kembali. Cara seperti ini disebut dengan
pengelolaan anggaran.
2. Menaikkan jumlah pajak dan jenis pajak
3. Melakukan pinjaman negara, misalnya dengan mengeluarkan obligasi
pemerintah
4. Melakukan penghematan pengeluaran negara
5. Mewajibkan kepemilikan NPWP (nomor pokok wajib pajak) untuk
meningkatkan wajib pajak.

Tujuan Kebijakan Fiskal


Ada beberapa tujuan kebijakan fiskal yang ada saat ini, diantaranya adalah
sebagai berikut:

1. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan


2. Menciptakan stabilitas perekonomian
3. Menciptakan keadilan dalam distribusi pendapatan
4. Menciptakan lapangan pekerjaan

2. KEBIJAKAN MONETER

Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan dari otoritas moneter (dalam hal
ini adalah bank sentral) dalam bentuk pengendalian agregat moneter
(seperti uang beredar, uang primer, atau kredit perbankan) untuk mencapai
perkembangan kegiatan perekonomian yang dicita-citakan. Perkembangan
perekonomian ini berupa stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi yang
baik, dan kesempatan atau peluang kerja yang tersedia.

Pengertian lain dari kebijakan moneter adalah salah satu upaya untuk
mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan
dengan tetap menjaga kestabilan harga.

Pada prakteknya, kebijakan moneter akan mengatur persediaan uang yang


dimiliki suatu negara untuk mencapai tujuan tertentu seperti menahan laju
inflasi, dan juga mendorong usaha pembangunan nasional.

Tujuan dari kebijakan moneter sendiri pada dasarnya untuk mencapai


keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan
neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yaitu
menjaga stabilitas ekonomi yang dapat diukur melalui kesempatan kerja,
kestabilan harga, serta keseimbangan neraca pembayaran internasional.

Pemerintah atau Bank Sentral dapat membuat kebijakan moneter dengan


cara langsung atau tidak langsung. Berikut ini penjelasannya:

 Kebijakan moneter dengan cara langsung yaitu pemerintah langsung


campur tangan dalam hal peredaran uang atau kredit perbankan.
 Kebijakan moneter dengan cara tidak langsung dilakukan oleh Bank
sentral dengan cara mempengaruhi kemampuan bank-bank umum
dalam memberikan kredit.
Pengaturan jumlah uang yang beredar di dalam masyarakat diatur dengan
cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Dengan
begitu kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut:
 Kebijakan Moneter Ekspansif (Monetary Expansive Policy), adalah
suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.
Tujuan dari kebijakan ini yaitu untuk mengurangi pengangguran dan
meningkatkan daya beli masyarakat saat ekonomi lesu (resesi atau
depresi).
 Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary Contractive Policy), adalah
suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang
beredar. Kebijakan ini disebut juga dengan kebijakan uang
ketat (tight money policy). Kebijakan moneter kontraktif dikeluarkan
ketika perekonomian negara sedang mengalami inflasi yang
mengakibatkan naiknya harga barang di pasaran.

Contoh Kebijakan Moneter


Berikut ini beberapa contoh kebijakan moneter:

 Bank Indonesia melelang sertifikatnya, atau bisa juga membeli surat-


surat berharga di pasar modal.
 Jika kondisi tingkat kegiatan ekonomi masih berada di harapan, maka
bank sentral akan menurunkan tingkat suku bunga. Hal ini akan
membuat masyarakat melakukan pinjaman sehingga banyak investasi
yang ada di masyarakat. Begitu juga sebaliknya, jika bank sentral
ingin membatasi kegiatan ekonomi, maka tingkat suku bunga akan
dinaikkan, hal ini akan membuat masyarakat/pengusaha banyak
menabung sehingga uang yang beredar dapat dikurangi.
 Pada saat perekonomian mengalami resesi, maka uang yang beredar
perlu dilakukan penambahan untuk mendorong kegiatan ekonomi
yaitu dengan cara membeli surat-surat berharga.
 Di dalam mengurangi kegiatan ekonomi yang berlebihan pada saat
terjadinya inflasi, maka harus mengurangi uang yang beredar dengan
cara menjual surat-surat berharga.
 Jika sedang terjadi inflasi maka bank sentral akan menaikkan
cadangan kas minimumnya sehingga uang yang beredar bisa
dikurangi. Sebaliknya jika kondisi perekonomian sedang lesu, maka
pemerintah akan menurunkan cadangan kas minimumnya, sehingga
uang yang beredar akan bertambah akibat banyaknya pinjaman yang
diberikan kepada masyarakat. Kemudian akibat dari naiknya
cadangan kas, maka kemampuan bank umum untuk memberikan
pinjaman akan berkurang atau bahkan bank umum tidak mampu
memberikan pinjaman, sehingga dana yang menganggur di bank
akan semakin bertambah.

Tujuan Kebijakan Moneter


Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang
bertujuan untuk:
1. Mencapai keseimbangan internal yaitu berupa pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan
2. Mencapai keseimbangan eksternal yaitu berupa keseimbangan
neraca pembayaran
3. Tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi
ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan
harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila
kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan
moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi).
4. Mengendalikan inflasi dengan cara mengatur keseimbangan antara
persediaan uang dengan persediaan barang.
5. Tercapai kesempatan kerja, dengan ini maka semakin besar peluang
dalam meningkatkan produksi, selain dapat meningkatkan produksi
maka dapat juga membantu masyarakat yang menjadi
pengangguran. Semakin besar gairah untuk berusaha, maka akan
mengakibatkan peningkatan produksi. Peningkatan produksi ini akan
diikuti dengan kebutuhan tenaga kerja. Hal ini berarti akan terjadinya
peningkatan kesempatan kerja dan kesejahteraan pada karyawan.
6. Memperbaiki posisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran.
7. Mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan likuiditas
perekonomian dan stabilitas tingkat harga.
SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
Secara universal, modal pembiayaan pembangunan perkotaan diperoleh dari 3
sumber, yaitu pemerintah, swasta, kerjasama antara pemerintah dan swasta. Sumber-sumber
pendanaan tersebut dapat diperoleh dari instrumen keuangan melalui pendapatan,
hutang/pinjaman dan kekayaan. Pembiayaan juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan kota
atau negara di berbagai bidang terutaman di bidang infrastruktur perkotaan. Semakin maju
sebuah peradaban, maka semakin besar kebutuhannya dan secara otomatis anggaran biaya
yang dibutuhkan untuk merealisasikan kebutuhan tersebut juga semakin besar.
Untuk mencapai tujuan bernegara yaitu menciptakan masyarakat adil makmur dan
sejahtera, pemerintah melakukan pembangunan di segala bidang sesuai dengan rencana
pembangunan jangka menengah dan jangka panjang yang telah ditetapkan. Pembangunan
tersebut dimaksudkan untuk mendorong perekonomian dan mencapai target pertumbuhan
yang telah direncanakan setiap tahun. Apabila ekonomi Indonesia dapat tumbuh sesuai
dengan yang direncanakan maka diharapkan akan tercipta lapangan kerja baru yang
diperlukan untuk menyerap tenaga kerja sehingga akan mengurangi pengganguran.

1. Pajak
Dalam melaksanakan pembangunan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang
telah ditetapkan, pemerintah dihadapkan pada berbagai pilihan sumber pembiayaan.
Pembiayaan dalam negeri merupakan pilihan utama pemerintah untuk pembiayaan
pembangunan. Namun sumber penerimaan dalam negeri yang berasal dari penerimaan pajak,
penerimaan migas, serta penerimaan dalam negeri lainnya belum cukup untuk membiayai
pembangunan sesuai target pertumbuhan yang diinginkan. Saat ini pemerintah Indonesia
tidak lagi dapat mengandalkan penerimaan dari migas, sehingga harus mengupayakan
peningkatan penerimaan pajak. Namun, penerimaan pajak tidak terlepas dari kondisi
perekonomian. Perekonomian yang tumbuh dengan cukup signifikan akan berdampak
terhadap pertumbuhan perusahaan-perusahaan sehingga profitabilitas perusahaan akan
semakin besar. Para pekerjapun akan mengalami peningkatan pendapatan. Dalam kondisi
seperti ini, penerimaan Negara dari perpajakan akan dapat dipacu peningkatannya. Pajak
merupakan instrumen keuangan konvensional yang sering digunakan di banyak negara.
Penerimaan pajak digunakan untuk membiayai prasarana dan pelayanan perkotaan yang
memberikan manfaat bagi masyarakat umum, yang biasa disebut juga sebagai "public
goods".
Bagi pemerintah daerah tingkat II di Indonesia, penerimaan pajak yang terpenting dan
dominan adalah yang bersumber dari Pajak Pembangunan I, pajak hiburan/tontonan, dan
pajak reklame. Selain itu, PBB, yang pada dasarnya merupakan penerimaan bagi hasil dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, dapat dianggap juga sebagai sumber penerimaan
pajak yang utama bagi daerah tingkat II. Oleh karena itu, PBB sering bersama-sama dengan
PAD dikategorikan sebagai Penerimaan Daerah Sendiri (PDS).
2. Utang
Pada umumnya penerimaan pajak tidak cukup untuk membiayai seluruh kegiatan
pembangunan yang dirancang untuk mengejar pertumbuhan yang ditargetkan Oleh karena
itu, pemerintah mengupayakan pembiayaan pembangunan tersebut dari utang. Pinjaman
dalam negeri digunakan untuk membiayai kegiatan dalam rangka pemberdayaan industri
dalam negeri dan pembangunan infrastruktur untuk pelayanan umum serta kegiatan investasi
yang menghasilkan penerimaan.

3. Modal Asing
Sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan untuk mempercepat investasi
dan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu diikuti oleh
perbankan struktur produksi dan perdagangan. Modal asing dapat berperan penting dalam
mobilisasi dana maupun transformasi struktural. Kebutuhan akan modal asing menjadi
menurun segera setelah perubahan struktur benar-benar terjadi. Asumsi dasar yang melatar
belakangi hubungan positif antara modal asing dan pertumbuhan ekonomi :
a. Setiap 1$ modal asing akan mengakibatkan kenaikan 1$ impor dan investasi.
Dengan asumsi ini dan ICOR yang stabil dimungkinkan untuk menghitung dampak modal
asing terhadap pertumbuhan ekonomi atau sebaliknya menghitung berapa modal asing yang
diperlukan untuk mencapai target pertumbuhan tertentu. Incremental Capital Ouput Ratio
(ICOR) atau rasio kenaikan ouput akibat kenaikan kapital adalah indikator ekonomi makro
yang sering digunakan untuk menilai kinerja investasi di suatu Negara. Kegunaan lainnya
adalah untuk menghitung besarnya investasi yang dibutuhkan agar perekonomian tumbuh
dengan laju yang sudah ditetapkan.
4. Dana Perimbang
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan APBN yang dialokasikan
kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana perimbangan terdiri dari:
1) Bagian Daerah atau Bagi Hasil
Bagian daerah merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil bagi atas penerimaan
pajak dan bumi bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan atau bangunan (BPHTB),
dan sumber daya alam.
2) Dana Alokasi Umum
Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 104 Tahun 2000,
dana alokasi umum (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisai
3) Dana alokasi khusus
Dana alokasi khusus (DAK) adalah alokasi dana dari APBN kepada daerah tertentu untuk
membantu membiayai kebutuhan khusus, yaitu kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan
seperti dana alokasi umum dan kebutuhan yang merupakan komitemen atas dasar prioritas
nasional
5. Tabungan Dalam Negeri
Pertumbuhan ekonomi membutuhkan peningkatan investasi. Peningkatan Investasi pada
gilirannya membutuhkan dana pembiayaan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Dari
kedua sumber pembiayaan ini, sumber dana dalam negeri seyogyanya merupakan sumber
pokok pembiayaan. Terutama dilihat dari konteks pertumbuhan ekonomi jangka panjang,
dimana suatu negara haruslah mendasarkan pembiayaan investasi dari sumber dalam negeri.
Dari berbagai sumber pembiayaan dalam negeri, tabungan domestic merupakan salah satu
faktor penting bagi pembiayaan. Tabungan dalam negeri dapat bersumber dari tabungan
masyarakat/swasta, maupun tabungan pemerintah. Dalam konteks tabungan domestik,
idealnya kedua komponen tersebut harus dapat ditingkatkan secara sinergis dan bersamaan.
6. Investasi
Sebagaimana yang telah di ketahui investasi sangat berpengaruh besar terhadap
pembangunan ekonomi, Semakin banyak investasi dalam negeri semakin besar pula
kesempatan Negara kita untuk membangun ekonomi dalam negeri.

Anda mungkin juga menyukai