Eva Amalijah*
ABSTRACT. This articles aims to observe the relationship between hyponym and entailment in Japanese.
Semantics is study of language meaning. It is as confirmed by Chomsky (1965), that “Semantics is one com-
ponent of the grammar (the other two components are syntax and phonology) and meaning of a sentence is
determined by the semantic component”. From the description on hyponim and entailment, it is understood
that the relationship between hyponym and entailment conveys a sentence parallel meaning. Because of the mean-
ing contained in hiponim also present in entailment. Example: a) I keep a cat / 私 は 猫 を 飼 っ て い ま す
/Watashi wa neko okatte imasu b) I maintain an animal / 私 は 動物 を 飼 っ て い ま す/Watashi Doubutsu
wa o Katte imasu. In the above example sentence: The cat is the hyponym of animal and the truth of the second
sentence (b) is in line with the truth of the first sentence (a) The first sentence means (a) has an absolute
relationship with the second sentence (b). The statement is called the entailment.
2. Yang dimaksud bunga termasuk mawar dari mawar (dan tentu saja dari melati, dari
Mawar merupakan bagian dan kelompok angrek, dari tulip, dari sakura dan dari jenis
besar bunga-bunga bunga lainnya).
Mawar merupakan hiponim dan kelompok Hubungan antara Merpati dengan Tekukur,
bunga Perkutut, dan jenis burung lainnya disebut
kohiponim dari burung. Seperti bagan 3 berkut
Sementara itu, menurut Chaer (2003:305) ini.
hiponim adalah hubungan semantik antara
sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup Bagan 3
dalam makna bentuk ujaran yang lain. Hal Binatang
burung
もりさんは魚を揚げても、彼女は料
hiponim
理をしませんでした。
hi hipernim
hipernim
hi pe
rn
Morisan wa sakana wo agetemo, kanojo wa
po hiponim
ni im ryouri o shimasen deshita.
m
Entailment dapat diterapkan secara Pada contoh kalimat diatas :Kucing merupakan
kumulatif sehingga A mempunyai hubungan hiponim dari binatang dan kebenaran kalimat kedua
mutlak dengan B, B mempunyai hubungan (b) sejalan dengan kebenaran kalimat pertama (a)
mutlak dengan C, dan C mempunyai hubungan artinya kalimat pertama (a) tersebut mempunyai
mutlak dengan D, maka A mempunyai hubungan hubungan yang mutlak dengan kalimat kedua (b).
mutlak dengan D. Pernyataan inilah yang disebut dengan entailment.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta
: RINEKA CIPTA.
Djajasudarma, Fatimah. 1994. WACANA
Pemahaman dan Hubungan Antar Unsur.
Bandung : PT. ERESCO.
Kem. Soekemi. 2000. SEMANTICS : A WORK
BOOK (Second Edition). Surabaya :
UNESA University Press.
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal.
Jakarta : RINEKA CIPTA.
Wijana, Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik
dan Kreatif Berbahasa Menuju
Keterampilan Pragmatik. Yogyakarta :
Penerbit ANDI.