Disusun oleh:
AHMAD SYAFAAT
NIM. 180311020052
DOSEN PENGASUH:
0
PENERAPAN AKAD WADIAH, QARDH DAN RAHN
PADA PERBANKAN SYARIAH
1. PENDAHULUAN
Intermediasi keuangan adalah proses pembelian surplus dana dari unit ekonomi yaitu sektor
usaha, pemerintah dan individu atau rumah tangga, untuk disalurkan kepada unit ekonomi
defisit. Dengan kata lain, intermediasi keuangan merupakan kegiatan pengalihan dana dari
penabung, atau kreditur (ultimate lenders) kepada peminjam, atau debitur (ultimate
borrowers)”.
Dari definisi pakar tersebut, dapat disimpulkan tiga fungsi utama bank dalam
pembagunan ekonomi, yaitu ; (a) lembaga penghimpun dana, (b) lembaga penyalur dana, dan
Sehingga, pada umumnya produk yang ditawarkan oleh perbankan konvensional ataupun
menggunakan empat skema yaitu skema jual-beli, skema sewa, skema bagi hasil dan skema
akad pelengkap yang salah satunya yaitu akad Qardh dan Rahn. Sedangkan dalam
melakukan penghimpunan dana menggunakan 2 skema yaitu akad Wadiah dan akad
1
Deddy Takdir Syaifuddin, Manajemen Perbankan (Pendekatan Praktis) (Kendari: UNHALU Press, 2007), 10.
2
Adiwarman A. Karim, Bank Islam (Analisis Fiqih dan Keuangan) (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), 97.
1
Mudharrabah. Makalah ini akan membahas penjelasan hukum dari hadits-hadits yang
menjadi dalil penggunaan akad Wadiah, Qardh dan Rahn. Kemudian bagaiman para ulama
A. AKAD WADIAH
Kata al wadii’ah mengikuti bentuk fa'iilah. la berasal dari kata dasar wad’ yang
artinya meninggalkan (mengingat barang titipan adalah barang yang ditinggalkan kepada
penerima titipan). Ia bisa juga berasal dari bentuk mashdar iida', yang artinya mewakilkan
penyimpanan.
Secara syara', wadii'ah adalah perwakilan oleh penitip kepada seseorang yang
1. Redaksi Hadits4
2. Terjemah
835. Dari Amru bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya RA dari Nabi SAW Beliau
bersabda, " Siapa yang dititipi suatu titipan maka ia tidak terkena jaminan." (HR. Ibnu
Majah dengan sanad dha'if).
3. Peringkat Hadits
3
Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam, Syarah Bulughul Maram (Pustaka Azzam, t.t.), 246.
4
Ibnu Hajar Al-’Asqalani, Bulughul Maram (Terjemah) (Yogyakarta: Ar-Birr Press, 2009), 337.
2
Hadits ini termasuk kategori hadits hasan lighairih. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah
dengan sanad Ayub bin suwaid dari Al-Mutsanna bin Ash-shabah dari Amru bin Syu'aib
dari ayah dari kakeknya. Kakeknya berkata; Rasulullah SAW bersabda, (lalu beliau
Adh-Dhu'afa'. Dia berkata, "Hadits ini dinilai dha'if oleh Ibnu Ma'in. An-Nasa' i
menilainya sebagai hadits matruuk. Hadits senada diriwayatkan dalam tiga sanad lain
yang semuanya dha'if . Hanya saja keseluruhannya membuatnya dapat diterima dan naik
2. Al Muuda', yaitu orang yang memegang titipan untuk disimpan tanpa kompensasi
(penerima).
Al Wadii'ah merupakan amanat. Untuk itu, al muuda' tidak menjamin jika timbul
Sebaliknya jika kerusakan terjadi bukan karena ta'addii maka ia tidak bertanggungjawab.
B. AKAD QARDH
Al Qardh secara terminologi adalah memberikan harta untuk dimanfaatkan oleh orang
5
Al-Bassam, Syarah Bulughul Maram.
3
Al Qardh dibolehkan oleh Al Qur'an, sunnah, Ijma dan Qiyas yang benar.
1. Redaksi Hadits
2. Terjemah
a. 738. Dan dari Ali R.A ia berkata Rasulullah SAW bersabda, "setiap pinjaman
yang manarik manfaat maka ia riba. "(HR. Al Harits bin Abi Usamah) dan
sanadnya ada yang gugur. Ia memiliki syahid yang dha'if dari Fudhalah bin Ubaid
RA menurut Al Baihaqi. dan Hadits lain berupa hadits mauquf dari Amullah bin
Salam RA menurut Bukhari.
3. Peringkat Hadits6
a. Hadits ini diriwayatkan oleh Al Baghawi, ia berkata, "Siwar bin Mash'ab dari
Imarah dari Ali bin Abi Thalib berupa hadits mar'fu. Ini adalah sanad yang sangat
dha'ifsekali." Ibnu Amilhadi berkata, "lni adalah sanad yang gugur. Siwar adalah
orang yang meriwayatkan hadits matruk." Umar Al Mushali berkata, "Sama sekali
tidak shahih."
merupakan riwayat dari Ibnu Mas'ud , Ubay Bin Ka'ab, Abdullah bin Salam, Ibnu
Abbas dan Fudhalah bin Ubaid. Hadits ini didukung oleh Ijma' ulama dan
6
Al-Bassam, Syarah Bulughul Maram.
4
4. Hal-hal penting dari hadits
1. Tujuan dari qardhul hasan adalah sikap toleransi dan memberikan manfaat kepada
orang yang meminjam yang membutuhkan. Sementara buahnya milik orang yang
meminjamkan, yaitu berupa kebajikan dan mengharapkan pahala dari Allah SWT.
2. Oleh karena itu haram hukumnya memberikan tambahan atau mengambil manfaat
3. Oleh karena itu Nabi SAW bersabda, " Setiap pinjaman yang manarik manfaat, maka
ia riba”. Ibnu Mas'ud berkata: "Setiap pinjaman yang dapat menarik manfaat, maka
C. AKAD RAHN
mana utang tersebut dapat dilunasi dengan barang tersebut atau utangnya separuh dari nilai
barang apabila utang yang menjadi tanggungan orang tersebut tidak dapat dilunasi .
Gadai diperbolehkan oleh Al Qur'an, Hadits, Ijma' dan Qiyas. Allah SWT berfirman,
"Maka hendaklah ada barang tangguhan yang dipegang." (Qs. Al-Baqarah (2):283)
7
Al-Bassam.
5
1. Redaksi Hadits
2. Terjemah
735. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, "Punggung hewan
yang dinaiki harus diberikan nafkah apabila ia merupakan barang gadaian, susu binatang
ternak yang diminum wajib diberikan nafkah apabila ia barang gadaian dan bagi orang
yang menaiki serta orang yang meminum susunya bertanggungjawab terhadap
nafkahnya." (HR. Bukhari).
1. Hadits diatas menunjukkan prinsip dasar pegadaian dan ia merupakan jenis akad yang
legal secara hukum syari'at yang dapat menjaga hak-hak orang lain di mana barang
yang digadaikan dapat menjadi jaminan utang saat orang yang berutang tidak mampu
membayar utangnya.
jenis barang yang digadai, kriteria dan ukurannya. Ini semua terdapat pada hewan.
3. Sesungguhnya pegadaian apabila barang gadai merupakan jenis hewan yang dapat
dinaiki, maka penerima gadai boleh menaikinya dan harus menanggung nafkahnya
8
Al-Bassam.
6
4. Apabila hewan tersebut dapat diperah susunya, maka ia boleh memerahnya dan
Akad wadiah merupakan salah satu akad yang digunakan dalam kegiatan
penghimpunan dana pada perbankan syariah. Sesuai dengan buku kodifikasi produk
perbankan syariah yang dikeluarkan Bank Indonesia (2008). Produk perbaankan yang
diikat dengan akad wadiah diantaranya adalah tabungan,giro wadiah dan SWBI. 9
1. Giro Wadiah
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan chek /bilyet giro dan sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan
2. Tabungan Wadiah
syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan chek atau bilyet giro
dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Fatwa Syariahnya Fatwa Dewan
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang diterbitkan Bank
Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip Wadiah. Fatwa
7
Akad wadiah umum harus memiliki kriteria : 10
1. Bersifat titipan
3.Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (athaya) yang
wadi’ah karena mereka membagi aqad wadi’ah menjadi dua macam yaitu wadi’ah yad
barang/dana yang dititipkan tidak boleh digunakan (diambil manfaatnya) oleh penitip,
sewaktu titipan dikembalikan harus dalam keadaan utuh baik nilai maupun fisik barangnya,
jika selama dalam penitipan terjadi kerusakan maka pihak yang menerima titipan tidak
dibebani tanggung jawab, sebagai kompensasi atas tanggung jawab pemeliharaan dapat
wadi’ah yad al amanah yang disesuaikan dengan aktivitas perekonomian. penerima titipan
diberi izin untuk menggunakan dan mengambil manfaat dari titipan tersebut. Penyimpan
tersebut. Semua keuntungan yang diperoleh dari titipan tersebut menjadi hak penerima
10
Murdadi.
11
Mufti Afif, “TABUNGAN: IMPLEMENTASI AKAD WADI’AH ATAU QARD? (Kajian Praktik Wadi’ah di Perbankan
Indonesia),” Jurnal Hukum Islam (JHI) 12, no. 2 (2014).
12
Siti Aisyah, “PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT DENGAN AKAD WADI’AH DAN PENERAPANNYA PADA
PERBANKAN SYARIAH,” Jurnal Syari’ah 5, no. 1 (2016).
13
Aisyah.
8
titipan. Sebagai imbalan kepada pemilik barang/dana bank dapat diberikan semacam
prinsip wadiah yad amanah dan wadiah yad dhamanah. Terkait dengan kedua produk
tersebut, dalam pelaksanaannya perbankkan Syariah lebih menerapkan prinsip wadiah yad
dhamanah.14
No. 86, 3/9 tentang tabungan sebagai berikut: “Tabungan Bank, baik di Bank Islam
maupun Bank Umum adalah pinjaman (qard) dari sudut pandang fikih. Bank penerima
tabungan adalah pihak yang bertangung jawab dan secara sah mengharuskan dirinya untuk
mengembalikannya kepada penabung saat dia menariknya dan keadaan Bank yang kaya
yaitu: 15
beraktivitas dengan dana yang ia kumpulkan. Disamping itu ia mengikat diri untuk
mengembalikan uang yang senilai saat pemiliknya meminta haknya. Dengan demikian
status tabungan ini semakna dengan pinjaman (qard atau salaf). Kalaupun lembaga
memaksakan diri agar dinamakan titipan (wadi’ah), sesungguhnya penamaan ini tidak
menggunakan dana (asset) nasabah. Titipan berpijak kepada prinsip penjagaan dan harus
14
Aisyah.
15
Afif, “TABUNGAN: IMPLEMENTASI AKAD WADI’AH ATAU QARD? (Kajian Praktik Wadi’ah di Perbankan
Indonesia).”
9
Kedua, lembaga mengharuskan dirinya mengembalikan dana yang semisal
(senilai) pada saat penarikan tabungan oleh nasabah. Dan lembaga menjamin atas segala
risiko terhadap harta nasabah walaupun tidak lalai/teledor dalam penjagaan dana. Jelas
B. Qardh.
Karakteristik yang mendasar akad al-qardh adalah akad tabarru’, hal ini
hal-hal yang diatur sebagai ketentuan dasar akad pembiayaan al-qardh. Ketentuan Umum
memerlukan;
2) Nasabah al-qardh wajib mengemalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang
6) Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat
yang telah disepakati dan LKS telah memastikan ketidakmampuannya, LKS dapat
16
Afif.
17
Farid Budiman, “KARAKTERISTIK AKAD PEMBIAYAAN AL-QARDH SEBAGAI AKAD TABARRU’,” Yuridika 28, no. 3
(2013).
10
memperpanjang jangka waktu pengembalian atau menghapus (write off) sebagian atau
seluruh kewajibannya.
Adapun yang menjadi sumber dana Al-qardh, sumber dana yang dapat digunkan
c) Lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran infaq-nya kepada LKS.
Praktik Akad Al-qardh dalam Perbankan Syariah sebagai produk penyaluran dana
1) Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan
bonafiditasnya, yang membutuhkan dana talang segera untuk masa yang relatif pendek.
itu;
2) Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak bisa menarik
3) Sebagai produk untuk menyumbangkan usaha yang sangat kecil atau membantu sektor
sosial. Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal suatu produk khusus, yaitu
alqardhal-hasanah;
4) Sebagai dana talang untuk janga waktu singkat, maka nasabah akan mengembalikannya
fasilitas pinjaman talangan pada saat nasabah mengalami overdraft. Fasilitas ini dapat
18
Budiman.
11
merupakan bagian dari satu paket pembiayaan lain, untuk memudahkan nasabah
(d) Sebagai pinjaman kepada pengurus bank. Oleh karena itu, karakteristik-
karakteristikyang dimiliki dari akad qardh tersebut menjadi ciri atau prinsip dari akad
C. Rahn
Payung hukum gadai syariah dalam hal pemenuhan prinsip-pripsip syariah
berpegang pada Fatwa DSN MUI No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn, Fatwa DSN
MUI No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang gadai emas, DSN MUI juga menerbitkan Fatwa
DSN MUI No. 68/DSN-MUI/III/2008 tentang Rahn Tasjily. Dengan adanya fatwa yang
dikeluarkan DSN MUI menjadi rujukan dan legalitas yang berlaku umum bagi lembaga
Pada tahun 2003 sektor pegadaian mendirikan pegadaian syariah dengan membentuk Unit
Layanan Gadai Syariah (ULGS), yang dalam pelaksanaannya berpegang kepada prinsip
syariah. Hingga kini Pegadaian Syariah masih menginduk pada PT Pegadaian dan
19
Budiman.
20
Luluk Wahyu Roficoh dan Muhammad Ghozali, “APLIKASI AKAD RAHN PADA PEGADAIAN SYARIAH,” Jurnal
Masharif al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah 3, no. 2 (2018).
12
Mekanisme operasional Pegadaian Syariah melalui akad rahn adalah dengan
merawat barang tersebut di tempat yang telah disediakan oleh pegadaian. Akibat dari
proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi nilai dari tempat
penyimpanan, biaya perawatan dan keseluruhan proses kegiatan. Atas dasar ini dibenarkan
bagi pegadaian mengenakan biaya sewa bagi nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh
kedua belah pihak. Pegadaian Syariah akan mendapatkan keuntungan hanya dari beasewa
tempat yang diambil bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan
dari uang pinjaman. Dalam hal ini, Akad rahn yang dimaksudkan adalah produk
Transaksi gadai menurut syariah harus memenuhi rukun dan syaratnya. Pada
dasarnya pegadaian syariah berjalan atas dua akad transaksi, yaitu akad Rahn dan akad
Ijarah. Kedua akad akan ditandatangani sekaligus pada saat nasabah (rahn) menyerahkan
hartanya. Nasabah (rahn) mengembalikan utang itu sesuai dengan jumlah utangnya. Akad
Di Indonesia, gadai emas syariah menerapkan kombinasi dari tiga akad, yakni
qard, rahn dan ijarah.22 Dalam praktiknya, perbankan syariah di Indonesia menerapkan
beberapa item yang menyelisihi syariah. Biaya (ujroh) atas sewa yang dikenakan kepada
nasabah masih terkandung biaya yang tidak nyata-nyata diperlukan. Di Indonesia saat ini
ada enam BUS yang menawarkan produk gadai emas syariah, yakni Bank Syariah Mandiri,
BRI Syariah, BTPN Syariah, BJB Syariah, Bank Syariah Bukopin dan Bank Aceh.
21
Roficoh dan Ghozali.
22
Putri Dona Balgis, “GADAI EMAS SYARIAH: EVALUASI DAN USULAN AKAD SESUAI PRINSIP SYARIAH,”
Jurisprudence 7, no. 1 (2017).
13
Setidaknya ada empat fatwa DSN-MUI yang berhubungan dengan transaksi gadai
emas syariah ini, yakni Fatwa DSN Nomor: 26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn emas,
Fatwa DSN Nomor: 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn, Fatwa DSN Nomor: 19/DSN-
perbaikan dan solusi agar bisa sesuai dengan ketentuan syariah. Penggabungan akad qard
dan ijarah tidak diperbolehkan berdasarkan hadits Rasulullah saw. AAOIFI secara tegas
juga melarang kombinasi akad ini. Sebuah tawaran akad yang sesuai prinsip syariah adalah
pertama kombinasi akad Rahn dan ijarah, kedua menggunakan akad musyarakah
mutanaqishah.23
4. PENUTUP
Saat ini model kebijakan pengembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia
dilakukan dalam kerangka dual-system atau sistem ganda.24 Misalnya dari UU No. 10
Tahun 1998 tentang lembaga perbankan dapat disimpulkan bahwa sistem perbankan
masyarakat yang tidak menerima konsep bunga.25 Dengan ditetapkannya sistem perbankan
mobilitas dana masyarakat dapat dilakukan secara lebih luas terutama dari segmen yang
23
Balgis.
24
Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan & Perausransian Syariah di Indonesia, Ketiga (Depok:
Kencana, 2017), 62.
25
Dewi, 58–59.
14
selama ini belum dapat tersentuh oleh sistem perbankan konvensional yang menerapkan
sistem bunga.
menuju idealitas islam.26 Diyakini bahwa tidak semua pranata sosial ekonomi saat ini
seratus persen buruk atau salah. Tetapi masih terbuka kemungkinan untuk dimodifikasi ke
menerima kritik dari berbagai pihak yang menghendaki akad-akad yang dipergunakan bisa
sesuai dengan hukum syariah yang difahami oleh para ulama. Kritik-kritik itu diharapkan
dapat menjadi masukan untuk menjadikan lembaga keuangan syariah di Indonesia menjadi
lebih baik. Bukan hanya pada akad-akad Wadiah, Qardh dan Rahn yang di bahas dalam
makalah ini, tetapi juga pada akad-akad yang lain yang dipergunakan dalam lembaga
26
Andri Soemitra, Masa Depan Pasar Modal Syariah di Indonesia, Pertama (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014),
6.
15
DAFTAR PUSTAKA
Afif, Mufti. “Tabungan: Implementasi Akad Wadi’ah Atau Qard? (Kajian Praktik Wadi’ah Di
Aisyah, Siti. “Penghimpunan Dana Masyarakat Dengan Akad Wadi’ah Dan Penerapannya Pada
Al-’Asqalani, Ibnu Hajar. Bulughul Maram (Terjemah). Yogyakarta: Ar-Birr Press, 2009.
Al-Bassam, Abdullah Bin Abdurrahman. Syarah Bulughul Maram. Pustaka Azzam, T.T.
Balgis, Putri Dona. “Gadai Emas Syariah: Evaluasi Dan Usulan Akad Sesuai Prinsip Syariah.”
Budiman, Farid. “Karakteristik Akad Pembiayaan Al-Qardh Sebagai Akad Tabarru’.” Yuridika
Dewi, Gemala. Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan & Perausransian Syariah Di Indonesia.
Karim, Adiwarman A. Bank Islam (Analisis Fiqih Dan Keuangan). Jakarta: Pt. Raja Grafindo
Persada, 2004.
Murdadi, Bambang. “Menguji Kesyariahan Akadwadiah Pada Produk Bank Syariah.” Maksimum
5, No. 1 (2016).
Roficoh, Luluk Wahyu, Dan Muhammad Ghozali. “Aplikasi Akad Rahn Pada Pegadaian
Syariah.” Jurnal Masharif Al-Syariah: Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syariah 3, No. 2
(2018).
Soemitra, Andri. Masa Depan Pasar Modal Syariah Di Indonesia. Pertama. Jakarta:
Syaifuddin, Deddy Takdir. Manajemen Perbankan (Pendekatan Praktis). Kendari: Unhalu Press,
2007.
16