Disusun oleh:
AHMAD SYAFAAT, ST., MM.
NIM. 180311020037
DOSEN PENGASUH:
A. Pendahuluan
Zakat merupakan rukun islam yang ke-3 setelah shalat yang selain sebagai suatu
ibadah, juga memiliki fungsi sosial ekonomi sehingga ayat-ayat tentang zakat tidak hanya
dikaji oleh para mufassir dan ahli-ahli fiqih, tetapi juga oleh para ahli ekonomi dan
keuangan dari seluruh dunia. Syariat zakat yang menumbuhkan hikmah kepedulian dan
persoalan penting ini dibandingkan agama-agama dan sistem-sistem lain yang dibuat oleh
manusia.
khususnya dalam bidang perekonomian yang sebelumnya tidak ada saat Al-Qur’an
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya telah mengalami perubahan. Hal ini menimbulkan
pertanyaan dari para ulama dan pemikir islam bagaimana Al-Qur’an menjawab tantangan
perbedaan zaman. Zakat dengan hikmahnya yang telah disebutkan sebelumnya harus
Al-Qur’an adalah sumber hukum bagi umat islam di seluruh dunia. Kalau di
setiap negara memiliki konstitusi dan perundang-undangan yang dibuat oleh pemikiran
manusia, maka bagi umat islam Al-Qur’an adalah konstitusi dan undang-undang dari
Allah SWT yang menjadi sandaran dan kerangka berfikir dalam bertindak dan bertingkah
1
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat (Bandung: Mizan, 1996), 3–4.
3
laku. Maka dari itu, hukum-hukum dan asas yang dikandung dalam Al-Qur’an
hukum tersebut sendiri dijelaskan melalui hadits-hadist Nabi Muhammad SAW dan apa
yang dibenarkan oleh keduanya. Namun ada juga hukum-hukum yang dijelaskan secara
detail dan terperinci dalam Al-Qur’an. Hal ini dimaksudkan untuk memberi penegasan
dan keteraturan. Keduanya tercermin dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 267 dan
B. Pengertian Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar (masdar) dari zakat
yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik. Zakat dari segi istilah fiqih berarti
“sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang
berhak.”3
ukuran, jenis kekayaan, dan distribusinya. Negara Madinah juga telah mengatur dan
menata sistem zakat dengan mengirim para petugas untuk memungut dan
menyertakan “membayar zakat” sebagai salah satunya. Misalnya seperti ayat yang
menjadi dalil kewajiban zakat tanaman, “Makanlah dari buahnya ketika berbuah, dan
berikan haknya pada hari panennya; Dan jangan berlebihan, sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang berlebihan.” (Al-An’am: 141). Ayat ini adalah ayat Makkiyah.4
2
Qardawi, 507.
3
Qardawi, 34.
4
“Tafsir Al-Qur’an,” t.t., https://tafsiralquran2.wordpress.com/2013/01/28/pengertian-zakat/.
4
Berbeda dengan ayat-ayat Al Qur’an yang turun di Makkah, ayat-ayat yang turun
di Madinah sudah menjelaskan bahwa zakat itu wajib dalam bentuk perintah yang tegas
dan instruksi pelaksanaan yang jelas. Salah satu surat yang terakhir turun adalah surat At
Taubah yang juga merupakan salah satu surat dalam Quran yang menumpahkan perhatian
besar pada zakat. Coba kita perhatikan ayat-ayat surat At Taubah di bawah ini yang tidak
a. Dalam ayat permulaan surat itu Allah memrintahkan agar orang-orang musyrik
yang melanggar perjanjian damai itu dibunuh. Tetapi jika mereka (1) bertaubat, (2)
mendirikan shalat wajib, dan (3) membayar zakat, maka berilah mereka kebebasan (QS
9:5).
b. Enam ayat setelah ayat diatas Allah berfirman :”…jika mereka bertaubat,
mendirikan shalat dan membayar zakat, barulah mereka teman kalian seagama….” (QS
9:11)
yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, mendirikan sholat, membayar zakat (QS
9:18)
d. Allah mengancam dengan azab yang pedih kepada orang-orang yang menimbun
emas dan perak dan tidak menafkahkannya di jalan Allah (QS 9:34-35)
e. Dalam surat ini juga terdapat penjelasan tentang sasaran-sasaran penerima zakat,
yang sekaligus menampik orang-orang yang rakus yang ludahnya meleleh melihat
5
Abu Mujahid, “Zakat Pada Periode Madinah,” 2007, https://almanaar.wordpress.com/2007/11/07/zakat-pada-
periode-madinah/.
5
f.Allah menjelaskan pula bahwa zakat merupakan salah satu institusi seorang Mu’min
(QS 9:71) yang membedakannya dari orang munafik (yang menggenggam tangan
mereka/kikir, QS 9:67).
g. Allah memberikan instruksi kepada Rasul-Nya dan semua orang yang bertugas
“min” berarti sebagian dpari harta, bukan seluruh kekayaan. Kata “amwalihim” dalam
bentuk jamak yang berarti : harta-harta kekayaan mereka, yaitu meliputi berbagai jenis
kekayaan.Kata shodaqah dalam ayat ini oleh kebanyakan ulama salaf maupun khalaf
Zakat merupakan kewajiban yang sangat penting dalam ajaran Islam. Urgensi
kewajiban tersebut dapat kita lihat dengan diiringkannya kata Zakat dalam Al-Qur’an
bersama dengan Shalat sebanyak 28 kali. Hal ini menunjukkan bahwa Zakat adalah salah
satu ibadah penting yang harus diperhatikan oleh kaum muslimin setelah shalat.6 Zakat
a. Zakat
Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka (mereka
itu) adalah saudara-saudaramu seagama. dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum
yang mengetahui. (QS At-Taubah:11)
b. Shadaqah
6
Qardawi, 39.
7
Anshori, “Studi ayat-ayat zakat sebagai instrumen ekonomi dalam tafsir Al-Misbah,” Misykat Al-Anwar 29 (2018),
http://fai-umj.ac.id/jurnal/index.php/MaA16/article/view/57.
6
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui. . (QS At-Taubah:103)
Ayat ini menganjurkan Rasulullah untuk mengambil sedekah dari harta orang-
orang yang bertobat, dimana sedekah tersebut dapat membersihkan mereka dari dosa dan
kekikiran dan dapat mengangkat derajat mereka di sisi Allah. Serta mendoakan mereka
dengan kebaikan dan hidayah, karena sesungguhnya doa itu dapat menenangkan jiwa dan
menenteramkan kalbu mereka. Allah Maha Mendengar doa dan Maha Mengetahui orang-
Yusuf Qardhawi dalam bukunya Hukum Zakat mengatakan, bahwa zakat dapat
sesuatu pada harta kekayaan seseorang. Karena berhubungan hak orang lain dan sesuatu
harta, akan menyebabkan harta tersebut bercampur atau kotor, yang tidak bisa suci kecuali
dengan mengeluarkannya. 9
Bahwasanya zakat dapat dikenakan pada harta diam yang dimiliki seseorang setelah
satu tahun, harta yang produktif tidak dikenakan zakat. Hal ini dipandang mendorong
c. Haq
8
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, kesan dan Keserasian Al-Quran, vol. 5 (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
706.
9
Qardawi, Hukum Zakat, 602.
7
Artinya: “Dialah Allah yang menciptakan tumbuh-tumbuhan yang dibuat panggungnya dan
yang tidak dibuat, menciptakan kurma dan tumbuh-tumbuhan yang beraneka rasanya,
zaitun dan buah delima yang hamper-hampir bersamaan bentuknya dan yang tidak
bersamaan. Makanlah sebagian daripada buahnya apabila dia berbuah dan berikan haqnya
(zakatnya) di hari dia dituai dan janganlah kamu berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-An’am 6: 141)
d. Nafaqah
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.
dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya,
Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata
terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.(QS. Al-Baqarah
267)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-
Asyaj, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah, dari Israil, dari As-Saddi, dari Abu
Malik , dari Al-Barra r.a. sehubungan dengan firman-Nya (QS Al-Baqarah 267).
Anshar), orang Anshar. Di antara kami ada orang-orang yang memiliki kebun kurma.
Dulu seseorang menyedekahkan sebagian hasil kebunnya sesuai dengan jumlah yang
dimiliki. Kemudian dada seorang lelaki dangan dengan membawa buah kurma yang
8
tidak mempunyai makanan; seseorang di antara mereka apabila lapar dating, lalu
memukulkan tongkatnya pada gantungan buah kurma yang belum masak dan yang
menginginkan kebaikan memberikan sedekahnya berupa buah kurma yang buruk dan
yang telah kering dan belum masak, untuk itu ia datang dengan membawa buah
tersebut.
hadiah buah kurma seperti apa yang biasa ia berikan, niscaya dia tidak mau
malu. Maka sesudah itu seseoran di antara kami selalu datang dengan membawa hasil
yang paling baik yang ada padanya.” Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam
Turmuzi.10
Mahally
(sebagian yang baik-baik) dari (hasil usahamu) berupa harta (dan sebagian)
yang baik-baik dari (apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu) berupa
biji-bijian dan buah buahan (dan janganlah kamu sengaja) mengambil (yang
jelek) atau yang buruk (darinya) maksudnya dari yang disebutkan itu, lalu
10
Tafsir Ibnu Katsir, 3 (Sinar Baru Al-Gesindo, t.t.), 96–102.
9
(kamu keluarkan untuk zakat) menjadi 'hal' dari dhamir yang terdapat pada
yang jelek tadi, seandainya ia menjadi hak yang harus diberikan kepadamu
memberikan itu guna memenuhi hak Allah! (Dan ketahuilah bahwa Allah
Maha Kaya) sehingga tidak memerlukan nafkahmu itu (lagi Maha Terpuji)
2. Ibnu Katsir
Surah Al-Baqarah ayat 267 ini menjelaskan bahwa Allah Swt memerintahkan
Menurut Ibnu Abbas, sedekah harus diberikan dari harta yang baik (yang
halal) yang dihasilkan oleh orang yang bersangkutan. Menurut Mujahid, yang
dimaksud dengan hasil usaha ialah berdagang; Allah telah memudahkan cara
Yakni emas dan perak, juga buah-buahan serta hasil panen yang telah
harta mereka yang baik, yang paling disukai dan paling disayang. Allah
melarang mereka mengeluarkan sedekah dari harta mereka yang buruk dan
jelek serta berkualitas rendah; karena sesungguhnya Allah itu Mahabaik, Dia
kalian diberi yang buruk-buruk itu, niscaya kalian sendiri tidak mau
Mahakaya terhadap hal seperti itu dari kalian, maka janganlah kalian
Yakni janganlah kalian menyimpang dari barang yang halal, lalu dengan
sengaja mengambil barang yang haram, kemudian barang yang haram itu
3. Asy-Syaukani
harta yang baik dan larangan berinfaq dengan harta yang buruk. Sejumlah
berkata,” Saya pernah bertanya kepada ‘Ali bin Abi Thalib tentang ayat di
atas”. Ia menjawab,”Ayat itu berkenaan dengan zakat yang wajib.” Ulama lain
berpendapat bahwa ayat tersebut berkaitan dengan sedekah wajib dan yang
sunnah sekaligus.13
12
Tafsir Ibnu Katsir, 96–98.
13
Muhammad Amin Suma, Tafsir Ahkam Ayat-Ayat Ibadah (Lentera Hati, 2016), 62–63.
11
4. Ibnu Qoyyim
hanya menyebutkan secara khusus dua jenis kekayaan dalam ayat di atas,
yaitu kekayaan yang keluar dari bumi dan harta niaga. Kemungkinan yang
yang umum dimiliki masyarakat pada saat itu. Kemungkinan kedua adalah
jenis kekayaan yang lain sudah termasuk di dalam atau timbul dari keduanya.
Hal ini karena istilah “usaha” mencakup segala bentuk perniagaan dengan
berbagai ragam dan jenis harta seperti pakaian, makanan, budak, hewan,
sebagaimana dorongan jiwa pada umumnya yaitu menyimpan harta yang baik
5. Yusuf Qardawi
yang berarti mencakup segala macam usaha; perdagangan atau pekerjaan dan
14
Suma, 60–61.
12
profesi. Para ulama fiqih berpegang pada keumuman maksud ayat tersebut
sebagai landasan zakat perdagangan, yang oleh karena itu dapat juga dipakai
Surah At-Taubah ayat 60 yang secara rinci menerangkan kepada siapa zakat
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Diskusi yang menonjol saat ini adalah tentang hukum mengeluarkan zakat pencarian
atau profesi yang digagas oleh DR. Yusuf Qardawi. Hal tersebut terjadi karena zakat jenis
ini belum pernah di praktekkan oleh Nabi SAW semasa beliau masih hidup. Disamping itu
para ulama klasik sepakat hanya ada empat macam harta kekayaan yang wajib dizakati,
yaitu: emas dan perak, binatang ternak, tanaman/buah-buahan dan harta perniagaan. Namun
ada baiknya kita pelajari penjelasan DR. Yusuf Qardawi tentang zakat profesi.
15
Qardawi, Hukum Zakat, 476.
13
Beliau berpendapat harta hasil usaha seperti gaji pegawai, upah karyawan, pendapatan
dokter, insinyur, advokat dan yang lain yang mengerjakan profesi tertentu dan juga seperti
pendapatan yang diperoleh dari modal yang diinvestasikan di luar sektor perdagangan,
seperti pada mobil, kapal, kapal terbang, percetakan, tempat- tempat hiburan, dan lain-
lainnya, wajib terkena zakat tanpa persyaratan satu tahun dan dikeluarkan pada waktu
diterima.
Sebagai penjelasan dari pendapat dalam masalah yang sensitif itu, beliau
mengemukakan beberapa butir alasan di bawah ini, supaya kebenaran dapat jelas yang
1. Persyaratan satu tahun dalam seluruh harta termasuk harta penghasilan tidak
berdasar nash yang mencapai tingkat shahih atau hasan yang darinya bisa diambil
yaitu Ali, Ibnu Umar, Anas dan Aisyah r.a. Tetapi hadis-hadis itu lemah, tidak
Hadis dari Ali diriwayatkan oleh Abu Daud tentang Zakat Ternak. "Kami
diberitahu oleh Sulaiman bin Daud al-Mahri, oleh Ibnu Wahab, oleh Jarir bin
Hazim, yang lain mengatakan dari Abu Ishaq, dari Ashim bin Dzamra dan Haris
'A'war, dari Ali r.a., dari Nabi s.a.w. Bila engkau mempunyai dua ratus dirham
dan sudah mencapai waktu setahun, maka zakatnya adalah 5 (lima) dirham, dan
tidak ada suatu kewajiban zakat yaitu atas emas-sampai engkau mempunyai dua
puluh dinar dan sudah mencapai masa setahun, yang zakatnya adalah setengah
16
Qardawi, Hukum Zakat.
14
dinar. Lebih dari itu menurut ketentuan di atas, Abu Daud berkata, "Saya tidak
tahu apakah Ali yang mengatakan "Lebih dari itu menurut ketentuan" tersebut
ataukah yang mengatakannya Nabi sendiri. Begitu juga tentang ketentuan masa
setahun bagi wajib zakat, selain ucapan Jarir, "Hadis dari Nabi tersebut
bersambung dengan "Tidak ada kewajiban zakat atas satu kekayaan sampai
melewati waktu setahun." Demikian hadis Ali yang diriwayatkan oleh Abu Daud,
a. Ibnu Hazm berkata, diikuti oleh Abdul Haq dalam Ahkamuhu, "Hadis itu
diriwayatkan oleh Ibnu Wahab dari Jarir bin Hazim dari Abu Ishaq dari Ashim
dan Haris dari Ali. Abu Ishaq membandingkan antara Ashim dan Haris, Haris
dari kedua orang tersebut. Hadis tersebut diriwayatkan pula oleh Syuibah, Sufyan,
dan Mu'ammar dari Abu Ishaq dari Ashim dari Ali secara mauquf. Demikian juga
semua yang diriwayatkan oleh Ashim mesti hanya sampai kepada Ali. Seandainya
menerimanya.
"Hadis tersebut diriwayatkan oleh Turmizi dari Abu Awanah dari Abu Ishaq dari
Ashim dari Ali sebagai hadis marfu'. Menurut saya hadis Abu Awanah tidak
menyebut-nyebut masalah setahun, yang oleh karena itu tidak bisa dijadikan
zakat emas dan uang adalah sabda Rasul, "Saya dulu memaafkan zakat kuda dan
15
uang, sekarang keluarkanlah zakatnya: dari setiap empat puluh dirham satu
dirham, seratus sembilan puluh tidak ada zakatnya, tetapi bila sudah mencapai dua
mengatakan bahwa Haris dan Ashim tidak bisa dipercaya. Tetapi Zahabi dalam
Mizan al-I'tidal mengatakan bahwa terdapat empat orang memperoleh hadis itu
darinya dan dikuatkan oleh Ibnu Mu'ayyan dan Ibnu Madini. Ahmad berkata
bahwa ia lebih baik dari Haris-A'war dan dapat dipercaya. Nasa'i juga berpendapat
sendiri saja dari Ali. Menurut Ibnu Hiban, Ashim mempunyai daya hafal yang
jelek, banyak salah, dan selalu menghubungkan ucapannya itu kepada Ali yang
oleh karena itu lebih baik tidak diperhatikan, namun ia lebih baik dari Haris.
Ucapan ini mendukung pendapat Mundzir, bahwa hadis tersebut tidak bisa
Ibnu Hajar dalam at-Talkhish bahwa hadis yang kita sebutkan dari Abu Daud
hadis tersebut mempunyai cacat yang tersembunyi, yaitu bahwa Jarir bin Hazim
tidak mungkin mendengarnya dari Abu Ishaq, tetapi diriwayatkan oleh banyak
penghafal seperti Sahnun, Harmala, Yunus, Bahr bin Nashir, dan lain- lainnya dari
Ibnu Wahab dariJarir bin Hazim dari Haris bin Nabhan dari Hasan bin 'Imarah
dari Abu Ishaq. Ibnu Muwaq berkata bahwa meragui kebenaran hadis tersebut
16
karena Sulaiman adalah guru Abu Daud merupakan dugaan -dugaan untuk
menjatuhkan seseorang saja. Hasan bin 'Imarah yang tidak terdapat dalam sanad
Dengan demikian kita dapat melihat bahwa hadis tersebut tidak dapat dijadikan
landasan. Sikap Ibnu Hajar yang diam saja atas kritikan Ibnu Muwaq atas hadis
sanadnya dan dikuatkan oleh banyak atsar sehingga dapat dijadikan landasan
hukum. Jelaslah bahwa dalam hadis tersebut terdapat banyak kekurangan. Yaitu
dari pihak Haris yang diduga pembohong karena sebagian saja mengatakan hadis
itu ke pihak sebelumnya, dari pihak Ashim yang dipersoalkan kejujurannya, dan
dari segi cacat seperti disebut oleh Ibnu Muwaq dan dikuatkan oleh Ibnu Hajar.
Allahlah yang lebih tahu bahwa orang-orang yang menganggap bahwa hadis Ali
adalah hasan, bila mengetahui cacat yang diperingatkan oleh Ibnu Muwaq yang
juga dikuatkan oleh Ibnu Hajar dalam bukunya tersebut, pasti akan meralat
pendapat mereka, dan akan menyatakan bahwa hadis tersebut betul bercacat.
Mengenai hadis dari Ibnu Umar, Ibnu Hajar berkata bahwa hadis yang
diriwayatkan oleh Daruquthni dan Baihaqi, didalamnya terdapat Ismail bin Iyasy
yang menerima dari sumber bukan penduduk Syam, adalah lemah. Diriwayatkan
pula oleh Ibnu Numair, Mu'tamar, dan lain-lain dari gurunya, yaitu Ubaidillah bin
Umar, yang meriwayatkan dari Nafi' kemudian terputus, yang dibenarkan oleh
Mengenai hadis dari Anas, Daruquthni meriwayatkan yang didalamnya ada Hasan
bin Siyah yang lemah yang telah meriwayatkan sendiri saja dari Sabit (Talkhish:
175) bahwa Ibnu Hiban berkata dalam kitab adz-Dzu'afa' bahwa ia meragui hadis
Hadis dari Aisyah diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Daruquthni, Baihaqi, serta
Uqaili dalam adz-Dzu'afa' bahwa didalamnya terdapat Harisha bin Abur Rijal,
yang lemah. Ibnu Qayyim berkata dalam Tahdhib Sunan Abi Daud hadis bahwa
tidak ada zakat pada harta benda sampai lewat setahun diriwayatkan dari Aisyah
dengan sanad yang shahih. Muhammad bin Ubaidillah bin Munadi berkata bahwa
hadis tersebut diriwayatkan kepada mereka oleh Abu Zaid Syuja, bin al-Walid,
dari Harisha bin Muhammad dari Umrah dari Aisyah "Saya mendengar Rasulullah
bersabda: "Tidak ada zakat pada suatu harta sampai lewat setahun," diriwayatkan
oleh Abu Husain bin Basyran dari Usman bin Samak dari Ibnu Munadi.
Adalah aneh Ibnu Qayyim menilai hadis tersebut shahih dengan sanad tersebut
oleh karena bila kita tidak menggubris Syuja, bin Walid ayah Badr gelar yang
diberikan padanya lihat al-Mizan, jilid 2: 264 sedangkan tentangnya Abu Hakim
mengatakan suaranya hampir tidak kedengaran, tua, tidak kuat, tidak dapat
dipercaya, tetapi mempunyai hadis- hadis shahih lain dari sumber Muhammad bin
Amru, maka kita tidak bisa pula menganggap tidak ada gurunya yaitu Harisha bin
18
Muhammad yang sebenarnya adalah Harisha bin Abu Rijal sendiri, yang
Daruquthni dan Uqaili. Zahabi berpendapat dalam bukunya bahwa Ahmad dan
Ibnu Mu'ayyan menganggap hadis itu lemah, Nasa'I berpendapat bahwa hadis
tersebut matruk, sedangkan Bukhari menilai hadis tersebut tidak benar tak seorang
yang diriwayatkan olehnya tidak benar. Ini berarti bahwa menurut ijmak
perawinya lemah dan bercacat, yang oleh karena itu tidak mungkin hadis yang
- yaitu Muhammad - dan tidak dengan nama aslinya yang terkenal - yaitu Abu
waktu setahun (haul) bagi wajib zakat semua jenis harta benda baik "harta
2. Para sahabat dan tabi'in memang berbeda pendapat dalam harta penghasilan:
mempersyaratkan satu tahun itu sebagai syarat wajib zakat tetapi wajib pada
3. Beliau menilai bahwa adalah tidak mungkin syariat yang sederhana dan berbicara
4. Mereka yang tidak mempersyaratkan satu tahun bagi syarat harta penghasilan
wajib zakat lebih dekat kepada nash yang berlaku umum dan tegas di atas
zakat baik dalam Quran maupun dalam sunnah datang secara umum dan tegas dan
yang dikeluarkan Allah dari tanah dalam satu ayat, yaitu "Hai orang- orang yang
masalah yang di atur Allah dalam satu aturan sedangkan kedua-duanya adalah
membayar zakat atas pendapatan mereka yang besar, Itu berarti hanya
membebankan zakat pada orang-orang yang hemat dan ekonomis saja. Hal itu
jauh sekali dari maksud kedatangan syariat yang adil dan bijak.
7. Pendapat yang menetapkan setahun sebagai syarat harta penghasilan jelas terlihat
saling kontradiksi yang tidak bisa diterima oleh keadilan dan hikmat Islam.
penghasilan dari modal yang ditanamkan pada sektor selain perdagangan, dan
pendapatan para ahli, akan lebih menguntungkan fakir miskin dan orang yang
zakatnya.
sedekah wajib atau zakat dengan menunggu masa setahunnya, berarti membuat
10. Persyaratan setahun bagi harta penghasilan ini berarti, bahwa seorang Muslim
kekayaan yang diperoleh pada waktu yang berbeda-beda. Ini sulit sekali
dilakukan, dan sulit pula bagi pemerintah memungut dan mengatur zakat yang
zakat profesi baik secara eksplisit maupun implisit diantaranya Syeikh Abdul Wahhab
Khallaf, Syeikh Abu Zahrah, Al-Ghazali, Prof. Didin Hafidhuddin, Quraisy Syihab, Majelis
Namun ada pula sebagian yang tidak setuju dan tidak membolehkan zakat profesi,
dengan alasan utama bahwa zakat profesi tidak pernah dicontohkan oleh Nabi SAW. Mereka
misalnya Dr. Wahbah Az Zuhaili, Prof. Ali As Salus, Syeikh Bin Baz, Syeikh Muhammad
bin Shaleh Utsaimin, Hai`ah Kibaril ulama, Dewan Hisbah PERSIS, Bahtsul Masail NU, dan
17
Qardawi, 475–79.
18
Fuad Riyadi, “Kontroversi Zakat Profesi Pesrpektif Ulama Kontemporer,” Ziswaf 2 (2015): 1.
21
selain lewat mempertanyakan dalil, juga mengkritik teknis pelaksanaannya yang rancu. 19
Dalil yang paling sering dikemukakan oleh mereka yang menentang keberadaan zakat
profesi adalah bahwa zakat merupakan ibadah mahdhah, dimana segala ketentuan dan
aturannya ditetapkan oleh Allah SWT lewat pensyariatan dari Rasulullah SAW. Kalau ada
dalil yang pasti, maka barulah zakat itu dikeluarkan, sebaliknya bila tidak ada dalilnya, maka
Prinsipnya, selama tidak ada nash dari Rasulullah SAW, maka kita tidak punya
wewenang untuk membuat jenis zakat baru. Meski demikian, para ulama ini bukan ingin
menghalangi orang yang ingin bersedekah atau infaq. Hanya yang perlu dipahami, mereka
menolak bila hal itu dimasukkan ke dalam bab zakat, sebab zakat itu punya banyak aturan
dan konsekuensi.
Sedangkan bila para artis, atlet, dokter, lawyer atau pegawai itu ingin menyisihkan gajinya
sebesar 2,5 % per bulan, tentu bukan hal yang diharamkan, sebaliknya justru sangat
dianjurkan. Namun janganlah ketentuan itu dijadikan sebagai aturan baku dalam bab zakat.
Sebab bila tidak, maka semua orang yang bergaji akan berdosa karena meninggalkan
kewajiban agama dan salah satu dari rukun Islam. Sedangkan bila hal itu hanya dimasukkan
19
Ahmad Sarwat, “Mengapa Para Ulama Masih Berbeda Pendapat Dalam Zakat Profesi?,” Rumah Fiqih Indonesia,
2015, http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1434999850&=mengapa-para-ulama-masih-berbeda-pendapat-
dalam-zakat-profesi.htm.
22
ke dalam bab infaq sunnah, tentu akan lebih ringan dan tidak menimbulkan konsekuensi
Selama nyaris 14 abad ini tidak ada satu pun ulama yang berupaya melakukan
'penciptaan' jenis zakat baru. Padahal sudah beribu bahkan beratus ribu kitab fiqih ditulis
oleh para ulama, baik yang merupakan kitab fiqih dari empat mazhab atau pun yang
independen. Namun tidak ada satu pun dari para ulama sepanjang 14 abad ini yang
menuliskan bab khusus tentang zakat profesi di dalam kitab mereka. Bukan karena tidak
melihat perkembangan zaman, namun karena mereka memandang bahwa masalah zakat
bukan semata-mata mengacu kepada rasa keadilan. Tetapi yang lebih penting dari itu, zakat
adalah sebuah ibadah yang tidak terlepas dari ritual. Sehingga jenis kekayaaan apa saja yang
wajib dizakatkan, harus mengacu kepada nash yang shahih dan kuat dari Rasulullah SAW.
Dan tidak boleh hanya didasarkan pada sekedar sebuah ijtihad belaka.
E. Kesimpulan
Barangkali bentuk penghasilan yang paling menyolok pada zaman sekarang ini
adalah apa yang diperoleh dari pekerjaan dan profesinya. Pekerjaan yang menghasilkan uang
ada dua macam. Pertama adalah pekerjaan yang dikerjakan sendiri tanpa tergantung kepada
orang lain, berkat kecekatan tangan ataupun otak. Penghasilan yang diperoleh dengan cara
advokat seniman, penjahit, tukang kayu dan lain-lainnya. Yang kedua, adalah pekerjaan
yang dikerjakan seseorang buat pihak lain-baik pemerintah, perusahaan, maupun perorangan
23
dengan memperoleh upah, yang diberikan, dengan tangan, otak, ataupun kedua- duanya.
Penghasilan dari pekerjaan seperti itu berupa gaji, upah, ataupun honorarium.
zakatnya ataukah tidak? Bila tidak wajib kenapa padi dan barang perdagangan yang tidak
dizakati pada masa Rasulullah, yang kewajibannya juga berdasar ijithad para Sahabat, pada
masa sekarang ini menjadi wajib dizakati. Sedang gaji yang tidak dizakati pada masa
Rasulullah tetapi dizakati di masa Sahabat, sekarang ini menjadi tidak wajib dizakati?
Apakah logika yang berusaha membedakan penghasilan dari sektor perdagangan dengan
penghasilan dari sektor jasa dalam masalah zakat ini masih layak dipertahankan?
24
DAFTAR PUSTAKA
Al-Faridy, Hasan Rifa’i. Panduan Zakat Praktis. Jakarta: Dompet Dhuafa Republika, 2004.
Anshori. “Studi ayat-ayat zakat sebagai instrumen ekonomi dalam tafsir Al-Misbah.” Misykat Al-
Dahlan, Abdul Aziz. Ensiklopedi Hukum Islam. IV. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoev, 2003.
https://almanaar.wordpress.com/2007/11/07/zakat-pada-periode-madinah/.
Riyadi, Fuad. “Kontroversi Zakat Profesi Pesrpektif Ulama Kontemporer.” Ziswaf 2 (2015): 1.
Sarwat, Ahmad. “Mengapa Para Ulama Masih Berbeda Pendapat Dalam Zakat Profesi?” Rumah
para-ulama-masih-berbeda-pendapat-dalam-zakat-profesi.htm.
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, kesan dan Keserasian Al-Quran. Vol. 5. Jakarta:
Suma, Muhammad Amin. Tafsir Ahkam Ayat-Ayat Ibadah. Lentera Hati, 2016.
https://www.republika.co.id/berpita/ekonomi/syariah-ekonomi/18/01/29/p3aqzw440-
bitcoin-menurut-fikih.
Tuasikal, Muhammad Abduh. “Hukum menampilkan iklan dari google adsense.,” 2012.
https://rumaysho.com/2735-meninjau-hukum-menampilkan-iklan-dari-google-
adsense.html.
(ma’dỉn) dan harta terpendam (rikỉảz), dalam kaitannya dengan kewajiban zakat.
Ulama’ madhab Hanafi berpendapat bahwa barang tambang dan hartaterpendam yang
yang dikeluarkan dari perut bumi. Bedanya, menurut mereka hanya dari segi
subjeknya, yaitu barang tambang tersimpan diperutbumi atas ciptaan Allah SWT,
berpendapat bahwa barang tambang adalah sesuatu yangdiciptakan Allah SWT dalam
perut bumi yang memiliki nilai tinggi seperti,emas, perak, dan tembaga. 20
Adapun harta yang terpendam adalah harta yangtersimpandiperut bumi, baik atas
ciptaan Allah SWT maupun atas perbuatanmanusia. Oleh sebab itu harta terpendam
harta terpendam itupada emas dan perak saja. Pendapat Sayyid Quthub yang diambil
dari tafsirnya “Fi ZhilalilQur’an” yang mengomentari firman Allah surat al-Baqarah
(2) ayat 267 danmengatakan: ayat ini merupakan ajakan kepada orang beriman di
mana dankapan pun untuk membayar zakat. Pernyataan ini mencakup seluruh
20
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, IV (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoev, 2003).
27
Pada badan usaha yang berbentuk syirkah (kerjasama), maka jika semua anggota
syirkah beragama Islam, zakat dikeluarkan lebih dulu sebelum dibagikan kepada
pihak-pihak yang bersyirkah. Tetapi jika anggota syirkah terdapat orang yang non
muslim, maka zakat hanya dikeluarkan dari anggota syirkah muslim saja (apabila
jumlahnya lebih dari nishab). Usaha patungan dengan non muslim labanya
Kekayaan yang dimiliki badan usaha tidak akan lepas dari salah satu atau lebih dari
2. Uang tunai
3. Piutang
Maka yang dimaksud dengan harta perusahaan yang wajib dizakati adalah yang
3. Berikan penjelasan tentang harta yang di infakkan adalah harta yang baik.
Kenapa?
21
Al-Syaikh Yasin Ibrahimp, Zakat Membersihkan Kekayaan, Menyempurnakan Puasa Ramadhanp, vol. p
(Bandung: Marja, 2004), 66, p.
22
Hasan Rifa’i Al-Faridy, Panduan Zakat Praktis (Jakarta: Dompet Dhuafa Republika, 2004), 20.
28
Menurut Ibnu Abbas dalam tafsir ibnu katsir, sedekah harus diberikan dari harita
yang baik (yang halal) yang dihasilkan oleh orang yang bersangkutan. Allah
memerintahkan kepada manusia untuk berinfak dari sebagian harta mereka yang baik,
yang paling disukai dan paling disayang. Allah melarang mereka mengeluarkan
sedekah dari harta yang buruk dan jelek serta berkualitas rendah; karena
sesungguhnya Allah itu Maha Baik, Dia tidak mau menerima kecuali yang baik.
“Dan janganlah kalian memilih yang buruk-buruk, lalu kalian nafkahkan darinya,
Yakni janganlah kalian sengaja memilih yang buruk-buruk. Seandainya kalian diberi
yang buruk-buruk itu, niscaya kalian sendiri tidak mau menerimanya kecuali dengan
memicingkan mata terhadapnya. Allah Maha Kaya terhadap hal seperti itu dari
kalian, maka janganlah kalian menjadikan untuk Allah apa-apa yang tidak kalian
sukai. Menurut pendapat yang lain, makna firman-Nya itu yakni janganlah kalian
menyimpang dari barang yang halal, lalu dengan sengaja mengambil barang yang
haram, kemudian barang yang haram itu kalian jadikan sebagai nafkah kalian.23
4. Bagaimana jika uang yang dimiliki berupa e-money (uang virtual) seperti
Sebelum menjelaskan pandangan fikih terkait Bitcoin, terlebih dahulu dijelaskan apa
23
Tafsir Ibnu Katsir.
29
Bitcoin adalah uang digital yang diterbitkan oleh pihak selain otoritas moneter yang
diperoleh dengan cara pembelian, transfer pemberian (reward), atau mining (proses
Jika dibuat ilustrasi sederhana, dalam sebuah bazar, panitia memberikan kupon-
Dengan kupon tersebut, masyarakat menukar dengan barang. Setelah barang habis,
Bitcoin tidak memiliki underlying asset, nilai tukar sangat fluktuatif, tidak bisa
diprediksi dan kenaikan sangat tidak wajar. Bitcoin juga tidak diakui sebagai alat
pembayaran yang sah oleh otoritas dan transaksi person to person tanpa lembaga
perantara resmi.
Berdasarkan gambaran tersebut, bisa disimpulkan bahwa Bitcoin bukan uang karena
belum memenuhi dua kriteria uang (diterima oleh masyarakat luas dan diterbitkan
“Naqd (uang) adalah segala sesuatu yang menjadi media pertukaran dan diterima
uang yang lain, “Naqd (uang) adalah sesuai yang dijadikan harga oleh masyarakat
baik terdiri atas logam atau kertas yang dicetak maupun dari bahan lainnya yang
diterbitkan oleh lembaga keuangan pemegang otoritas.” (Rawwas Qal'ah Ji, al-
Mu'amalat al-Maliyah).
30
setiap transaksi yang mempunyai tujuan pembayaran atau kewajiban lain yang harus
dipenuhi dengan uang atau transaksi keuangan lainnya yang dilakukan di wilayah
Kedua, Bitcoin sarat dengan ketidakjelasan dan spekulasi karena tidak memiliki
underlying asset, nilai tukar sangat fluktuatif, dan kenaikan sangat tidak wajar.
Dalam fikih, ketidakjelasan tersebut disebut garar yang dilarang berdasarkan hadis
Rasulullah SAW, “Rasulullah SAW melarang jual beli gaarar.” (HR Muslim dari
(gharar fahisy).
Dalam fikih, spekulasi tersebut disebut maisir sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu
Taimiyah dalam Majmu fatawa: Risiko terbagi menjadi dua, yang pertama adalah
risiko bisnis, yaitu seseorang yang membeli barang dengan maksud menjualnya
kembali dengan tingkat keuntungan tertentu dan dia bertawakal kepada Allah atas hal
tersebut. Yang kedua adalah maisir yang berarti memakan harta orang lain dengan
cara yang batil. Spekulasi inilah yang dilarang Allah dan Rasul-Nya.
Bank Indonesia sebagai otoritas juga telah berkesimpulan bahwa pemilikan virtual
currency (di antaranya Bitcoin) itu sangat berisiko dan sarat akan spekulasi karena
tidak ada otoritas yang bertanggung jawab dan tidak terdapat administrator resmi.
31
Selain itu, karena tidak terdapat underlying asset yang mendasari harga virtual
currenpcy dan nilai perdagangan sangat fluktuatif, sehingga rentan terhadap risiko
penggelembungan.
Dengan demikian, Bitcoin bukan alat pembayaran sah, tidak dilindungi oleh otoritas,
sehingga tidak ada perlindungan konsumen. Begitu pula, Bitcoin sangat berisiko dan
sarat dengan spekulasi karena tanpa underlying asset, harga tidak bisa diprediksi,
kenaikan sangat tidak wajar dan berpotensi merugikan masyarakat. Dalam fikih,
kondisi ini adalah dharar (negatif dan merugikan) yang harus dihindarkan. Karena
status asal dari bitcoin itu sendiri sudah haram, maka tidaklah benar mengeluarkan
zakat darinya.24
5. Bagaimana dengan penghasilan yang diperoleh dari dunia maya seperti youtube
viewer?
Penghasilan yang didapat seseorang dari banyaknya viewer pada sebuah video dari
iklannya pada video tersebut. Yang mana perusahaan pengiklan tersebut terlebih
dahulu mendaftarkan iklannya melalui apa yang disebut dengan google adword.
Terkait hal ini dijelaskan oleh Muhammad Abduh Tuasikal dalam web rumaysho.com
sebagai berikut. 25
24
Oni Syahroni, “Bitcoin Menurut Fiqih,” t.t., https://www.republika.co.id/berpita/ekonomi/syariah-
ekonomi/18/01/29/p3aqzw440-bitcoin-menurut-fikih.
25
Muhammad Abduh Tuasikal, “Hukum menampilkan iklan dari google adsense.,” 2012,
https://rumaysho.com/2735-meninjau-hukum-menampilkan-iklan-dari-google-adsense.html.
32
Google Adsense adalah program yang dibuat oleh Google yang menampilkan iklan.
Isi dari iklan adsense tersebut biasanya adalah text link atau gambar komersial dan
dipasang pada sebuah website atau blog. Yang dipasang bisa juga berupa search box
atau kotak untuk pencarian. Google akan membayar pemasang setiap kali link
tersebut diklik. Biasanya link atau gambar tersebut akan disesuaikan dengan isi dari
Adsense berhubungan dengan e-book, maka iklan yang dipasang pun semisal
mempromosikan e-book.
Tipe pertama yang disebut Adsense for content. Tipe ini merupakan tipe yang biasa
yang paling banyak digunakan orang. Bentuknya yaitu berupa iklan yang akan
mendapatkan dollar jika ada yang mengklik iklan tersebut dengan kata lainnya yaitu
PPC (Paid Per Click). Tapi kadang-kadang juga bisa mendapatkan dollar setiap 1000
impression/ tampil (Paid Per Impression), tapi untuk yang ini sepertinya hanya untuk
Tipe yang lain adalah Adsense for search. Yang ini bentuknya berupa “Search
engine” yang hanya akan mendapatkan bayaran bila ada orang yang melakukan
pencarian melalui search engine yang dipasang di web/blog dan kemudian orang
tersebut mengklik pada salah satu hasil pencarian yang berupa iklan. Jadi tidak
semua hasil pencarian itu berupa iklan yang dibayar. Biasanya yang diberi kotak dan
Kita sudah mengetahui bahwa dengan sekali pengunjung mengklik blog atau web
yang memasang google adsense, maka si pemilik akan mendapatkan bayaran dari
pihak google. Dan google adalah perantara antara perusahaan pemasang iklan dan
pemilik website. Sayangnya, segala macam iklan boleh muncul dan seperti terlihat
tidak memperhatikan aturan Islam. Di antara iklan-iklan tersebut terdapat iklan bank
ribawi, perusahaan forex, iklan film, iklan musik dan iklan perempuan bahkan
sebagian iklan ada yang menampilkan wanita yang berdandan yang tidak tahu aturan
(mutabarrijaat). Wanita yang dipajang seperti ini dalam papan iklan tentu saja tidak
Melihat hal yang diceritakan di atas, maka asalnya tidak boleh bergabung dengan
adsense semacam ini agar selamat dari iklan yang tidak islami dan dinilai haram.
Karena kita sama sekali tidak boleh mengiklankan atau menyebarkan kemungkaran.
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS. Al Maidah: 2).
Memasang iklan yang bermasalah termasuk tolong menolong dalam berbuat dosa.
ُ ُ
ضالَلَ ٍة
َ ِِلَىpور ِه ْم َش ْيئًا َو َم ْن َدعَا إ ِ َم ْن َدعَا إِلَى هُدًى َكانَ لَهُ ِمنَ األَجْ ِر ِم ْث ُل أج
ِ ُور َم ْن تَبِ َعهُ َلَ يَ ْنقُصُ َذلِكَ ِم ْن أ ُج
َكانَ َعلَ ْي ِه ِمنَ ا ِْل ْث ِم ِم ْث ُل آثَ ِام َم ْن تَبِ َعهُ َلَ يَ ْنقُصُ َذلِكَ ِم ْن آثَا ِم ِه ْم َش ْيئًا
pahala sebagaimana pahala orang yang mengikuti ajakannya dan tidak mengurangi
pahala mereka sedikit pun juga. Sebaliknya, barangsiapa yang mengajak pada
mengikutinya dan tidak mengurangi dosa mereka sedikit pun juga. ” (HR. Muslim).
Memasang iklan yang haram dari sisi syari’at berarti termasuk menyebar kesesatan.
Namun jika iklan yang tampil sesuai dengan konten website kita dan tidak
adsense tersebut. Tetapi, jika iklan jelek dan bermasalah tidak bisa dikendalikan atau
terkontrol, maka sudah sepantasnya tidak mengikuti adsense semacam itu. Dan pasti
ada ganti dari Allah jika kita meninggalkan pekerjaan yang haram karena-Nya. Nabi
“Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan
memberi ganti padamu dengan yang lebih baik bagimu.” (HR. Ahmad 5: 363,
(*) Penjelasan hukum google adsense digali dari pembahasan Syaikh Sholih Al
iklan-dari-google-adsense.html
Jadi semuanya tergantung dari iklan yang ditampilkan pada video kita. Kalau kita
bisa memfilter video iklan sesuai syariah saja yang ditampilkan maka penghasilan
kita adalah halal dan dikeluarkan zakatnya setelah cukup nishabnya. Namun jika
tidak, maka bukan saja tidak dapat dikeluarkan zakatynya, namun juga haram
7. Hadits tentang syarat haul pada harta yang wajib dizakati sangat banyak
tersebut dikaitkan dengan zakat profesi yang tidak mensyaratkan adanya haul?
Hal ini menandakan bahwa shalat sebagai ibadah special seorang hamba dengan
Allah tidak bisa terlepas dari keharusan untuk peduli pada kondisi masyarakat di
sekitarnya. Dengan bahasa lain, umat islam yang baik adalah mereka yang senantiasa
(www.nu.or.id/post/read/81958/makna-perintah-zakat-bergandengan-dengan-