Anda di halaman 1dari 6

J. Akad. Kim.

2(1): 11-16, February 2013


ISSN 2302-6030

EKSTRAK BUNGA WARU (Hibiscus tiliaceus) SEBAGAI INDIKATOR


ASAM-BASA

Extracts of Hibiscus tiliaceus as An Acid-Base Indicator

Frantauansyah,*Siti Nuryanti dan Baharuddin Hamzah


Pendidikan Kimia/FKIP - Universitas Tadulako, Palu - Indonesia 94118
Recieved 18 January 2013, Revised 25 February 2013, Accepted 26 February 2013

Abstract

Hibiscus tiliaceus is a tribe or cottons malvacea, it is known as sea hibiscus. This plant has been
known for a long time ago. It is known as a shade tree in the curb or in the edge of the river and
as the embankment along the coast. Although, the canopy is not too dense, it is preferred because its
roots are not deep into the soil. So, it does not damage the roads and buildings. This study of hibiscus
flower extract has been done. It proved that there was indicator acid-base. Hibiscus flower washed with
distilled water, cut into small piece, then add dissolved acetate ethyl and macerated. After that, filtered
and residue re-extracted filtering results with absolute ethanol. Extract filtered by using gauze filter, then
filtered it again with paper filter paper. The filtrate is ready to use as as acid-base indicator. After that,
evaluated with benchmark indicators phenolphthalein and orange methyl to titrate acid-base such as
: a strong base with a strong acid, a weak base with a strong acid and a strong base with a weak acid.
The resultof survey revealed that the indicator of hibiscus flower extracts indicate the equivalence point
in the titration result equivalent to the comparison indicator. The result showed the indicator of the
hibiscus flower extract can as a substitute to synthetic indicator (phenolphthalein and orange methyl)
has been used.

Keywords: Hibiscus tiliaceus, indicators, acid-base.

Pendahuluan
Tanaman waru (hibiscus tiliaceus) suku bunga waru ini mempunyai banyak manfaat
kapas-kapasan atau malvaceae, dikenal sebagai yaitu sebagai obat tradisional, pendingin
waru laut atau pantai dan lama dikenal sebagai bagi sakit demam, membantu pertumbuhan
pohon peneduh tepi jalan atau tepi sungai dan rambut, obat batuk, obat diare berdarah/
pematang serta pantai. Walaupun tajuknya berlendir dan amandel (Heyne, 1987;
tidak terlalu rimbun, tanaman ini disukai karena Adhirajan, dkk, 2003; Adje, dkk, 2008).
akarnya tidak dalam sehingga tidak merusak Bunga waru dapat dijadikan zat warna
jalan dan bangunan di sekitarnya. Di Indonesia alami, karena pada bunga waru, terdapat
tumbuhan ini memiliki banyak nama seperti: pigmen warna yaitu antosianin. Antosianin
baru (Gayo, Belitung, Sumba); baru dowongi dari berbagai tanaman semakin banyak
(Ternate, Tidore); waru (Sunda, Jawa, Bali, digunakan dalam industri makanan dan
Flores); haru, halu, faru, fanu (aneka bahasa di obat-obatan karena warnanya menarik dan
Maluku); dan kalibau (Palu). Tanaman waru aman bagi kesehatan (Maganha, dkk, 2010).
selama ini banyak dikenal masyarakat hanya Warna antosianin sangat dipengaruhi oleh
sebagai tanaman liar. Terkadang masyarakat struktur antosianin serta derajat keasamaan
kurang memanfaatkan tanaman ini sehingga (pH). Antosianin cenderung tidak berwarna
hanya dibiarkan begitu saja. Padahal, tanaman di daerah pH netral, di dalam larutan yang
pHnya sangat asam (pH<3) memberikan
* Korespondensi: warna merah yang maksimum, sedangkan
S. Nuryanti di dalam larutan alkali (pH 10,5) pigmen
Program Studi Pendidikan kimia, Fakultas Keguruan dan antosianin mengalami perubahan warna
Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako
email: sitinoer_untad@yahoo.com menjadi biru (Torskangerspoll & Anderson,
© 2013 - Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Tadulako 2005; Einbond, dkk, 2004; Chen, dkk, 2003).

11
Volume 2, No. 1, 2013: 11-16 Jurnal Akademika Kimia

Indikator asam-basa merupakan suatu zat dipotong kecil-kecil, kemudian ditambah


yang memberikan warna berbeda pada larutan pelarut etil asetat sebanyak 50 mL dan
asam dan basa serta dapat digunakan untuk dimaserasi selama 20 jam selanjutnya disaring.
memprediksikan harga pH larutan. Indikator Residu kemudian diekstraksi kembali dengan
yang sering digunakan antara lain kertas etanol absolut sebanyak 50 mL dan dimaserasi
lakmus, fenolftalein, metil merah dan brom selama 20 jam. Hasil ekstraksi disaring dengan
timol biru. Indikator ini dibuat secara sintetis, menggunakan penyaring kain kasa, kemudian
menggunakan bahan baku senyawa kimia. disaring kembali dengan kertas saring. Filtrat
Indikator sintesis tersebut sangat dibutuhkan hasil penyaringan siap digunakan sebagai
di tingkat sekolah lanjutan sampai dengan indikator asam-basa (Nuryanti, dkk, 2010).
perguruan tinggi, yang selama ini digunakan
memiliki beberapa kelemahan seperti polusi Pengujian warna pada larutan asam –basa
kimia, ketersediaan dan biaya produksi tinggi. dan larutan buffer pH 1-12
Indikator sintesis tersebut harganyapun relatif Diukur masing-masing sebanyak 10 tetes
mahal dan sangat sulit didapatkan khususnya larutan asam asetat (CH3COOH) 0,1 M dan
sekolah di pedesaan. Oleh karena itu, diperlukan larutan basa amonium hidroksida (NH4OH)
alternatif lain sehingga proses pembelajaran 0,1 M, dimasukkan ke dalam plat tetes,
tetap berjalan lancar, indikator sintetis dapat kemudian ditambah sebanyak 3 tetes ekstrak
diganti dengan alternatif lain berupa indikator bunga waru. Dikerjakan dengan cara yang sama
asam-basa dari bahan-bahan alam atau tanaman. yaitu mengganti larutan asam dan basa terseut
Indikator asam-basa alami dapat dibuat dengan dengan menggunakan larutan buffer pH 1-12,
menggunakan bahan-bahan dari alam seperti kemudian diamati perubahan warnanya.
bunga sepatu (Bhagat, dkk, 2008; Nuryanti,
dkk, 2010), bunga hidrangea, kol ungu, Pengujian pada Titrasi Asam-Basa
kunyit, kembang kertas dan beberapa jenis Titrasi basa kuat dengan asam kuat dengan
tumbuhan lainnya. Tanaman waru merupakan indikator ekstrak bunga waru.
jenis tumbuhan yang satu genus dengan bunga Diukur sebanyak 25 mL larutan NaOH
sepatu. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan yang sudah distandarisasi, lalu dimasukkan
untuk mengekstrak bunga waru (Hibiscus dalam erlenmeyer, kemudian ditambah 3
tiliaceus) sebagai Indikator Asam–Basa. tetes indikator ekstrak bunga waru. Sebelum
Keberhasilan dalam penelitian ini yaitu dapat dititrasi campuran tersebut terlebih dahulu
menambah wawasan tentang cara pembuatan diukur nilai pH-nya dengan menggunakan
indikator asam basa dari bahan alami dan pH-meter. Selanjutnya dititrasi dengan larutan
sebagai bahan informasi kepada masyarakat HCl 0,1 M. Setiap 2 mL titer, campuran
khususnya bagi guru kimia di pedesaan diukur nilai pH-nya sampai terjadi perubahan
bahwa bunga waru dapat digunakan sebagai warna. Indikator pembanding yang digunakan
indikator asam-basa, serta diharapkan dapat adalah indikator fenolftalein (pp). Dilakukan
meningkatkan nilai ekonomis bunga waru. penelitian yang sama dengan menggantikan
indikator ekstrak bunga waru dengan
Metode indikator pembanding fenolftalein (pp).
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian Titrasi basa lemah dengan asam kuat dengan
ini adalah gunting, kertas saring, kain kasa, indikator ekstrak bunga waru.
corong, alumunium foil, gelas kimia, pengaduk 25 mL larutan NH4OH 0,1 M dimasukkan
magnet, pipet tetes, gelas ukur, tabung reaksi, dalam erlenmeyer, kemudian ditambah 3 tetes
buret, statif, erlenmeyer, neraca analitik, indikator ekstrak bunga waru. Sebelum dititrasi
evaporator dan pH-meter (Hanna HI-3814). campuran tersebut terlebih dahulu diukur nilai
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini pH-nya dengan menggunakan pH-meter.
adalah bunga waru yang berasal dari kota Selanjutnya dititrasi dengan larutan HCl 0,1
Palu, aquades, etil asetat, etanol absolut, M. Setiap 2 mL titer, campuran diukur nilai
HCl 0,1 M, NaOH 0,1 M, NH­ 4OH 0,1 pH-nya sampai terjadi perubahan warna.
M, CH3COOH 0,1 M, indikator metil Indikator pembanding yang digunakan adalah
oranye (MO), dan indikator fenolftalein (pp). indikator metil oranye (MO). Dilakukan
penelitian yang sama dengan menggantikan
Ekstraksi Bunga Waru indikator ekstrak bunga waru dengan
Ditimbang sebanyak 13,5 gram bunga indikator pembanding metil oranye (MO).
waru, lalu dicuci dengan aquades sampai bersih, Titrasi asam lemah dengan basa kuat dengan

12
Frantauansyah Ekstrak Bunga Waru (Hibiscus tiliaceus) Sebagai ..........

indikator ekstrak bunga waru. dengan meningkatnya pH (Salisbusy, 1992).


Diukur sebanyak 25 mL larutan CH3COOH Antosianin dalam kondisi asam berwarna
0,1 M, lalu dimasukkan dalam erlenmeyer, merah, apabila pH dinaikkan (pH < 4) akan
kemudian ditambah 3 tetes indikator ekstrak terbentuk karbinolbase tidak berwarna dan
bunga waru. Sebelum dititrasi campuran selanjutnya terjadi kesetimbangan toutomeri
tersebut terlebih dahulu diukur nilai pH-nya membentuk khalkon. Pada kondisi pH > 6
dengan menggunakan pH-meter. Selanjutnya mengalami perubahan bentuk struktur menjadi
dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 M. Setiap 2 anhidrobase, yang dapat terjadi perluasan
mL titer, campuran diukur nilai pH-nya sampai ikatan delokal, sehingga menyebabkan
terjadi perubahan warna. Indikator pembanding perubahan berwarna yang lebih kuat
yang digunakan adalah indikator fenolftalein intensitasnya dan menghasilkan warna biru
(pp). Dilakukan penelitian yang sama dengan (Fukui, dkk, 2002; Nuryanti, dkk, 2010).
menggantikan indikator ekstrak bunga waru
dengan indikator pembanding fenolftalein (pp). Pengujian Warna dengan Larutan Buffer
Larutan buffer merupakan larutan dari
Hasil dan Pembahasan asam lemah dan basa konjugatnya atau basa
Ekstraksi Bunga Waru lemah dengan basa konjugatnya. Sifat utama
Sebanyak 13,5 gram bunga waru yang larutan buffer adalah daya tahannya terhadap
masih segar dipotong kecil-kecil, kemudian perubahan pH akibat penambahan sejumlah
dimaserasi dalam etil asetat selama 20 jam. kecil asam kuat atau basa kuat (Goldberg, 2003).
Kemudian residu hasilpenyaringan dimaserasi Pengujian warna dilakukan dengan meneteskan
kembali dalam etanol absolut selama 20 jam. akstrak bunga waru ke dalam larutan buffer
Selanjutnya maserat disaring untuk memisahkan yang mempunyai pH 1 sampai pH 12. Hal
antara residu dan filtrat. Dari hasil penyaringan ini dilakukan untuk melihat perubahan warna
diperoleh ekstrak bunga waru yang berwarna yang terjadi akibat pemberian ekstrak bunga
merah. Adanya ekstrak yang berwarna merah waru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kemungkinan di dalam bunga waru terdapat dari larutan buffer dengan pH 1 sampai pH 12,
pigmen antosianin karena antosianin merupakan ekstrak bunga waru memberikan 5 kelompok
pigmen yang memberikan warna pada bunga, warna yaitu larutan buffer dengan pH 1
buah, dan daun tumbuhan hijau. Pigmen sampai pH 5 berwarna merah, larutan buffer
tersebut larut dalam pelarut polar diantaranya dengan pH 6 berwarna oranye, larutan buffer
etanol, metanol maupun air (Harborne, 1994; dengan pH 7 sampai pH 9 berwarna kuning,
Degenhardt, dkk, 2000; Nuryanti, dkk, 2010). larutan buffer dengan pH 10 berwarna hijau
Hasil analisis ekstrak bunga waru, kekuning-kuningan dan lautan buffer dengan
dengan menggunakan spektrofotometer pH 11 sampai pH 12 berwarna kebiruan.
UV-Vis, muncul serapan pada daerah Dari hasil yang diperoleh dapat menjadi
panjang gelombang ( maks) 510 nm dan indikasi untuk mengetahui trayek pH dari
warna ekstrak bunga waru berwarna merah. ekstrak bunga waru. Karena kemampuan
Terbentuknya serapan pada daerah panjang mata untuk membedakan warna-warni sangat
gelombang tersebut membuktikan adanya terbatas maka trayek pH suatu indikator dapat
pigmen antosianin (Froylog, dkk, 2005; ditentukan menggunakan alat yang mampu
Elham, dkk, 2006; Ukwueze, dkk, 2009). membedakan panjang gelombang pada warna-
wari dari indikator (Day & Underwood,
Pengujian Warna pada Larutan Asam dan 2002). Terjadinya perubahan warna di dalam
Basa berbagai rentang pH disebabkan dalam
Hasil indikator dari ekstrak bunga waru ekstrak bunga waru mengandung antosianin.
yang diperoleh, menunjukkan perubahan Antosianin merupakan senyawa metabolit
warna yaitu pada larutan asam (CH3COOH sekunder yang berperan sebagai pigmen dalam
0,1 M) memberikan warna merah muda, tanaman (Aaby, dkk, 2004; Ghasemifar, 2006).
sedangkan pada larutan basa (NH4OH 0,1
M) berwarna hijau. Perubahan warna ekstrak Pengujian pada Titrasi Asam–Basa
bunga waru dalam larutan asam dan basa Titrasi basa kuat dengan asam kuat
disebabkan adanya antosianin. Antosianin Pada titrasi basa kuat dengan asam
merupakan senyawa flavonoid yang jika kuat dengan indikator ekstrak bunga
dilarutkan dalam asam warnanya menjadi waru dan indikator fenolftalein sebagai
merah dan dapat terjadi perubahan warna pembanding diperoleh kurva pada Gambar 1.

13
Volume 2, No. 1, 2013: 11-16 Jurnal Akademika Kimia

dngan HCl 0,1 M menggunakan indikator


yang berbeda yaitu ekstrak bunga waru dan
indikator fenolftalein menunjukkan perbedaan
nilai pH hampir sama. Dari kurva (Gambar
2), diketahui bahwa pada penambahan HCl
sampai volume 10 mL kedua garis kurva
menunjukkan nilai yang cenderung berimpitan
yang berarti nilai pH yang dihasilkan tidak jauh
berbeda. Pada titik akhir titrasi menggunakan
indikator ekstrak bunga waru dan indikator
MO memerlukan volume titer sama yaitu 20
Gambar 1. Kurva titrasi 25 mL NaOH 0,1 M mL. Berdasarkan data hasil penelitian tersebut
dengan HCl 0,1 M mengindikasikan adanya kemiripan antara
Keterangan : Indikator ekstrak indikator bunga waru dengan indikator sintetis
bunga waru MO.
Indikator fenolftalein
Titrasi asam lemah dengan basa kuat
Kurva titrasi NaOH 0,1 M dengan HCl 0,1 Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat
M menggunakan indikator yang berbeda yaitu dengan indikator ekstrak bunga waru dan
ekstrak bunga waru dan indikator fenolftalein indikator fenolftalein sebagai pembanding
menunjukkan perbedaan nilai pH yang agak diperoleh kurva pada Gambar 3.
berbeda. Berdasarkan kurva (Gambar 1)
diketahui bahwa pada penambahan HCl sampai
volume 20 mL kedua garis kurva menunjukkan
nilai yang cenderung berimpitan yang berarti
nilai pH yang dihasilkan tidak jauh berbeda.
Perbedaan yang mencolok baru nampak ketika
penambahan volume HCl mencapai 21 mL
sampai terjadi titik akhir titrasi pada volume 32
mL untuk indikator ekstrak bunga waru dan
volume 26 mL untuk indikator fenolftalein.
Hal ini mengindikasikan indikator ekstrak
bunga waru tidak tepat digunakan untuk tipe
titrasi basa kuat dengan asam kuat.
Titrasi basa lemah dengan asam kuat Gambar 3. Kurva titrasi 25 mL CH3COOH
Pada titrasi basa lemah dengan asam kuat 0,1 M dengan NaOH 0,1 M
dengan indikator ekstrak bunga waru dan Keterangan : Indikator ekstrak bunga waru
indikator metil oranye sebagai pembanding Indikator fenolftalein
diperoleh kurva pada Gambar 2.
12
Hasil kurva titrasi CH3COOH 0,1 M
10 dengan NaOH 0,1 M menggunakan indikator
8 asam-basa yang berbeda yaitu ekstrak bunga
pH Larutan

6
waru dan indikator fenolftalein menunjukkan
nilai pH yang dihasilkan hampir tidak terjadi
4
perubahan. Dari kurva (Gambar 3), diketahui
2 bahwa pada penambahan NaOH dengan
0 indicator bunga waru maupun indikator sintesis
0 5 10 15 20 25 memerlukan volume yang sama sebanyak 17
Volume HCl (ml) mL, sehingga kedua garis kurva menunjukkan
nilai yang cenderung berimpitan, yang berarti
Gambar 2. Kurva titrasi 25 mL NH4OH 0,1 nilai pH yang dihasilkan tidak jauh berbeda
M dengan HCl 0,1 M (hampir sama).
Keterangan : Indikator ekstrak bunga waru Berdasarkan kurva di atas mengindikasikan
Indikator metil oranye adanya kemiripan (hampir sama) antara
indikator fenolftalin, indikator metil oranye
Hasil kurva titrasi NH4OH 0,1 M dengan indikator ekstrak bunga waru pada

14
Frantauansyah Ekstrak Bunga Waru (Hibiscus tiliaceus) Sebagai ..........

titrasi basa lemah dengan asam kuat atau Bhagat, V. C., Patil, R. D., Channerker, R.
sebaliknya. Namun, pada titrasi basa kuat-asam P., Shetty, S. C. & Akarte, A. S. (2008).
kuat dan sebaliknya, indikator bunga waru Herbal indicators as a substituent to
memberikan hasil yang berbeda. Sehingga synthetic indicators, J. Green Pharm, 162-
dapat diperoleh gambaran bahwa indikator 163.
bunga waru tepat digunakan untuk titrasi asam
lemah dengan basa kuat dan sebaliknya yaitu Chen, C. C., Hsu, J. D., Wang, S. F., Chiang,
titrasi antara basa lemah dengan asam kuat. H. C., Yang, M. Y., Kao, E. S., Ho, Y. C.
& Wang, C. J. (2003). Hibiscus sabdariffa
Kesimpulan extract inhibits the development of
Ekstrak bunga waru dapat digunakan atherosclerosis in cholesterol-fed rabbits, J.
sebagai indikator titrasi asam-basa (asam kuat- Agric. Food Chem, 51, 5465-5472.
basa kuat, asam lemah-basa kuat dan basa
lemah-asam kuat). Perubahan warna dalam Day & Underwood, (2002). Quantitave
asam berwarna merah dan basa warna hijau. analysis: Analisis kimia kuantitatif, terbitan
Terjadinya perubahan warna karena dalam ke-2, (diterjemahkan oleh Soendoro,
ekstrak bunga waru mengandung antosianin, Widaningsih & Rahardjeng), Surabaya:
yang dalam strukturnya terdapat kation Erlangga.
flavilium membentuk anhidrobase akibat
perubahan pH. Indikator ekstrak bunga waru Degenhardt, A., Knapp, H. & Winterhalter.
mempunyai kemiripan dengan indikator (2000). Separation and purification of
fenolftalein dan metil oranye. anthocyanins by high speed countercurrent
Penelitian ini dapat dikembangkan lebih chromatography and screening for
lanjut tentang identifikasi struktur antosianin antioxidant activity, J. Agric. Food Chem,
yang terdapat dalam bunga waru serta 48, 338-343.
aplikasinya sebagai antioksidan dan zat pewarna.
Selain itu dilakukan pengujian terhadap daya Einbond, L., Kurt A., Reynertson, Xiao-Dong,
tahan ekstrak bunga waru sebagai indikator L., Margaret J. Basile, Edward, J. &
asam-basa. Kennelly, (2004). Anthocynin antioxidats
from edible fruit. J. Food Chem, 84, 23-28
Ucapan Terima Kasih
Elham, G., Rezo, H.,Jabar K., Parisa, S., &
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Rashid J., (2006), Isolation and structure
Tasrik laboran laboratorium kimia FKIP Untad charactrisation of anthocyanin pigments
yang telah membantu secara intensif selama in black carrot (Daucus carota L), J. Biol.
Sci, 9(15), 2905-2908.

Referensi Froylog, C., Slimestad, R., & Andersen, Q. M.


(2005). Combination of chromatographic
Aaby, K., Huattun, E. & Skrede, G. (2004). techniques for the preparative isolation of
Analysis of flavonoids and other phenolic antcyianin-applied on blackcurrant (Ribes
compounds using high performance liquid nigrum) fruits. J. Chromatogr, 825, 89-95.
chromatography with coulometric array
detections, relationship to antioxidant Fukui, Y., Kusumi, K., Masudai, K., Iwasita,
activity, J. Agric. Food Chem. 52, 4595-4603. T., & Nomoto, K., (2002), Structure of
rosacyanin B, a novelpigment form the
Adje, F., Lozano, Y. F., Meudec, E., Lozano, P., petals of rosa hybrida, J. Food Chem., 43,
Adima, A., Agbon’zi, G., & Gaydou, E. 2637-2639
M. (2008). Anthocyanin characterization
of pilot plant water extracts of delanix Ghasemifar, E., Heydari R., Khalafi T., Satareh
regia flowers, Molecules, 13, 1238-1245. P. & Jameji, R. (2006). Isolasi and structure
characterisation of anthocyanin pigment in
Adhirajan, N., Ravi K.T., Shanmugasundaram, black carrot (Derecus carota L), J. Biological
N., & Babu, M. (2003). In vivo and in Sciences. 9(15) 2905-2908.
vitro evaluation of hair growth potential of
hibiscus rosa sinensis linn, J. Ethnopharm. Goldberg, E. D. (2003). Schaum’s easy outlines
88, 226-235. kimia untuk pemula. Jakarta: Erlangga.

15
Volume 2, No. 1, 2013: 11-16 Jurnal Akademika Kimia

Harborne, J. B. (1994). Metode fitokimia:


penelitian. (Hibiscus rosa sinensis L). AGRITECH,
Penuntun cara modern menganalisis 30(3). Yogyakarta: Universitas Gadjah
tumbuhan. Terjemahan oleh Kosasih Mada.
Padwinata & Iwang Soediro. Bandung:
ITB. Salisbusy, F. B. & Ross, C. W. (1992). Fisiologi
tumbuhan. Terjemahan Oleh Diah R.
Heyne, K. (1987). Tumbuhan berguna Lukman & Sumaryono. 1995. Bandung:
Indonesia. Jilid 3:1312-1314. Terjemahan ITB.
Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta:
id.wikipedia.org/wiki/Waru Torskangerpoll, K. & Anderson, Q. M. (2005).
Colour stability of anthocyanin in aqueous
Maganha, E. G., Rafael da Costa, H., Renato, solutions at various pH values, J. Food
M. R., Joao, A. P. H., Ana Ligia Lia de Paula, Chem., 89, 427-440.
R. & Jeifer, S., (2010), Pharmacological
evidences for the extracts and secondary Ukwueze, N. N., Nwadinigwe, C. A., Okoye,
metabolites from plants of the genus C. O. B. & Okoye, F. B. C. (2009).
hibiscus-a review, J. Food Chem.,118, 1-10. Potentials of 3,31,41,5,7-pentahydrox
yflavylium of hibiscus rosa sinensis L.
Nuryanti, S., Matsjeh, S., Anwar, C., & (Malvaceae) flowers as ligand in the
Raharjo, J. T. (2010). Indikator titrasi quantitative determination of Pb, Cd and
asam-basa dari ekstrak bunga sepatu Cr, J. Phys. Sci., 4(2), 058-062.

16

Anda mungkin juga menyukai