Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Kehutanan Papuasia 6 (1) : 47 - 61 (2020) Rachim, dkk

UJI FITOKIMIA DAN BIOAKTIVITAS DAUN KATUK HUTAN (Phylanthus


reticulatus var. Glaber)

(Bioactive and Phytochemical Testing of Glaber leaf [Phylanthus reticulatus var.


Glaber])
ARMANSYAH K. RACHIM1, SUSILO BUDI HUSODO1, MULIYANA ARIFUDIN1
Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Papua Manokwari, Papua Barat, 98314.
Tlp/Fax: +62986211065.

Penulis Korespondensi: Email: husodo2014@gmail.com
Diterima: 28 Feb 2020| Disetujui: 12 Apr 2020

Abstrak. Penelitian ini bertujaun untuk menguji kandungan bahan fitokimia dan bioaktif dari
antioksidan, antibakteri dan toksik dari ekstrak methanol bahan daun katuk hutan (Phylanthus
reticulatus var.). Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak fitokimia dari daun katuk hutan
mengandung bahan alkaloids, flavonoids dan triterpenoids. Tes antioksidan memperlihatkan bahwa
konsentrasi 25,50% dan 100 ppm ekstraksi dapat menghambat radikal bebas DPPH secara berturut-
turut pada 79, 81 dan 89%. Selanjutnya hasil tes antibakteri dari ekstraksi daun katuk hutan
menunjukan bahwa tidak ada sifat antibakteri dimana hasil tes toksik mengindikasikan tidak adanya
aktivitas toksisitas.
Kata kunci: Phylanthus reticulatus, fitokimia, bioaktif, antioksida, antibakteri dan toksisitas

Abstract. This study aims to determine the content of phytochemical and bioactivity properties of
antioxidant, antibacterial and toxicity of the methanol extract of Phylanthus reticulatus var. Glaber
leaf. The testing method used is the phytochemical testing, testing antioxidant, antibacterial testing dan
toxicity testing. The test results show that phytochemical extracts of Phylanthus reticulatus var. Glaber
leaves contain alkaloids, flavonoids and triterpenoids. Antioxidant test reveals that the concentration of
25, 50 and 100 ppm of the extract at prohibits free radical DPPH respectively around 79, 81 dan 89%.
The antibacterial testing extracts of Phylanthus reticulatus var. Glaber leaves shows that it does not
have the antibacterial property. The toxicity test show that this extract does not have toxicity activity.
Keywords : Phylanthus reticulatus, phytochemical, bioactivity, antioxidant, antibacterial and toxicity

PENDAHULUAN mempunyai potensi yang sangat besar untuk


Keanekaragaman hayati tumbuhan tropis pengembangan dan penemuan senyawa-
Indonesia merupakan sumber kekayaan yang senyawa baru yaitu senyawa metabolit
potensial. Indonesia dikenal sebagai negara sekunder yang memiliki bioaktivitas dan efek
tropis yang kaya akan sumberdaya alam yang ampuh. Diperkirakan dibumi hidup sekitar
terutama tumbuhan. Indonesia dikenal sebagai 40.000 spesies tumbuhan, dimana 30.000 jenis
Megabiodiversity terbesar kedua di dunia tananman hidup di kepulauan Indonesia.
setelah Brazil (Forest Watch Indonesia 2015). Diantara 30.000 spesies tumbuhan yang hidup
Dari keanekaragaman tersebut, Indonesia dikepulauan indonesia, diketahui sekurang-
kurangnya 9.600 spesies tumbuhan yang
47
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 6 (1) : 47 - 61 (2020) Rachim, dkk

berkhasian sebagai obat dan kurang lebih 300 kandungan fitokimia serta mengukur aktivitas
spesies telah digunakan sebagai bahan obat antioksidan, antibakteri dan toksisitas dari
tradisional oleh industri tradisional (Keputusan tanaman katuk hutan. Hasil yang diharapkan
Mentri Kesehatan Republik Indonesia 2007). dari penelitian ini adalah untuk memberikan
Menurut Kurdi (2010) diperkirakan kurang informasi mengenai kandungan fitokimia yang
lebih 300 spesies tumbuhan yang telah dimilki oleh tanaman katuk hutan, agar
digunakan sebagai bahan baku obat, namun penggunaannya lebih efektif dalam pengobatan.
yang tercatat sebagai produk fitofarmaka (bisa
diresepkan) sebanyak 5 produk dan obat herbal METODOLOGI PENELITIAN
terstandar sebanyak 28 produk. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium
Metabolisme sekunder merupakan senyawa Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan
dari hasil biogenesis dari metabolisme primer. Universitas Papua dan Laboratorium Kimia
Dalam proses metabolit sekunder pada suatu Kayu Universitas Mulawarman Samarinda yang
tumbuhan, tumbuhan dapat menghasilkan dikerjakan selama 2 bulan lebih yang dimulai
senyawa-senyawa yang bersifat toksik dan pada tanggal 28 Maret sampai dengan 11 Juni
dapat digunakan untuk mengobati berbagai tahun 2016.
jenis penyakit pada manusia. Golongan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
senyawa metabolit sekunder adalah alkaloid, adalah bagian daun dari jenis tumbuhan katuk
flavonoid, saponin, tanin, steroid dan hutan (Phylanthus reticulatus var. glaber),
triterpenoid (Harborne 1987). Fitokimia atau lakban, kantong plastik, kapas, kertas saring,
kandungan senyawa bioaktif yang terdapat nutrein broth, glukosa, agar-agar, alumunium
dalam tumbuhan dapat memberikan kesehatan foil. Bahan kimia yang akan digunakan adalah
pada tubuh manusia. metanol, etanol, aquades H2O, amonia NH3,
Saat ini berbagai penelitian tentang asam sulfat H2SO4, pereaksi meyer, pereaksi
tumbuhan obat sering dilakukan oleh para dragendrof, pereaksi wagner, asam cuka
peneliti untuk mengetahui potensi yang ada di CH3COOH, asam klorida HCL, etanol,
berbagai tumbuhan obat tersebut. Penelitian magnesium Mg, natrium clorida NaCl, gelatin,
tersebut banyak dilakukan karena saat ini masih ferrum clorida FeCl, benzena. TTC, DPPH.
banyak jenis – jenis tanaman obat yang belum Bahan uji yang digunakan adalah bakteri
diketahui potensinya dan belum ada kajian P.acnes, S.mutans, S. sobrinus, dan E. coli. dan
secara ilmiah mengenai tumbuhan obat tersebut organisme yang digunakan adalah larva
(Agromedia 2008). Cyprinus carpio.
Tanaman katuk hutan (Phylanthus
reticulatus var. glaber) diduga berpotensi Metode Penelitian
sebagai tanaman-tanaman obat. Hal ini Metode yang digunakan dalam penelitian ini
diketahui dari pengetahuan lokal masyarakat adalah metode penelitian deskriptif dangan
papua yang menggunakan tumbuhan katuk teknik analisis laboratorium.
hutan sebagai obat tradisional yang cukup
ampuh untuk mengobati berbagai jenis penyakit Variabel Pengamatan
diantaranya kanker payudara, kanker rahim, Variabel yang akan diamati dalam penelitian
miom, kista, asma, dan anti alergi. Oleh karena ini ialah golongan senyawasenyawa fitokimia
itu perlu dilakukan penelitian secara ilmiah yang terkandung dalam bagian daun dari
mengenai tumbuhan katuk hutan. Tujuan tanaman katuk hutan. Serta mengukur aktivitas
penelitian ini adalah untuk mengetahui
48
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 6 (1) : 47 - 61 (2020) Rachim, dkk

antioksidan, antibakteri dan toksisitas dari tanaman katuk hutan.

Gambar 1. Bagan alir prosedur penelitian

Pengambilan Sample dan Penyiapan tanah berpasir yang merupakan tempat tumbuh
Simplisia dari jenis tanaman katuk hutan. Sample yang di
Sample uji merupakan bagian daun dari ambil hanya berupa bagian daun, bagian daun
tumbuhan katuk yang diperoleh dari kawasan yang di ambil disortir agar bebas dari serangga
hutan sekunder pantai aipiri Manokwari. Lokasi seperti semut dan sarang laba–laba. kemudian
pantai aipiri dipilih dikarenakan pada kawasan bagian daun dikeringkan melalui proses
tersebut terdapat banyak lahan terbuka (hutan penjemuran yang dilakukan dengan cara
sekunder) daerah dataran rendah dengan tekstur menjemur terkena cahaya matahari yang
49
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 6 (1) : 47 - 61 (2020) Rachim, dkk

bertujuan untuk mengurangi kadar air pada Rendemen


bagian tanaman tersebut tanpa merusak Rendemen adalah perbandingan jumlah
senyawa–senyawa yang terkandung (kuantitas) ekstrak yang dihasilkan dari
didalamnya. Setelah melalui proses tanaman yang diekstraksi. Adapun rumus yang
penjemuran, bagian tanaman tersebut digiling digunakan untuk menghitung rendemen sebgai
menggunakan mesin penggiling (hammermill) berikut :
dan kemudian ditimbang sebanyak 500 gram
untuk dilakukan proses maserasi pada tahap
selanjutnya.
Proses Ekstraksi Pengujian Fitokimia
Maserasi Alkaloid
Sample sebanyak 500 gram dari bagian daun Sebanyak 1 ml ekstrak kental daun tanaman
tumbuhan P. reticulatus dimasukkan ke dalam katuk hutan dari pelarut metanol dimasukkan
toples yang berbeda dan kemudian dalam tabung reaksi dan ditambah dengan 5
direndam/dimaserasi dengan larutan metanol tetes ammonia NH3 pekat. Setelah itu, disaring
sebanyak 1500 ml dengan perbandingan kemudian ditambah 2 ml asam sulfat 2N
metanol berbanding sample 3 : 1 yang (H2SO42N) dan dikocok hingga memberi
kemudian diaduk tiap 12 jam selama 1 hari (24 lapisan atas dan bawah. Larutan dibagi menjadi
jam). Sample akan dimaserasi secara berulang- 2 bagian, pada tabung pertama ditambahkan 1
ulang kali hingga hasil pencampuran metanol tetes mayer, adanya alkaloid ditandai dengan
dan sample tidak berwarna/bening. terbentuknya endapan. Pada tabung kedua
ditambah 1 tetes pereaksi Dragendorf dan
Penyaringan
terbentuknya endapan menandakan adanya
Larutan hasil maserasi/hasil ekstrak metanol
alkaloid (Harborne 1987).
disaring secara bertahap diawali dengan
menggunakan corong penyaring (gough filter) Steroid dan Triterpenoid
nomor 1 dan kemudian hasil saringan tersebut Sebanyak 2 ml ekstrak kental daun tanaman
akan disaring kembali menggunakan corong katuk hutan dari pelarut metanol dimasukkan
penyaring nomor 4. dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan
Asam cuka CH3COOH glasial sebanyak 10
Evaporasi
tetes dan asam sulfat (H2SO4) pekat sebanyak 2
Hasil ekstrak yang telah disaring akan
tetes. Larutan dikocok perlahan dan dibiarkan
dilakukan proses pemisahan antara larutan
selama beberapa menit. Adanya steroid
methanol dan ekstrak tumbuhan larut metanol
ditunjukan oleh warna biru atau hijau,
dengan mengunakan alat evaporator. Alat
sedangkan triterpenoid akan membentuk
evaporator akan memisahkan larutan metanol
endapan atau memberikan warna merah atau
dan ekstrak tumbuhan larut metanol dengan
ungu (Harborne 1987).
cara pemanasan menggunakan air panas yang
bersuhu < 50 °C dibawah dari titik didih Saponin
metanol agar metanol dapat menguap sehingga Sebanyak 2-3 mL ekstrak kental daun
terpisah dari hasil ekstrak tanpa merusak tanaman katuk hutan dari pelarut metanol
golongan struktur senyawasenyawa fitokimia dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian
yang terkandung dalam hasil ekstrak. ditambahkan 10 mL air panas H2O lalu
didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat
50
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 6 (1) : 47 - 61 (2020) Rachim, dkk

selama 10 detik lalu ditambahkan 1 tetes asam dekolorisasi dari DPPH pada panjang
klorida HCL2 N. Uji positif ditunjukkan dengan gelombang 515 nm.
terbentuknya buih yang stabil setinggi 1-10 cm
selama tidak kurang dari 10 menit.
Flavonoid Dimana :
Sebanyak 1 ml ekstrak kental daun tanaman ABS. Kontrol = Nilai absorbansi tanpa ekstrak
katuk hutan dari pelarut metanol dimasukkan ABS. Sample = Nilai absorbansi dengan
dalam tabung reaksi, Kemudian ditambahkan ekstrak
dengan 5 tetes etanol, lalu dikocok sampai
homogen. Setelah itu ditambah dengan serbuk Kemudian dibuat regresinya sehingga dapat
magnesium Mg dan tambahkan 5 tetes asam dihitung harga EC50 (Effektive Contcentration =
klorida HCl pekat Jika reaksi yang terjadi Konsentrasi yang efektif untuk menghambat
menghasilkan warna kuning, orange, dan merah atau meredam 50% jumlah radikal bebas)
menandakan adanya flavonoid (Harborne (Joyeux et al. 1995).
1987). Pengujian Antibakteri
Tanin Pembuatan Stok Sample Uji
Sebanyak 1 ml ekstrak kental daun tanaman Sampel uji diukur sebanyak 5 μl, kemudian
katuk hutan dari pelarut metanol dimasukkan ditambahkan larutan etanol 40% sebanyak 1 ml
dalam tabung reaksi. Kemudian ditambah 5 untuk membuat stok dengan konsentrasi
tetes FeCl3 10%, lalu dikocok sampai homogen. sebesar 5000 ppm.
Diamkan sejenak dalam beberapa menit dan
apabila terbentuk warna hijau menandakan Pembuatan Kultur Media Bakteri
adanya tanin (Harborne 1987). Media bakteri yang digunakan dalam
pengujian ini adalah media cair dan padat.
Pengujian Antioksidan Sebanyak 8 gr nutreint broth, 10 gr glukosa,
Metode uji antioksidan yang digunakan dan 20 agar-agar dimasukkan kedalam 1000 ml
berdasarkan metode Shimizu et al. (2001). Uji aquades dan dididihkan sampai melarut
dilakukan dengan menggunakan UV/VIS 1200 sempurna, lalu dimasukkan kedalam gelas piala
spektrometer dengan temperatur 25 °C. siapkan untuk disterilisasi dengan autoclave pada suhu
tabung reaksi kemudian larutkan ekstrak kental 121 °C selama 20 menit (Thiel 1999).
daun dengan dimetilsulfoksida (DMSO)
Pembuatan Larutan Suspensi Bakteri
(larutan 100 ppm dan 50 ppm). Masukkan
Bakteri yang digunakan dalam pengujian ini
sebanyak 33 μl ekstrak daun yang telah
adalah P.acnes, S. mutans, S. sobrinus, dan E.
dilarutkan dengan dimetilsulfoksida (DMSO)
coli. Bakteri dimasukkan kedalam akuades lalu
kedalam tabung reaksi. Setelah itu, tambahkan
dihomogenkan. Bakteri yang digunakan di
467 μl etanol, lalu homogenkan antara pelarut
sesuaikan dengan standar Mc. Farland skala 0,5
dan sample. kemudian tambahkan 500 μl DPPH
atau pada transmitan 74 % dengan panjang
(konsentrasi 0,0027 % pada pelarut etanol)
gelombang 600 nm (Prolab Diagnostics 2012).
setelah itu inkubasi selama 20 menit dalam
suhu ruang tanpa cahaya. Sample yang telah Pengujian Antimikroba
diinkubasi dimasukkan ke dalam cuvette untuk Metode uji antibakteri yang digunakan
melakukan perhitungan perendaman DPPH berdasarkan metode Elkhair et al. (2010) yang
menggunakan spektrofotometer. Aktivitas sudah dimodifikasi. Stok sampel dimasukkan
antioksidan dapat ditentukan melalui kedalam microplate 96 wells sebanyak 50 μl
51
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 6 (1) : 47 - 61 (2020) Rachim, dkk

dan dilakukan pengenceran. kemudian HASIL DAN PEMBAHASAN


tambahkan media cair nutrient broth sebanyak
100 μl dan 50 μl larutan bakteri yang telah Hasil Ekstraksi
disuspensi dengan aquades. Microplate yang Metode ektraksi yang digunakan dalam
telah diinokulasi dengan bakteri diinkubasi penelitian ini adalah maserasi dengan
selama 24 jam pada incubator dengan suhu 37 menggunakan larutan polar metanol. Hasil
°C. Satu jam sebelum proses inkubasi selesai, ekstraksi dari sample tumbuhan katuk hutan
ditambahkan 50 μl larutan 2, 3, 5-triphenyl melalui maserasi menggunalan pelarut
tetrazolium chloride (TTC). Proses akhir dari diperoleh nilai MF sebesar 0,87. Nilai moisture
pengujian ini adalah timbulnya warna merah factor merupakan koreksi berat sampel
yang mengindikasikan masih hidupnya bakteri berdasarkan nilai kadar air dari sampel.
yang diuji pada masing–masing sampel. Berdasarkan tabel 3. diperoleh hasil berat
ekstrak kental sebesar 136,26 gram dengan
Pengujian Toksisitas rendemen yang diperoleh mencapai 27,06 %.
Nilai rendemen menunjukan presentasi
Pengujian Brine shrimp lethality bioassay
banyaknya hasil ekstrak yang diperoleh dari
Pengujian brine shrimp lethality bioassay
proses maserasi. Nilai rendemen berfungsi
secara luas digunakan dalam bioassay untuk
untuk menduga berapa banayak sampel yang
senyawa bioaktif. Pengujian Toksisitas
diperlukan untuk menghasilkan hasil ekstraksi
dilakukan pada Larva Cyprinus carpo dengan
yang ingin diperoleh. Menurut Arifin et al.
delapan konsentrasi 7, 8, 15, 6, 31, 25, 62,5,
125, 250, 500 dan 1000 ppm. Semua dosis (2006), maserasi menggunakann pelarut
dihitung dengan teknik pengenceran serial. metanol dinilai lebih menguntungkan karena
Pengamatan akan dilakukan selama 24 jam, sifat metanol yang mudah melarutkan senyawa-
Jumlah Larva yang mati setelah 24 jam dicatat senyawa yang bersifat nonpolar, semi-polar dan
(data kematian) dan digunakan untuk polar. Nilai rendemen merupakan perbandingan
jumlah hasil estraksi tanaman. Semakin tinggi
menghitung LC50 dengan Program Analisis
nilai rendemen yang dihasilkan menandakan
Probit Finney. LC50 lebih besar dari 1000 ppm
nilai ekstraksi yang dihasilkan semakin banyak.
dianggap tidak aktif (Hairani et al. 2012).
Analisis Fitokimia
Analisis Data
Analisis Fitokimia telah dilakukan terhadap
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan
jenis tumbuhan katuk hutan (P. reticulatus)
akan dianalisis secara desktipif dan ditampilkan
dengan menggunakan pelarut methanol sebagai
secara tabulasi dan grafik pada pengujian
pelarut nonpolar. Hasil pengujian disajikan
fitokimia dan Antibakteri. sedangkan analisis
pada tabel dibawah ini.
regresi akan digunakan pada pengujian
Toksisitas dan Antioksidan di tampilkan dalam
kurva regresi.
Tabel 1. Hasil Pengujian fitokimia ekstrak metanol katuk hutan
Nama latin Bagian tumbuhan Alk Fla Tri Tan Sap Ste

Phylanthus reticulatus Daun + + + - - -

Ket: Alk (Alkaloid); Fla (flavonoid); Tri (Triterpenoid); Tan (Tanin); Sap (Saponin); Ste ( Steroid).

52
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 6 (1) : 47 - 61 (2020) Rachim, dkk

Gambar 2. Hasil pengujian fitokimia ekstrak methanol daun P. reticulatus

Metabolit sekunder adalah senyawa kimia penambahan amonia NH3- pekat, asam sulfat
yang umumnya mempunyai kemampuan 2N (H2SO4 2N) serta penambahan larutan
bioaktivitas dan berfungsi sebagai pelindung pereaksi meyer ataupun pereaksi dragendrof.
tumbuhan tersebut dari gangguan, misalnya Hasil analisis menunjukkan bahwa sample
gangguan hama. Senyawa metabolit sekunder katuk hutan positif memiliki kandungan
telah banyak digunakan sebagai zat warna, alkaloid.
racun, aroma makanan, obat-obatan dan Ningrum dkk. (2016) mengatakan bahwa
sebagainya. Banyak jenis tumbuh-tumbuhan senyawa alkloid merupakan senyawa organik
yang digunakan obat-obatan yang dikenal terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh
sebagai obat tradisional sehingga diperlukan alkaloid berasal dari tumbuhan dan ditemukan
penelitian tentang penggunaan tumbuh- dalam berbagai bagian tanaman. Menurut
tumbuhan berkhasiat dan mengetahui senyawa Aniszewki (2007), alkaloid merupakan
kimia yang berfungsi sebagai obat. Identifikasi senyawa yang memiliki aktivitas antimikroba,
kandungan metabolit sekunder merupakan yaitu menghambat esterase dan juga DNA dan
langkah awal yang penting dalam penelitian RNA polimerase, juga menghambat respirasi
pencarian senyawa bioaktif baru dari bahan sel dan berperan dalam interaksi DNA. Selain
alam yang dapat menjadi bagian untuk sintesis itu, alkaloid adalah senyawa kimia organik
obat baru atau bahan utama obat tertentu yang mengandung nitrogen heterosiklik dan
(Rasyid 2012). kebanyakan dari senyawa ini bersifat
Alkaloid dinyatakan positif alkaloid apabila toksik/beracun serta tidak memiliki bau yang
larutan ekstrak terbentuk endapan setelah sedap. Alkaloid dapat meningkatkan serapan
53
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 6 (1) : 47 - 61 (2020) Rachim, dkk

nutrisi dan melancarkan peredaran darah, Berdasarkan strukturnya, tanin dibedakan


mengurangi rasa sakit dan menstimulasi sistem menjadi dua kelas yaitu tanin terkondensasi
syaraf. Senyawa alkaloid juga dapat digunakan (condensed tannins) dan tanin terhidrolisiskan
sebagai anti bakteri dan anti jamur (Rizwana et (hydrolysable tannins) (Hagerman et al. 1992
al. 2010). dalam Subroto dan Saputro 2008). Disebutkan
Pengujian flavonoid pada jenis tumbuhan dalam Harbone (1987) bahwa tanin terdapat
katuk hutan menunjukan hasil positif pada luas dalam tumbuhan berpembuluh, sedangkan
tumbuhan katuk hutan . Flavonoid merupakan dalam angiospermae terdapat dalam jaringan
grup fenolik yang tersebar secara luas didalam kayu. Tanin berfungsi sebagai penghambat
tumbuhan, berpotensi dan memiliki aktivitas mikroba (antimikroba). Selain itu tanin juga
anti-kanker yang tinggi. Flavonoid juga telah berperan sebagai bahan perekat kayu,
terbukti diketahui sebagai senyawa dengan efek penyamak kulit, pengawet telur mentah,
farmakologi yang cukup tinggi misalnnya sebagai bahan pewarna alami. Tanin juga
sebagai antibakteri, antioksidan, anti-inflanmasi berfungsi untuk mengobati diare, menghentikan
dan anti-jamur pada salah satu metabolit pendarahan dan mengobati ambeien (Subroto
sekundernya (Mbadianya et al. 2013; Rahimah dan Saputro 2008).
et al. 2013). Manfaat lain dari flavonid antara Saponin dinyatakan positif apabila
lain adalah melindungi sel, memiliki hubungan menghasilkan buih atau busa pada pemanasan
sinergis dengan vitamin C (meningkatkan menggunakan aquades. Pada pengujian
efektivitas vitamin C), mencegah keropos saponin, menunjukan Negatif mengandung
tulang, dan sebagai antibiotik (Subroto dan senyawa saponin pada tanaman katuk hutan.
Saputro 2008). Selain itu, flavonoid juga Padmasari et al. (2013) menyebutkan saponin
dilaporkan berperan dalam pencegahan dan merupakan metabolit sekunder yang sangat
pengobatan beberapa penyakit lain seperti familiar untuk proses glikolisis dan merupakan
asma, katarak, diabetes, encok/rematik, senyawa aktif permukaan yang dapat
migrain, wasir, dan periodontitis (radang menimbulkan busa jika dikocok dalam air. Hal
jaringan ikat penyangga akar gigi). Penelitian- tersebut terjadi karena saponin memiliki gugus
penelitian mutakhir telah mengungkap fungsi- polar dan non polar yang akan membentuk
fungsi lain dari flavonoid, tidak saja untuk misel. Pada saat misel terbentuk maka gugus
pencegahan, tetapi juga untuk pengobatan polar akan menghadap keluar dan gugus polar
kanker (Subroto dan Saputro 2008). akan mengahdap kedalam. Keadaan ini yang
Sampel uji dinyatakan positif mengandung akan tampak seperti busa. Selain itu juga karena
tanin apabila reaksi yang terjadi akibat gugus polar menghadap keluar, hal ini
penambahan 5 tetes pereaksi FeCl3 10% menyebabkan senyawa saponin mudah di
(Harborne 1987). Pada ekstrak kental katuk ekstraksi di pelarut yang bersifat polar seperti
hutan membentuk warna hijau. Hasil pengujian etanol. Rizwana et al. (2010) juga melaporkan
senywa tannin memberikan hasil negatif hal ini bahwa senyawa ini dipercaya dapat
disebabkan karena tidak terlihat reaksi mengkontrol kolestrol pada proses diet, dan
pembentukan warna hijau pada sampel yang juga digunakan sebagai obat beberapa penyakit
ditetesi pereaksi FeCl3 10%. Tanin secara kuli (seperti ruam). Saponin juga bisa
umum didefinisikan sebagai senyawa polifenol digunakan sebagai anti inflamasi serta
yang memiliki berat molekul cukup tinggi digunakan untuk proses penyembuhan pada
(lebih dari 1000) dan dapat membentuk penyakit tuberkolosis. Selain itu saponin juga
senyawa kompleks dengan protein.
54
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 6 (1) : 47 - 61 (2020) Rachim, dkk

dapat digunakan dalam pengobatan sebagai pembuatan pil kontraseptik. Steroid anabolik
bahan baku untul sintesa hormone steroid. dapat mengakibatkan sejumlah efek samping
Hasil pengujian triterpenoid dan steroid yang berbahaya seperti menurunkan rasio
ditandai dengan terbentuknya endapan atau lipoprotein densitas tinggi, yang berguna bagi
adanya perubahan warna. Apabila terlihat jantung, stimulasi tumor prostar, kelainan
warna merah dan ungu maka uji dinyatakan koagulasi dan gangguan hati, kebotakan dan
positif untuk senyawa triterpenoid dan apabila tumbuhnya jerawat (Lenny 2006).
terlihat warna hijau dan biru maka dinyatakan
positif adanya steroid. Senyawa triterpenoid Pengujian Antioksidan
positif terkandung dalam hasil ekstrak metanol Dalam pengujian antioksidan masing-masing
daun P. reticulatus. Sedangkan senyawa steroid ektrak digunakan spektrofotometer UV-Vis
negatif terkandung dalam hasil ekstrak metanol untuk melihat serapan DPPH (1,1-diphenyl-2-
dari daun katuk hutan. Senyawa triterpenoid picrylhydrazyl) pada panjang gelombang 514
biasanya mudah diisolasi jika terbentuk minyak nm.DPPH merupakan suatu senyawa radikal
atsiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Lenny bebas yang stabil dan dalam penggunaannya
(2006) yang menyebutkan bahwa triterpenoid sebagai pereaksi dalam uji penangkapan radikal
adalah komponen-komponen tumbuhan yang bebas. Pengujian yang dilakukan menggunakan
mempunyai bau dan dapat diisolasi dari bahan ascorbic acid (vitamin C) sebagai kontrol
nabati dengan penyulingan disebut minyak positif. Pengujian antioksidan menggunakan
atsiri. ekstrak metanol daun katuk hutan dengan
Mbadianya et al. (2013) melaporkan bahwa konsentrasi berturut-turut adalah 100 ppm, 50
steroid adalah senyawa yang memiliki aktivitas ppm dan 25 ppm. Adapun hasil dari masing-
antibakteri dan merupakan senyawa yang masing pengujian yang telah dilakukan dapat
memiliki peranan penting dalam perkebangan dilihat pada gambar 2.
hormon. Steroid juga sebagai bahan baku

Gambar 3. Grafik aktivitas estrak metanol terhadap DPPH (%)

55
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 6 (1) : 47 - 61 (2020) Rachim, dkk

Gambar 3. menunjukan hasil pengujian nilai aktivitas tertinggi ekstrak dau katuk hutan
antioksidan dari tanaman katuk hutan ekstrak dalam menghambat DPPH mencapai 89%. Pada
metanol pada konsentrasi 100, 50 dan 25 ppm konsentrasi 50 dan 25 ppm aktivitas
dengan menggunakan kontrol positif (vitamin menghambat mencapai 81% dan 78%.
C). Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa

Gambar 4. Kurva regresi linier aktivitas antioksidan ekstrak daun katuk hutan

Perhitungan EC50 dilakukan dengan cara Berdasarkan hasil penelitian Arry dkk.
meninterpolasikan persen perendaman (50%) (2011) nilai EC50 ekstrak kulit manggis sebesar
kedalam kurva hubungan konsentrasi larutn uji 11,0825 ppm. Ekstrak kulit manggis diketahui
dengan persen Aktivitas penghambatan DPPH. memiliki aktivitas antioksidan yang sangat
Dari gambar 10 diperoleh persamaan garis kuat. Jika dibandingkan dengan nilai EC50 Yang
regresi Y = 0,0015X + 0,746. Berdasarkan dimiliki ekstrak daun Katuk hutan keduanya
persamaan data di atas maka aktivitas berada dibawah 50 ppm yang termasuk dalam
penghambatan DPPH dipengaruhi oleh 0,0015 kelas aktivitas antioksidan yang sangat kuat.
dari konsentrasi ekstrak daun katuk hutan Oleh karena itu katuk hutan dapat dimanfaatkan
ditambah faktor koreksi sebesar 0,746. Dengan sebagai senyawa antioksidan alami.
demikin dapat diketahui nilai EC50 dengan Gambar 3. memperlihatkan grafik
memasukkan nilai 50 sebagai sumbu Y, peredaman DPPH yang di ujikan pada ekstrak
sehingga dapat diperoleh berapa besar nilai X metanol tanaman katuk hutan dengan
yang akan merepresentasikan besaran EC50 konsentrasi 100, 50 dan 25 ppm, aktivitas
yaitu 37,88 ppm. Berdasarkan tabel 1. peredaman DPPH dari tanaman katuk hutan
Klasivikasi Aktivitas Antioksidan berdasarkan sebesar 88%, 81% dan 79%. Tanaman katuk
EC50. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa hutan P. reticulatus dimanfaatkan oleh
senyawa antioksidan dalam sampelekstrak daun masyarakat papua sebagai obat-obatan
katuk hutan diatas memiliki aktivitas tradisional. Pada pengujian fitokimia, P.
antioksidan yang sangat kuat. reticulatus memiliki kandungan alkaloid,
flavanoid, dan terpenoid.
56
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 6 (1) : 47 - 61 (2020) Rachim, dkk

Senyawa flavonoid berperan sebagai meningkatkan fungsi mental menjadi yang


penangkap radikal bebas. Flavonoid mampu lebih baik. Menurut Sukadana dkk. (2008)
bertindak sebagai antioksidan dan berfungsi dalam laporannya mengatakan bahwa
menetralisir radikal bebas dengan demikian kandungan triterpenoid limonen, terbukti
meminimalkan efek kerusakan pada sel dan efektif untuk mengatasi kanker payudara,
jaringan tubuh. Radikal bebas adalah molekul kanker liver, kanker paru dan juga leukimia.
yang sangat reaktif dan tidak stabil akibat telah Terpenoid lainnya, betakaroten, membantu
kehilangan elektron. Untuk menstabilkan diri, merangsang kelenjar thymus untuk
radikal bebas memerlukan electron dan untuk memproduksi lebih banyak sel limfosit T yang
mencapai tujuan ini kemudian mengoksidasi dapat langsung menghancurkan sel kanker.
sel-sel sehat pada tubuh sehingga menyebabkan Sedang asam ursolat yang juga golongan
kerusakan. Radikal bebas terutama diproduksi triterpenoid dapat mencegah pertumbuhan sel
sebagai produk samping dalam berbagai proses abnormal (kanker) sekaligus menyuruh sel
biokimia dalam tubuh. Flavonoid sebagai kanker yang sudah ada untuk mematikan
antioksidan membantu menetralisir dan dirinya sendiri.
menstabilkan radikal bebas sehingga tidak lagi
merusak sel-sel dan jaringan sehat. Flavonoid Pengujian Antibakteri
memberi perlindungan terhadap sejumlah Pengujian aktivitas antimiokroba
penyakit termasuk kanker, penyakit jantung, menggunakan metode difusi berdasarkan
diabetes, tumor dan lainlain. Elkhair et al. (2010), yang sudah dimodifikasi
Flavonoid juga membantu mencegah dengan menggunakan aseton sebagai kontrol
aterosklerosis atau penyakit yang ditandai negatif (-) dan chloramphenicol sebagai kontrol
dengan pengendapan lemak dalam dinding (+). Sampel ditimbang 5 mg, dan kemudian
arteri. Deposisi tersebut mempersempit arteri dilarutkan kedalam 1 ml etanol 40% sebagai
dengan demikian menghambat aliran darah larutan stok. Sebanyak 50 μl sampel
keorgan-organ vital tubuh seperti jantung dan dimasukkan kedalam microplate 96 wells,
otak. Antioksidan dapat menurunkan resiko kemudian konsentrasi diturunkan hingga
arthritis, osteoporosis, alergi dan penyakit virus. mendapat konsentrasi akhir sebesar 50, 125,
Flavonoid mampu menekan penggumpalan 250 dan 500 μg/well. Setelah itu masukkan
trombosit yang berhubungan dengan penyakit media agar dan larutan bakteri yang telah
seperti aterosklerosis dan pembentukan disuspensi dengan akuades sebanyak 100 dan
trombosit akut trombus. 50 μl.
Senyawa Alkaloid juga dapat berperan Sampel diuji terhadap bakteri
dalam menyembuhkan kanker. Kanker Propionibacterium acnes, Streptoccocus
merupakan penyakit yang disebabkan akibat mutans, Streptoccocus sobrinus, dan
kerusakan sel-sel jaringan. Kerusakan sel-sel Escherichia coli. Warna merah menunjukkan
jaringan disebabkan oleh produksi radikal adanya aktivitas bakteri yang masih hidup
bebas yang berlebihan dan produksi antioksidan setelah penambahan Triphrnyl Tetrazolium
yang tidak memadai. golongan alkaloid yang Chloride 50 μl 1 jam sebelum proses inkhubasi
berperan dalam menyembukan kanker antarai selesai. Kemudian masukkan kedalam media
lain adalah vicristin dan vinblastin. padat pada cawan petri dengan menggunakan
Triterpenoid dapat merevitalisasi pembuluh metode streak plate. Inkhubasi dilakukan
darah sehingga predaran darah keotak menjadi selama sehari 1 × 24 jam untuk mengetahui
lancar, memberikan efek menenangkan dan tumbuh tidaknya bakteri (presentasi

57
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 6 (1) : 47 - 61 (2020) Rachim, dkk

penghambatan zona bening) disajikan dalam tabel 2, 3, 4 dan 5 berikut:


Tabel 2. Aktivitas antibakteri ekstrak katuk hutan terhadap Propionibacterium acnes
Sampel Aktivitas antibakteri pada berbagai konsentrasi (μg/well)
50 125 250 500
mm % ZN mm % ZN mm % ZN mm % ZN
Aseton (-) 0.00
Chloramphenicol (+) 100
Katuk hutan 0 0 0 0 0 0 0 0
Ket : % ZN= Persentase penghambatan zona bening

Tabel 3. Aktivitas antibakteri ekstrak katuk hutan terhadap Streptoccocus mutans


Sampel Aktivitas Antibakteri pada berbagai konsentrasi (μg/well)
50 125 250 500
mm % ZN mm % ZN mm % ZN mm % ZN
Aseton (-) 0.00
Chloramphenicol (+) 100
Katuk hutan 0 0 0 0 0 0 0 0
Ket : % ZN= Persentase penghambatan zona bening

Tabel 4. Aktivitas antibakteri ekstrak katuk hutan terhadap Streptoccocus sobrinus


Sampel Aktivitas Antibakteri pada berbagai konsentrasi (μg/well)
50 125 250 500
mm % ZN mm % ZN mm % ZN mm % ZN
Aseton (-) 0.00
Chloramphenicol (+) 100
Katuk hutan 0 0 0 0 0 0 0 0
Ket : % ZN= Persentase penghambatan zona bening

Tabel 5. Aktivitas antibakteri ekstrak katuk hutan terhadap Escherichia coli


Sampel Aktivitas Antibakteri pada berbagai konsentrasi (μg/well)
50 125 250 500
mm % ZN mm % ZN mm % ZN mm % ZN
Aseton (-) 0.00
Chloramphenicol (+) 100
Katuk hutan 0 0 0 0 0 0 0 0
Ket : % ZN= Persentase penghambatan zona bening

Pemberian antibakteri dalam jumlah yang selain bertujuan untuk meningkatkan efektifitas
berlebihan dan secara terus – menerus akan dari senyawa antibakteri tersebut juga bertujuan
menyebabkan sel bakteri menjadi resisten. untuk mencegah timbulnya masalah resistensi
Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui bakteri karena penggunaan dosis yang
nilai konsentrasi hambat minimum dari suatu berlebihan sehingga sel bakteri lama kelamaan
sampel uji antibakteri sangat penting karena akan menjadi kebal.
58
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 6 (1) : 47 - 61 (2020) Rachim, dkk

Tabel 2, 3, 4 dan 5 di atas menunjukkan dimana ekstrak daun katuk hutan tidak
hasil yang diperoleh pada pengujian antibakteri mengandung senyawa saponin. Sedangkan
dengan menggunakan ekstrak daun katuk yang beberapa golongan senyawa saponin dapat
diujikan pada terhadap bakteri bekerja sebagai antimikroba.
Propionibacterium acnes, Streptoccocus
mutans, Streptoccocus sobrinus, dan Pengujian Toksisitas
Escherichia coli memberikan hasil negatif. Brine Shrimp Lethality Test (BST) adalah
Dilihat dari persentase penghambat zona bening salah satu metode skrining untuk menentukan
tanaman katuk hutan tidak memberikan daya toksisitas suatu senyawa atau ekstrak secara
hambat terhadap perkembangan bakteri akut dengan menggunakan hewan coba Artemia
Propionibacterium acnes, Streptoccocus salina. Pada pengujian ini dimodifikasi dengan
mutans, Streptoccocus sobrinus, ataupun mengganti hewan uji larva Arternia salina
Candida albicans pada konsentrasi 50, 125, menggunakan larva ikan mas (Cyprinus
250 dan 500 μg/well. Jika diklasifikasikan carpio). Daya toksisitas suatu senyawa dapat
penghambat bakteri ekstrak daun katuk hutan diketahui dengan menghitung jumlah kematian
masuk dalam kelas tidak ada aktivitas. Hasil hewan uji dengan parameter lethal
positif mengandung antibakteri ditunjukan pada concentration 50 (LC50). Suatu ekstrak
control positif yang menggunakan dinyatakan bersifat toksik menurut metode BST
chloramphenicol presentase penghambat zona ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000 μg/ml.
bening memberikan daya hambat maksimum Jika hasil uji BST menunjukkan bahwa ekstrak
hingga 100% pada konsentrasi 50, 125, 250 dan tumbuhan bersifat toksik maka dapat
500 μg/well. Berdasarkan tabel uji antibakteri dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk
tanaman katuk hutan tidak memiliki daya mengisolasi senyawa sitotoksik tumbuhan
menghambat ataupun membunuh bakteri. Hal sebagai usaha pengembangan obat alternatif
ini terkait dengan hasil pengujian fitokimia anti kanker.

Gambar 11. kurva regresi linier uji tokisitas katuk hutan ekstrak methanol terhadap kematian larva
Cyprinus carpio

59
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 6 (1) : 47 - 61 (2020) Rachim, dkk

Berdasarkan hasil pengujian toksisitas 27,06 % dimana hasil pengujian fitokimia


ekstrak methanol katuk hutan dapat dilihat menunjukkan bahwa ekstrak methanol daun P.
bahwa pada konsentrasi 1000 μg/ml reticulatus positif mengandung senyawa
memberikan persentase kematian sebesar 22 %. alkaloid, flavonoid dan triterpenoid. Selain itu
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dari hasil pengujian antioksidan dengan
kandungan komponen bioaktif yang terkandung konsentrasi 25, 50 dan 100 ppm pada ekstrak
pada ekstrak methanol katuk hutan tidak methanol daun P. reticulatus memiliki daya
memiliki daya racun yang berpotensi merusak. hambat yang cukup tinggi mencapai 78%, 81%
Berdasarkan hasil pengujian nilai LC50 dapat dan 89%. Hasil pengujian ekstrak methanol
diperoleh dari persaman regresi Y = 0.0002X + daun P. reticulatus terhadap bakteri P. acnes, S.
0.0189. Berdasarkan persamaan regresi yang mutans, S. sobrinus, dan E. coli menunjukkan
diperoleh maka presentasi tingkat kematian hasil negative menghambat zona perkembangan
hewan uji dipengaruhi oleh 0,0002 dari dari ke empat bakteri yang digunakan.
konsentrasi ekstrak daun katuk hutan dan Selanjutnya berdasarkan hasil pengujian
ditambahkan dengan faktor koreksi sebesar toksisitas ekstrak methanol daun P. reticulatus
0,0189. Maka dengan demikian nilai dosis dengan metode BST diperoleh nilai LC50
konsentrasi yang mematikan 50% oraganisme mencapai 2402,748 μg/ml.
uji atau nilai LC50 dari ekstrak methanol katuk
hutan mencapai 2402,748 μg/ml. Berdasarkan DAFTAR PUSTAKA
(Meyer et al. 1982 dalam Soemirat 2003) suatu Agromedia. 2008. Buku pintar tanaman obat.
senyawa uji dikatakan bersifat toksik dan Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.
berpotensi sebagai kandidat antikanker pada Aniszewki, T. 2007. Alkaloid-ecrets of life,
pegujian Brine Shrimp Lethality Tes (BST) jika Elsevier, Amsterdam, pp.187.
memiliki nilai LC50-24 jam lebih kecil dari 1000 Arifin, Helmi, Aggraini, Nelvi, Handyani,
μg/ml. Hasil perhitungan pada penelitian ini Dian, Rasyid, Roslinda. 2006. Standarisasi
diperoleh nilai LC50-24 jam mencapai 2402,748 ekstrak etanol daun Eugenia cumini Merr.J.
μg/ml lebih besar dari 1000 μg/ml. berdasarkan Sains Tek.Far. 11 (2).
nilai LC50 yang diperoleh ekstrak katuk hutan Arry YIP, Miryanti dkk. 2011. Ekstraksi
tidak bersifat toksit. namun diduga hasil antioksidan dari kulit buah manggis
pengujian yang diperoleh tidak akurat. Hal ini (Garcinia mangostana L.), Universitas
dikarenakan standar pengujian Brine Shrimp Katolik Parahyangan Bandung.
Lethality Test (BST) menggunakan hewan uji Elkhair EA, Fadda H, Mohsen UA. 2010.
coba berupa larva Artemia salina (larva udang) Antibacterial activity and phytochemical
sedangkan pengujian ini, hewan uji yang analysis of Ssome medicinal plants from
digunakan telah dimodifikasi menggunakan Gaza Strip- Palestine. Journal of Al Azhar
larva Cyprinus carpio (larva ikan mas). Maka University.
untuk memperoleh hasil yang lebih akurat perlu Forest Watch Indonesia, 2015.Nasib hutan
dilakukan pengujian kembali mengunakan larva Indonesia. Forest Watch Indonesia. Bogor.
Artemia salina. Harborne JB. 1987. Metode fitokimia.
Terjemahan: Padmawinata, K dan Soediro, I.
KESIMPULAN Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Berdasarkan Hasil peenelitian yang telah Joyeux M, Mortier F, Fleurentin J. 1995.
dilakukan dapat disimpulkan bahwa rendemen Screening of antiradical, antilipoperoxidant
ekstraksi metanol daun katuk hutan sebesar and hepatoprotective effects of nine plant
60
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA
Jurnal Kehutanan Papuasia 6 (1) : 47 - 61 (2020) Rachim, dkk

extracts used in Caribbean folk medicine. Prolab Diagnostics. 2012. McFarland standards.
Phytotherapy Research. 9(3): 228-230. DOI: Product Code SD2350, SD2300, SD2301,
https://doi.org/10.1002/ptr.2650090316 SD2302, SD2303, SD2304.
Keputusan Mentri Kesehatan Republik Rahimah, Sayekti E, Jayuska A. 2013.
Indonesia Nomor : 381/Menkes/SK/III/2007. Karakterisasi senyawa flavonoid hasil isolat
Kebijakan obat tradisional nasional tahun dari fraksi etil aset6at daun matoa Pometia
2007. Departemen Kesehatan Republik pinnata J. R. Frost & G. Forst. JKK. Vil. 2
Indonesia. Tanggal 27 Maret 2007. (2): 84-89.
Kurdi A. 2010. Tanaman herbal Indonesia; cara Rasyid A. 2012. Identifikasi senyawa metabolit
mengelolah dan manfaatnya bagi kesehatan. sekunder serta uji aktivitas antibakteri dan
Hairani, Rita, Enih R, Kuspradini H. 2012. antioksidan ekstrak metanol teripang
Phytochemical screening and brine shrimp stichopus hermani. Jurnal Ilmu dan
lethality test of extract from avicennia lanata Teknologi Kelautan Tropis. Vol 4 (2):360 -
ridley leaves . Proceeding the International 365.
Symposium on Human Development and Rizwana J.N, Nazlina I, Razehar ARM,
Sustainable Utilization of Natural Resources Noraziah AZS, Ling CY, Muzaimah SAS,
in Asian Cauntries and The 6thKorea- Farina AH, Yaacob WA, Ahmad IB, Din
Thailand-Indonesia Joint Symposium on LB. 2009. A survey on phytochemical and
Biomass Utilization and Renewable Energy, bioactivity of plant extracts from Malaysian
Balikpapan-Derawan Island. Forest Reserves. Journal of Medicinal Plants
Lenny S. 2016. Senyawa terpenoida dan Reserch. Vol 4 (3): 203-210.
steroida. Karya Ilmiah. Fakultas Matematika Shimizu Y, Inoue A, Tomari Y, Suzuki T,
dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Yokogawa K, Nishikawa K, Ueda T. Cell-
Sumatra Utara. free translation reconstitute with purified
Mbadiyana JI, Echezona BC, Ugwuoke KI, components. Nature Biotechnology. 19: 751-
Wokocha RC. 2013. Phytochemical 755. DOI: 10.1038/90802
constituens of some medical plants. Soemirat J. 2003. Toksikologi lingkungan.
International Jurnal of Science and Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Research. Vol. 2 (4): 18-22. Subroto A, Saputro H. 2008. Gempur penyakit
Ningrum R, Purwanti E, Sukarsono. 2016. dengan sarang semut. www..deherba.com
Identifikasi senyawa alkaloid dari batang (19 Juni 2016).
karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) Sukadana I, Santi SR, Juliarti NK. 2008.
sebagai bahan ajar biologi untuk SMA kelas Aktivitas antibakteri senyawa golongan
X. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia. triterpenoid dari biji papaya (Carica papaya
2(3): 231-236. L). Jurnal Kimia. 2(1): 15-18.
Padmasari PD, Astuti KW, Warditani NK. Tihel T. 1999. Science in the real world.
2013. Skining fitokimia ekstrak etanol 70% Microbes in Action. Departement of
rimpang bangle zigiber purpureum Roxb. Biology, University of Missouri. St. Louis.
Jurnal Farmasi Udayana.

61
@ Asosiasi Peneliti Biodiversitas Papuasia - Fakultas Kehutanan UNIPA

Anda mungkin juga menyukai