Pada Perawat
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 23111
E-mail: devy.psikologi@gmail.com
1
PENDAHULUAN
Peningkatan angka penderita sebanyak 2.141 orang dan tahun 2011
gangguan kejiwaan terjadi hampir mencapai 2.658 orang.
diberbagai daerah termasuk di Provinsi Pasien yang dirujuk ke Rumah
Aceh. Bencana alam salah satunya tsunami Sakit Jiwa Banda Aceh terdiri dari
dan konflik yang terjadi di Aceh dinilai berbagai jenis penyakit kejiwaan. Pada
sebagai penyebab utama terjadinya tahun 2011, penyakit yang paling banyak
gangguan kejiwaan (Maysarah, 2008). dirujuk adalah skizoprenia dengan jumlah
Data yang dihimpun dari bagian humas 13.587 orang. Diikuti oleh penyakit
Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh, gangguan mental dan perilaku zat
menyebutkan jumlah pasien yang masuk sebanyak 898 orang. Data 10 jenis
yang menjalani perawatan sepanjang tahun penyakit atau diagnosa bagi pasien yang
2008 sebanyak 2.306 orang, tahun 2009 menjalani rawat jalan dan rawat inap di
sebanyak 2.316 orang, tahun 2010 Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh tahun 2011
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel. 1 Data statistik 10 Jenis Penyakit/Diagnosa Bagi Pasien Yang Masuk Rumah Sakit Jiwa Banda
Aceh tahun 2011
Rawat Rawat
No Penyakit/Diagnosa Jalan Inap Jumlah
1. Skizoprenia 10.389 1.599 13.587
2. Gangguan mental dan perilaku akibat zat 474 212 898
3. Gangguan suasana perasaan 435 46 481
4. Epilepsi 204 82 286
5. Gangguan neurotik 164 24 188
6. Gangguan mental organik 163 4 167
7. Gangguan jiwa yang tak tergolongkan 81 - 81
8. Gangguan perilaku dan emosional kanak-
kanak dan remaja 29 - 29
Sindroma perilaku yang berhubungan
9. dengan psikologis 16 11 27
10. Gangguan perkembangan psikologis 17 - 17
JUMLAH 11.972 1.982 13.954
Sumber: Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh Tahun 2012
2
orang. Rasio perawat terhadap pasien yang Menurut Fraser (dalam Anoraga,
ideal untuk rumah sakit tipe A adalah 1 : 3 2006) mengemukakan stres kerja adalah
(Kepmenkes RI 262/ Menkes /7 / 1979 stres yang timbul karena adanya perubahan
tentang jumlah perawat berdasarkan dalam keseimbangan sebuah kompleksitas
perbandingan tempat tidur rumah sakit). antara manusia-mesin dan lingkungan.
Namun hal ini belum dapat dilakukan oleh Fraser mengelompokkan dua macam
Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh. pekerjaan yang sedikit banyak dapat
Berdasarkan pemaparan di atas maka menimbulkan stres, yakni pekerjaan yang
dapat disimpulkan bahwa jumlah pasien terutama menuntut kekuatan fisik
yang masuk tidak sebanding dengan (pekerjaan dengan otot), dan pekerjaan
jumlah perawat yang ada di Rumah Sakit yang terutama menuntut keterampilan atau
Jiwa Banda Aceh. Hal ini menyebabkan kemahiran (pekerjaan dengan
beban kerja perawat semakin berat yang keterampilan).
dapat berdampak pada stres kerja. Menurut Kitchel (dalam Wibowo,
2008) stres kerja merupakan respons fisik
STRES KERJA dan emosional pada kondisi kerja yang
Stres kerja menurut Greenberg berbahaya, termasuk lingkungan di mana
(2004) adalah kombinasi dari sumber- pekerjaan memerlukan kapabilitas, sumber
sumber stres pada pekerjaan, karakteristik daya, atau kebutuhan pekerja lebih banyak.
individu, dan stresor ekstra organisasi. Stres yang terjadi di tempat kerja
Interaksi stresor kerja dengan karakteristik menyebabkan organisasi menanggung
individu, merupakan bagian yang penting beban : (1) rendahnya kualitas pelayanan;
di tempat kerja karakteristik ini termasuk : (2) pergantian staf yang tinggi; (3) reputasi
tingkat kecemasan dan neurotik pekerja, perusahaan menjadi buruk; (4) citra
toleransi terhadap ambiguitas, dan pola perusahaan menjadi buruk; dan (5)
kepribadian. Stres kerja dapat ketidakpuasan pekerja (Wibowo, 2008).
dimaksudkan sebagai suatu persepsi dari Berdasarkan beberapa pendapat para
tenaga kerja akan adanya ancaman atau ahli diatas dapat diambil kesimpulan
tantangan yang menggerakkan, bahwa stres kerja merupakan suatu kondisi
menyiagakan atau membuat aktif dirinya. negatif dimana seseorang mengalami
Tenaga kerja dapat merasakan lingkungan ketegangan yang mempengaruhi aspek
kerjanya sebagai suatu ancaman atau suatu kognisi, afeksi, fisiologis, interpersonal
tantangan (Anoraga, 2006). dan organisasional pada pekerja yang
Menurut Ivancenvich dan Matteson disebabkan karena adanya tuntutan dalam
(dalam Luthans, 2006) mendefinisikan menyelesaikan suatu tugas di lingkungan
stres kerja sebagai respons adaptif yang kerja.
dihubungkan oleh perbedaan individu dan Menurut Abraham dan Shanley
atau proses psikologi yang merupakan (dalam Sunaryo, 2004) menemukan lima
konsekuensi tindakan, situasi, atau sumber stres dalam keperawatan, yaitu:
kejadian eksternal (lingkungan) yang a. Beban kerja berlebihan, misalnya
menempatkan tuntutan psikologis dan atau merawat terlalu banyak pasien,
fisik secara berlebihan pada seseorang. mengalami kesulitan dalam
Dalam definisi lain, Beehr dan Newman mempertahankan standar yang tinggi,
(dalam Luthans, 2006) menyatakan stres merasa tidak mampu memberi
kerja sebagai kondisi yang muncul dari dukungan yang dibutuhkan teman
interaksi antara manusia dan pekerjaan sekerja, dan menghadapi keterbatasan
serta dikarakterisasikan oleh perubahan tenaga.
manusia yang memaksa mereka b. Kesulitan menjalin hubungan dengan
menyimpang dari fungsi normal mereka. staf lain, misalnya mengalami konflik
dengan teman sejawat, mengetahui
3
orang lain tidak menghargai harus selalu memperhatikan berbagai
sumbangsih yang dilakukan, dan gagal kebutuhan pasien gangguan jiwa, seperti
membentuk tim kerja dengan staf. memberi makan dan memberi obat pasien,
c. Kesulitaan dalam merawat pasten kritis, mengawasi pasien mandi juga merupakan
misalnya kesulitan menjalankan tugas perawat jiwa. Sebagian perawat juga
peralatan yang belum dikenal, mengeluh ada perasaan cemas ketika harus
mengelola prosedur atau tindakan baru, menghadapi pasien gangguan jiwa dengan
dan bekerja dengan dokter yang tingkah laku yang tidak dapat
menuntut jawaban dan tindakan cepat. diprediksikan.
d. Berurusan dengan Kondisi stres yang dialami perawat,
pengobatan/perawatan pasien, misalnya diperkirakan dapat menimbulkan dampak
bekerja dengan dokter yang tidak negatif. Menurut Rice (dalam Waluyo,
memahami kebutuhan sosial dan 2009) pada umumnya stres kerja lebih
emosional pasien, terlibat dalam banyak merugikan diri karyawan maupun
ketidaksepakatan pada program perusahaan. Pada diri karyawan,
tindakan, merasa tidak pasti sejauh konsekuensi tersebut dapat berupa
mana harus memberi informasi pada menurunnya gairah kerja, kecemasan yang
pasien atau keluarga, dan merawat tinggi, frustasi dan sebagainya.
pasien sulit atau tidak kerja sama. Konsekuensi pada karyawan ini tidak
e. Merawat pasien yang gagal untuk hanya berhubungan dengan aktivitas kerja
membaik, misalnya pasien lansia, saja, tetapi dapat memperluas ke aktivitas
pasien yang nyeri kronis, dan pasien lain di luar pekerjaan. Seperti tidak dapat
yang meninggal selama merawat. tidur dengan tenang, selera makan
berkurang, kurang mampu berkonsentrasi,
Berdasarkan hasil survei yang dan sebagainya (Waluyo, 2009).
dilakukan Dewe (1989) di Amerika Serikat Stres dapat menimbulkan dampak
(dalam Sunaryo, 2004), sumber stres kerja negatif bagi individu. Konsekuensi-
dalam keperawatan salah satunya yaitu konsekuensi negatif berbentuk perilaku,
beban kerja berlebihan, seperti merawat bersifat psikologis, atau medis. Dari segi
pasien yang terlalu banyak. Hal ini perilaku, misalnya stres menimbulkan
diperkirakan juga dialami oleh para tindakan-tindakan yang merusak atau
perawat yang bertugas di Aceh. berbahaya, seperti merokok, minum
Perawat sebagai salah satu pemberi alkohol, makan terlalu banyak, dan terlibat
pelayanan kesehatan yang paling sering narkoba. Perilaku-perilaku lain yang
berhadapan dengan pasien yang dipicu oleh stres adalah kecelakaan,
penyakitnya beragam juga harus kekerasan terhadap diri sendiri atau orang
menghadapi keluarga pasien. Situasi ini lain, serta gangguan makan. (Griffin,
memungkinkan perawat untuk mengalami 2003).
stres yang akan berdampak pada pelayanan Tuntutan tugas dalam menyelesaikan
yang diberikan dan juga akan pekerjaan dari suatu organisasi merupakan
mempengaruhi perilaku kerja mereka sumber stres lain bagi perawat sehingga
(Iswanto & Purwanti, 2008). Hal tersebut dibutuhkan suatu keterampilan manajemen
didukung oleh hasil wawancara non- emosi, agar tidak menurunkan
formal yang dilakukan oleh peneliti pada produktivitas kerja. Keterampilan tersebut
beberapa perawat di Rumah Sakit Jiwa, lebih dikenal dengan kecerdasan
terkait stres yang terjadi di lingkungan emosional.
kerja. Beberapa perawat mengeluh harus
merawat banyak pasien karena jumlah KECERDASAN EMOSIONAL
perawat yang tidak sebanding dengan Istilah kecerdasan emosi pertama
jumlah pasien. Selain itu mereka juga kali digunakan pada tahun 1990 oleh
4
Solevey dan Meyer yang kemudian Goleman (2007) menempatkan
dipopulerkan oleh Goleman. Cooper dan kecerdasan pribadi Gardner sebagai
Sawaf (2002) berpendapat bahwa definisi dasar tentang kecerdasan emosi
kecerdasan emosi adalah kemampuan dan memperluas kemampuan tersebut ke
merasakan, memahami dan menerapkan dalam lima aspek utama yaitu:
secara efektif daya dan kepekaan emosi a. Kesadaran diri, yaitu kemampuan
sebagai sumber energi, informasi, koneksi individu untuk menyadari dan
dan pengaruh yang manusiawi. Suharsono memahami keseluruhan proses yang
(2004) juga menambahkan kecerdasan terjadi di dalam dirinya, perasaan,
emosional tidak hanya berfungsi untuk pikiran, dan latar belakang dari
pengendalian diri, tetapi juga tindakannya. Individu mampu
mencerminkan kemampuan dalam terhubung dengan emosi-emosinya dan
mengelola ide, konsep, karya, maupun pikiran-pikirannya sehingga ia mampu
produk. menamakan setiap emosi yang muncul.
Menurut Salovey dan Meyer Aspek ini merupakan dasar dari seluruh
(dalam Mubayidh, 2006) mendefinisikan aspek-aspek lainnya dimana kesadaran
kecerdasan emosional sebagai suatu diri akan membantu tercapainya aspek-
kecerdasan sosial yang berkaitan dengan aspek yang lain. Menurut Mayer (dalam
kemampuan seseorang dalam memantau Goleman, 2007) kesadaran diri adalah
baik emosi dirinya maupun emosi orang waspada terhadap suasana hati maupun
lain, dimana kemampuan ini digunakannya pikiran tentang suasana hati, bila
untuk mengarahkan pola pikir dan kurang waspada maka individu menjadi
perilakunya. mudah larut dalam aliran emosi dan
Weisinger (2006) mengemukakan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri
bahwa kecerdasaan emosi adalah memang belum menjamin penguasaan
menggunakan emosi secara cerdas, yaitu emosi, namun merupakan salah satu
seseorang membuat emosi menjadi prasyarat penting untuk mengendalikan
bermanfaat dengan menggunakannya emosi sehingga individu mudah
sebagai pemandu perilaku dan pemikiran menguasai emosi.
sehingga terdapat hasil yang meningkat b. Pengaturan diri, yaitu kemampuan
dalam diri seseorang tersebut. Menurut individu untuk mengelola,
Goleman (2007) menjelaskan bahwa menyeimbangkan emosi-emosi yang
kecerdasan emosi sebagai kemampuan dialaminya, dan menangani perasaan
untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan agar perasaan dapat terungkap dengan
menghadapi frustasi, mengendalikan tepat, hal ini merupakan kecakapan
dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan yang sangat bergantung pada kesadaran
kesenangan, mengatur suasana hati dan diri.
menjaga agar beban stres tidak c. Motivasi, yaitu kemampuan individu
melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk memotivasi diri ketika berada
berempati dan berdo’a. dalam keadaan putus asa, mampu
Berdasarkan beberapa pendapat berpikir positif, dan menumbuhkan
para ahli diatas maka dapat diambil optimisme dalam hidupnya.
kesimpulan bahwa kecerdasan emosi Kemampuan ini akan membuat individu
adalah kemampuan individu dalam mampu bertahan, tidak putus asa dan
mengenali, memahami perasaan dirinya kehilangan harapan ketika menghadapi
dan orang lain, mengendalikan masalah.
perasaannya sendiri, menjalin hubungan d. Empati, yaitu kemampuan individu
serta memotivasi diri sendiri untuk untuk memahami perasaan, pikiran dan
menjadi lebih baik. tindakan orang lain berdasarkan sudut
pandang orang tersebut. Empati
5
berkaitan dengan kemampuan individu METODE PENELITIAN
untuk memahami perasaan terdalam Identifikasi Variabel Penelitian
orang lain sehingga individu mampu Variabel yang akan diteliti dalam
bertanggung rasa dan mampu membaca, penelitian ini terdiri dari dua variabel,
memahami perasaan, pikiran orang lain variabel independent dan variabel
hanya dari bahasa non-verbal, ekspresi dependent, yaitu :
wajah atau intonasi orang tersebut. 1. Variabel Independent (X) : Kecerdasan
e. Membina hubungan dengan orang lain, Emosi
yaitu kemampuan individu untuk 2. Variabel Dependent (Y) : Stres Kerja
membangun hubungan secara efektif
dengan orang lain, mampu Subjek Penelitian
mempertahankan hubungan sosial Penelitian ini menggunakan
tersebut, dan mampu menangani teknik acak sederhana (simple random
konflik-konfilk interpersonal secara sampling), yang melibatkan 100 perawat
efektif. Individu yang memiliki diruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa
kemampuan ini akan mudah Banda Aceh dengan kriteria : perawat yang
berinteraksi dengan orang lain dan terlibat langsung dalam memberikan
senantiasa menghormati hak-hak orang asuhan keperawatan pada pasien di Rumah
lain. Kemampuan dalam membina Sakit Jiwa Banda Aceh, status perawat
hubungan merupakan suatu sebagai pegawai negeri sipil dan tidak
keterampilan yang menunjang sedang cuti.
popularitas, kepemimpinan dan
keberhasilan antar pribadi (Goleman, Metode Pengumpulan Data
2007). Metode pengumpulan data dalam
Perawat yang memiliki kecerdasan penelitian ini adalah dengan menggunakan
emosional yang tinggi senantiasa mampu skala psikologi. Skala menunjuk pada
mengendalikan emosinya dan cenderung sebuah instrumen pengumpulan data yang
akan lebih mudah bergaul dengan orang- bentuknya seperti daftar cocok tetapi
orang baru, sehingga akan dapat alternatif yang disediakan merupakan
menurunkan tingkat stres kerja yang sesuatu yang berjenjang. Skala banyak
tinggi. Mengendalikan emosi berarti digunakan untuk mengukur aspek-aspek
mampu mengetahui kapan saatnya ia harus kepribadian atau aspek kejiwaan yang lain
mengambil tindakan yang tepat dalam (Arikunto, 2010). Penelitian ini
situasi tertentu (Bahaudin, 2003). menggunakan dua skala psikologi, yaitu :
Sedangkan perawat yang tidak mampu skala kecerdasan emosi dan skala stres
menguasai emosinya kemungkinan besar kerja.
hal ini akan berdampak pada pelayanan
atau asuhan keperawatan yang diberikan Skala Kecerdasan Emosi
kepada pasien. Kecerdasan emosi diungkap melalui
Berdasarkan uraian diatas, dapat skala kecerdasan emosi yang disusun oleh
disimpulkan bahwa kecerdasan emosi peneliti berdasarkan aspek menurut teori
berkaitan erat terhadap kemampuan Goleman (2007), yaitu : kesadaran diri,
mengatasi stres pada perawat. Penelitian pengaturan diri, memotivasi diri,
ini bertujuan urntuk melihat hubungan empati,dan membina hubungan dengan
antara kecerdasan emosi dengan stres kerja orang lain.
pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Banda Model skala yang digunakan adalah
Aceh. penskalaan model Likert yakni Sangat
Sesuai (SS) diberi skor 5, Sesuai (S) diberi
skor 4, Netral (N) diberi skor 3, Tidak
Sesuai (S) diberi skor 2 dan Sangat Tidak
6
Sesuai (STS) diberi skor 1 untuk aitem- Sering (TS) diberi skor 4 dan Sangat Tidak
aitem favorable, sedangkan untuk aitem Sering (STS) diberi skor 5. Skor skala ini
unfavorable Sangat Sesuai (SS) diberi skor menunjukkan bahwa semakin tinggi skor
1, Sesuai (S) diberi skor 2, Netral (N) jawaban maka semakin tinggi stres kerja
diberi skor 3, Tidak Sesuai (TS) diberi yang dialami oleh perawat (Azwar, 2010).
skor 4 dan Sangat Tidak Sesuai (STS)
diberi skor 5. Skor skala ini menunjukkan Metode Analisis Data
bahwa semakin tinggi skor jawaban maka Data yang diperoleh dalam
semakin tinggi kecerdasan emosinya penelitian diolah menggunakan teknik
(Azwar, 2010). analisis statistik korelasi Pearson untuk
mengetahui hubungan antara kecerdasan
Skala Stres Kerja emosi dengan stres kerja pada perawat di
Stres Kerja diungkap melalui skala Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh.
stres kerja yang disusun oleh peneliti Perhitungan dalam penelitian ini dianalisis
berdasarkan teori Rice (dalam Safaria & menggunakan komputerisasi dengan
Saputra, 2009), menggolongkan reaksi bantuan program SPSS (Statistical
stres pada individu menjadi beberapa Product and Service Solution) 16.0 for
gejala, yaitu : gejala fisiologis, gejala Windows.
emosional, gejala kognitif, gejala
interpersonal dan gejala organisasional. ANALISIS DAN HASIL
Model skala yang digunakan adalah Deskripsi Data Hasil Penelitian
penskalaan model Likert yakni Sangat Setelah dilakukan analisis secara
Sering (SS) diberi skor 5, Sering (S) diberi deskriptif, terdapat perbandingan antara
skor 4, Kadang-kadang (K) diberi skor 3, hasil penelitian hipotetik (yang mungkin
Tidak Sering (S) diberi skor 2 dan Sangat terjadi) dan hasil penelitian empirik
Tidak Sering (STS) diberi skor 1 untuk (berdasar kenyataan di lapangan).
aitem-aitem favorable, sedangkan untuk Deskripsi data hasil penelitian dapat dilihat
aitem unfavorable Sangat Sering (SS) melalui tabel berikut :
diberi skor 1, Sering (S) diberi skor 2,
Kadang-kadang (K) diberi skor 3, Tidak
Kedua deskripsi hasil data data empirik pada dua variabel, yaitu
penelitian tersebut dapat dijadikan batasan variabel kecerdasan emosi dan stres kerja.
dalam pengkategorian subjek yang terdiri Peneliti melakukan kategorisasi skor tiap-
dari dua kategori yaitu rendah dan tinggi. tiap subjek penelitian pada masing-masing
Tabel normatif untuk pengkategorian variabel penelitian. Hasil kategorisasi
subjek dalam penelitian ini berdasarkan tersebut dapat dilihat pada tabel 3
.
7
Tabel 3. Kategorisasi Tingkat Kecerdasan Emosi dan Stres Kerja Pada Perawat di Rumah
Sakit Jiwa Banda Aceh
8
Tabel 4. Korelasi aspek kecerdasan emosi dengan stres kerja
Korelasi dengan
Aspek-aspek Kecerdasan Emosi Variabel Stres Kerja Signifikansi
Kesadaran Diri −0.601 p < 0.01
Pengaturan Diri −0.404 p < 0.01
Memotivasi Diri −0.573 p < 0.01
Empati −0.476 p < 0.01
Membina hubungan dengan orang lain −0.314 p < 0.01
10
pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Banda menghadapi stres di tempat kerja yaitu
Aceh. dengan kesadaran diri, kemampuan
mengelola emosi, memotivasi diri,
SIMPULAN empati dan membina hubungan dengan
Hasil penelitian menunjukkan orang lain.
terdapat hubungan negatif yang signifikan
antara kecerdasan emosi dengan stres kerja 2. Bagi Rumah Sakit Jiwa
pada perawat di Rumah Jiwa Banda Aceh Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh perlu
dengan koefisien (r) = -0.584 dengan p = mengalokasikan dana untuk kegiatan
0.00, (p < 0.01). Semakin tinggi tingkat merancang program pelatihan
kecerdasan emosi perawat maka semakin kecerdasan emosi yang difokuskan pada
rendah tingkat stres kerja. Sebaliknya bidang Self Awareness, Self
semakin rendah tingkat kecerdasan emosi Management, Self Motivation dan
perawat maka semakin tinggi tingkat stres Anger Management bagi perawat yang
kerja. Berdasarkan hasil analisis memiliki kecerdasan emosi rendah yang
menunjukkan bahwa sumbangan relatif bertujuan untuk membantu perawat
antara kecerdasan emosi dengan stres kerja dalam melatih kemampuan mengontrol
adalah r2= 0.341 = 34% dan 66% lainnya emosi sehingga perawat dapat
bisa disebabkan oleh variabel-variabel lain menyelesaikan masalahnya tanpa harus
yang tidak terlibat dalam penelitian ini. menimbulkan stres yang nantinya akan
Penelitian ini juga bertujuan untuk menghambat kinerja perawat dalam
melihat aspek kecerdasan emosi manakah memberikan pelayanan yang optimal
yang memberikan kontribusi paling besar kepada pasien. Selanjutnya bagi
terhadap rendahnya stress kerja pada perawat yang memiliki stres kerja tinggi
perawat di Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh. perlu dilakukan suatu upaya untuk
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengurangi stres kerja seperti
kesadaran diri merupakan aspek yang memberikan pelatihan teknik relaksasi.
memiliki kontribusi terbesar terhadap stres
kerja. Hal ini berarti bahwa perawat akan 3. Bagi peneliti selanjutnya
memiliki kecerdasan emosi tinggi apabila Dari hasil penelitian diperoleh data
ia mampu untuk menyadari, memahami bahwa sumbangan relatif antara
dan mampu menamakan setiap emosi yang kecerdasan emosi dengan stres kerja
muncul sehingga dapat mengubah adalah 34% pada perawat di Rumah
perilakunya ke arah yang lebih baik. Sakit Jiwa Banda Aceh dan 66%
lainnya disebabkan oleh variabel-
SARAN variabel lain sehingga bagi peneliti
Berdasarkan hasil penelitian, maka selanjutnya yang tertarik dengan
peneliti akan memberikan saran yang permasalahan stres kerja disarankan
diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak untuk meneliti aspek lain yang
lain. mempengaruhi, seperti masa kerja
1. Bagi subjek penelitian perawat, lokasi kerja perawat (diruang
Bagi perawat Rumah Sakit Jiwa setelah rawat inap atau ruang rawat jalan),
terbukti ada hubungan antara status kerja perawat (perawat pns atau
kecerdasan emosi dengan stres kerja, kontrak).
maka diharapkan bagi perawat yang
memiliki kecerdasan emosi yang tinggi
agar dapat mempertahankan kondisi DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2012). Buku Profil Badan Layanan
tersebut, yakni sebagai suatu langkah Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa Banda
menghadapi berbagai situasi yang Aceh. Tidak Diterbitkan
terjadi di tempat kerja khususnya dalam
11
Agustian, A. G. (2007). Rahasia Sukses Survey. International Journal of
Membangun Kecerdasan Emosi dan Nursing Studies 45 888–901
Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Maysarah. (2008). Rumah Sakit Jiwa Banda
Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman Aceh Tema: Arsitektur Perilaku. Banda
dan 5 Rukun Islam. Jakarta: ARGA Aceh: Skripsi Universitas Syiah Kuala
Publishing. Mubayidh, M. (2006). Kecerdasan dan
Anoraga, P. (2006). Psikologi Kerja. Jakarta : Kesehatan Emosional Anak Referensi
PT Asdi Mahasatya Penting Bagi Para Pendidik dan Orang
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Tua. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Nggermanto, A. (2002). Quantum Quotient
Penerbit Rineka Cipta (Kecerdasan Quantum): Cara Cepat
Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala Melejitkan IQ, EQ dan SQ Secara
Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Harmonis. Bandung: Penerbit Nuansa
Bahaudin, T. (2003). Brainware Management: Noorbakhsh, S.N, Besharat, M.A., & Zarei, J.
Generasi Kelima Manajemen Manusia. (2010). Emotional Intelligence And
Ed.4. Jakarta : PT Elex Media Coping Styles With Stress. Journal
Komputindo Procedia Social and Behavioral
Cooper, R. K., & Sawaf, A. (2002). Executive Sciences 5 818–822
EQ: Kecerdasan Emosi dalam Nurhidayah, R.E. (2006). Pentingnya
Kepemimpinan dan Organisasi. Kecerdasan Emosional Bagi Perawat.
Penerjemah: Alex Tri Kantjono Universitas Sumatera Utara: Jurnal
Widodo. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara,
Utama Volume 2 Nomor 1, Mei 2006. Diakses 4
Goleman, D. (2000). Emotional Intelligence: Juni 2011, dari
Kecerdasan Emosional Mengapa EI repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../ru
Lebih Penting Daripada IQ. Jakarta: PT f-mei20062%20(5).pdf
Gramedia Pustaka Utama Oryza, D.C.F., & Suseno, M.N. (2009).
Goleman, D. (2000). Working With Emotional Hubungan Antara Kecerdasan
Intelligence : Kecerdasan Emosi Untuk Emosional Dengan Stres Kerja Pada
Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: PT Perawat. Yogyakarta : Naskah Publikasi
Gramedia Pustaka Utama Universitas Islam Indonesia. Diakses 4
Goleman, D. (2007). Emotional Intelligence: Juni 2011, dari
Kecerdasan Emosional Mengapa EI psychology.uii.ac.id/images/stories/.../n
Lebih Penting Daripada IQ. Jakarta: PT askah-publikasi-03320069.pdf
Gramedia Pustaka Utama Rosalina, W.L. (2008). Pengaruh Kecerdasan
Greenberg, J.S. (2004). Comprehensive Stress Emosional Perawat Terhadap Perilaku
Management. Eight Edition. New York: Melayani Konsumen dan Kinerja
McGraw-Hill Perawat Rumah Sakit Umum Daerah
Griffin, R.W. (2003). Manajemen Edisi Tujuh Kabupaten IndraMayu. Jurnal Ekonomi
Jilid Dua. Jakarta: Penerbit Erlangga dan Bisnis Vol. 2, No. 3, November
Iswanto, S & Purwanti, S.O. (2008). 2008 Hal. 195-216. Diakses 4 Juni
Hubungan Stress Kerja Dengan 2011, dari
Perilaku Medikasi Di Ruang Al-Qomar http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Searc
Dan Asy-Syam Rumah Sakit Islam h.html?act=tampil&id=11338&idc=38
Surakarta. Berita Ilmu Keperawatan Safaria, T., & Saputra, N. E. (2009).
Vol.1, No. 1, 76 Juni 2008, Halaman Manajemen Emosi : Sebuah Panduan
76-82. Diakses 4 Juni 2011, dari Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi
http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstrea Positif Dalam Hidup Anda. Jakarta :
m/handle/123456789/482/2e.pdf Bumi Aksara
Luthans, F. (2006). Perilaku Organisasi Edisi Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk
Sepuluh. Yogyakarta: Penerbit ANDI Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku
Maria, J., Landa, A., Zafra E.L. (2007). The Kedokteran EGC
Relationship Between Emotional Waluyo, M. (2009). Psikologi Teknik
Intelligence, Occupational Stress And Industri.Yogyakarta : Graha Ilmu
Health In Nurses: A Questionnaire
12
Weisinger, H. (2006). Emotional Intelligence Wibowo. (2008). Manajemen Perubahan Edisi
at Work. Penerjemah: Roro Ratih Kedua. Jakarta : Rajawali Pers
Ambarwati. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Wijono, S. (2011). Psikologi Industri dan
Populer Kelompok Gramedia Organisasi: Edisi Revisi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
13