Laporan Nefrologi
Laporan Nefrologi
NEFROLOGI JANIN
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
1. Maturasi ginjal
Sistem ekskresi ginjal pada manusia melewati 3 tahap
perkembangan morfogenik. Tahap pertama ditandai dengan munculnya
sepasang tubulus yang membentuk pronefros, suatu organ
nonfungsional yang muncul sekitar minggu ketiga kehamilan dan
mengalami involusi sempurna dalam waktu 2 minggu. Tahap kedua
adalah perkembangan mesonefros, yang timbul lebih distal sepanjang
nefrotom dan mengandung sekitar 20 pasang glomerulus dan dinding
tubulus yang tebal. Pada minggu kelima kehamilan, ginjal mesonefrik
sudah dapat membentuk urin. Mesonefros mengalami degenerasi pada
minggu ke 11 hingga minggu ke 12 kehamilan yang diikuti
pembentukan tunas ureterik. Tahap ketiga dan fase terakhir
perkembangan ginjal adalah timbulnya metanefros, atau ginjal
metanefrik yang matang. Perkembangan tahap terakhir ini tergantung
pada interaksi antara tunas ureterik dengan massa sel mesenkim yang
tidak berdiferensiasi yang mengandung blastema nefrogenik.
Fungsi tubulus ginjal dimulai pada ginjal metanefrik manusia
antara minggu ke 9 dan 12 kehamilan, dan pada minggu ke 14, saluran
Henle berfungsi dan terjadi reabsorpsi tubulus. Nefron-nefron baru
dibentuk sampai minggu ke tiga puluh enam kehamilan pada janin
manusia. Nefrogenesis telah terbentuk secara sempurna pada saat
kelahiran bayi cukup bulan, tetapi pembentukan nefron terus berlanjut
setelah kelahiran pada bayi kurang bulan. Keadaan ini juga terjadi pada
perkembangan nefron, dimana terjadi perpanjangan saluran Henle dan
pembentukan lekukan pada tubulus proksimal.
1. Sistem renin-angiotensin
Pada awal tahun 1970an, terbukti bahwa janin domba yang
dianestesi dapat mengeluarkan renin kedalam sirkulasi darahnya.
Selanjutnya, kateterisasi fetus secara kronis dapat memproduksi
angiotensin II (AII) jika terdapat stimulasi terhadap pelepasan renin. Kadar
renin janin lebih tinggi dibanding kadar renin ibu, sedangkan kadar AII
adalah sama.
Kadar plasma renin dan AII tidak dapat distimulasi setelah
dilakukan nefrektomi bilateral pada janin domba, dan setelah dilakukan
nefrektomi pada domba betina, aktifitas plasma renin menurun pada
domba betina, tetapi tidak terjadi perubahan pada janin. Temuan ini
menunjukkan bahwa (1) renin tidak dapat melewati plasenta dan (2)
sistem renin-angiotensin janin adalah otonom. Selanjutnya, penekanan
sistem renin-angiotensin maternal dengan diet tinggi garam tidak
mempunyai efek terhadap aktifitas sistem janin.
Peranan sistem renin-angiotensin dalam mengatur sirkulasi janin
dan hemodinamik ginjal telah dipelajari pada beberapa laboratorium.
Pemberian AII intravena pada janin meningkatkan tekanan arteri dan
menurunkan aliran umbilikus. Respons vasopresor dan vasokonstriktor
ginjal terhadap infus AII adalah lebih kecil pada janin domba dibanding
dengan domba dewasa, mungkin karena lebih banyak reseptor yang
ditempati oleh AII endogen. Pemberian AII pada janin juga
mengakibatkan penurunan RBF, sedangkan tingkat filtrasi glomerular
(GFR) tetap stabil, menunjukkan bahwa AII bekerja secara primer dengan
meningkatkan tonus arteriol eferen, seperti yang tampak pada orang
dewasa.
Sistem renin - angiotensin memegang peranan penting pada
respons terhadap perdarahan. Pengurangan volume darah janin secara
cepat sekitar 3% menyebabkan peningkatan bermakna pada kadar renin
dan AII pada janin binatang, demikian juga pada hipoksia fetus. Respons
kardiovaskular dan endokrin janin tampaknya lebih kecil pada perdarahan
yang kronik / lama dibandingkan dengan perdarahan yang terjadi secara
cepat, dan penurunan RBF setelah pengeluaran 20% volume darah
fetoplasenta dapat ditiadakan dengan pemberian kaptopril, suatu enzim
inhibitor konverting angiotensin I yang kuat. Sebaliknya, Iwamoto dan
Rudolph melaporkan bahwa penurunan RBF akibat perdarahan janin terus
berlanjut setelah pemberian infus saralasin, antagonis AII. Perbedaan ini
menunjukkan bahwa kaptopril yang menghambat penghancuran
bradikinin, bukan saralasin. Peningkatan bradikinin selanjutnya pada
sirkulasi dapat menutupi efek perdarahan pada RBF.
Perlu diketahui bahwa pemberian kaptopril pada binatang hamil
merupakan bahan fetotoksik pada domba dan kelinci karena efeknya
terhadap aliran darah uterus. Hal ini juga berhubungan dengan penurunan
produksi prostaglandin, terganggunya peningkatan kadar kortisol yang
biasanya terjadi sebelum persalinan dan menghambat peningkatan kadar
oksitosin yang diinduksi oleh AII. Pada manusia, tercatat beberapa kasus
kejadian cacat pada janin dan neonatus akibat terapi kaptopril selama
kehamilan. Pengamatan ini menunjukkan bahwa sistem renin angiotensin
janin memegang peranan penting pada kelangsungan hidup janin dan awal
kejadian tersebut berhubungan dengan persalinan.
3. Prostaglandin
Ginjal janin pada binatang dan manusia mempunyai kapasitas
untuk biosintesis dan katabolisme prostaglandin dan pada babi, pembuluh
darah janin babi mempunyai kapasitas lebih besar untuk melepaskan
prostaglandin dibanding dengan babi dewasa.
Penghambatan sintesis prostaglandin oleh indometasin atau
meklofenamat menyebabkan peningkatan bermakna pada resistensi
vaskuler ginjal janin, penurunan RBF, peningkatan tekanan darah sistemik
dan penurunan aktifitas plasma ginjal. Dengan demikian prostaglandin
merupakan modulator penting pada tekanan vaskular ginjal dan sekresi
renin selama kehidupan janin.
Filtrasi glomerulus
Terdapat GFR yang rendah selama kehidupan janin, dan meningkat
seiring dengan peningkatan usia kehamilan. Tetapi GFR tetap stabil pada
periode terakhir kehamilan jika dilakukan koreksi terhadap berat ginjal atau
berat badan janin. (Gbr. 2)
Selama 24 jam pertama setelah kelahiran, GFR pada bayi preterm
menunjukkan tahap perkembangan intrauterin. Leake dan Guignard
mengamati adanya hubungan yang erat antara GFR dan usia kehamilan pada
bayi baru lahir yang dilahirkan antara usia kehamilan 27 sampai 43 minggu.
Seperti yang dijelaskan pada janin domba, GFR tetap stabil jika diadakan
koreksi terhadap berat badan. Yang menarik adalah pada bayi prematur
GFR/kg berat badan (1,07 0,12 ml/menit/kg) yang diukur selama 24 jam
pertama setelah lahir adalah sama dengan GFR pada janin domba cukup bulan
(1,14 0,08 ml/menit/kg).
Maturasi GFR selama kehidupan janin mungkin merupakan hasil
kombinasi dari faktor-faktor yang meningkatkan maupun yang menghambat
filtrasi: (1) nefrogenesis aktif, (2) perubahan resistensi vaskuler ginjal, (3)
peningkatan fungsi nefron-nefron superfisial dan (4) modifikasi faktor-faktor
yang terlibat dalam proses ultrafiltrasi.
GFR meningkat pada minggu-minggu setelah kelahiran pada anak
marmut, anak anjing, dan anak domba. Peningkatan GFR pada anak domba
terjadi pada beberapa jam pertama setelah lahir dan terus berlangsung selama
minggu pertama pasca kelahiran. (Gbr. 3). Peningkatan yang cepat pada GFR
ini lebih menunjukkan adanya perubahan fungsional daripada perubahan
morfologi dan diduga terjadinya peningkatan perfusi glomerular ini
merupakan hasil pengumpulan dari nefron-nefron kortikal superfisial. Dengan
demikian ginjal yang cukup bulan beradaptasi pada kelahiran dengan cara
meningkatkan beban filtrasi pada nefron, dimana dapat terjadi reabsorpsi
tubular.
Fungsi tubulus
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi urin pada ginjal janin telah
diteliti pada janin domba yang dianestesi lebih dari 30 tahun lalu. Pada janin
domba, pengaliran urin (600 sampai 1200 ml/hari) kedalam kavum amnion
melalui uretra dan kedalam kavum alantois melalui urakus; mempertahankan
jumlah volume ini merupakan hal yang penting untuk perkembangan janin
normal. Penelitian terakhir yang meneliti bagian-bagian kontraktilitas pada
urakus domba menunjukkan kemungkinan adanya bagian yang mengontrol
pergerakan urin kedalam kavum alantois.
Natrium
Pada orang dewasa, lebih dari 99% filtrasi natrium direabsorpsi oleh
tubulus ginjal. Selama kehidupan janin reabsorpsi natrium adalah rendah, jadi
jumlah natrium diekskresikan pada periode ini adalah lebih besar
dibandingkan dengan kehidupan selanjutnya. Pada janin domba, reabsorpsi
natrium berkisar antara 85 sampai 95% dan terus meningkat dengan
meningkatnya usia kehamilan. Pola yang sama juga didapati pada bayi-bayi
kurang bulan yang dibandingkan dengan neonatus cukup bulan.
Glukosa
Kapasitas reabsorpsi glukosa yang tinggi terdapat pada janin marmut,
janin domba, dan anak anjing yang baru lahir, dibandingkan dengan yang
dewasa. Robillard dan kawan-kawan menemukan bahwa kapasitas ekskresi
tubular maksimal ginjal untuk glukosa setelah dilakukan koreksi terhadap
GFR (Tm/GFR) adalah lebih besar pada janin domba dibandingkan dengan
domba dewasa. Ambang batas plasma ginjal untuk glukosa juga lebih besar
selama kehidupan janin dan meningkat seiring dengan usia kehamilan.
Karakteristik transport glukosa dengan perkembangan ginjal telah
diteliti dengan menggunakan -metil-D-glukopiranosid (-MG), suatu bahan
yang mengambil bagian pada pembawa D-glukosa terdapat pada membrana
siliaris tubulus proksimal tetapi tidak bereaksi dengan sistem tranportasi D-
glukosa pada daerah basolateral. Lelievre-Pegorier dan Geloso menunjukkan
bahwa transport -MG pada irisan-irisan ginjal janin tikus mendekati cukup
bulan menggambarkan karakteristik dewasa, dimana transport dihambat oleh
florhizin, dan pengambilan -MG tergantung pada natrium.
Selanjutnya, Beck dan kawan-kawan merupakan yang pertama sekali
menunjukkan adanya bukti perkembangan sistim transpor glukosa yang
tergantung pada Na+ pada tubulus proksimal janin kelinci pada kehamilan
lanjut. Sistem transport tersebut menunjukkan adanya stereospesifik,
elektrogenik, kation-spesifik dan pH-sensitif. Dengan demikian sistem
transport janin untuk glukosa secara kualitatif adalah sebanding dengan
dewasa.
Smith dan Lumbers meneliti respons ginjal janin terhadap keadaan
hiperglikemia maternal dan terjadinya hiperglikemia janin pada domba.
Glikosuria yang terjadi pada seluruh janin berhubungan dengan diuresis dan
natriuresis. Peningkatan fraksi ekskresi ultrafiltrasi glomerulus menunjukkan
bahwa diuresis merupakan akibat langsung dari glukosa yang tidak
direabsorbsi yang bertindak sebagai osmotik diuretik. Dengan demikian
glukosa menyebabkan osmotik diuresis pada ginjal janin seperti yang terjadi
pada dewasa jika Tm dilampaui.
1. Kalium
Ekskresi kalium tergantung pada (1) reabsorpsi tubular setelah filtrasi
yang melalui membrana glomerulus, dan (2) sekresi. Pada awal kehamilan,
sekresi kalium rendah dan meningkat seiring dengan meningkatnya usia
kehamilan. Peningkatan sekresi kalium pada janin mendekati cukup bulan ini
mungkin merupakan hasil dari (1) adanya daerah permukaan tubulus yang
besar untuk sekresi kalium dibandingkan dengan ukuran badan, (2)
peningkatan aktifitas Na+, K+-ATPase, (3) peningkatan sensitifitas nefron
ginjal terhadap aldosteron. Pada akhir kehamilan, janin telah mampu
mensekresi kalium. Reabsorbsi kalium fraksional yang diukur pada janin
domba mendekati cukup bulan (67,08 9,72%, n = 13) adalah sama dengan
kadar yang diukur pada anak domba baru lahir 24 jam atau lebih setelah
kelahiran dengan seksio sesar (58,3 4,76%, n = 12) dan pada domba betina
dewasa (52 7,6%, n = 5). Dengan demikian, jalur sekresi untuk kalium
tampaknya telah matang selama akhir kehidupan janin.
3. Fosfat
Konsentrasi fosfat anorganik pada plasma janin (1) lebih besar
dibanding plasma ibu (2) berhubungan terbalik dengan usia kehamilan dan (3)
ditranspor melewati plasenta dari ibu ke fetus melawan derajat konsentrasi.
Pada janin domba, fraksi reabsorpsi fosfat berkisar antara 60 sampai 100%,
konsentrasi fosfat anorganik pada urin janin sangat rendah. Ginjal janin
bereaksi terhadap ekstrak paratiroid dan peningkatan hormon paratiroid
plasma endogen (PTH), dengan meningkatkan ekskresi fosfat dan siklik
adenosin monofosfat (cAMP) pada urin. Dengan demikian, kekurangan
paratiroid dapat menyebabkan penurunan klirens ginjal janin terhadap fosfat
dan terjadi hiperfosfatemia. Peningkatan mendadak volume ekstraseluler
dalam jumlah yang besar pada janin domba menyebabkan peningkatan yang
bermakna pada ekskresi fosfat, yang tidak tergantung pada konsentrasi
kalsium dan PTH tetapi berhubungan dengan ekskresi natrium. Ekskresi fosfat
juga meningkat pada asidosis metabolik berat dan pada pemberian kortisol
pada janin. Fosfat merupakan buffer urin yang utama dan bertanggung jawab
pada ekskresi asam dan amoniak yang sudah dititrasi, peningkatan ekskresi
fosfat memungkinkan ginjal janin untuk mengekskresi proton dan membentuk
bikarbonat baru.
1. Aldosteron
Aldosteron, suatu hormon steroid yang dapat meretensi air yang
dihasilkan oleh korteks adrenal dapat melewati plasenta secara mudah dari
sirkulasi maternal. Akan tetapi terdapat sejumlah 60% aldosteron yang berasal
dari janin pada total aldosteron sirkulasi janin marmut dan 80% pada domba.
Rasio natrium urin dibandingkan dengan kalium urin menurun selama
maturasi janin seiring dengan peningkatan kadar aldosteron plasma, dan
terdapat korelasi antara aldosteron plasma dengan aktivitas renin dan kadar
kalium plasma. Pemberian aldosteron eksogen pada janin meningkatkan
reabsorpsi natrium dalam jumlah yang sama seperti yang terjadi pada dewasa
dan menurunkan aktifitas renin plasma. Berlawanan dengan efek
antinatriuretik aldosteron pada ginjal janin, tidak terdapat peningkatan
ekskresi kalium. Hal yang sama juga ditemukan pada binatang baru lahir, yang
menunjukkan bahwa reabsorpsi natrium tubulus yang diperantarai oleh
aldosteron dan sekresi kalium tidak berjalan sejajar selama perkembangan.
Walaupun tingkat respons tubulus ginjal janin dan dewasa terhadap aldosteron
adalah sama, ekskresi natrium fraksional adalah lebih besar dari 1% selama
infus aldosteron akut atau kronik pada janin dibandingkan dengan nilai dewasa
yang kurang dari 0,1%. Tampaknya ginjal janin kurang bereaksi terhadap
aldosteron. Mungkin terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi aksi
aldosteron pada kapasitas reabsorpsi tubulus ginjal janin.
2. Sistem renin-angiotensin
Sistem renin-angiotensin juga mempengaruhi fungsi ginjal janin.
Dengan pada pola yang sama dengan dewasa, terdapat korelasi yang terbalik
antara aktifitas renin plasma dengan ekskresi natrium urin. Hal ini dapat
merupakan efek langsung dari sistem renin-angiotensin pada rebsorpsi natrium
tubulus atau merupakan umpan balik tubulus dari makula densa pada
reabsorpsi natrium. Furosemid, suatu bahan natriuretik yang dikenal dapat
merangsang pengeluaran renin, jika diberikan pada janin domba, dapat
menurunkan reabsorbsi natrium tubulus dari 96 menjadi 63%. Inhibisi ini
dapat diperlemah dengan pemberian saralasin dan nitroprusid. Fungsi
furosemid sebagai pemacu natriuresis juga diperlemah pada tikus yang diberi
makan banyak garam yang menerima kaptopril.
3. Sistem kallikrein-kinin
Terdapat hubungan terbalik antara ekskresi kallikrein urin dengan
ekskresi natrium selama perkembangan. Temuan ini juga menggambarkan
korelasi antara kadar aldosteron plasma dengan ekskresi kallikrein urin,
dimana pemberian infus aldosteron eksogen juga meningkatkan ekskresi
kallikrein urin pada janin domba mendekati cukup bulan.
4. Prostaglandin
Ekskresi prostaglandin meningkat selama kehidupan janin dan
menurun setelah lahir. Pada binatang dewasa, prostaglandin ginjal bersifat
natriuretik, dan yang paling kuat adalah prostaglandin E2 (PGE2) dan
prostaglandin I2 (PGI2). Pemberian indometasin, suatu inhibitor siklo-
oksigenase, mengurangi ekskresi natrium pada dewasa tetapi menyebabkan
natriuresis dan kloruresis jika diberikan pada janin domba, walaupun terjadi
penurunan RBF janin. Masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut terhadap
peranan prostaglandin dalam mengatur homeostasis natrium.
1. Kortisol
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pemberian kortisol pada janin
domba (umur 126 sampai 135 hari) berhubungan dengan peningkatan GFR
dan menurunkan reabsorpsi fosfat dari 84 menjadi 48 % dari beban
filtrasi. Peningkatan ekskresi fosfat mungkin merupakan hasil dari beban
filtrasi yang lebih besar melewati Tm fosfat. Kortisol juga menekan reabsorpsi
natrium proksimal dan meningkatkan reabsorpsi distal, yang secara
keseluruhan tidak terdapat perubahan pada fraksi reabsorpsi natrium total.
Wintour dan kawan-kawan menunjukkan bahwa natriuresis terjadi setelah
pemberian kortisol pada janin domba yang muda (umur 111 hingga 120 hari).
Karena reabsorpsi natrium distal sudah banyak pada janin muda, penurunan
reabsorpsi proksimal sebagai hasil dari efek kortisol akan meningkatkan
ekskresi natrium. Menariknya, penelitian terbaru menunjukkan bahwa hormon
glukokortokoid tampaknya bertindak sebagai kekuatan endogen pada
maturasi pompa natrium pada saat kehamilan mendekati cukup bulan.