Anda di halaman 1dari 7

KADAR KLORIN PADA MIE SOHUN DI PASAR KEMANTRAN

KABUPATEN TEGAL TAHUN 2018


Wahyu Nusantara Putri 1), Tri Marthy Mulyasari 2)

Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang,


Jl. Raya Baturraden KM. 12 Purwokerto, Indonesia

Abstrak

Sohun merupakan suatu produk bahan makanan kering yang dibuat dari pati dengan bentuk khas. Pada
proses pembuatan sohun menggunakan klorin sebagai bahan pemutih dan masih terdapat sisa kaporit. Efek
klorin dalam jangka pendek menyebabkan penyakit maag dan dalam jangka panjang mengakibatkan penyakit
kanker hati dan ginjal. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kadar klorin pada mie sohun di Pasar
Kemantran Kabupaten Tegal. Metode penelitian yang digunakan dengan pendekatan deskriptif yang bertujuan
untuk mengukur kadar klorin pada mie sohun di Pasar Kemantran Kabupaten Tegal dan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan pedagang mie sohun dengan jumlah sampel sebanyak 5 pedagang mie sohun. Hasil
pemeriksaan kadar klorin pada sampel didapatkan 2 sampel mie sohun positif menggunakan klorin yaitu
sampel sohun B dengan kadar klorin 0,1 mg/L dan sampel sohun C dengan kadar klorin 0,2 mg/L sedangkan
3 sampel lainnya yaitu sampel sohun A, D, dan E menunjukkan hasil negatif menggunakan klorin. Dan tingkat
pengetahuan pedagang mie sohun di Pasar Kemantran Kabupaten Tegal masih buruk. Simpulan penelitian
menunjukkan 2 sampel mie sohun yang diperiksa positif menggunakan klorin dan 3 sampel mie sohun yang
diperiksa negatif menggunakan klorin. Saran kerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal untuk
meningkatkan pengawasan terhadap penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) khususnya pada industri-
industri makanan dan melakukan pengarahan ataupun penyuluhan terhadap pedagang yang ada di Pasar
Kemantran Kabupaten Tegal tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang di perbolehkan maupun tidak di
perbolehkan oleh pemerintah.

Kata Kunci : Klorin, Sohun, Pasar


Abstract

Levels Of Clhorine In Sohun Noodle In The Kemantran Traditional Market Tegal Regency Year
Of 2018. Sohun is a dry food product made from starch with a distinctive shape. In the process of making
sohun using chlorine as a bleach agent and there are still chlorine remaining. The effects of chlorine in the
short term cause ulcer disease and in the long term lead to liver and kidney cancer. The purpose of this research
is to know the chlorine level in sohun noodle in Kemantran Traditional Market of Tegal Regency. The research
method used with descriptive approach that aims to measure chlorine levels in sohun noodle in the Kemantran
Traditional Market of Tegal Regency and to know the level of knowledge of sohun noodle traders with the
number of samples of 5 traders of sohun noodle. The result of chlorine content in samples obtained 2 sohun
noodles samples of positive using chlorine is sample B with chlorine level of 0.1 mg / L and sample C with
chlorine level of 0.2 mg / L while the other 3 samples, were samples of sohun noodles A, D and E showed
negative results using chlorine. And the knowledge level of sohun noodles traders in Kemantran Traditional
Market of Tegal Regency is still bad. The research conclusion showed 2 samples of sohun noodles tested
positive using chlorine and 3 samples of sohun noodles that were examined negatively using chlorine.
Suggestions in cooperation with Tegal District Health Office to increase supervision on the use of Food Added
Substances (BTP), especially in food industries and conduct guidance or counseling to existing traders in
Kemantran Traditional Market of Tegal Regency about Food Added Substances (BTP) which allowed or not
allowed by the government.

Keywords : Clhorine, Sohun, Market

I. PENDAHULUAN persyaratan kesehatan. Sehingga perlu diadakan


Undang – Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang upaya pencegahan dan penanggulangan yang
Kesehatan Pasal 21 (Pengamanan Makanan dan dilakukan untuk menekan terjadinya kasus-kasus
minuman) menyebutkan bahwa pengamanan penyakit karena makanan atau keracunan
makanan dan minuman diselenggarakan untuk makanan. Salah satu bentuk upaya tersebut ialah
melindungi masyarakat dari melindungi dengan cara mengadakan pengamatan atau
masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak pemeriksaan terhadap makanan dan bahan
memenuhi ketentuan mengenai standar dan atau makanan atau minuman yang (akan) dikonsumsi

1)
Email : wahyunusantarap@gmail.com
2)
Email : trimarthymulyasari@gmail.com Keslingmas Vol.38 No.2 Hal.124-243 | 183
oleh masyarakat. Pemeriksaan tersebut selain banyak dan sebagian besar pedagang masih
dapat menilai layak tidaknya suatu makanan atau menjual bebas mie sohun tanpa mengerti
bahan makanan untuk dikonsumsi, juga sekaligus kandungan apa saja yang digunakan dalam
dapat menilai memadai-tidaknya proses pembuatan mie sohun karena pedagang hanya
pengelolaan makanan atau bahan makanan menjual dari produsen tanpa mengetahui proses
tersebut(Ditjen PPM & PLP, 1990, H 1). pembuatan sohun dan biasanya pedagang mie
Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004 sohun tidak hanya menjual mie sohun tapi juga
tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan pada bab menjual sembako lainnya, sehingga pedagang
1 pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan tidak terlalu memperhatikan hal tersebut karena
bahan tambahan pangan merupakan bahan yang barang dagang yang diperjual belikan selain mie
ditambahkan ke dalam makanan untuk sohun cukup beragam. Selain itu, peneliti juga
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau menemukan indikasi bahwa ada mie sohun yang
produk pangan. Kualitas bahan makanan di menggunakan klorin dengan melihat kondisi fisik
tentukan antara lain oleh cita rasa,warna,tekstur warna dari mie sohun yang putih bersih, hal
dan nilai gizi. Akan tetapi, sebagian besar tersebut berbeda dengan kondisi fisik warna dari
konsumen sebelum mempertimbangkan cita rasa mie sohun yang benar adalah putih kusam
dan nilai gizi, akan lebih tertarik pada tampilan transparan.
atau warna makanan (Cahyo Saparinto dan Diana
Hidayanti, 2006). II. BAHAN DAN METODE
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 33 Penelitian ini termasuk dalam penelitian
Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui
(BTP) dimana peraturan tersebut tidak menyatakan kondisi fisik mie sohun yang menggunakan klorin
bahwa klorin termasuk dalam Bahan Tambahan dan mengetahui kadar klorin pada mie sohun yang
Pangan Kimia yang diperbolehkan untuk makanan. dijual di Pasar Kemantran Kabupaten Tegal.
Menurut Adiwisastra (1989) menyebutkan bahwa Subjek penelitian ini adalah kadar klorin pada mie
salah satu penggunaan Bahan Tambahan Makanan sohun yang dijual oleh 5 pedagang di Pasar
(BTM) yang dilarang adalah klorin (Cl2). Klorin Kemantran Kabupaten Tegal. Data hasil penelitian
adalah bahan kimia yang biasanya digunakan diolah dan disusun dalam bentuk tabel dan
sebagai desinfektan, pemutih kertas dan proses dianalisis secara deskriptif.
tekstil. Efek klorin dalam jangka pendek
menyebabkan penyakit maag dan dalam jangka III. HASIL DAN PEMBAHASAN
panjang mengakibatkan penyakit kanker hati dan DATA UMUM
ginjal. Pasar Kemantran Kabupaten Tegal
Sohun merupakan suatu produk bahan merupakan pasar tradisional yang terletak di Jalan
makanan kering yang dibuat dari pati dengan Garuda, Desa Kemantran Kecamatan Kramat
bentuk khas (SNI 01-3723-1995). Berbagai macam Kabupaten Tegal yang memliki luas 4860 m2.
pati sebagai bahan baku sohun dapat berasal dari Jumlah pedagang yang menempati Pasar
umbi-umbian, kacang hijau, jagung, ubi jalar Kemantran Kabupaten Tegal sejumlah 772.
(sweet potato), sagu, aren, midro/ganyong (canna Pedagang yang menempati los terdapat 554 orang
eduliker) dan tapioka. Di Indonesia umumnya sedangkan yang tidak menempati los terdapat 122
sohun dibuat dari bahan dasar pati sagu atau aren orang. Jumlah kios yang berada di Pasar
dan midro sebagai campuran. Kemantran 96 buah dengan luas kios 15-20 m2.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya Jumlah pegawai yang ditugaskan dalam
yang dilakukan oleh Farah Tifani pada tahun 2013 mengelola Pasar Kemantran Kabupaten Tegal
tentang Studi Hygiene Sanitasi Makanan Industri berjumlah 8 orang, yang terdiri dari 1 ketua pasar
Sohun PT. Naga Sakti Kecamatan Sumbang dan 7 staff pelaksana. Fasilitas yang dimiliki
Kabupaten Banyumas menunjukkan hasil bahwa berupa kios, los, wc umum, kantor administrasi,
personal hygiene penjamah kurang memenuhi pos keamanan, mushola, dan TPS. Pedagang mie
syarat, secara umum pengelolaan sohun sudah sohun di Pasar Kemantran Kabupaten Tegal
memenuhi syarat tetapi pada proses pembuatan umumnya buka dari jam 06.00 pagi sampai jam
sohun menggunakan klorin sebagai bahan pemutih 13.00 WIB. Pada umumnya pedagang mie sohun
dan masih terdapat sisa kaporit, sehingga kualitas juga berjualan bahan sembako lainnya seperti
makanan secara kimia tidak memenuhi syarat. beras, minyak, kecap, telur, dan kebutuhan rumah
Pasar Kemantran Kabupaten Tegal yang tangga lainnya. Di Pasar Kemantran Kabupaten
tepatnya berada di Kecamatan Kramat merupakan Tegal ini terdapat 56 pedagang sembako yang tidak
salah satu pasar yang cukup besar dan lengkap semuanya menyediakan mie sohun dalam barang
dalam menyediakan pasokan barang yang dijual. dagangannya. Pedagang memperoleh mie sohun
Dengan survei pendahuluan yang telah peniliti tersebut dengan cara mengambil dari distributor.
lakukan sebelumnya, di Pasar Kemantran sendiri
terdapat pedagang mie sohun yang berjumlah

Keslingmas Vol.38 No.2 Hal.124-243 | 184


DATA KHUSUS Dengan hasil tersebut jika di bandingkan
1. Uji Organoleptik Mie Sohun yang dijual di dengan SNI Sohun (SNI 01-3723-1995) bahwa
Pasar Kemantran Kabupaten Tegal standar mutu sohun seharusnya memiliki warna
No. Kode Warna (Putih Mengkilap) normal (putih kusam tansparan). Sehingga dari ke
Sampel Panelis Panelis Panelis 5 sampel mie sohun yang diperiksa hanya 3 sampel
1 2 3 yang aman dikonsumsi karena tidak terindikasi
1. Sohun Tidak Tidak Tidak menggunakan klorin dan mendapatkan hasil
Sampel pemeriksaan uji organoleptik dengan warna putih
A kusam transparan yaitu sohun sampel A, D, dan E.
2. Sohun Ya Ya Ya Sedangkan 2 sampel lainnya yaitu sohun sampel B
Sampel dan sohun sampel C terindikasi menggunakan
B klorin karena mendapat hasil uji organoleptik
3. Sohun Ya Ya Ya dengan warna mie sohun putih mengkilap dan
Sampel lebih bersih sehingga tidak aman untuk dikonsumsi
C karena dapat menimbulkan dampak gangguan
4. Sohun Tidak Tidak Tidak kesehatan pada manusia. Penggunaan pewarna
Sampel makanan dan minuman yang aman telah diatur
D oleh Pemerintah. Hal ini dibuat dengan tujuan agar
5. Sohun Tidak Tidak Tidak bahan makanan yang beredar terutama pewarna
Sampel makanan yang digunakan memenuhi persyaratan
E mutu kesehatan.
Pengamatan yang dilakukan hanya meneliti
1 parameter yaitu warna, dengan hasil kriteria 2. Hasil Pemeriksaan Kadar Klorin pada Mie
warna mie sohun pada 2 sampel berwarna putih Sohun yang dijual di Pasar Kemantran
mengkilap dan 3 sampel lainnya berwarna putih Kabupaten Tegal
kusam. Warna putih mengkilap dan lebih bersih No Kode Sampel Kadar
biasanya mengindikasikan bahwa sampel tersebut Klorin
ada kemungkinan menggunakan klorin. (mg/L)
Ketiga panelis memiliki hasil yang sama 1. Sohun Sampel A (-) negatif
dengan prensentase sebagai berikut 2 sampel
(40%) mie sohun terindikasi menggunakan klorin 2. Sohun Sampel B 0,1
dan 3 sampel (60%) mie sohun tidak terindikasi
menggunakan klorin. Penggunaan pewarna 3. Sohun Sampel C 0,2
makanan dan minuman yang aman telah diatur
oleh Pemerintah. Hal ini dibuat dengan tujuan agar 4. Sohun Sampel D (-) negatif
bahan makanan yang beredar terutama pewarna
5. Sohun Sampel E (-) negatif
makanan yang digunakan memenuhi persyaratan
mutu kesehatan. Pemeriksaan sampel mie sohun pada
Mie Sohun merupakan salah satu makanan penelitian klorin yang dilakukan di Laboratorium
rakyat yang bisa didapat dengan mudah di Pasar Kesehatan Masyarakat Kabupaten Banyumas pada
Kemantran Kabupaten Tegal, ada berbagai macam tanggal 02 Februari 2018, didapatkan hasil 2
mie sohun yang diperjual belikan dan setiap sohun sampel mie sohun positif menggunakan klorin
juga memiliki karakteristik & mutu yang berbeda- yaitu sampel sohun B dengan kadar klorin 0,1
beda. Adapun cara memilih kualitas mie sohun mg/L dan sampel sohun C dengan kadar klorin 0,2
yang baik seperti yang tertulis di sajiansedap.com mg/L sedangkan 3 sampel lainnya yaitu sampel
oleh anonim (2016) yaitu cara yang paling mudah sohun A, sampel sohun D, dan sampel sohun E
untuk menilai mutu mie sohun adalah dengan menujukkan hasil negatif adanya klorin.
menilai mutu sensoris atau mutu organoleptiknya. Dari hasil diatas menunjukkan bahwa tidak
Paling tidak, ada 5 parameter sensoris utama yang semua mie sohun di Pasar Kemantran Kabupaten
perlu dinilai, yaitu penampakan atau karakteristik Tegal dalam proses pembuatannya menggunakan
mie sohun yang cenderung transparan, sohun yang klorin sebagai pemutih. Maka dari itu warga
didiamkan beberapa saat setelah matang akan masyarakat tidak perlu khawatir memperoleh mie
menjadi lengket dan akan menempel satu sama sohun dengan kualitas yang buruk karena dari hasil
lain, warna mie sohun putih kusam transparan, bau penilitian menunjukkan 3 dari 5 sampel mie sohun
khas pati tanpa bau zat kimia yang menyengat, yang di jual di Pasar Kemantran Kabupaten Tegal
rasanya yang cenderung tawar dan tekstur kuat & dengan distributor yang berbeda tidak
liat saat masih kering serta licin dan mudah menggunakan klorin dalam proses pembuatannya
terputus saat matang. sehingga memliki kualitas yang baik dan aman di
konsumsi oleh masyarakat.

Keslingmas Vol.38 No.2 Hal.124-243 | 185


Makanan mempunyai peranan yang sangat dan dalam jangka panjang mengakibatkan
penting dalam kesehatan masyarakat. Seluruh penyakit kanker hati dan ginjal (Wahyu Tilawati
anggota masyarakat tanpa kecuali adalah dkk, 2015). Klorin sangat potensial untuk
konsumen makanan itu sendiri dan yang terjadinya penyakit di kerongkongan, hidung dan
menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau tract respiratory (saluran kerongkongan di dekat
dari beberapa aspek, diantaranya aspek kelezatan, paru-paru). Klorin juga dapat membahayakan
cita rasa, kandungan zat gizi dalam makanan dan sistem pemafasan terutama bagi anak-anak dan
aspek kualitas makanan, baik secara bakteriologis, orang dewasa. Dalam wujud gas, klor merusak
kimia dan fisik harus selalu diperhatikanMakanan membran mukus dan dalam wujud cair dapat
yang pada dasarnya telah mengandung zat menghancurkan kulit. Tingkat klorida sering naik
berbahaya. Makanan tersebut tetap dikonsumsi turun bersama dengan tingkat natrium. Ini karena
manusia karena ketidaktahuan mereka, dapat natrium klorida, atau garam, adalah bagian utama
dibagi menjadi 3 golongan. Salah satunya adalah dalam darah (U.S. Department Of Health And
makanan sebagai perantara jika suatu makanan Human Services, 2007).
yang terkontaminasi dikonsumsi oleh manusia,
didalam tubuh manusia agent penyakit pada 3. Deskripsi Tingkat Pengetahuan Pedagang
makanan itu memerlukan masa inkubasi untuk Mie Sohun Di Pasar Kemantran Kabupaten
berkembang biak dan setelah beberapa hari dapat Tegal
mengakibatkan munculnya gejala penyakit Jenis
(Chandra, 2006). U Tingkat
N Resp Kela Pendi
Menurut Adiwisastra (1989) menyebutkan m Pengetahu
o onden min dikan
bahwa salah satu penggunaan Bahan Tambahan ur an
(L/P)
Makanan (BTM) yang dilarang adalah klorin (Cl2). 1. Resp
Klorin adalah bahan kimia yang biasanya Baik
onden 43 L SD
digunakan sebagai desinfektan, pemutih kertas dan (69%)
A
proses tekstil. Departemen Kesehatan RI 2. Resp Kurang
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI onden 50 P SD Baik
No.33/Menkes/Per/IX/2012 mendefinisikan bahan B (46%)
tambahan pangan seperti yang telah disusun oleh 3. Resp
komisi Codex Alimentarius. Klorin tidak termasuk Buruk
onden 42 P SD
dalam daftar bahan tamabahan kimia yang (15%)
C
diperbolehkan untuk digunakan pada makanan dan 4. Resp
minuman. Buruk
onden 37 L SMA
Sehingga dari hasil yang didapatkan jika (38%)
D
dibandingkan dengan Peraturan Menteri 5. Resp
Kesehatan RI No.33/Menkes/Per/IX/2012 tentang Buruk
onden 37 P SMA
Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang didalamnya (15%)
E
tidak menyatakan bahwa klorin termasuk Bahan Tingkat pengetahuan pedagang merupakan
Tambahan Pangan (BTP) Kimia yang salah satu dari faktor yang mempermudah untuk
diperbolehkan oleh pemerintah, dari pernyataan terjadinya perilaku seseorang. Responden pada
tersebut bisa dikatakan bahwa tidak boleh ada sisa penelitian ini adalah 5 pedagang mie sohun yang
klorin pada makanan jenis apapun. Dengan mie sohunnya dijadikan sampel oleh peneliti.
demikian dari ke 5 sampel yang diperiksa hanya 3 Tingkat pengetahuan responden diukur dengan
sampel yang aman di konsumsi yaitu sohun sampel memberikan 13 pertanyaan melalui lembar
A, sohun sampel D, dan sohun sampel D karena kuesioner. Tingkat pengetahuan pedagang dibagi
menunjukkan hasil negatif penggunaan klorin, menjadi 4 kategori yaitu: baik apabila jumlah skor
sedangkan 2 sampel lainnya yang positif 66%-100%, cukup baik apabila jumlah skor 56%-
menggunakan klorin dengan kadar klorin sohun 65%, kurang baik apabila jumlah skor 40%-55%,
sampel B 0,1 mg/L dan sohun sampel C 0,2 mg/L dan buruk apabila jumlah skor <40%. Kriteria
yang jika disesuai kan dengan Peraturan Menteri penilaian tingkat pengetahuan pedagang diukur
Kesehatan RI No.33/Menkes/Per/IX/2012 yang menggunakan teori Suharsini Arikunto (1993).
didalamnya tidak menyatakan bahwa klorin Berdasarkan wawancara peneliti pada 5
termasuk Bahan Tambahan Pangan (BTP) klorin pedagang mie sohun yang ada di Pasar Kemantran
tidak termasuk dalam Bahan Tambahan Pangan Kabupaten Tegal, didapatkan hasil responden A
(BTP) Kimia yang diperbolehkan oleh pemerintah dengan jumlah skor 69% termasuk kategori baik,
maka sampel sohun B dan sampel sohun C tidak responden B dengan jumlah skor 46% termasuk
aman dikonsumsi karena bisa menyebabkan kategori kurang baik, responden C dengan jumlah
dampak gangguan kesehatan pada manusia. skor 15% termasuk kategori buruk, responden D
Efek klorin pada makanan atau minuman dengan jumlah skor 38% termasuk kategori buruk
dalam jangka pendek menyebabkan penyakit maag

Keslingmas Vol.38 No.2 Hal.124-243 | 186


dan responden E dengan jumlah skor 15%
termasuk kategori buruk. IV. SIMPULAN DAN SARAN
Dengan demikian apabila hasil tersebut di SIMPULAN
persentasekan didapatkan hasil tingkat 1. Dari keseluruhan sampel mie sohun yang
pengetahuan pedagang mie sohun sebagai berikut: diteliti secara organoleptik, 2 dari 5 sampel mie
1 pedagang (20 %) memiliki tingkat pengetahuan sohun memiliki warna putih mengkilap yang
yang baik, 1 pedagang (20 %) memiliki tingkat artinya terindikasi menggunakan klorin yaitu
pengetahuan yang kurang baik, dan 3 pedagang sampel sohun B dan sampel sohun C.
(60%) memiliki tingkat pengetahuan yang buruk 2. Pemeriksaan kadar klorin pada sampel
tentang penggunaan klorin sebagai bahan didapatkan hasil 2 sampel mie sohun positif
tambahan pangan. menggunakan klorin yaitu sampel sohun B
Pada umumnya responden sudah berada di dengan kadar klorin 0,1 mg/L dan sampel
usia produktif yaitu 37–50 tahun yang seharusnya sohun C dengan kadar klorin 0,2 mg/L
sudah memiliki tingkat kemampuan penerimaan sedangkan 3 sampel lainnya yaitu sampel
pengetahuan yang baik dan dianggap sudah sohun A, sampel sohun D, dan sampel sohun E
memiliki pengetahuan yang cukup, dan dapat menunjukkan hasil negatif menggunakan
membedakan antara perilaku baik dan perilaku klorin.
yang tidak baik untuk dilakukan, meskipun dalam 3. Hasil penelitian menyatakan sebanyak 1
praktiknya tidak selalu dapat melakukan perilaku pedagang memiliki tingkat pengetahuan yang
yang baik. Pengalaman yang dimiliki dapat baik, 1 pedagang memiliki tingkat pengetahuan
menjadi sumber pengetahuan atau cara yang kurang baik, dan 3 pedagang memiliki
memperoleh kebenaran dalam hal ini tentang tingkat pengetahuan yang buruk tentang
bahan tambahan makanan, kegunaaan klorin dan penggunaan klorin sebagai bahan tambahan
dampak penggunaan klorin pada makanan. pangan.
Dipengaruhi juga dengan ketersediaan informasi
dan pendidikan non formal yang masih sedikit SARAN
diikuti oleh pedagang mie sohun. Pernyataan Bagi Masyarakat
tersebut didukung Notoatmodjo (2003) yang Sebaiknya lebih berhati-hati dalam memilih
menyatakan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu bahan makanan terutama mie sohun dan
dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan masyarakat perlu mengetahui tentang ciri-ciri fisik
“what”. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini mie sohun yang menggunakan klorin. Ciri-ciri fisik
terjadi setelah orang melakukan pengindraan mie sohun yang menggunakan klorin yaitu
terhadap objek tertentu. memiliki warna putih mengkilap dan lebih bersih
Perilaku menurut Notoatmodjo (2003) serta terdapat aroma pati yang tercampur dengan
adalah apa yang dikerjakan organisme itu baik zat kimia yang menyengat.
yang dapat diamati secara langsung atau secara
tidak langsung. Perilaku memegang peran penting Bagi Pedagang
dalam penentuan status kesehatan hal sesuai Sebaiknya lebih selektif dan hati-hati ketika
dengan teori H.L Blum bahwa status kesehatan menerima mie sohun yang terindikasi penggunaan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perilaku, klorin dari distributor, dengan salah satu ciri-ciri
pelayanan kesehatan, dan genetik. Oleh karena itu nya adalah warna mie sohun lebih mengkilap dan
keempat faktor tersebut harus mendapat perhatian lebih bersih dibanding mie sohun yang tidak
yang serius dalam upaya pencapaian derajat menggunakan klorin yaitu putih kusam.
kesehatan yang optimal. Meskipun perilaku
Bagi Dinas Kesehatan
merupakan rangsangan yang berasal dari luar,
a. Sebaiknya lebih memperketat pengawasan
namun dalam memberikan respons sangat terhadap penggunaan Bahan Tambahan Pangan
tergantung pada karakteristik dan faktor lain dari (BTP) khususnya pada industri-industri
individu tersebut. Faktor yang membedakan makanan.
respons terhadap stimulus (determinan perilaku) b. Sebaiknya dilakukan pengarahan dan
dapat dibagi menjadi 2: Determinan Internal penyuluhan terhadap pedagang yang ada di
karakteristik individu yang bersifat bawaan misal, Pasar Kemantran Kabupaten Tegal tentang
tingkat kecerdasan, tingkat emosional, dan jenis Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang di
kelamin. Determinan Eksternal meliputi faktor perbolehkan maupun tidak di perbolehkan oleh
yang berasal dari lingkungan baik lingkungan fsik, pemerintah.
sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Faktor
lingkungan sering disebut faktor yang paling
dominan dalam mewarnai perilaku seseorang
(Notoatmodjo, 2007).

Keslingmas Vol.38 No.2 Hal.124-243 | 187


DAFTAR PUSTAKA Farah Tifani. 2013. Study Hygiene Sanitasi
Makanan Industri Sohun PT. Naga Sakti
Abdi Gunawan. 2015. Pangan Indonesia yang Kecamatan Subang Kabupaten
Sehat dan Aman. Banyumas Tahun 2013. Purwokerto:
https://www.kompasiana.com/ diakses Politeknik Kesehatan Kementrian
pada tanggal 4 Januari 2018 pukul 02.00 Kesehatan Semarang Prodi DIII
WIB Kesehatan Lingkungan Purwokerto

Adwisastra A. 1989. Sumber, Bahaya, serta Leni Herliani Afrianti. 2010. Teknologi
Penanggulangan Keracunan. Bandung: Pengawetan Makanan. Bandung:
Angkasa Alfabeta

Anwar, dkk. 1998. Sanitasi Makanan dan Luthana, Y.K. 2008. Klorin atau Ca(OCl2).
Minuman Pada Institusi Pendidika https://yongkikastanyaluthana.wordpress.
Tenaga Sanitasi. Jakarta: Pusat com. Diakses pada tanggal 4 Januari 2018
Pendidikan Tenaga Kesehatan, pukul 02.19 WIB
Departemen Kesehatan RI
MacDougal, J.A. 1994. Ekspose Pencemaran di
American Marketing Association. 1937. Journal of Sumut.http://www.library.ohiou.edu
Marketing. Amerika Serikat: The diakses pada tanggal 4 Januari 2018 pukul
American Marketing Association (AMA) 01.47 WIB

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor. 37 Miftahul Farid. 2015. Identifikasi Klorin Pada
tahun 2013 Beras Yang Dijual Di Pasar Kindali
Limpuar Kecamatan Gambut.
Budiman Chandra. 2006. Pengantar Kesehatan Banjarbaru: Politeknik Kesehatan
Lingkungn. Jakarta: EGC Kementrian Kesehatan Banjarmasin

Cahyo Saparinto dan Diana Hidayanti. 2006. My Collage and I. 2014. Toksisitas Klorin
Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta: DanCaraPenanganannya.http://nitamusti
Kanisius ka16.wordpress.com diakses pada tanggal
4 Januari 2018 pukul 02.50 WIB
Departemen Kesehatan RI. 2009. Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Notoatmodjo, Soekidjo,2007. Promosi Kesehatan
Kesehatan 2005-2025. Jakarta: Depkes dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
RI
Parnomo, A. 2003. Pembuatan Cairan Pemutih.
Direktorat Agroindustri BPPT. 1999. Laporan Jakarta: Puspa Swara
Akhir Proyek IPTEKDA. Jakarta: BPP
Teknologi Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 2 Tahun
2009 tentang Penataan Pasar Tradisional,
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Bank Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern
Indonesia. 2007. Pola Pembiayaan Usaha
Kecil Syariah (PPUK-Syariah) Industri Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 33 Tahun
Sohun. Jakarta: Bank Indonesia 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan

Ditjen PPM dan PLP. 1990. Pengamatan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004
Kontaminasi Makanan dan Prosedur tentang Keamanan, Muru, dan Gizi
Kerja Tetap Penanggulangan Keracunan Pangan
Makanan. Jakarta: Kementrian kesehatan
RI Sajiansedap.com. 2016. Tips Sekilas Tentang
Soun, Bihun, dan Misoa.
Fitrah M,dkk. 2008. Sejarah Unsur Halogen. Sajiansedap.grid.id/tips/sekilas-tentang-
http://rumahkimia.wordpress.com soun-bihun-dan-misoa diakses pada
diakses pada tanggal 4 januari 2018 pukul tangga; 4 Januari 2018 pukul 12.50 WIB
01.39 WIB

Keslingmas Vol.38 No.2 Hal.124-243 | 188


Santi Novita dan Retno Adriyani. 2013. Tingkat Wahyu Tilawati, dkk. 2015. Identifikasi dan
Pengetahuan dan Sikap Pedagang Penetapan Kadar Klorin (Cl2) Dalam
Jajanan Tentang Pemakaian Natrium Beras Putih di Pasar Tradisional Klepu
Siklamat dan Rhodamin B. Surabaya: dengan Metode Argentometri. Klaten:
Universitas Airlangga Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Klaten
SNI 01-3723-1995 tentang Sohun
Wisnu Cahyadi. 2006. Analisis dan Aspek
Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Kesehatan Jakarta: Bumi Aksara

Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2012 tentang Wisnu Cahyadi. 2008. Analisis dan Aspek
Pangan Kesehatan Bahan Tambahan Pangan
Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara
U.S. Departement Of Health And Human Services.
2007. Clhorine. http://www.atsdr.cdc.gov
diakses pada tanggal 4 Januari 2018 pukul
03.00 WIB

Keslingmas Vol.38 No.2 Hal.124-243 | 189

Anda mungkin juga menyukai