Anda di halaman 1dari 22

GEA + DEHIDRASI RINGAN SEDANG

Laporan Kasus
untuk memenuhi persyaratan
Program Internsip Dokter Indonesia

Oleh :
dr. Syahnanta Aditya Tito Putra

Pemdamping :
dr. Antonius Eko Sunaryo

RUMAH SAKIT BALA KESELAMATAN BOKOR TUREN


KABUPATEN MALANG
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN KASUS

TENTANG GEA + DEHIDRASI RINGAN SEDANG

DI RUMAH SAKIT BALA KESELAMATAN BOKOR TUREN 2019

Telah disetujui sebagai laporan kasus untuk memenuhi persyaratan program


Intrenship di Rumah Sakit Bala Keselamatan Bokor Turen periode I 2020 .

Pendamping Penulis

dr. Antonius Eko Sunaryo dr. Syahnanta Aditya Tito Putra


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Semesta Alam atas bimbingan-Nya
sehingga penulis telah berhasil menyelesaikan portofolio laporan kasus yang berjudul
“GEA + DEHIDRASI RINGAN SEDANG”. Dalam penyelesaian portofolio
laporan kasus ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Indrawati selaku direktur RSU Bokor Turen


2. dr. Eko Sunaryo selaku dokter pendamping rawat jalan dan rawat inap
3. dr. Budha Prahastita selaku dokter pendamping instalasi gawat darurat
4. Serta paramedis yang selalu membimbing dan membantu penulis.
Portofolio laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan
kerendahan hati penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan saran
dan kritik yang membangun. Semoga laporan kasus ini dapat menambah wawasan
dan bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, 4 Agustus 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................iii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iv

PENDAHULUAN.......................................................................................................5

1.1 Latar Belakang.............................................................................................5

1.2 Tujuan...........................................................................................................5

KASUS.........................................................................................................................6

2.1 Identitas Pasien............................................................................................6

2.2 Anamnesis.....................................................................................................6

2.3 Pemeriksaan Fisik........................................................................................6

2.4 Pemeriksaan Penunjang..............................................................................8

2.5 Diagnosis.......................................................................................................8

2.6 Planning........................................................................................................8

TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................9

PENUTUP.................................................................................................................20

4.1 Kesimpulan.................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................21
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses cair atau
tidak berbentuk (unformed stools) dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam.
Diare akut terjadi akut dan berlangsung paling lama < 7 hari. Diare berkepanjangan
berlangsung > 7 hari dan diare kronis berlangsung >14 hari.12
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan
3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara
berkembang berkisar 3,5 – 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama
kehidupan dan 2 – 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan.
Hasil survei oleh Depkes. Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan
utama pada masyarakat Indonesia dengan angka kesakitan adalah sekitar 200 – 400
kejadian per 1000 penduduk tiap tahun dan sebagian besar dari penderita ini
berusia kurang dari 5 tahun

. Tujuan

Untuk dapat mengetahui dan memahami definisi, epidemiologi, etiologi,


patogenesis dan patofisiologi, diagnosis, terapi, monitoring, dan prognosis dari GEA
+ Dehidrasi Ringan Sedang.

5
BAB 2
KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : An. M S
Umur : 1 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Kewarganegaraaan : Indonesia
Alamat : Talok, Turen
Agama : Islam
2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Bab cair
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Diare sejak 2 hari SMRS, Hari ini bab cair dengan frekuensi sebanyak
6x, setiap mencret ½ pampers (+/- ½ gelas aqua), konsistensi BAB cair,
warna kuning kecoklatan, sedikit ampas, tidak belendir tidak ada darah,
bau seperti BAB pada umumnya. Demam (+) tadi malam. Muntah 1x isi
makanan dan susu. Batuk (-), pilek (-), sesak (-), kejang (-), Nafsu makan
menurun tetapi minum pasien banyak, tetapi tidak ada penurunan
kesadaran. BAK terakhir 7 jam sebelum MRS, lebih pekat dari biasanya..

2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat keluhan serupa -, riwayat alergi -
2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak didapatkan anggota keluarga yang memiliki keluhan serupa
dengan pasien.
2.2.5 Riwayat Psikososial
sosio ekonomi menengah ke atas, botol susu dicuci dengan air keran dan
jarang direndam air panas.

6
2.3 Pemeriksaan Fisik
KU : Lemah
Kesadaran : Compos mentis, GCS E4M6V5
Nadi : 110 kali/menit
RR : 24 kali/menit
Suhu : 37 C
BB : 10kg

Kepala : normocephali
Mata : edema palpebral -/-, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (
/-), mata cowong -/-
THT : faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang, uvula di tengah
Mulut : bibir sianosis (-), lidah kotor (-), mukosa mulut dan bibir
kering (+)
Leher : JVP tidak meningkat, pembesaran KGB colli (-)
Thorax
Simetris, Retraksi subcostal (-)
Pulmo: Peruksi Sonor Suara Napas: ves/ves rh -/- wh-/-

Cor: S1-S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)


Abdomen
Supel, Bising usus (+) normal, Timpani, Nyeri tekan (-), Hepar dan Lien tidak
teraba, turgor turun
Ekstremitas :
Akral hangat, kering, merah, CRT < 2 detik

2.4 Pemeriksaan Penunjang


Eritrosit : 4.670
Hb : 11,4
Hematokrit : 33,5
MCV : 93
MCH : 29.8
MCHC : 37

7
Trombosit : 305.000
Leukosit : 4.400

2.5 Diagnosis
- GEA + Dehidrasi Ringan Sedang
2.6 Planning
Diagnosis
- Feses Lengkap
Terapi
- Rawat inap
- ivfd kaen 3b 770 cc/5 jam
- iv parasetamol 3x150 mg
- iv ondancentron 2x2 mg
- iv cefotaxim 2x600 mg
- po. Lbio 3x1 sachet
Monitoring
- Keadaan umum
- Vital sign
Edukasi
- Edukasi mengenai penyakit yang diderita, penyebab, perjalanan
penyakit dan terapi
- Edukasi mengenai pilihan terapi yang bisa dilakukan pasien dan
keluarga pasien
- Edukasi mengenai prognosis pada pasien dan keluarga pasien

2.7 Prognosis
Quo ad vitam (hidup) : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam ( fungsi) : Dubia ad bonam
Quo ad functionam (sembuh) : Dubia ad bonam

8
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi GEA + Dehidrasi Ringan Sedang

Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses cair atau
tidak berbentuk (unformed stools) dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam.
Diare akut terjadi akut dan berlangsung paling lama < 7 hari. Diare berkepanjangan
berlangsung > 7 hari dan diare kronis berlangsung >14 hari.12

1. Epidemiologi
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan
3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara
berkembang berkisar 3,5 – 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama
kehidupan dan 2 – 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan.
Hasil survei oleh Depkes. Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan
utama pada masyarakat Indonesia dengan angka kesakitan adalah sekitar 200 – 400
kejadian per 1000 penduduk tiap tahun dan sebagian besar dari penderita ini berusia
kurang dari 5 tahun9.
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden
tetinggi terjadi pada kelompok umur 6 – 11 bulan pada saat diberikan makanan
pendamping ASI. Pola ini menggambarakan kombinasi efek penurunan kadar
antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin
terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia atau
binatang pada saat bayi mulai merangkak. Kebanyakan enteropatogen merangsang
paling tidak sebagian kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang berulang, yang
membantu menjelaskan menurunnya insiden penyakit pada anak yang lebih besar
dan pada orang dewasa10.

2. Etiologi
Penyebab diare akut dapat berupa infeksi ataupun noninfeksi. Penyebab
noninfeksi dapat berupa obat-obatan, alergi makanan, penyakit primer
gastrointestinal seperti, inflammatory bowel disease, atau berbagai penyakit sistemik

9
seperti, tirotoksikosis dan sindrom karsinoid. Penyebab infeksi dapat berupa bakteri,
virus, ataupun parasit. 1 Pada anak dengan usia <2 tahun penyebab terbanyak adalah
Rotavirus dengan manifestasi klinis diare cair (watery diarrhea), demam, muntah
dan intoleransi laktosa, sedangkan pada anak dengan usia >2 tahun penyebab
terbanyak adalah bakteri. 3

Gambar 1 Patogen Penyebab Diare Akut

3. Faktor risiko
Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain:
tidak memberikan ASI secara penuh selama 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak
memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana
kebersihan atau MCK, kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan
penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik.
Selain hal-hal tersebut, beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan
kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain: gizi buruk, imunodefisiensi,
berkurangnya keasaman lambung, menurunya motilitas usus, menderita campak
dalam 4 minggu terakhir dan faktor genetik10.

a. Faktor umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insidensi tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan
makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan

10
kadar antibodi ibu, berkurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang
mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia
atau binatang pada saat bayi mulai merangkak. Kebanyakan enteropatogen
merangsang paling tidak sebagian kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang
berulang yang membantu menjelaskan menurunnya insiden penyakit pada anak
yang lebih besar dan pada orang dewasa10.
b. Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini
meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif. pada
infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja
penderita mengandung virus, bakteri, atau kista protozoa yang infeksius. Orang
dengan infeksi yang asimtomatik berperan penting dalam penyebaran banyak
eneteropatogen terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak
menjaga kebersihan dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain10.
c. Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. di daerah
tropis, diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan
diare karena virus terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin.
Didaerah tropic (termasuk Indonesia) diare yang disebabkan rotavirus dapat
terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim kemarau,
sedangkan diare karena bakteri terus meningkat pada musim hujan10.
d. Epidemi dan pendemi
Vibrio cholera 0.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat menyebabkan epidemic
dan pandemic dan mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada
semua golongan usia. Sejak tahun 1961, cholera yang disebabkan oleh v. cholera
0.1 biotipe eltor telah menyebar ke negara-negara di afrika, amerika latin, asia,
timur tengah, dan beberapa daerah di amerika utara dan eropa. Dalam kurun
waktu yang sama Shigella dysentriae 1 menjadi penyebab wabah yang besar di
amerika tengah dan terakhir di afrika tengah dan asia selatan. Pada tahun 1992
dikenal strain baru Vibrio cholera 0139 yang menyebabkan epidemic di Asia dan
lebih dari 11 negara mengalami wabah10.

11
4. Patofisiologi
Ketidakseimbangan pengangkutan air dan elektrolit berperan penting dalam
patogenesis diare, terjadi perubahan absorbs dan sekresi cairan dan elektrolit, yang
dapat memperparah dehidrasi.4
Peningkatan pengeluaran cairan dapat terjadi oleh karena:
− Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari
usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis
ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini
akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum.5

− Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari
usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik
(antara lain MgSO4, Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam
absorpsi mukosa usus misal pada defisiensi disakarida, malabsorpsi
glukosa/galaktosa.5
− Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus
sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus.
Penyebabnya antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid.5
5. Penatalaksanaan sesuai dengan standar diagnosis (medikamentosa dan non
medikamentosa)
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita
adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh
Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan
satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta
mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak
kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun
program LINTAS DIARE yaitu:
1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan

12
4. Antibiotik Selektif
5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
Oralit
a. Diare tanpa dehidrasi
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 tahun : 1 – 1½ gelas setiapkali anak mencret
b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kgBB dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa
dehidrasi.
c. Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas
untuk di infus.
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan
sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Anak yang lebih
besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu
selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok
setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare
berhenti.4

13
Gambar 2.2 Penanganan dehidrasi berat

Gambar 2.3 Penanganan dehidrasi ringan-sedang

14
Gambar 2.4 Penanganan diare di rumah

Zinc
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi
volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan
berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera
saat anak mengalami diare. Dosis pemberian Zinc pada balita:
a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.
Cara pemberian tablet zinc: Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang
atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare.
Pemberian antibiotik hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian
diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat

15
pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek
kolera. Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang
menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak
dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi
ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan
efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa
digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).
Pemberian nasihat
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat
dengan balita harus diberi nasehat tentang:
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila:
a. Diare lebih sering
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan/minum sedikit
e. Timbul demam
f. Tinja berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari7

6. Komplikasi
- Awal: gangguan keseimbangan air, elektrolit, dan asam basa, intoleransi klinik
akut terhadap karbohidrat dan lemak.
- Lambat : diare berkepanjangan, intoleransi klinis terhadap hidrat arang yang
berkepanjangan, diare persisten
- Diare kronis: sindrom postenteritis, diare intraktabel 4
1. Gangguan elektrolit
- Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma>150 mmol/L memerlukan
pemantauan berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium
secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat

16
berbahaya oleh karena dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau
nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik dan paling aman. Koreksi
dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan 0,45%
saline-5% dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan menggunakan
berat badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah 8jam. Bila
normal lanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya lanjutkan 8 jam lagi dan
periksa kembali natrium plasma setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan
0,18% saline-5% dekstrose, perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol
KCl pada setiap 500 ml cairan infuse setelah pasien dapat kencing.
Selanjutnya pemberian diet normal dapat mulai diberikan. lanjutkan
pemberian oralit 10ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare berhenti12.
- Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadai hiponatremia ( Na<130 mmol/L).
Hiponatremia sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak
malnutrisi berat dengan odema. Oralit aman dan efekstif untuk terapi dari
hamper semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na
dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu : memakai ringer
laktat atau normal saline. Kadar Na koreksi (mEq/L)=125- kadar Na serum
yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh diberikan
dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak
boleh melebihi 2 mEq/L/jam12.

- Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K>5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian
kalsium glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-10 menit
dengan monitor detak jantung11.
- Hipokalemia
Diakatakan hipokalemia bila K<3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menuurut
kadar K: jika kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hr dibagi

17
3 dosis. Bila <2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak boleh
bolus) diberikan dalam 4 jam. Dosisnya: (3,5-kadar K terukurx BBx0,4 +2
mEq/kgBB/24 jam) diberikan dalam 4 jam lemudian 20 jam berikutnya
adalah (3,5-kadar K terukurx BBx 0,4+1/6x2 mEqxBB). Hipokalemia dapat
menyebakan kelemahan otot, paralitik usus, gangguan fungsi ginjal dan
aritmia jantung. Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan kalium dapat
dikoreksi dengan menggunakan makanan yang kaya kalium selama diare dan
sesudah diare berhenti11.
2. Demam
Demam sering terjadi pada infeksi shigella disentriae dan rotavirus. Pada
umunya demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke
dalam sel epitel usus. Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam
yang timbul akibat dehidrasi pada umunya tidak tinggi dan akan menurun
setelah mendapat hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin diikuti
kejang demam. Pengobatan: kompres dan/ antipiretika. Antibiotika jika ada
infeksi13.
3. Edema/overhidrasi
Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak. Tanda dan gejala yang
tampak biasnya edema kelopak mata, kejang-kejang dapat terjadi bila ada
edema otak. Edema paru-paru dapat terjadi pada penderita dehidrasi berat
yang diberi larutan garam faali. Pengobatan dengan pemberian cairan
intravena dan atau oral dihentikan, kortikosteroid jika kejang15.
4. Asidosis metabolik
Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnya basa
cairan ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi alkalosis respiratorik, yang
ditandai dengan pernafasan yang dalam dan cepat (kuszmaull). pemberian
oralit yang cukup mengandung bikarbonas atau sitras dapat memperbaiki
asidosis16.

5. Ileus paralitik
Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak kecil
sebagai akibat penggunaan obat antimotilitas. Tanda dan gejala berupa perut

18
kembung, muntah, peristaltic usu berkurang atau tidak ada. Pengobatan
dengan cairan per oral dihentikan, beri cairan parenteral yang mengandung
banyak K17.
6. Kejang
o Hipoglikemia: terjadi kalau anak dipuasakan terlalu lama. Bila
penderita dalam keadaan koma, glukosa 20% harus diberika iv,
dengan dosis 2,5 mg/kgBB, diberikan dalam waktu 5 menit. Jika
koma tersebut disebabkan oleh hipoglikemia dengan pemberian
glukosa intravena, kesadaran akan cepat pulih kembali.
o kejang demam
o Hipernatremia dan hiponatremia
o penyakit pada susunan saraf pusat, yang tidak ada hubungannya
dengan diare, seperti meningitis, ensefalitis atau epilepsy18
: pemberian oralit dihentikan, berikan cairan intravena.
7. Akut kidney injuri
Mungkin terjadi pada penderita diare dengan dehidrasi berat dan syok.
Didiagnosis sebagai AKI bila pengeluaran urin belum terjadi dalam waktu 12
jam setelah hidrasi cukup19.
7. Prognosis
Bila penatalaksanaan diare sesuai dengan penatalaksanaan 5 lintas diare,
sebagian besar (90%) kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7
hari, sebagian kecil (5%) akan melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari,
sebagian kecil (5% akan menjadi diare persisten)20,21

19
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Diagnosis GEA + dehidrasi ringan sedang pada kasus ini didasarkan atas
anamnesis, pemeriksaan fisik.
2. Dalam proses pendekatan diagnossis pada pasien ini sudah sesuai dangan
teori.
3. Penatalaksanaan GEA + dehidrasi ringan sedang pada pasien ini sudah
sesuai dengan teori

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Eppy. 2009. Diare Akut. Medicinus: Scientific Journal of Pharmaceutical


Development and Medical Application vol 22 no 3.
2. Amin LZ. 2015. Tatalaksana Diare Akut. Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo,
Jakarta, Indonesia. CDK-230 vol. 42 no. 7.
3. Hasibuan B, Nasution F, Gunturr. 2011. Infeksi Rotavirus pada Anak Usia di
bawah Dua Tahun. Sari Pediatri 13 (3):165-8.
4. Fardah, Ranuh, Sudarmo, 2008. Diare. Pedoman Diagnostik dan Terapi.
Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak Edisi III Tahun 2008. Rumah Sakit Umum
Dokter Soetomo Surabaya. Hal: 2-14.
5. Simadibrata, M., Daldiyono. 2006. Diare Akut. In: Sudoyo, Aru W, et al, ed.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 408-413.
6. Pickering LK. Gastroenteritis in Nelson textbook of pediatrics 19th edition.
United Stated of Amrica, Lippincot wiliams. 2011
7. Gaurino et al. European Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology and
Nutrition/European Society for Paediatric Infectious disease Evidenced Based
Guidelines for Management of Acute Gastroenteritis in Children in Europe.
Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition 46: S81-184.2008.
8. Linberg, G., Salam, M., Farthing, M., Khalif, I., Lind, E. S., Ramakrishna, B. S.,
et al. 2012. Acute diarrhea in adults and children : a global perspective. World
Gastroenterology Organisation Global Guidelines.
9. Juffrie, M., et al, 2010. Buku Ajar Gastroenterologi - Hepatologi Jilid 1.
Jakarta : Balai Penerbit IDAI.
10. WHO. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Diare.
Hal: 131-145
11. IDAI. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI. 2009
12. IDAI.Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia Edisi II. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI. 2011

21
13. Firmansyah, 2001. Terapi Probiotik dan Prebiotik pada Penyakit Saluran Cerna
Anak. Sari Pediatri, vol. 2, No. 4, Hal. 210-214.
14. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. 2011.
15. Subagyo B dan Santoso NB. Diare akut dalam Buku Ajar Gastroenterologi-
Hepatologi Jilid 1, Edisi 1. Jakarta: Badan penerbit UKK Gastroenterologi-
Hepatologi IDAI. 2010:87-110
16. Suandi IKG. Manajemen nutrisi pada gastroenteritis dalam Kapita Selekta
Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:84-100.
17. Diana dan Pramita. Laporan Kasus Berbasis Bukti : Manfaat Pemberian
Probiotik Pada Diare Akut. Sari Pediatri. Vol. 17, No.1. 2015
18. Kementrian Kesehatan RI, 2016. Situasi Diare di Indonesia, Buletin Jendela dan
Data Informasi Kesehatan.
19. Barkin RM Fluid and Electrolyte Problems. Problem Oriented Pediatric
Diagnosis Little Brown and Company 2016;20 – 23.
20. Coken MB Evaluation of the child with acute diarrhea dalam:Rudolp
AM,Hofman JIE,Ed Rudolp?s pediatrics: edisi ke 20 USA 2015 : prstice Hall
international,inc hal 1034-36
21. Rohim A, Soebijanto MS. Probiotik dan flora normal usus dalam Ilmu penyakit
anak diagnosa dan penatalaksanaan . Ed Soegijanto S. Edisi ke 1 Jakarta 2017
Selemba Medika hal 93-103

22

Anda mungkin juga menyukai