3.2 Memahami ciri-ciri koloni kapang secara mikroskopis dan pengamatan indrawi.
4.2 Mengidentifikasi kapang secara mikroskopis dan pengamatan indrawi.
Gambar 4. Saccharomyces
Sumber gb.teknologi pangan untuk SMK Sri Rini Dwiari.dkk Tahun 2008
2
c) Bakteri
Bakteri adalah mikroba bersel tunggal yang memiliki dinding sel, berkembang biak dengan
membelah diri dan mempunyai empat bentuk utama yaitu kokus (bulat), basil (seperi batang), koma dan
spiral.
Kebanyakan bakteri dapat hidup pada aw >0.90, sehingga kerusakan oleh bakteri terutama terjadi
pada produk-produk yang berkadar air tinggi. Beberapa bakteri memerlukan oksigen untuk
pertumbuhannya yang disebut bakteri aerobik. Untuk beberapa bakteri lainnya, oksigen bersifat racun.
Bakteri ini dinamakan anaerob. Contoh bakteri yang bersifat anaerobik adalah clostridium. Ada juga
bakteri yang dapat tumbuh pada kondisi tanpa dan dengan adanya oksigen. Kelompok ini disebut
fakultatif anaerobik, contohnya Bacillus. Tabel 2 memperlihatkan beberapa jenis bakteri pembentuk
spora yang dapat menyebabkan kerusakan makanan berdasarkan suhu pertumbuhan dan tingkat
keasaman bahan pangan.
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan dan
kehidupan bakteri. Berdasarkan suhu optimum pertumbuhannya, bakteri dapat dibedakan atas tiga
kelompok, yaitu:
1) Psikrotropik: suhu optimum 14-20oC, tetapi dapat tumbuh lambat pada suhu refrigerator (4oC).
Kelompok bakteri psikotropik yang penting pada makanan kaleng adalah Clostridium botulinum tipe E dan
strain non-proteolitik tipe B dan F.
2) Mesofilik : suhu optimum 30-37oC. Suhu ini merupakan suhu normal gudang. Clostridium botulinum
merupakan salah satu contoh mikroorganisme kelompok ini.
3) Termofilik: suhu optimum kebanyakan termofilik adalah 45- 60oC. Jika spora bakteri tidak dapat
bergerminasi dan tidak tumbuh di bawah suhu 50oC, bakteri tersebut disebut obligat termofil. Jika
tumbuh pada kisaran suhu 50-66oC atau pada suhuyang lebih rendah (38oC), bakteri ini disebut fakultatif
termofilik. Beberapa obligat termofil dapat tumbuh pada suhu 77oC dan bakteri ini sangat resisten terhadap
pemanasan (121oC selama 60 menit). Bakteri termofilik tidak memproduksi toksin selama pertumbuhannya pada
makanan. Contoh bakteri dari kelompok ini adalah Bacillus stearothermophilus. Pertumbuhan bakteri ditentukan
oleh kondisi pH lingkungannya. Bakteri mempunyai kisaran pH pertumbuhan lebih sempit dibandingkan dengan
kapang dan khamir, yaitu antara 4,0-8,0. Kebanyakan bakteri tidak dapat tumbuh pada pH di bawah 4,0 dan di
atas 8,0. Makanan yang mempunyai pH <4.0 akan semakin awet karena praktis bakteri tidak dapat tumbuh.
Nilai pH atau keasaman makanan dipengaruhi oleh asam yang terdapat pada makanan tersebut.
Keasaman ada dalam makanan dapat terjadi secara alamiah, misalnya pada buah-buahan asam; atau
3
terbentuk selama fermentasi, misalnya yoghurt, pikel, sayur asin dan sebagainya. Nilai pH minimum
untuk pertumbuhan mikroorganisme kadang-kadang dipengaruhi oleh jenis asam yang terdapat dalam
makanan tersebut. Sebagai contoh, beberapa Laktobasili dapat tumbuh pada pH yang lebih rendah jika
asam yang terdapat pada makanan tersebut berupa asam asetat atau asam laktat.
Bakteri dapat berbentuk sel vegetatif atau sel sporanya. Pada umumnya sel vegetatif bakteri lebih
sensitif terhadap panas dibanding sel sporanya, sehingga sel vegetatif bakteri lebih mudah dihancurkan
dibandingkan sel sporanya. Sel vegetatif bakteri dapat dihancurkan dengan proses pasteurisasi
sedangkan sel spora umumnya dapat dihancurkan dengan proses sterilisasi.
Pembentukan spora bakteri adalah salah satu tahap istirahat dalam siklus kehidupan bakteri.
Spora bakteri adalah struktur tahan terhadap keadaan lingkungan yang ekstrim, misalnya keadaan
kering, pemanasan, keadaan asam da sebagainya.
Beberapa spora bakteri tahan pada suhu air mendidih (100oC) selama 16 jam. Spora yang tahan
panas juga tahan terhadap perlakuan kimia. Beberapa spora bakteri tahan lebih dari tiga jam dalam
larutan disinfektan yang biasa digunakan di industri pangan. Bakteri yang tidak membentuk spora atau
sel vegetatif dengan mudah dapat di-inaktivasi dengan sanitiser.
2) Pertumbuhan mikroba
Jumlah mikroba per miligram bahan yang semakin besar akan mempercepat proses dekomposisi
bahan organik, namun semua proses biologis memiliki kurun waktu minimal yang tidak dapat
diperpendek lagi. Pertumbuhan mikroba selama proses dekomposisi mengikuti kurva pertumbuhan
logaritmik mikroba sebagai berikut:
A. Fase adaptasi
C B. Fase Pertumbuhan
Log Jumlah
C. Fase Stasioner
D
B D. Fase Kematian
A
waktu
4
Pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan hidupnya. Faktor-faktor
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan diantaranya sebagai berikut:
a) Ketersediaan nutrisi
Bahan organik mengandung berbagai senyawa yang di antaranya terdapat senyawa-senyawa
yang tergolong sulit untuk didegradasi bahkan mungkin terdapat senyawa yang tidak dapat
didegradasi secara biologis. Senyawa-senyawa yang termasuk sukar didegradasi diantaranya:
lignin, selulosa dan hemiselulosa untuk bahan nabati, sedangkan untuk bahan hewani colagen
dan khitin. Kandungan senyawa-senyawa tersebut semakin tinggi akan semakin lambat
proses dekomposisinya.
Jumlah senyawa kompleks seperti karbohidrat, protein dan lemak yang terdapat di dalam
bahan juga akan berpengaruh terhadap proses dekomposisi. Senyawa kompleks akan lebih
lambat mengalami proses dekomposisi dibanding dengan senyawa yang lebih sederhana
seperti glukosa, asam amino dan gliserin. Terdapatnya bahan yang bersifat desinfektan akan
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Sebaliknya terdapatnya zat nutrisi akan
memacu pertumbuhan mikroba dekomposter.
b) Keasaman atau pH
Mikroorganisme pada umumnya tumbuh dengan baik pada sekitar pH netral, hanya jenis-
jenis osmofilik yang dapat tumbuh pada pH rendah (asam). Jenis fungi lebih toleran terhadap
pH rendah dibanding dengan bakteri.
c) Kelembaban atau kadar air
Ketersediaan air menjadi syarat mutlak bagi pertumbuhan mikroorganisme, namun jumlah
air yang berlebihan akan menghambat pertumbuhan bagi mikroba yang bersifat aerob. Jenis
fungi lebih toleran terhadap kondisi kadar air rendah.
d) Suhu
Secara umum mikroba tumbuh baik pada suhu di atas 200C dan di bawah 600C. Bakteri
memiliki toleransi rendah terhadap suhu tinggi kecuali jenis termofilic, sedangkan kelompok
fungi masih dapat bertahan pada temperatur di atas 700C.
e) Penyinaran
Sinar ultra violet dapat menghambat pertumbuhan mikroba, bahkan pada intensitas tertentu
dapat membunuh mikroba. Jenis bakteri memiliki toleransi lebih tinggi terhadap sinar.
Sedangkan jenis jamur lebih peka terhadap sinar.
f) Ketersediaan Oksigen
Pada pembahasan jenis mikroba telah diuraikan 3 golongan mikroba yakni aerob, anaerob dan
aerob fakultatif. Pada proses dekomposisi bahan organik ketersediaan oksigen akan
mempengaruhi produk akhir yang diperoleh. Hal ini disebabkan oleh jenis mikroba yang
dominan aktif pada proses tersebut.
C + O2 CO2
C+4H Aero CH4
N+ O2 NO2 / NO3
Aero
N + 4H NH3/NH4
Anaerob
5
6