Anda di halaman 1dari 7

Gejala Alam Biotik dan Abiotik dan 10 Contohnya

By Ken Pandu Negara di 19:38

Dalam kehidupan sehari-hari, alam yang kita tinggali menunjukan beberapa gejala akibat adanya
interaksi antar komponen biotik dan abiotik. Gejala-gejala alam tersebut berdasarkan penyebabnya
dibedakan menjadi 2 yaitu gejala alam biotik dan gejala alam biotik. Apa itu gejala alam biotik dan
abiotik? Apa saja contoh gejala alam biotik dan abiotik yang dapat kita amati di sekitar lingkungan
kita? Berikut pembahasannya lengkap untuk Anda pahami.

Gejala Alam Biotik dan Abiotik


Gejala alam adalah gejala-gejala atau peristiwa yang terjadi di alam sebagai akibat interaksi antar
komponen penyusun ekosistem. Berdasarkan penyebabnya, gejala alam dibedakan menjadi 2 yakni
gejala alam biotik dan abiotik.

Gejala Alam Biotik


Gejala alam biotik adalah gejala alam berupa peristiwa yang timbul akibat interaksi antar komponen
biotik (mahluk hidup) dalam ekosistem. Kita dapat menemukan contoh gejala alam biotik di
lingkungan sekitar kita. Beberapa di antaranya antara lain timbulnya hama tanaman yang meraja lela,
penyebaran virus HIV dan Flu Burung, membeludaknya populasi eceng gondok di ekosistem
perairan, serta kepunahan berbagai spesies hewan dan tumbuhan langka.

1. Hama Tanaman yang Merajalela


Hama tanaman yang merajalela di sekitar lingkungan budidaya seperti pada ekosistem sawah dan
kebun merupakan salah satu contoh gejala alam biotik. Keadaan ini timbul akibat beberapa faktor.
Adapun faktor utama yang menyebabkan masalah ini adalah karena terbunuhnya musuh alami hama
tersebut, baik karena penggunaan pestisida yang berlebihan atau karena hadirnya predator musuh
alami.

2. Penyebaran Virus Flu Burung


Virus flu burung atau H5N1 muncul akibat terjadinya mutasi genetik pada berbagai jenis unggas.
Dengan perpindahan yang tidak bisa dikendalikan, unggas-unggas yang terinveksi akan menularkan
virus ini pada unggas lain di tempat barunya. Penyebaran virus ini selanjutnya bahkan bisa
menjangkiti manusia.

3. Penyebaran Virus HIV


Virus HIV Aids yang hingga kini belum ditemukan vaksinnya juga merupakan salah satu masalah
timbulnya gejala alam biotik. Virus ini awalnya hanya ditemukan pada hewan sebangsa simpane di
Benua Afrika. Akan tetapi karena kesamaan jumlah kromosom, virus ini akhirnya dapat menjangkiti
manusia. Penyebarannya sangat sulit dikendalikan karena metode penularannya yang sangat
bervariasi.
4. Populasi Eceng Gondok yang Membeludak
Di ekosistem rawa, populasi eceng gondok sering kali membeludak dengan begitu cepat. Keadaan ini
juga merupakan contoh gejala alami biotik yang patut diperhatikan. Eceng gondok yang dapat
berkembang biak dengan mudah terutama pada ekosistem air tawar yang kaya kandungan nitrogen
berpengaruh besar terhadap laju pendangkalan rawa.

5. Kepunahan Spesies Langka


Berbagai spesies tanaman dan hewan langka yang terancam mengalami kepunahan merupakan
contoh gejala alam biotik. Kejadian ini timbul akibat dari lambatnya laju perkembangbiakan spesies-
spesies tersebut. Selain itu, faktor perburuan liar semakin meningkatkan dampak dari keadaan ini.
Beberapa spesies langka dunia yang terancam mengalami kepunahan antara lain badak bercula
satu, trenggiling, macan sumatera, panda, gajah, burung cendrawasih, dan lain sebagainya.

Gejala Alam Abiotik


Gejala alam abiotik adalah gejala alam berupa peristiwa yang timbul akibat interaksi antar komponen
abiotik dalam ekosistem. Peranan lingkungan biotik dalam mempengaruhi timbulnya gejala alam
abiotik bisa dikatakan hampir tidak ada. Kita dapat menemukan banyak contoh gejala alam abiotik di
sekitar lingkungan kita. Beberapa di antaranya antara lain terjadinya gunung meletus, tsunami, hujan,
kemarau, dan terjadinya angin.

1. Terjadinya Gunung Meletus


Contoh gejala alam abiotik yang pertama adalah terjadinya gunung meletus. Gunung meletus
merupakan fenomena yang timbul akibat terdorongnya endapan magma perut bumi oleh gas
bertekanan tinggi di dalam gunung berapi. Terjadinya gunung meletus dapat menimbulkan kerugian
secara material dan korban jiwa. Akan tetapi, selain memberikan kerugian, ia juga dapat memberikan
keuntungan bagi para petani di sekitarnya. Tanah-tanah di sekitar letusan gunung berapi umumnya
akan menjadi lebih subur dan cocok bagi kegiatan budidaya tanaman mereka.

2. Terjadinya Tsunami
Tsunami terjadi akibat pergeseran lempeng batuan bumi di dasar laut. Pergeseran lempengan bumi
yang kemudian membuka cekungan besar di dasar lautan membuat air laut surut. Volume air laut
mengisi cekungan tersebut secara cepat hingga penuh dan menghasilkan sebuah gelombang
berkecepatan tinggi. Gelombang ini akan menuju daratan dan pada akhirnya menyebabkan tsunami.
Karena penyebabnya ini, tsunami kemudian digolongkan menjadi contoh gejala alam abiotik.

3. Terjadinya Hujan
Hujan juga merupakan contoh gejala alam abiotik. Hujan terjadi akibat serangkaian siklus
hidrologi yang berulang-ulang. Hujan merupakan presipitasi awan yang dihasilkan dari kondensasi
uap air. Hujan membuat kehidupan organisme bumi dapat berlangsung secara seimbang.

4. Terjadinya Gempa
Sama seperti tsunami,gempa juga merupakan contoh gejala alam abiotik. Gejala alam ini ditimbulkan
karena beberapa penyebab, di antaranya karena pergeseran lempeng bumi (tektonik), letusan
gunung berapi (vulkanik), dan beberapa penyebab lainnya.

5. Terjadinya Angin
Angin terjadi karena interaksi komponen abiotik di alam. Komponen utama yang menyebabkan
terjadinya angin adalah perbedaan suhu udara dan tekanan udara. Angin merupakan contoh gejala
alam abiotik yang menunjang proses penyerbukan tanaman (anemogami). Selain itu, angin juga
berguna bagi kehidupan organisme lainnya.

sumber : http://www.ebiologi.net/2016/03/gejala-alam-biotik-dan-abiotik-contoh.html

MITIGASI BENCANA ALAM

Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007, mengatakan bahwa pengertian mitigasi dapat


didefinisikan. Pengertian mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi
resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Berdasarkan siklus
waktunya, penanganan bencana terdiri atas 4 tahapan sebagai berikut…
Tahap-Tahap Penanganan Bencana

 Mitigasi merupakan tahap awal penanggulangan bencana alam untuk


mengurangi dan memperkecil dampak bencana. Mitigasi adalah kegiatan
sebelum bencana terjadi. Contoh kegiatannya antara lain membuat peta
wilayah rawan bencana, pembuatan bangunan tahan gempa, penanaman
pohon bakau, penghijauan hutan, serta memberikan penyuluhan dan
meningkatkan kesadaran masyarakat yang tinggal di wilayah rawan gempa
 Kesiapsiagaan merupakan perencanaan terhadap cara merespons kejadian
bencana. Perencanaan dibuat berdasarkan bencana yang pernah terjadi dan
bencana lain yang mungkin akan terjadi. Tujuannya adalah untuk
meminimalkan korban jiwa dan kerusakan sarana-sarana pelayanan umum
yang meliputi upaya mengurangi tingkat risiko, pengelolaan sumber-sumber
daya masyarakat, serta pelatihan warga di wilayah rawan bencana.
 Respons merupakan upaya meminimalkan bahaya yang diakibatkan
bencana. Tahap ini berlangsung sesaat setelah terjadi bencana. Rencana
penanggulangan bencana dilaksanakan dengan fokus pada upaya
pertolongan korban bencana dan antisipasi kerusakan yang terjadi akibat
bencana.
 Pemulihan merupakan upaya mengembalikan kondisi masyarakat seperti
semula. Pada tahap ini, fokus diarahkan pada penyediaan tempat tinggal
sementara bagi korban serta membangun kembali saran dan prasarana yang
rusak. Selain itu, dilakukan evaluasi terhadap langkah penanggulangan
bencana yang dilakukan.

DEFINISI – MITIGASI
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana).
Bencana sendiri adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana dapat berupa
kebakaran, tsunami,gempa bumi, letusan gunung api, banjir, longsor, badai tropis,
dan lainnya.
Kegiatan mitigasi bencana di antaranya :
1. pengenalan dan pemantauan risiko bencana;
2. perencanaan partisipatif penanggulangan bencana; pengembangan budaya
sadar bencana;
3. penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana;
4. identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana;
5. pemantauan terhadap pengelolaan sumber daya alam;
6. pemantauan terhadap penggunaan teknologi tinggi;
7. pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan
hidup
8. kegiatan mitigasi bencana lainnya.
Robot sebagai perangkat bantu manusia, dapat dikembangkan untuk turut
melakukan mitigasi bencana. Robot mitigasi bencana bekerja untuk mengurangi
resiko terjadinya bencana.
Contoh robot mitigasi bencana diantaranya :
1. robot pencegah kebakaran
2. robot pendeteksi tsunami
3. robot patroli/pemantau rumah atau gedung
4. robot pemantau gunung api
5. robot penghijauan
6. robot pembersih sungai
7. robot assistant untuk penyuluhan bencana
8. robot mitigasi bencana lainnya
Berdasarkan siklus waktunya, kegiatan penanganan bencana dapat dibagi 4
kategori :
1. kegiatan sebelum bencana terjadi (mitigasi)
2. kegiatan saat bencana terjadi (perlindungan dan evakuasi)
3. kegiatan tepat setelah bencana terjadi (pencarian dan penyelamatan)
4. kegiatan pasca bencana (pemulihan/penyembuhan dan
perbaikan/rehabilitasi)

Mitigasi merupakan tahap penanggulangan bencana alam yg pertama. Mitigasi


bencana merupakan langkah yg sangat perlu dilakukan sebagai suatu titik tolak
utama dari manajemen dampak bencana.
Mitigasi adalah segala upaya yg dilakukan untuk mengurangi dan memperkecil
dampak bencana alam.
Mitigasi meliputi beberapa kegiatan, diantaranya :
– menerbitkan peta wilayah rawan bencana.

– memasang rambu-rambu peringatan bahaya dan larangan di wilayah rawan


bencana
– mengembangkan SDA satuan pelaksana
– mengadakan pelatihan penanggulangan bencana kepada warga di wilayah rawan
bencana

– mengadakan penyuluhan atas upaya peningkatan kewaspadaan masyarakat di


wilayah rawan bencana
– menyiapkan tempat penampungan sementara di jalur-jalur evakuasi jiga bencana
terjadi

– memindahkan masyarakat yg tinggal di wilayah bencana ke tempat yg aman

PENGERTIAN ADAPTASI BENCANA


Adaptasi yaitu upaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan
melakukan perubahan yang mengarah pada peningkatan daya tahan dan daya
lenting terhadap perubahan misalnya adaptasi fisiologis mangrove yang tumbuh di
daerah bersalinitas tinggi dan tergenang pasang surut laut. Bencana alam dapat
berupa dan berasal apa saja. Saat ini, bencana terbesar adalah semakin
meningkatnya pemanasan global yang menyebabkan bencana alam. Adaptasi guna
mengantisipasi efek bencana perlu dilakukan di berbagai bidang untuk
meminimalisir akibat negative bencana tersebut.
Berikut merupakan adaptasi yang perlu diperhatikan dalam aspek-aspek yang
menunjang
kehidupan manusia :
1. Adaptasi dalam pertanian
Para petani harus mempersiapkan varietas tanaman yang paling cocok ditanami
saat musim hujan, kemarau, dan bahkan varietas yang mampu hidup di iklim yang
ekstrim. Selain itu, upaya meningkatkan kesuburan tanah dengan bahan organik
harus dilakukan agar tanah mampu menahan air. Pengelolaan sumber air yang baik
seperti, investasi untuk irigasi, drainse, penampungan, dan penyimpanan air dapat
dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan sumber air di waktu musim kemarau.
Serta, pemberitahuan rutin mengenai keadaan cuaca penting untuk mempersiapkan
jenis tanaman yang akan ditanam.
2. Adaptasi ketersediaan air
Pengelolaan sumber air terpadu perlu dilakukan sedini mungkin untuk
melestarikan ekosistem dan perbaikan infrastruktur pendukung seperti waduk perlu
dilakukan.
3. Adaptasi kesehatan
Penambahan unit dan fasilitas kesehatan harus dilakukan untuk mengantisipasi
masalah kesehatan yang timbul akibat adanya bencana. Selain itu, iklim yang
semakin tak tentu menyebabkan penyebaran nyamuk ke wilayah-wilayah baru.
Sehingga, diperlukan pengawas kesehatan yang handal untuk memonitor
penyebaran penyakit seperti malaria, dan demam berdarah dengue (DBD).
4. Adaptasi wilayah perkotaan
Strategi antisipasi bencana banjir di wilayah perkotaan perlu ditingkatkan.
Menambah area penghijauan di perkotaan akan membantu dalam penyerapan air
hujan. Penyerapan akan meningkat jika area penghijauan dilengkapi dengan
biopori dan pohon yang mampu menyerap air tinggi.
Sumber : https://skepticalinquirer.wordpress.com/2015/05/14/mitigasi-bencana-alam-adaptasi-
bencana/

Anda mungkin juga menyukai