DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 11
JURUSAN FISIKA
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah pada mata
kuliah pendidikan Pancasila ini tepat pada waktunya
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Hal ini
dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan kemampuan kami sebagai penyusun.
Adaupun demikian, kami telah berusaha dengan kemampuan yang ada dan yang
kami miliki untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan.......................................................................................................................2
D. Manfaat....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Karakteristik udang mantis.....................................................................................3
B. proses melihat udang mantis……………………………………………….4
BAB III............................................................................................................................15
PENUTUP.......................................................................................................................15
A. Kesimpulan..........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dari hal tersebut maka penulis membahas mengenai keistimewaan mata udang
mantis. Keistimewaannya yang paling menonjol terletak pada matanya.
Seorang ahli biologi, dari Bristol, Inggris, Dr.Nicholas Roberts mengatakan
bahwa, ”Mata udang itu jauh mengungguli apa pun yang mampu diciptakan
manusia hingga saat ini. Udang mantis dapat melihat cahaya yang terpolarisasi
dan memprosesnya dengan cara yang tidak dapat dilakukan manusia. Mata
udang mantis dapat mempolarisiakan cahaya sehingga udang mantis dapat
melihat sinar UV sampai infra red.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
Tubuh udang teriri atas tiga bagian, yakni cephalothorax abdomen (tubuh),
dan uropod (ekor). Cephalothorax merupakan gabungan dari kepala dan dada
udang galah. Bagian ini dibungkus oleh kulit keras yang disebut dengan
keramas atau cangkang. Bagian depan kepala udang galah terdapat tonjolan
karapas yang bergerigi (rostrum). Rostrum digunakan untuk mengidentifikasi
jenis udang galah. Kaki renang pada ujung betina agak melebar dan
membentuk ruang untuk mengerami telurnya (brood chambers). Uropada
berfungsi sebagai pengayah atau yang biasa disebut dengan ekor kipas.
3
Gambar 1. Struktur tubuh udang mantis
Sejak 400 juta tahun lalu, udang mantis memiliki sistem penglihatan yang
bekerja seperti sensor satelit dibandingkan hewan lainnya. Alih-alih hanya
memiliki beberapa reseptor warna pada matanya, hewan warna-warni ini
bisa mengenali warna hanya dengan sedikit usaha.
4
Gambar 2. Odontodactylus scyllarus
6. Si Mata Belok
5
Udang mantis Odontodactylus cultrifer sedang pamer matanya yang
menakjubkan. Warna mata yang unik ternyata digunakan untuk
menghemat energi tubuhnya. Ini dibutuhkan di dunia terumbu karang
yang agresif, habitatnya.
7. Si Kacamata
6
Gambar 6. Odontodactylus japonicus.
Seperti halnya beberapa hewan lainnya, seperti burung parkit dan semut,
kemampuan melihat cahaya yang terpolarisasi dimanfaatkan untuk navigasi
dan melihat mangsa. Mereka dapat melihat perubahan pola warna pantulan
cahaya jika jatuh dari sudut berbeda-beda di permukaan benda.
Mata udang mantis merupakan mata yang paling kompleks, yaitu dapat
membedakan 11-12 kombinasi warna primer sehinggga dapat melihat warna
pantulan cahaya ultraviolet hingga inframerah. Selain itu udang mantis
dapat melihat polarisasi cahaya lebih kompleks yang disebut circular
polarization. Polarisasi yang terjadi bukan hanya karena berkas cahaya yang
jatuh lurus ini sangat jarang terjadi. Hanya beberapa benda yang
menghasilkan polarisasi semacam ini, mislanya kunang-kunang, klorofil
daun, kumbang jimat, dan tubuh udang.
Udang Mantis mampu melihat dua belas warna primer, empat kali lebih banyak
dari yang dilihat manusia. Hewan ini juga mampu mendeteksi beberapa
polarisasi arah dari getaran gelombang cahaya yang berbeda-beda.
1. Polarisasi Gelombang
7
Fenomena polarisasi cahaya ditemukan oleh Erasmus Bhartolinus pada
tahun 1969. Dalam fenomena polarisasi cahaya, cahaya alami yang
getarannya ke segala arah tetapi tegak lurus terhadap arah merambatnya
(gelombang transversal) ketika melewati filter polarisasi, getaran
horizontal diserap� sedang getaran vertikal diserap sebagian (lihat
Gambar 1.25). Cahaya alami yang getarannya ke segala arah di sebut
cahaya tak terpolarisasi, sedang cahaya yang melewati polaroid hanya
memiliki getaran pada satu arah saja, yaitu arah vertikal, disebut cahaya
terpolarisasi linear.
8
Gambar 8. karena pemantulan pada cermin datar
Gambar 9 .Polarisasi
Arah sinar pantul ( ip ) tegak lurus dengan sinar bias ( r ' ), maka berlaku:
ip + r ' = 90o
(1)
Menurut Snellius:
n = tan ip
9
dengan:
ip = sudut pantul
Cahaya yang terpolarisasi bidang bisa diperoleh dari cahaya yang tidak
terpolarisasi dengan menggunakan bahan bias ganda yang disebut
polaroid. Polaroid terdiri atas molekul panjang yang rumit tersusun
pararel satu sama lain. Jika berkas cahaya terpolarisasi bidang jatuh pada
polaroid yang sumbuhnya membentuk sudut θ terhadap arah polorisasi
datang, amplitudonya akan diperkecil sebesar cos θ. Karena intensitas
berkas cahaya sebanding dengan kuadrat amplitudo, maka intensitas
terpolarisasi bidang yang ditransmisikan oleh alat polarisasi adalah:
I = I0 cos2 θ
Gambar 10. Perubahan intensitas cahaya dari cahaya tidak terpolarisasi menjadi
cahaya terpolarisasi.
10
Alat polarisasi menganalisis untuk menentukan apakah cahaya
terpolarisasi dan untuk menentukan bidang polarisasi adalah polaroid.
Cahaya yang tidak terpolarisasi terdiri atas cahaya dengan arah polarisasi
(vektor medan listrik) yang acak, yang masing-masing arah polarisasinya
diuraikan menjadi komponen yang saling tegak lurus. Ketika cahaya yang
tidak terpolarisasi melewati alat polarisasi, satu dari komponen-
komponennya dihilangkan. Jadi, intensitas cahaya yang lewat akan
diperkecil setengahnya karena setengah dari cahaya tersebut dihilangkan.
I = 1/2 I0
11
karena warna dari akhir spektrum lewat ke mata kita, tetapi warna biru
lolos. Proses penghamburan yang terjadi menjelaskan polarisasi cahaya
langit.
12
polarisasi untuk proyektor sebelah kanan saling tegak lurus. Akibatnya, dua
film yang sedikit berbeda diproyeksikan ke layar. Tiap film dipancarkan
oleh cahaya yang terpolarisasi dengan arah tegak lurus terhadap film yang
satunya. Penonton mengenakan kacamata khusus yang berfungsi sebagai
filter. Filter ini akan menyebabkan kesan gambar yang diterima oleh mata
kiri dan kanan akan berbeda. Sehingga kesan gambar tiga dimensi akan
terasa.
6. Kacamata 3 Dimensi
Kacamata ini memilikki dua filter Polaroid. Tiap filter memilikki sumbu
polarisasi yang berbeda, satu horizontal dan satunya vertical. Hasil penyusunan
proyektor dan filter itu adalah bahwa mata kiri menonton film dari proyektor
sebelah kanan, sedangkan mata kanan menonton film dari proyektor sebelah kiri.
Hal ini memberi kesan adanya kedalaman gambar 3 dimensi.
7.Kaca mobil
Kaca mobil pada umumnya berwarna hitam, biru atau hijau tua. Kaca itu
sudah diberi lembaran plastik polaroid, sehingga sinar matahari yang keluar
dari kaca tersebut sudah terpolarisasi dan intensitasnya sudah mengecil.
8.Sacharimeter
Salah satu penerapan penting dari proses polarisasi adalah Liquid Crystal
Dsiplay (LCD). LCD digunakan dalam berbagai tampilan, dari mulai jam
digital, layar kalkulator, hingga layar televise. LCD dapat diartikan alat
peraga kristal cair, berisi dua filter polarisasi yang saling menyilang dan
didukung oelh sebuah cermin. Biasanya polarisator yang saling
menyilang menghalangi semua cahaya yang melewatinya. Namun,
diantar kedua filter itu terdapat lapisan kristal cair. Selain energi listrik
alat ini dipadamkan, kristalnya memutar sinar-sinar yang kuat dengan
membentuk sudut 900. Sinar-sinar yang berputar itu kemudian dapat
menembus filter (penyaring) bagian belakang. Kemudian sinar-sinar itu
dipantulkan oleh cermin sehingga peraga (layar) tampak putih. Angka
13
atau huruf pada peraga dengan menyatakan daerah-daerah kristal cair. Ini
mengubah posisi kristal cair tersebut sehingga kristal-kristal tidak lagi
memutar cahaya.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tubuh udang teriri atas tiga bagian, yakni cephalothorax abdomen (tubuh),
dan uropod (ekor). Cephalothorax merupakan gabungan dari kepala dan dada
udang Udang mantis dapat melihat cahaya yang terpolarisasi dan
memprosesnya dengan cara yang tidak dapat dilakukan manusia. Gelombang
cahaya yang terpolarisasi dapat merambat lurus atau berputar seperti spiral.
Udang Mantis mampu melihat dua belas warna primer, empat kali lebih
banyak dari yang dilihat manusia. Hewan ini juga mampu mendeteksi
beberapa polarisasi arah dari getaran gelombang cahaya yang berbeda-beda.
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Yusa. 2004. Sain Biologi untuk SMP kelas III semester 1. GRAFINDO MEDIA
PRATAMA. Jakarta.
16