Anda di halaman 1dari 4

PROSES FISIKA YANG TERJADI PADA FISIS MATAHARI

A. Latar Belakang

Matahari merupakan salah satu bintang di antara milyaran bintang yang ada di
galaksi kita. Seperti bintang yang lainnya, Matahari merupakan bola gas panas
raksasa yang sangat terang. Hingga saat ini, Matahari telah berusia sekitar 4,5
milyar tahun dan menjadi bintang paling dekat dengan Bumi. Jarak Matahari
dengan bumi lebih kurang 150 juta kilometer. Matahari memiliki diameter sekitar
1,4 juta kilometer dan berukuran 333.400 kali lebih besar daripada Bumi. Jika
Tata Surya kita ditimbang maka 99,86 persennya adalah milik Matahari. Matahari
memiliki gaya gravitasi dan tekanan yang sangat besar. Radiasi Elektromagnetik
Matahari menyebabkan kehidupan di muka Bumi dapat berlangsung. Iklim dan
cuaca di permukaan Bumi pun juga dipengaruhi oleh keberadaan Matahari.
Tumbuhan hijau menyerap energy matahari untuk melakukan fotosintesis dan
lain-lain.[ CITATION Muk \l 1033 ]

Data durasi penyinaran/radiasi matahari dari Stasiun Meteorologi Mali Alor


pada bulan April 2019, durasi penyinaran matahari berkisar 15.0% hingga 89.2%
atau sekitar 1.8-10.7 jam. Hari dengan durasi penyinaran terpendek (tersingkat)
tersebut terjadi pada tanggal 30 April 2019, sedangkan durasi penyinaran
terpanjang (terlama) terjadi pada 20 April 2019, dengan rata-rata penyinaran
matahari selama satu bulan sebesar 69.4% atau ± 8.3 jam per hari. Hal ini menjadi
factor untuk mengindikasikan tutupan awan di wilayah Kabupaten Alor lebih
sedikit jika dibandingkan bulan sebelumnya.[ CITATION Bol19 \l 1033 ].
Pengambilan data radiasi ini bermanfaat untuk mempelajari perubahan suhu,
kelembapan udara, dan kecepatan angina suatu wilayah. [ CITATION Wid11 \l
1033 ].

Dari data diatas terlihat bahwa matahari memiliki peran yang sangat penting
dalam kehidupan di bumi. Suplai energy dalam bentuk pancaran radiasi
elektromagnetik dari matahari terhadap bumi. Ada beberapa kemungkinan yang
dikemukakan untuk mencoba untuk menerangkan sumber energy dari matahari.
Dari beberapa hipotesa yang dikemukakan seperti reaksi kimia pembakaran
carbon secara sempurna hanya mampu mensuplai energy untuk mempertahankan
pancaran energinya selama beberapa ratus tahun, paling lama 1000 tahun. Para
fisikawan pada saat ini berpendapat bahwa sumber energy matahari berasal dari
energy grafitasi, yaitu terjadinya konstraksi atau penciutan volume matahari.
Menurut teori ini, energy gravitasi yang dilepaskan meneruskan tekanan gas
matahari ke dalam suatu volume yang makin lama makin mengecil.
Ketidakmampuan manusia menemukan sumber energy konvensional bagi
matahari mendorong manusia menduga bahwa proses nulkir merupakan satu-
satunya sumber energy matahari yang dapat diterima. Jika semua inti dalam satu
gram materi dapat melakukan reaksi nuklir secara sempurna, maka proses tersebut
mampu membebaskan energy lebihkurang 1019 erg. Ini berarti jika seluruh materi
yang ada dalam tubuh matahari melakukan reaksi nuklir secara sempurna maka
energy yang dibebaskan dari reaksi itu dapat dipakai untuk mensuplai energy bagi
matahari kira-kira 1011 tahun. Dari sini terlihat bahwa reaksi nuklir merupakan
satu-satunya sumber energy bagi matahari yang paling mungkin.[ CITATION
Muk \l 1033 ]

Matahari terdiri dari beberapa unsur yaitu 69.5% H, 28% He dan O,0.5%
Mg,Si dan Fe. Dari data terlihat bahwa 90% tubuh matahari terdiri dari unsur-
unsur ringan H dan He. Maka jika dihubungkan dengan komposisi materi
penyusunnya, reaksi nuklir dalam matahari pasti melibatkan unsur-unsur tersebut.
Sifat-sifat fisika dari kedua elemen unsur tersebut sangat mendukung dugaan ini.
Reaksi ini diperkenalkan pertamakali pada tahun 1939 oleh Hans Bethe. Bethe
menemukan suatu jenis reaksi nuklir dalam bentuk penggabungan (reaksi fusi)
inti atom H membentuk inti atom He.[ CITATION Akh12 \l 1033 ].

Suplai energy dalam bentuk pancaran radiasi elektromagnetik dari matahari


terhadap bumi dapat ditentukan nilai intensitasnya. Intensitas radiasi matahari
dapat direkam melalui alat bernama Actinograph Bimetal.[ CITATION Mon15 \l
1033 ]. Actinograph Bimetal adalah salah satu alat meteorologi yang digunakan
oleh pengamat cuaca untuk mengukur intensitas radiasi matahari total yang masu.
Pada kertas pias aktinograf garis-garis vertikal menunjukkan skalapembagian
waktu dan garis horizontal menunjukkan skala intensitas sinarmatahari.
[ CITATION Nas15 \l 1033 ].

Dari latar belakang ini, penulis melakukan kajian terhadap reaksi-reaksi fisis
yang terjadi dalam matahari yaitu proses termonuklir dan reaksi fusi secara
fisika.sehingga kita dapat mngetahui bagaimana proses yang terjadi dalam
matahari itu sendiri sebelum energy panasnya diradiasikan ke bumi. Matahari
merupakan salah satu anugral Allah SWT kepada kita. Sebagaimana firman Allah
SWT dalam Al-Quran mengenai matahari yang artinya : “Dia menciptakan langit
dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan
menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-
masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. ingatlah Dialah yang Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Az Zumar : 5)

B. Tujuan

C. Rumusan Masalah

D. Manfaat
DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, E. D. (2012). Melihat Matahari dari Sudut Pandang Fisika Nuklir. Buletin
Alara Vol 4 No 1 Pusat Teknologi Keselamatan dan Metodologi Radiasi
BATAN, 33-41.

Akhadi, M. (n.d.). Perkembangan Riset Energi Fusi. Peneliti Madya Bidang Fisika
PSPKR_BATAN, 19-26.

Bolilera, A. (2019). Informasi Meteorologi Edisi IV. Alor: Stasiun Meteorologi Mali
Alor.

Mona Berlian Sari, Y. Z. (2015). Sistem Pengukuran Intensitas dan Durasi


Penyinaran Matahari. J.Oto.Ktrl.Insr Vol 7, 37-52.

Nasruddin. (2015). Modul Praktikum Agroklimatologi. Aceh Utara: Fakultas


Pertanian Universitas Malikul Saleh.

Nugroho, W. (2011). Pengaruh Intensitas Radiasi saat matahari Cincin Terhadap


beberapa Parameter Cuaca. Jurnal Meteorologi dan Geofisika Volume 12
nomor 2, 137-144.

Anda mungkin juga menyukai