Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

“INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS”


ISPA

DISUSUN OLEH:

NAMA : ARIFUDDIN, S.Kep

NIM : N201901088

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2020
BAB I
KONSEP DASAR

A. Pengertian
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran
pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang
menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi
dinding dada pada saat melakukan pernafasan.
ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan Akut) yang diadaptasi dari bahasa
Inggris Acute Respiratory Infection (ARl) mempunyai pengertian sebagai
berikut:
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli beserta
organ secara anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas.
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14
hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang digolongkan ISPA. Proses ini dapat berlangsung dari 14
hari.
B. Penyebab
Penyebab ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus,
Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab
ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus,
Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain. (Suriadi,Yuliani R,2001).
Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran
pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri tersebut
menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan
musim panas ke musim hujan.
Pada bayi dan anak-anak, virus-virus influenza merupakan penyebab
terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas daripada saluran nafas
bagian bawah (DepKes RI, 2007).
C. Tanda dan Gejala
a. Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut:
1) Batuk
2) Nafas cepat
3) Bersin
4) Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
5) Nyeri kepala
6) Demam ringan
7) Tidak enak badan
8) Hidung tersumbat
9) Kadang-kadang sakit saat menelan
b. Tanda-tanda bahaya klinis ISPA:
1) Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),
retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas
lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
2) Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,
hypotensi dan cardiac arrest.
3) Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papil bendung, kejang dan coma.
4) Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak (Naning R,2002).
D. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus
dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas
mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh
laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan
mukosa saluran pernafasan.
E. Komplikasi
1) Penemonia;
2) Bronchitis;
3) Sinusitis;
4) Laryngitis;
5) Kejang deman (Soegijanto, S, 2009).
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
- Pemeriksaan kultur/biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
- Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia dan,
- Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Suriadi, Yuliani R, 2001).
G. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan
adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisapan
lendir baik melalui hidung maupun melalui mulut. Serta obat yang lain seperti
analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi
purulenta pada sekret.
Prinsip perawatan ISPA antara lain:
- Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari,
- Meningkatkan makanan bergizi,
- Bila demam beri kompres dan banyak minum,
- Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu
tangan yang bersih,
- Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak
terlalu ketat,
- Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masih menetek,
- Mengatasi panas (demam) dengan memberikan kompres, memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu
air es),
- Mengatasi batuk, dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau
madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan secara
komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosiokultural. Pada tahap ini semua data
atau informasi tentang klien dikumpulkan melalui wawancara, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, dan diagnostik.
a. Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat penyakit keluarga
b. Pemeriksaan pernafasan
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
B. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi muskus (secret).
2) Gangguan pola nafas berhubungan dengan kongesti hidung.
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi.
4) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
5) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan agen virus/bakteri.
6) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
7) Nyeri akut berhubungan dengan agen biologi.
C. Intervensi Keperawatan
1) Peningkatan suhu tubuh b/d proses infeksi
Tujuan: suhu tubuh normal berkisar antara 36-37,5 °C
Intervensi:
a. Observasi tanda-tanda vital.
b. Anjurkan klien/keluarga untuk kompres pada kepala/aksila.
c. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan dapat
menyerap keringatseperti pakaian dari bahan katun.
d. Atur sirkulasi udara.
e. Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000-2500 ml/hari.
f. Anjurkan klien istirahat di tempat tidur selama fase febris penyakit.
g. Kolaborasi dengan dokter:
- Dalam pemberian terapi, obat antimikrobial
- Antipiretika
Rasionalisasi:
a. Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan
perawatanselanjutnya.
b. Dengan memberikan kompres, maka akan terjadi proses
konduksi/perpindahanpanas dengan bahan perantara.
c. Proses hilanganya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan
tidak akanmenyerap keringat.
d. Penyediaan udara bersih.
e. Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
f. Tirah baring untuk mengurangi metabolisme dan panas.
g. Untuk mengontrol infeksi pernafasan dan menurunkan panas
2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
Tujuan:
- Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah pada BB
normal.
- Klien dapat menoleransi diet yang dianjurkan.
- Tidak menunjukkan tanda malnutrisi.
Intervensi:
a. Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari.
b. Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat.
c. Tingkatkan tirah baring.
d. Kolaborasi: konsultasi ke ahli gizi untuk memberikan diet sesuai
kebutuhan klien.
Rasionalisasi:
a. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan BB
dan evaluasikeadekuatan rencana nutrisi.
b. Untuk menjamin nutrisi adekuat/meningkatkan kalori total.
c. Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi rileks, bersih, dan
menyenangkan.
d. Untuk mengurangi kebutuhan metabolik.
e. Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi
atau kebutuhanindividu untuk memberikan nutrisi maksimal.
3) Nyeri akut b/d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Tujuan: nyeri berkurang/terkontrol
Intervensi:
a. Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0-10),
faktor yangmemperburuk atau meredakan nyeri, lokasi, lama, dan
karakteristiknya.
b. Anjurkan klien untuk menghindari alergen/iritan terhadap debu, bahan
kimia, asap rokok, dan mengistirahatkan/meminimalkan bicara bila
suara serak.
c. Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat.
d. Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, dan inhalasi,
& analgesik)
Rasionalisasi:
a. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan
merupakan suatu halyang amat penting untuk memilih intervensi yang
cocok dan untuk mengevaluasikeefektifan dari terapi yang diberikan.
b. Mengurangi bertambahberatnya penyakit.
c. Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta
mengurangi nyeritenggorokan.
d. Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi/menghambat
pengeluaranhistamin dalam inflamasi pernafasan. Analgesik untuk
mengurangi nyeri.
4) Risiko tinggi penularan infeksi b/d tidak kuatnya pertahanan
sekunder(adanya infeksi penekanan imun).
Tujuan: tidak terjadi penularan, tidak terjadi komplikasi.
Intervensi:
a. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
b. Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktivitas.
c. Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin.
d. Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak dibawah usia 2 tahun,
lansia, danpenderita penyakit kronis. Konsumsi vitamin C, A dan
mineral seng atau anti oksidanjika kondisi tubuh menurun/asupan
makanan berkurang.
e. Kolaborasi pemberian obat sesuai hasil kultur.
Rasionalisasi:
a. Menurunkan potensi terpajan pada penyakit infeksius.
b. Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan O₂ dan memperbaiki
pertahananklien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.
c. Mencegah penyebaran patogen melalui cairan.
d. Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan
tahananterhadap infeksi.
e. Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan
kultur dansensitifitas atau diberikan secara profilaktik karena risiko
tinggi.
5) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi sekret.
Tujuan: Bersihan jalan nafas efektifdan jalan nafas paten dengan bunyi
nafas bersih, tidak ada dyspnea, dan sianosis.
Intervensi:
a. Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada.
b. Auskultasi area paru, satat area penurunan atau tidak ada aliran udara
dan bunyi nafas adventisius, mis. Crackles, mengi.
c. Tawrakan air hangat daripada dingin .
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi,
analgesik.
Rasional:
a. Pernafasan dangkal, dan gerakan dada tidak simetris sering terjadi
karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
b. Bunyi nafas bronchial dapat juga terjadi pada area konsolidasi.
Crackles, ronchi dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi
pada respon teradap pengupulan cairan , secret kental dan spasme jalan
nafas atau obstruksi.
c. Cairan (khususnya yang hangat)memobilisasi dan mengluarkan secret.
d. Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat
menurunkan upaya batuk atau menekan pernafasan.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk
memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI.2007.Direktorat Jenderal PPM & PLP.Pedoman Pemberantasan


Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).Jakarta.
Meadow,Sir Roy dan Simen.2006.Lectus Notes:Pediatrika.Jakarta:PT.Gelora
Aksara Pratama.
Naning R.2006.Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan
Anak)PSIK FK UGM tidak dipublikasikan.
Soegijanto, S.2007.Ilmu penyakit anak; diagnosa dan penatalaksanaan.Jakarta:
Salemba medika.
Suriadi,Yuliani R.2001.Asuhan Keperawatan pada Anak.CV sagung Seto:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai