Anda di halaman 1dari 31

Lima bulan kemudian, dikeluarkanlah Surat Perintah Sebelas

Maret yang ditandatangani oleh Soekarno.[29] Isi dari surat tersebut


merupakan perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk
mengambil tindakan yang perlu guna menjaga keamanan
pemerintahan dan keselamatan pribadi presiden. [29] Surat tersebut lalu
digunakan oleh Soeharto yang telah diangkat
menjadi Panglima Angkatan Darat untuk membubarkan PKI dan
menyatakannya sebagai organisasi terlarang.[29] Kemudian MPRS pun
mengeluarkan dua Ketetapannya, yaitu TAP No. IX/1966 tentang
pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No. XV/1966
yang memberikan jaminan kepada Soeharto sebagai pemegang
Supersemar untuk setiap saat menjadi presiden apabila presiden
berhalangan.[30]
Soekarno kemudian membawakan pidato pertanggungjawaban
mengenai sikapnya terhadap peristiwa G30S pada Sidang Umum ke-
IV MPRS.[29] Pidato tersebut berjudul "Nawaksara" dan dibacakan
pada 22 Juni 1966.[6] MPRS kemudian meminta Soekarno untuk
melengkapi pidato tersebut.[29] Pidato "Pelengkap Nawaskara" pun
disampaikan oleh Soekarno pada 10 Januari 1967 namun kemudian
ditolak oleh MPRS pada 16 Februari tahun yang sama.[29]
Hingga akhirnya pada 20 Februari 1967 Soekarno menandatangani
Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka.
[30]
 Dengan ditandatanganinya surat tersebut maka Soeharto de
facto menjadi kepala pemerintahan Indonesia.[30] Setelah melakukan
Sidang Istimewa maka MPRS pun mencabut kekuasaan Presiden
Soekarno, mencabut gelar Pemimpin Besar Revolusi dan mengangkat
Soeharto sebagai Presiden RI hingga diselenggarakan pemilihan
umum berikutnya.[30]

Sakit hingga meninggal


Pemakaman Soekarno pada 22 Juni 1970 di Blitar, Jawa Timur

Makam Presiden Soekarno di Blitar, Jawa Timur

Kesehatan Soekarno sudah mulai menurun sejak


bulan Agustus 1965.[30] Sebelumnya, ia telah dinyatakan mengidap
gangguan ginjal dan pernah menjalani perawatan
di Wina, Austria tahun 1961 dan 1964.[30] Prof. Dr. K. Fellinger dari
Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan agar ginjal kiri
Soekarno diangkat, tetapi ia menolaknya dan lebih memilih
pengobatan tradisional.[30] Ia bertahan selama 5 tahun sebelum
akhirnya meninggal pada hari Minggu, 21 Juni 1970 di Rumah Sakit
Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta dengan status
sebagai tahanan politik.[5][30] Jenazah Soekarno pun dipindahkan dari
RSPAD ke Wisma Yasso yang dimiliki oleh Ratna Sari Dewi.
[30]
 Sebelum dinyatakan wafat, pemeriksaan rutin terhadap Soekarno
sempat dilakukan oleh Dokter Mahar Mardjono yang merupakan
anggota tim dokter kepresidenan.[30] Tidak lama kemudian
dikeluarkanlah komunike medis yang ditandatangani oleh Ketua Prof.
Dr. Mahar Mardjono beserta Wakil Ketua Mayor Jenderal Dr. (TNI
AD) Rubiono Kertopati.[30]
Komunike medis tersebut menyatakan hal sebagai berikut: [30]

1. Pada hari Sabtu tanggal 20 Juni 1970 jam


20.30 keadaan kesehatan Soekarno
semakin memburuk dan kesadaran
berangsur-angsur menurun.
2. Tanggal 21 Juni 1970 jam 03.50 pagi,
Soekarno dalam keadaan tidak sadar dan
kemudian pada jam 07.00 Ir. Soekarno
meninggal dunia.
3. Tim dokter secara terus-menerus berusaha
mengatasi keadaan kritis Soekarno hingga
saat meninggalnya.

Walaupun Soekarno pernah meminta agar dirinya dimakamkan


di Istana Batu Tulis, Bogor, namun pemerintahan
Presiden Soeharto memilih Kota Blitar, Jawa Timur, sebagai tempat
pemakaman Soekarno.[30] Hal tersebut ditetapkan lewat Keppres RI
No. 44 tahun 1970.[30] Jenazah Soekarno dibawa ke Blitar sehari
setelah kematiannya dan dimakamkan keesokan harinya
bersebelahan dengan makam ibunya.[30] Upacara pemakaman
Soekarno dipimpin oleh Panglima ABRI Jenderal M. Panggabean
sebagai inspektur upacara.[30] Pemerintah kemudian menetapkan masa
berkabung selama tujuh hari.[30]

Peninggalan

Gelanggang Olahraga Bung Karno pada 1962.

Jalan Proklamasi, yang dulunya bernama Jalan Pegangsaan Timur,


[31]
 merupakan letak bekas kediaman Soekarno yang berada di Jakarta
Pusat. Rumah tersebut diberikan oleh Syech Faradj bin Martak.[butuh
rujukan]
 Rumah tersebut menjadi saksi bisu Proklamasi kemerdekaan
Indonesia pada 17 Agustus 1945 yang dikumandangkan di sana.
[32]
 Kediaman Bung Karno yang dijadikan tempat pembacaan naskah
proklamasi kemerdekaan pun sudah tidak ada lagi dan digantikan
dengan kehadiran Tugu Proklamasi dengan patung Soekarno-Hatta
yang menggambarkan suasana pembacaan teks Proklamasi pada
tahun 1945 dahulu.[33]
Dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran Soekarno pada 6
Juni 2001, maka Kantor Filateli Jakarta menerbitkan prangko "100
Tahun Bung Karno".[10]  Prangko yang diterbitkan merupakan empat
:247-251

buah prangko berlatar belakang bendera Merah Putih serta


menampilkan gambar diri Soekarno dari muda hingga ketika menjadi
Presiden Republik Indonesia.[10] Prangko pertama memiliki nilai
nominal Rp500 dan menampilkan potret Soekarno pada saat sekolah
menengah. Yang kedua bernilai Rp800 dan gambar Soekarno ketika
masih di perguruan tinggi tahun 1920-an terpampang di atasnya.
Sementara itu, prangko yang ketiga memiliki nominal Rp900 serta
menunjukkan foto Soekarno saat proklamasi kemerdekaan RI.
Prangko yang terakhir memiliki gambar Soekarno ketika menjadi
Presiden dan bernominal Rp1000. Keempat prangko tersebut
dirancang oleh Heri Purnomo dan dicetak sebanyak 2,5 juta set oleh
Perum Peruri.[10] Selain prangko, Divisi Filateli PT Pos Indonesia
menerbitkan juga lima macam kemasan prangko, album koleksi
prangko, empat jenis kartu pos, dua macam poster Bung Karno serta
tiga desain kaus Bung Karno.[10]
Prangko yang menampilkan Soekarno juga diterbitkan oleh
Pemerintah Kuba pada tanggal 19 Juni 2008. Prangko tersebut
menampilkan gambar Soekarno dan presiden Kuba Fidel Castro.
[34]
 Penerbitan itu bersamaan dengan ulang tahun ke-80 Fidel Castro
dan peringatan kunjungan Presiden Indonesia, Soekarno, ke Kuba.
Nama Soekarno diabadikan sebagai nama gelanggang olahraga pada
tahun 1958. Bangunan tersebut, yaitu Gelanggang Olahraga Bung
Karno, didirikan sebagai sarana keperluan penyelenggaraan Asian
Games IV tahun 1962 di Jakarta. Pada masa Orde Baru, kompleks
olahraga ini diubah namanya menjadi Gelora Senayan. Tapi sesuai
keputusan Presiden Abdurrahman Wahid, Gelora Senayan kembali
pada nama awalnya yaitu Gelanggang Olahraga Bung Karno. Hal ini
dilakukan dalam rangka mengenang jasa Bung Karno. [35]
Setelah kematiannya, beberapa yayasan dibuat atas nama Soekarno.
Dua di antaranya adalah Yayasan Pendidikan Soekarno dan Yayasan
Bung Karno. Yayasan Pendidikan Soekarno adalah organisasi yang
mencetuskan ide untuk membangun universitas dengan pemahaman
yang diajarkan Bung Karno. Yayasan ini dipimpin oleh Rachmawati
Soekarnoputri, anak ke tiga Soekarno dan Fatmawati. Pada tahun 25
Juni 1999 Presiden Bacharuddin Jusuf
Habibie meresmikan Universitas Bung Karno yang secara resmi
meneruskan pemikiran Bung Karno, Nation and Character
Building kepada mahasiswa-mahasiswanya.[36]
Sementara itu, Yayasan Bung Karno memiliki tujuan untuk
mengumpulkan dan melestarikan benda-benda seni maupun nonseni
kepunyaan Soekarno yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
[37]
 Yayasan tersebut didirikan pada tanggal 1 Juni 1978 oleh delapan
putra-putri Soekarno yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati
Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati
Soekarnoputri, Guruh Soekarnoputra, Taufan Soekarnoputra, Bayu
Soekarnoputra, dan Kartika Sari Dewi Soekarno.[37] Pada tahun 2003,
Yayasan Bung Karno membuka stan di Arena Pekan Raya Jakarta.
[10]
 Di stan tersebut ditampilkan video pidato Soekarno berjudul
"Indonesia Menggugat" yang disampaikan di Gedung Landraad tahun
1930 serta foto-foto semasa Soekarno menjadi presiden. [10] Selain
memperlihatkan video dan foto, berbagai cenderamata Soekarno
dijual di stan tersebut.[10] Di antaranya adalah kaus, jam emas, koin
emas, CD berisi pidato Soekarno, serta kartu pos Soekarno. [10]
Seseorang yang bernama Soenuso Goroyo Sukarno mengaku
memiliki harta benda warisan Soekarno.[10] Soenuso mengaku
merupakan mantan sersan dari Batalyon Artileri Pertahanan Udara
Sedang.[10] Ia pernah menunjukkan benda-benda yang dianggapnya
sebagai warisan Soekarno itu kepada sejumlah wartawan di
rumahnya di Cileungsi, Bogor.[10] Benda-benda tersebut antara lain
sebuah lempengan emas kuning murni 24 karat yang terdaftar dalam
register emas JM London, emas putih dengan cap tapal kuda JM
Mathey London serta plakat logam berwarna kuning dengan tulisan
ejaan lama berupa deposito hibah.[10] Selain itu terdapat pula uang
UBCN (Brasil) dan Yugoslavia serta sertifikat deposito obligasi garansi
di Bank Swiss dan Bank Netherland.[10] Meskipun emas yang
ditunjukkan oleh Soenuso bersertifikat namun belum ada pakar yang
memastikan keaslian dari emas tersebut.[38]

Penghargaan
Gelar Doctor Honoris Causa
Semasa hidupnya, Soekarno mendapatkan gelar Doktor Honoris
Causa dari 26 universitas di dalam dan luar negeri.[39]

Tanggal Gelar yang Dianugerahkan Nama Universitas, Kota, Negara

10 Januari Doctor Honoris Causa dalam Ilmu


Far Eastern University, Manila, Filipina
1951 Hukum (Doctor of Law)

19
Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Universitas Gajah
September
Hukum Mada, Yogyakarta, Indonesia
1951

Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Columbia University, New


24 Mei 1956
Hukum (Doctor of Law) York, Amerika Serikat

Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Michigan


27 Mei 1956
Hukum (Doctor of Law) University, Michigan, Amerika Serikat

Doctor Honoris Causa dalam Ilmu


8 Juni 1956 McGill University, Montreal, Kanada
Hukum (Doctor of Law)

Doctor Honoris Causa dalam Ilmu


23 Juni Berlin University, Berlin Barat, Jerman
Teknik (Doctor of Technical
1956 Barat
Science)

11 Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Lomonosov University, Moskow, Rusia


September
1956 Hukum (Doctor of Law)

13
Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Beograd
September
Hukum (Doctor of Law) University, Belgrado, Yugoslavia
1956

23
Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Karlova
September
Hukum (Doctor of Law) University, Praha, Cekoslovakia
1956

27 April Doctor Honoris Causa dalam Ilmu


Istanbul University, Istanbul, Turki
1959 Hukum (Doctor of Law)

30 April Doctor Honoris Causa dalam Ilmu


Warsaw University, Warsawa, Polandia
1959 Hukum (Doctor of Law)

Doctor Honoris Causa dalam Ilmu


20 Mei 1959 Brazil University, Rio de Janeiro, Brazil
Hukum (Doctor of Law)

11 April Doctor Honoris Causa dalam Ilmu


Sofia University, Sofia, Bulgaria
1960 Politik (Doctor of Political Science)

13 April Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Bucharest


1960 Politik (Doctor of Political Science) University, Bukarest, Rumania

17 April Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Budapest


1960 Mesin (Doctor of Engineering) University, Budapest, Hungaria

24 April Doctor Honoris Causa dalam Ilmu


Al-Azhar University, Kairo, Mesir
1960 Falsafah (Doctor of Philosophy)

5 Mei 1960 Doctor Honoris Causa dalam Ilmu La Paz University, La Paz, Bolivia
Sosial dan Politik

13 Doctor Honoris Causa dalam Ilmu


Institut Teknologi
September Teknik (Doctor of Technical
Bandung, Bandung, Indonesia
1962 Science)

2 Februari Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Universitas


1963 Pengetahuan Kemasyarakatan Indonesia, Jakarta, Indonesia

Doctor Honoris Causa dalam Ilmu


29 April Universitas
Pengetahuan Hukum, Politik, dan
1963 Hasanuddin, Makassar, Indonesia
Hubungan Internasional

Doctor Honoris Causa dalam Ilmu


14 Januari Royal Khmere University, Phnom
Hukum & Politik (Doctor of Law
1964 Penh, Kamboja
& Politics)

2 Agustus Doctor Honoris Causa dalam Ilmu University of the


1964 Hukum (Doctor of Law) Philippines, Manila, Filipina

3 November Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Universitas


1964 Pengetahuan Politik Pyongyang, Pyongyang, Korea Utara

2 Desember Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Institut Agama Islam


1964 Ushuluddin Jurusan Da'Wah Negeri, Jakarta, Indonesia

23
Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Universitas
Desember
Sejarah Pajajaran, Bandung, Indonesia
1964

3 Agustus Doctor Honoris Causa dalam Universitas


1965 Falsafah Ilmu Tauhid Muhammadiyah, Jakarta, Indonesia
Lain-lain
Pada bulan April 2005, Soekarno yang sudah meninggal selama 35
tahun mendapatkan penghargaan dari Presiden Afrika Selatan Thabo
Mbeki.[10] Penghargaan tersebut adalah penghargaan bintang kelas
satu The Order of the Supreme Companions of OR Tambo yang
diberikan dalam bentuk medali, pin, tongkat, dan lencana yang
semuanya dilapisi emas.[10] Soekarno mendapatkan penghargaan
tersebut karena dinilai telah mengembangkan solidaritas internasional
demi melawan penindasan oleh negara maju serta telah menjadi
inspirasi bagi rakyat Afrika Selatan dalam melawan penjajahan dan
membebaskan diri dari apartheid.[10] Acara penyerahan penghargaan
tersebut dilaksanakan di Kantor Kepresidenan Union Buildings
di Pretoria dan dihadiri oleh Megawati Soekarnoputri yang mewakili
ayahnya dalam menerima penghargaan.[10] Penghargaan
lainnya Bintang Mahaputera Adipurna (1959),[40] Lenin Peace
Prize (1960),[41] Philippine Legion of Honor (Chief Commander, 3
Februari 1951).[42]

Karya tulis
 Sukarno. Pancasila dan Perdamaian Dunia
 Sukarno. Kepada Bangsaku : Karya-karya
Bung Karno Pada Tahun 1926-1930-1933-
1947-1957.
 Sukarno. Cindy Adams. (1965). Bung Karno:
Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
 Sukarno. Pantja Sila Sebagai Dasar Negara.
 Sukarno. Bung Karno Tentang Marhaen Dan
Proletar.
 Sukarno. Negara Nasional Dan Cita-Cita Islam:
Kuliah Umum Presiden Soekarno.
 Sukarno. (1933). Mencapai Indonesia
Merdeka.
 Sukarno. (1945). Lahirnya Pancasila
 Sukarno. (1951). Indonesia Menggugat: Pidato
Pembelaan Bung Karno di Depan Pengadilan
Kolonial.
 Sukarno. (1951). Sarinah: Kewajiban Wanita
Dalam Perjuangan Republik Indonesia.
 Sukarno. (1957). Indonesia Merdeka.
 Sukarno. (1959). Dibawah Bendera
Revolusi Jilid 1. (kumpulan esai)
 Sukarno. (1960). Dibawah Bendera
Revolusi Jilid 2. (kumpulan esai)
 Sukarno. (1960). Amanat Penegasan Presiden
Soekarno Didepan Sidang Istimewa Depernas
Tanggal 9 Djanuari 1960.
 Sukarno. (1964). Tjamkan Pantja Sila ! : Pantja
Sila Dasar Falsafah Negara.
 Sukarno. (1964). Komando Presiden/Pemimpin
Besar Revolusi: Bersiap-sedialah Menerima
Tugas untuk Menjelamatkan R.I. dan untuk
Mengganjang "Malaysia"!
 Sukarno. (1965). Wedjangan Revolusi.
 Sukarno. (1965). Tjapailah Bintang-Bintang di
Langit: Tahun Berdikari.
 Sukarno. (1965). Pantja Azimat Revolusi.

Wikisource memiliki
naskah sumber yang
berkaitan dengan artikel
ini:
Pengarang:Soekarno
Pidato
Hari dan tanggal Rangka Judul pidato

Jumat, 17 Agustus
Proklamasi Kemerdekaan RI Tudjuhbelas Agustus 1945
1945

Sabtu, 17 Agustus HUT Proklamasi


Sekali Merdeka, Tetap Merdeka
1946 Kemerdekaan RI ke-1

Minggu, 17 HUT Proklamasi Rawe-Rawe Rantas, Malang-Malang


Agustus 1947 Kemerdekaan RI ke-2 Putung

Selasa, 17 Agustus HUT Proklamasi


Seluruh Nusantara Berdjiwa Republik
1948 Kemerdekaan RI ke-3

Rabu, 17 Agustus HUT Proklamasi Tetaplah Bersemangat Elang-


1949 Kemerdekaan RI ke-4 Radjawali

Kamis, 17 Agustus HUT Proklamasi


Dari Sabang sampai Merauke
1950 Kemerdekaan RI ke-5

Jumat, 17 Agustus HUT Proklamasi Tjapailah Tata, Tenteram,


1951 Kemerdekaan RI ke-6 Kertarahardja

Minggu, 17 HUT Proklamasi


Harapan dan Kenjataan
Agustus 1952 Kemerdekaan RI ke-7

Senin, 17 Agustus HUT Proklamasi


Djadilah Alat Sedjarah
1953 Kemerdekaan RI ke-8

Selasa, 17 Agustus HUT Proklamasi Berirama dengan Kodrat


1954 Kemerdekaan RI ke-9

Rabu, 17 Agustus HUT Proklamasi


Tetap Terbanglah Radjawali
1955 Kemerdekaan RI ke-10

Jum'at, 17 Agustus HUT Proklamasi


Berilah Isi Kepada Hidupmu
1956 Kemerdekaan RI ke-11

Sabtu, 17 Agustus HUT Proklamasi


Satu Tahun Ketentuan
1957 Kemerdekaan RI ke-12

Minggu, 17 HUT Proklamasi


Tahun Tantangan
Agustus 1958 Kemerdekaan RI ke-13

Senin, 17 Agustus HUT Proklamasi


Penemuan Kembali Revolusi Kita
1959 Kemerdekaan RI ke-14

Rabu, 17 Agustus HUT Proklamasi


Djalannja Revolusi Kita
1960 Kemerdekaan RI ke-15

Jumat, 30 Membangun Dunia Kembali


Sidang Umum PBB ke-XV
September 1960 To Build The World Anew

Kamis, 17 Agustus HUT Proklamasi Revolusi – Sosialisme Indonesia –


1961 Kemerdekaan RI ke-16 Pimpinan Nasional

Jumat, 17 Agustus HUT Proklamasi


Tahun Kemenangan
1962 Kemerdekaan RI ke-17

Sabtu, 17 Agustus HUT Proklamasi


Genta Suara Revolusi Indonesia
1963 Kemerdekaan RI ke-18
Senin, 17 Agustus HUT Proklamasi
Tahun "Vivere Pericoloso"
1964 Kemerdekaan RI ke-19

Selasa, 17 Agustus HUT Proklamasi


Tahun Berdikari
1965 Kemerdekaan RI ke-20

Rabu, 22 Juni 1966 Sidang Umum MPRS IV Nawaksara

Rabu, 17 Agustus HUT Proklamasi Djangan Sekali-Kali Meninggalkan


1966 Kemerdekaan RI ke-21 Sedjarah

Budaya populer
Buku
 M. Yuanda Zara. Ratna Sari Dewi Sukarno.
 Sukarno, Iman Toto K. Rahardjo (Editor),
Herdianto WK (Editor). (2001). Bung Karno dan
Wacana Islam: Kenangan 100 tahun Bung
Karno.
 John Beilenson. Sukarno.
 Cindy Adams. Sukarno: My Friend.
 Adams, C. (2011). Bung Karno Penyambung
Lidah Rakyat Indonesia. Penerjemah Syamsu
Hadi. Ed. Rev. Yogyakarta: Media Pressindo,
dan Yayasan Bung Karno, ISBN 979-911-032-
7-9.
 Guntur Sukarno. Sukarno: Bapakku, Kawanku,
Guruku.
 Peter Polomka. Indonesia Since Sukarno .
 Clifford Geertz, Benedict Anderson, Wim F.
Wertheim. Sukarno di Panggung Sejarah
 Justus Maria van der Kroef. Indonesia After
Sukarno.
 Peter Kasenda. Sukarno Muda: Biografi
Pemikiran 1926–1933.
 Ayub Ranoh. Kepemimpinan Kharismatis:
Tinjauan Teologis-Etis Atas Kepemimpinan
Kharismatis Sukarno.
 Books LLC. Sukarno: Indonesia-Malaysia
Confrontation, Transition to the New Order,
Mohammad Hatta, Megawati Sukarnoputri,
Constitution of Indonesia.
 Anonim. (1956). Presiden Sukarno di Tiongkok.
 Maslyn Williams. (1965). Five Journeys from
Jakarta: Inside Sukarno's Indonesia.
 John Hughes. (1967). The End of Sukarno: A
Coup That Misfired: A Purge That Ran Wild.
 Bernhard Dahm. (1969). Sukarno dan
Perjuangan Kemerdekaan.
 John D. Legge (1972) Sukarno: A Political.
 Christiaan Lambert Maria Penders (1974). The
Life and Times of Sukarno.
 Lambert J. Giebels, 1999, Soekarno.
Nederlandsch onderdaan. Biografie 1901–
1950. Deel I, uitgeverij Bert Bakker
Amsterdam, ISBN 90-351-2114-7
 Lambert J. Giebels, 2001, Soekarno.
President, 1950–1970, Deel II, uitgeverij Bert
Bakker Amsterdam, ISBN 90-351-2294-
1 geb., ISBN 90-351-2325-5 pbk.
 Lambert J. Giebels, 2005, De stille genocide:
de fatale gebeurtenissen rond de val van de
Indonesische president Soekarno, ISBN 90-
351-2871-0
 Rex Mortimer. (1974). Indonesian Communism
Under Sukarno: Ideology and Politics, 1959–
1965.
 Bambang S. Widjanarko, Antonie C.A. Dake
(Introduction), Rahadi S. Karni (Ed.). (1974).
The Devious Dalang: Sukarno and the So-
Called Untung-Putsch.
 Hal Kosut (Ed.). (1976). Indonesia: The
Sukarno Years.
 Franklin B. Weinstein. (1976). Indonesian
Foreign Policy and the Dilemma of
Dependence: From Sukarno to Soeharto.
 Masashi Nishihara, Dean Praty R. (Translator).
(1976). Sukarno, Ratna Sari Dewi, dan
Pampasan Perang: Hubungan Indonesia-
Jepang 1951–1966.
 Ganis Harsono. (1977). Recollections of an
Indonesian Diplomat in the Sukarno Era.
 Fatmawati Sukarno. (1978). Fatmawati:
Catatan Kecil Bersama Bung Karno (Book, #1).
 Guntur Sukarno. (1981). Bung Karno &
Kesayangannya.
 Rosihan Anwar. (1981). Sukarno, Tentara,
PKI : Segitiga Kekuasaan sebelum Prahara
Politik 1961–1965.
 Ramadhan Kartahadimadja. (1981). Kuantar ke
Gerbang: Kisah Cinta Inggit dengan Sukarno.
 Marshall Green. (1990). Dari Sukarno ke
Soeharto: G30 S-PKI dari Kacamata Seorang
Duta Besar.
 Willem Oltmans. (1995). Mijn vriend Sukarno.
 John Subritzky. (2000). Confronting Sukarno:
British, American, Australian and New Zealand
Diplomacy in the Malaysian-Indonesian
Confrontation, 1961–65.
 Angus McIntyre, David Reeve. (2002). Sukarno
in Retrospect: Annual Indonesia Lecture Series
# 24.
 Victor M. Fic. (2004). Anatomy of the Jakarata
Coup: October 1, 1965: The Collusion with
China Which Destroyed the Army Command,
President Sukarno and the Communist Party of
Indonesia.
 Antonie C.A. Dake. (2005). Sukarno File:
Berkas-berkas Soekarno 1965–1967 –
Kronologi Suatu Keruntuhan.
 Wijanarka. (2006). Sukarno dan Desain
Rencana Ibu Kota RI di Palangkaraya.
 Reni Nuryanti. (2007). Perempuan dalam Hidup
Sukarno: Biografi Inggit Garnasih.
 Reni Nuryanti. (2007). Istri-istri Sukarno.
 Helen-Louise Hunter. (2007). Sukarno and the
Indonesian Coup: The Untold Story.
 M. Yuanda Zara. (2008). Sakura Di Tengah
Prahara: Biografi Ratna Sari Dewi Sukarno.
 Wawan Tunggul Alam. (2008). Demi Bangsaku:
Pertentangan Sukarno vs Hatta.
 Arifin Suryo Nugroho. (2009). Srihana-
Srihani:Biografi Hartini Sukarno.
 Onghokham. (2009). Sukarno, Orang Kiri, &
Revolusi G30S 1965.
 Rushdy Hoesein. (2010). Terobosan Sukarno
Dalam Perundingan Linggarjati.
 Tim Buku TEMPO. (2010). Sukarno: Paradoks
Revolusi Indonesia.
 Arifin Surya Nugraha. (2010). Fatmawati
Sukarno : The First Lady.
 M. Ridwan Lubis (2010). Sukarno dan
Modernisme Islam.
 Books LLC. (2010). People From Blitar, East
Java: Sukarno.
 Bücher Gruppe. (2010). Nationalheld
Indonesiens: Tan Malaka, Liste Indonesischer
Nationalhelden, Sukarno, Mohammad Hatta,
Abdul Muis, Diponegoro, Iskandar Muda.
 Hong Liu. (2011). Sukarno, Tiongkok, &
Pembentukan Indonesia (1949–1965).
 Hephaestus Books. (2011). National Heroes Of
Indonesia, including: Tuanku Imam Bonjol,
Sukarno, Wage Rudolf Supratman,
Diponegoro, Mohammad Hatta, Adam Malik,
Yos Sudarso, Sudirman, Hamengkubuwono Ix,
Sutan Sjahrir, Kartini, Sultan Agung Of
Mataram, Abdul Muis, Rizal Nurdin.
 Peter Kasenda. (2012). Hari – Hari Terakhir
Sukarno.
 Jesse Russell (Editor), Ronald Cohn (Editor).
(2012). Rukmini Sukarno.
 Joseph H. Daves. (2013). The Indonesian Army
from Revolusi to Reformasi Volume 1: The
Struggle for Independence and the Sukarno
Era.
 Joseph H Daves. (2013). The Indonesian Army
from Revolusi to Reformasi: Volume 1 – The
Struggle for Independence and the Sukarno
Era.
 Stefan Seefelder. (2014). Die Bedeutung Der
Fruhen Komintern Fur Die Kommunistischen
Antikolonialen Bewegungen Asiens. Maos Und
Sukarnos.
 Peter Kasenda. (2014). Sukarno, Marxisme &
Leninisme: Akar Pemikiran Kiri & Revolusi
Indonesia.
 Walentina Waluyanti de Jonge. (2015).
Sukarno-Hatta Bukan Proklamator Paksaan.
 Dr. Syafiq A. Mughnie,M.A.,PhD. Hassan
Bandung, Pemikir Islam Radikal. PT. Bina Ilmu,
1994, pp 110–111.
 Leslie H. Palmier. Sukarno, the
Nationalist. Pacific Affairs, vol. 30, No, 2 (Jun.
1957), pp 101–119.
 Bob Hering, 2001, Soekarno, architect of a
nation, 1901–1970, KIT Publishers
Amsterdam, ISBN 90-6832-510-
8, KITLV Leiden, ISBN 90-6718-178-1
 Stefan Huebner, Pan-Asian Sports and the
Emergence of Modern Asia, 1913–
1974.Singapore: NUS Press, 2016, 174-201.
Lagu
 Lagu berjudul "Untuk Paduka Jang Mulia
Presiden Soekarno" ditulis pada awal dekade
1960-an oleh Soetedjo dan dipopulerkan
oleh Lilis Suryani, solis perempuan terkenal
Indonesia era itu. Liriknya penuh dengan puja-
puji untuk Presiden seumur hidup tersebut.

Film, televisi, dan panggung pertunjukan


Artikel utama: Aktor pemeran Bung Karno
Di kancah perfilman, hiburan televisi, dan panggung teater Indonesia
dan negara lain, ada beberapa aktor yang memerankan sosok Bung
Karno. Semua aktor tersebut, tentu saja bermain dalam film dan
panggung pertunjukan dan judul yang berbeda. Kebanyakan aktor itu,
ketika mendapatkan tawaran main, merasa bangga karena
memerankan tokoh besar, pahlawan proklamator, bapak pendiri
bangsa, sekaligus presiden pertama Republik Indonesia.

Catatan
1. ^ Dalam autobiografi Sukarno, An Autobiography as
Told to Cindy Adams (Bobbs-Merrill Company Inc, New
York, 1965) Sukarno menyebutkan lahir di
Surabaya, "Bapak dipindah ke Surabaya dan di
sanalah aku dilahirkan" (halaman 26), selanjutnya "Aku
dilahirkan pada tahun 1901... Hari lahirku ditandai oleh
angka serba enam. Tanggal 6 Juni." (halaman 21).
Namun dalam beberapa dokumen mencantumkan
tanggal 6 Juni 1902 di antaranya "Dalam Buku
Induk TH Bandoeng yang sekarang masih tersimpan
di ITB terbaca bahwa tanggal lahir Soekarno adalah 6
Juni 1902."[1] [2]  Pendapat lain adalah "Dari Buleleng, ia
:37 :16

mendapat temuan ayah Soekarno dipindah ke


Surabaya tahun 1901. Dan pada 1902 Soekarno lahir.
"Kalau akhirnya dibuat 1901 itu mungkin untuk
memudahkan sekolahnya saja," ujar
Nurinwa."[3] Adapun kontradiksi perbedaan tahun
kelahiran ini akhirnya dapat dijelaskan dalam dialog
antara Sukarno dan ayahnya pada halaman 35 "Kalau
perlu kita berbohong. Kita akan mengurangi umurmu
satu tahun. Pada tahun ajaran yang baru engkau akan
didaftarkan dengan umur tiga belas." - Oleh karenanya
dapat dipastikan bahwa tanggal kelahiran Sukarno
yang sesungguhnya adalah tanggal 6 Juni 1901.
2. ^ "Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di
Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di
Jakarta, 21 Juni 1970."[4]
3. ^ Bambang Eryudhawan, IAI: Ketika berdiri pada tahun
1920, Technische Hoogeschool te Bandoeng berisi
Fakultas Teknik saja. Bidang ilmu yang diajarkan,
terutama: a) Ilmu Pasti, b) Ilmu Alam, c) Mekanika, d)
Arsitektur, e) Ilmu bahan bangunan, f) Sipil
Basah/Bangunan air, g) Jalan dan Jembatan, h) Mesin,
i) Elektro, j) Surveying and leveling , k) Geodesi, l)
Hukum pemerintahan dan perdagangan, m)
Kebersihan, n) Teknik penyehatan, o) Pertanian, p)
Geologi terapan, q) Sejarah kebudayaan
4. ^ Bambang Eryudhawan, IAI: Soekarno sebagai
insinyur dianggap menguasai soal sipil basah, jalan dan
jembatan, serta arsitektur. Di arsitektur, gurunya adalah
dua bersaudara Prof. Charles Prosper Wolff
Schoemaker dan Prof. Ir. Richard Leonard Arnold
Schoemakeryang mengajar di kelas: arsitektur, sejarah
arsitektur, rencana kota, pembuatan bestek dan
taksiran biaya.
5. ^ Algemeene Studieclub atau Algemeene Studie Club
(ASC) adalah klab kuliah umum yang didirikan oleh
para intelektual nasionalis Bumiputera di Tanah
Pasundan, Bandung pada zaman Hindia Belanda tahun
1926. Presiden Sukarno adalah salah satu anggota
pendirinya. Sebagai kelanjutan kelompok studi itu,
Soekarno dengan kawan-kawan kemudian
mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia yang
merupakan cikal bakal Partai Nasional Indonesia pada
4 Juli 1927. Pemerintah kolonial Belanda tampak
sangat khawatir melihat kepopuleran Soekarno,
bersama Maskun, Gatot Mangkupradja, Supriadinata
dan pertumbuhan pesat PNI. Dengan dalih menjaga
ketertiban dan keamanan, pemerintah kolonial
menangkap dan menahan ratusan aktivis PNI pada 29
Desember 1929.[20]

Galeri

Soekarno pada tahun 1947.


 
 Presiden Soekarno pada suatu kunjungan pameran
lukisan di Jakarta, mengamati lukisan 'Sumilah' karya
Sudibjo.
 
 Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta dalam
upacara pembukaan PON II/1951.
 

Potret resmi Presiden Soekarno pada era 1960-an.


 
 Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Nehru melihat
Indira Gandhi menerima bunga pada kunjungannya ke
Borobudur.
 
 Letnan Vosveld melapor ke Soekarno.
 
 Soekarno melakukan penutupan sidang kepada
Genseikan.
 
 Mobil Soekarno yang diberikan kepada Kolonel Julian.
 
 Soekarno berjabat tangan dengan Perdana Menteri
Jepang Hideki Tojo.
 
 Soekarno bertemu dengan Sutan Syahrir. Di belakang
adalah Mohammad Roem.
 
 Soekarno berterima kasih atas dilibatkannya rakyat Jawa
dalam pemerintahan.

Referensi
1. ^ a b c d e (Indonesia) Goenarso (1995). Riwayat
perguruan tinggi teknik di Indonesia, periode 1920–
1942. Bandung: Penerbit ITB.
2. ^ (Indonesia) Sakri, A. (1979a). Dari TH ke ITB:
Kenang-kenangan lustrum keempat 2 Maret 1979. Jilid
I: Selintas Perkembangan. Bandung: Penerbit ITB.
3. ^ Iswidodo (ed.), Surya (Minggu, 29 Agustus 2010
20:28 WIB). "Antropolog UGM: Bung Karno Lahir di
Surabaya". tribunnews.com. Diakses tanggal 11
September 2015.
4. ^ "Soekarno – biografi". Kepustakaan Presiden-
Presiden Republik Indonesia. Diakses tanggal 6
Juni 2015.
5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s (Indonesia) Kasenda, Peter
(2010). Sukarno Muda: Biografi Pemikiran 1926–1933.
Jakarta: Komunitas Bambu. ISBN 979-373-177-X.
6. ^ a b c d e f g h (Indonesia) Warman, Asvi
(2009). Membongkar Manipulasi Sejarah. Jakarta:
Kompas Media Nusantara. ISBN 979-709-404-1.
7. ^ a b c d e (Indonesia) Adams, Cindy (1984). Bung Karno
Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Jakarta: Gunung
Agung. ISBN 979-96573-2-6.
8. ^ "Soekarno tanpa achmad".
9. ^ (Inggris) Adams, Cindy (1965). Sukarno, an
autobiography as told to Cindy Adams. New York: The
Bobs Merryl Company Inc. ASIN B0007DFFFK.
10. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t Kisah Istimewa Bung Karno.
Kompas Media Nusantara. 2010. ISBN 978-979-709-
503-1.
11. ^ "Oost Indië". 15 Jul 1921 – via KB NBM Mfm MMK
0030 [Microfilm].
12. ^ a b c d e (Inggris) Brown, Colin (2007). Sukarno.
Microsoft ® Student 2008 [DVD]. Redmond, WA:
Microsoft Corporation.
13. ^ a b (Indonesia) Sakri, A. (1979b). Dari TH ke ITB:
Kenang-kenangan lustrum keempat 2 Maret 1979. Jilid
II: Daftar lulusan ITB. Bandung: Penerbit ITB.
14. ^ a b c "Menguak Sisi Artistik Bung Karno". Arsip
Sunjayadi.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal March
10, 2007. Diakses tanggal 18 September 2015.
15. ^ Zein, Abdul Baqir (1999). Masjid-Masjid Bersejarah di
Indonesia. Jakarta: Gema Insani Press.
16. ^ Santi Widhiasih (Senin, 11 September 2006). "Jejak
Arsitektur Sang Presiden". Pikiran Rakyat. Diakses
tanggal 11 September 2015. Resensi atas buku Bung
Karno Sang Arsitek – Kajian Artistik Karya Arsitektur,
Tata Ruang Kota, Interior, Kria, Simbol, Mode Busana,
dan Teks Pidato 1926 – 1965
17. ^ a b c d Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho
Notosusanto (1992). Sejarah nasional Indonesia:
Jaman Jepang dan Jaman Republik Indonesia. PT
Balai Pustaka.
18. ^ a b c d Yuke Ardhiati, JJ. Rizal (ed.), Edi Sedyawati
(pengantar) (Juni 2005). Bung Karno Sang Arsitek -
Kajian Artistik Karya Arsitektur, Tata Ruang Kota,
Interior, Kria, Simbol, Mode Busana, dan Teks Pidato
1926-1965. Depok: Komunitas Bambu.
19. ^ Dahm, Bernhard (1987). Soekarno dan Perjuangan
Kemerdekaan. Penerbit LP3ES Jakarta. hlm. 47–48.
20. ^ Yudi Latif (2008). "Indonesian Muslim Intelligentsia
and Power". ISEAS Publishing.
21. ^ Kasenda, Peter (2013). "SOEKARNO: Membongkar
Sisi-sisi Hidup Putra Sang Fajar". Jakarta Selatan:
Jurnal Prisma. hlm. hal 2 & 3. Membaca kembali
Sukarno. Sumber lain menyebut tahun 1924 dan 11 Juli
1925 sebagai hari kelahiran organisasi kuliah umum
tersebut
22. ^ a b c d e f g h Anwar Khumaini (Jumat, 1 Juni 2012
06:12). "7 Percobaan pembunuhan terhadap Bung
Karno". Merdeka.com. Diakses tanggal 9
September 2015.
23. ^ a b c Ramadhian Fadillah (Kamis, 11 September 2014
01:02). "CIA bikin film porno Presiden Soekarno &
pramugari cantik Rusia". www.merdeka.com. Diakses
tanggal 15 September 2015.
24. ^ a b c Yudi Anugrah Nugroho. "Film Porno Mirip
Sukarno". historia.id. Diakses tanggal 15
September 2015.
25. ^ Kurnia Illahi (Minggu, 16 Agustus 2015−06:39
WIB). "Kecerdikan Soekarno Manfaatkan Soviet dan
Amerika". Nasional.sindonews.com. Diakses tanggal 15
September 2015.
26. ^ "Ketika Alutsista Diembargo ..." (ryi/bur/fan).
Kompas.com. Diarsipkan dari versi aslitanggal Wed Oct
04 2000 – 16:46:34 EDT. Diakses tanggal 15
September 2015.
27. ^ Peter N. Nemetz (1990). The Pacific Rim:
Investment, Development and Trade: Second Revised
Edition. Vancouver BC: University of British Columbia
Press. hlm. 16–20.
28. ^ Kawin Wilairat. "Singapore's Foreign Policy".
Singapore: The Institute of Southeast Asean Studies.
29. ^ a b c d e f g h i (Inggris) Aji, Achmad Wisnu
(2010). Kudeta Supersemar: Penyerahan atau
Perampasan Kekuasaan?. Garasi House of Book. ISBN
978-979-25-4689-7. Halaman 36, 145.
30. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q Huda M., Nurul (2010). Benarkah
Soeharto Membunuh Soekarno?. Starbooks. ISBN 978-
979-25-4724-5. Halaman 5, 57, 84-89.
31. ^ Nama Jalan Proklamasi Akan Dikembalikan
32. ^ Merrillees, Scott (2015). Jakarta: Portraits of a Capital
1950-1980. Jakarta: Equinox Publishing.
hlm. 44. ISBN 9786028397308.
33. ^ Farrel M. Rizqy, ed. (2009). Bung Karno – Di Antara
Saksi dan Peristiwa [Bung Karno – Between Witnesses
and Events]. Jakarta: Kompas.
hlm. 64. ISBN 9789797094096.
34. ^ Roy (3 Juni 2008). "Kuba Terbitkan Prangko Bung
Karno dan Fidel Castro". Kompas Cyber Media.
Diakses tanggal 3 Juni 2008.
35. ^ Nurdin Saleh (15 Januari 2001). "Gelora Senayan
Siap Berubah Menjadi Gelora Bung Karno". Tempo
Interaktif. Diakses tanggal 5 Juni 2010.
36. ^ Info UBK, Universitas Bung Karno. Diakses pada 5
Juni 2010.
37. ^ a b Profil Yayasan, Yayasan Bung Karno. Diakses
pada 3 Agustus 2010.
38. ^ "Satria Piningit Mengaku Temukan Harta Karun Bung
Karno". Suara Merdeka. 17 Mei 2003. Diakses
tanggal 3 Agustus 2010.
39. ^ Apa dan Siapa Ir. Sukarno, Yayasan Bung Karno.
Diakses pada 3 Agustus 2010.
40. ^ "Awards". kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 Oct 2015 02:05:58
UTC. Diakses tanggal 17 Oct 2015 02:05:58 UTC.
41. ^ Yearbook of the Great Soviet Encyclopedia. Moscow.
Russian: Sovetskaya Entsyiklopediya. 1961.
42. ^ "Briefer on the Philippine Legion of Honor". Official
Gazette of the Republic of the Philippines. Gov.ph.
Diakses tanggal 2013-04-13.

Lihat pula
 Algemeene Studie Club (ASC), (1926).
 Marhaenisme, (1926–1927).
 Perserikatan Nasional Indonesia, 4 Juli (1927).
 Fikiran Ra'jat, (1932).
 Pancasila, (1945).
 Nasonalisme, Agama, Komunisme, (1956).
 Demokrasi terpimpin (1959).
 Manifesto politik, Undang-Undang Dasar 1945,
Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin,
Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia
(Manipol-Usdek), (1959).
 Operasi Trikora, 19 Desember 1961).
 Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak/Pasukan
Rakyat Kalimantan Utara, (1962–1966).
 Ganyang Malaysia, (1962–1966).
 Games of the New Emerging Forces (Ganefo) ,
(1962).
 Sarinah, (1963)
 Unifikasi Indonesia Raya (Indonesia dengan
rumpun Melayu), 1920-1950-an.
 Unifikasi Mafilindo (Malaya, Filipina dan
Indonesia), 1963.
 Vivere pericoloso, (1964).
 Trisakti, (1964).
 Berdikari, (1965).
 Conference of The New Emerging Forces
(Conefo), 7 Januari (1965)
 Gerakan 30 September, 1 Oktober (1965)
 Nawa Aksara, 22 Juni (1966).
 Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah, 17
Agustus (1966).
 Surat Perintah Sebelas Maret, 11 Maret (1966).
 De-Soekarnoisasi, (1967–1998).

Pranala luar
Wikimedia Commons
memiliki media
mengenai Soekarno.

Wikiquote memiliki koleksi
kutipan yang berkaitan
dengan
Soekarno.

Wikisource memiliki
naskah sumber yang
berkaitan dengan artikel
ini:
Soekarno

Portal Indonesia

Portal Sejarah

Portal Politik

Portal Biografi

Portal Sosialisme

 Situs web resmi Soekarno Institut


 Bio Soekarno di Ensiklopedi Tokoh Indonesia
 Bung Karno Dan Para Isteri Hati yang Melihat
Wanita – Edisi Khusus Gatra Nomor 29
Beredar 4 Juni 2001 oleh Dewi Sri Utami
 Garis Waktu Soekarno tahun 1950–1965
 Video Soekarno Ketika Berpidato di Depan
Rakyat Jakarta
 Video Pelantikan Soekarno sebagai Presiden

Jabatan politik

Jabatan baru
Kemerdekaan Indonesia Presiden Indonesia Diteruskan oleh:
Lihat: Daftar Gubernur- 1945–1967 Soeharto
Jenderal Hindia Belanda

Diteruskan oleh:
Didahului oleh: Perdana Menteri Indonesia Soeharto
Djuanda Kartawidjaja 1959–1966 sebagai Ketua Presidium
Kabinet

Kembangkan
Pranala ke artikel terkait
90665252
2410857h (data)
8619985
0 0001 2126 349X
50010422
0580892
458043
0057075
405697
6sq91fv
033220387
329774
Identities (via VIAF): 30329774
Kategori: 
 Tanggal kelahiran 6 Juni
 Kelahiran 1901
 Tanggal kematian 21 Juni
 Kematian 1970
 Artikel yang tidak memiliki referensi September
2020
 Anggota BPUPKI
 PPKI
 Pahlawan nasional Indonesia
 Meninggal usia 69
 Soekarno
 Politikus Partai Nasional Indonesia
 Presiden Indonesia
Menu navigasi
 Belum masuk log
 Pembicaraan

 Kontribusi

 Buat akun baru

 Masuk log

 Halaman
 Pembicaraan
 Baca
 Lihat sumber
 Versi terdahulu
Pencarian
Cari Lanjut

 Halaman Utama
 Perubahan terbaru
 Artikel pilihan
 Peristiwa terkini
 Halaman baru
 Halaman sembarang
Komunitas
 Warung Kopi
 Portal komunitas
 Bantuan
Wikipedia
 Tentang Wikipedia
 Pancapilar
 Kebijakan
 Menyumbang
 Hubungi kami
 Bak pasir
Bagikan
 Facebook
 Twitter
Perkakas
 Pranala balik
 Perubahan terkait
 Halaman istimewa
 Pranala permanen
 Informasi halaman
 Kutip halaman ini
 Item di Wikidata
 Pranala menurut ID
Cetak/ekspor
 Buat buku
 Unduh versi PDF
 Versi cetak
Dalam proyek lain
 Wikimedia Commons
 Wikikutip
 Wikisumber
Bahasa lain
 Acèh
 Basa Bali
 Banjar
 Bahasa Hulontalo
 Jawa
 Minangkabau
 Bahasa Melayu
 Sunda
 中文
80 lagi
Sunting interwiki
Proyek lain
 Wikiquote
 Wikisource
 Halaman ini terakhir diubah pada 6 September 2020, pukul 01.40.
 Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons; ketentuan tambahan mungkin berlaku.
Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.
 Kebijakan privasi
 Tentang Wikipedia

 Penyangkalan

 Tampilan seluler

 Pengembang

 Statistik

 Pernyataan kuki

Anda mungkin juga menyukai