Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kelangkaan BBM & BBG serta fenomena global warming menyebabkan


setiap bidang keilmuwan berlomba untuk melakukan inovasi penggunaan energi-
energi alternatif selain minyak dan gas bumi,serta berlomba menciptakan dan
menggunakan teknologi yang ramah lingkungan “Green Technologi”. Energi
alternatif yang banyak dieksplorasi oleh para ahli agar bisa digunakan sebagai
pengganti BBM dan BBG adalah energi matahari, angin, biofuel, biogas, dan
bioetanol. Teknologi ramah lingkungan juga telah ramai dikampanyekan,masyarakat
dikenalkan dengan konsep ramah lingkungan, misal prinsip pemisahan sampah
organik dan anorganik, serta penggunaan plastic dan sabun yang bisa
terdegradasi. Selain itu perusahaan-perusahaan juga mulai diwajibkan untuk
menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dan penanganan pengolahan limbah
sesuai dengan standard yang telah ditetapkan oleh badan yang terkait, misalnya
dengan adanya ISO 4001 tentang lingkungan.

Rumah merupakan elemen terdekat dan terkecil yang merupakantempat


singgah dari subjek (pelaku utama) pengguna energi BBM &BBG serta
sebagai produsen dari limbah baik secara langsung maupuntidak langsung. Para ahli
baik itu arsitek maupun teknokrat sedang dantelah melakukan berbagai inovasi untuk
menciptakan rumah yang hematenergi dan ramah lingkungan.Indonesia merupakan
negara tropis yang dilewati oleh gariskatuliswa sehingga dilimpahi sinar
matahari yang cukup sepanjangtahun, serta suhu yang cukup stabil.
Dengan memperhatikan kondisigeografis tersebut, maka energi alternatif
matahari sangat cocokditerapkan di Indonesia. Konstruksi bangunan rumah
juga harusmemperhatikan unsur penggunaan bahan/material dan
bentukbangunan yang mampu mengurangi penggunaan lampu
untukpencahayaan, AC untuk pendingin, sistem pembuangan yang baik.
1.2 MASALAH PENELITIAN
Masalah penelitian yang akan dibahas di poin ini yaitu identifikasi masalah
dan permusan masalah yang berkaitan dengan pembangunan hunian milenial di
Jakarta.
1.2.1 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini, yaitu pembangunan hunian ramah
lingkungan di Jakarta mempunyai desaian dan keuntungan tersendiri.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas mengenai permasalahan pembangunan
hunian minimalis ramah lingkungan, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan hunian ramah lingkungan?
2. Bagaimana proses perancangan dan pembangunan hunian ramah
lingkungan di Jakarta?
3. Apa keuntungan dari hunian ramah lingkungan?
1.3 PEMBATASAN MASALAH
Batasan masalah dari penilitian ini adalah hunian minimalis ramah
lingkungan.
1.4 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang di atas mengenai permasalahan pembangunan
hunian minimalis ramah lingkungan, adapun tujuan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan hunian rumah lingkungan
2. Menjelaskan proses perancangan dan pembangunan hunian ramah
lingkungan di Jakarta
3. Menjelaskan keuntungan dari hunian ramah lingkungan

1.5 MANFAAT PENILITIAN


1. Peneliti
Menambah wawasan mengenai hunian minimalis ramah lingkungan.
2. Masyarakat
Dengan adanya penilitain ini, diharapkan dapat memberikan
informasi baru bagi para masyarat khususnya milenial yang ingin
mempunyai hunian minimalis ramah lingkungan
3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Dari masalah yang peneliti angkat di atas, diharapkan dapat
menambah pengembangan ilmu atau teknologi baru dalam proses desain
dan pembangunan hunian minimalis ramah lingkungan.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN


BAB I PENDAHULUAN
Bab 1 pendahuluan berisi latar belakang penelitian mengenai hunian ramah
lingkungan. Selain latar belakang, berisi juga uraian mengenai identifikasi
masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, dan
manfaat penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab 2 berisi uraian teori mengenai pengertian hunian ramah lingkungan,
proses desain dan pembangunan hunian ramah lingkugan, dan keuntungan
dari hunian ramah lingkungan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab 3 berisi uraian mengenai diagram alir penelitian yang di dalamnya
membahas proses atau tahapan penelitian yang dilakukan, Selain itu, bab 3
juga berisi teknik, objek penelitian, serta lokasi penelitian.
BAB IV DATA
Bab 4 berisi uraian mengenai data-data penelitan yang telah dilakukan
berkaitan dengan hunian ramah lingkungan
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab 5 berisi uraian analisis dan pembahasan yang disesuaikan dengan
rumusan masalah, yakni pengertian hunian ramah lingkungan, proses desain
dan pembangunan hunian ramah lingkungan, dan keuntungan hunian ramah
lingkungan.
BAB VI PENUTUP
Bab 6 berisi uraian, simpulan, dan saran
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KERANGKA TEORETIS

2.1.1 Hidup Ramah Lingkungan

Hidup ramah lingkungan


adalah gaya hidup yang
yang mencoba untuk
mengurangi penggunaan
sumber daya alam dan harta
pribadi yang dilakukan
oleh pribadi maupun
masyarakat. Pelaku gaya
hidup hidup ramah
lingkungan
sering mencoba untuk
mengurangi jejak karbon
yang mereka hasilkan
dengan
mengubah moda
transportasi, konsumsi
energi, dan konsumsi
makanan. Para
pendukung gaya hidup
ramah lingkungan
bermaksud untuk
menjalani
kehidupan mereka de
Hidup ramah lingkungan
adalah gaya hidup yang
yang mencoba untuk
mengurangi penggunaan
sumber daya alam dan harta
pribadi yang dilakukan
oleh pribadi maupun
masyarakat. Pelaku gaya
hidup hidup ramah
lingkungan
sering mencoba untuk
mengurangi jejak karbon
yang mereka hasilkan
dengan
mengubah moda
transportasi, konsumsi
energi, dan konsumsi
makanan. Para
pendukung gaya hidup
ramah lingkungan
bermaksud untuk
menjalani
kehidupan mereka de
Hidup ramah lingkungan
adalah gaya hidup yang
yang mencoba untuk
mengurangi penggunaan
sumber daya alam dan harta
pribadi yang dilakukan
oleh pribadi maupun
masyarakat. Pelaku gaya
hidup hidup ramah
lingkungan
sering mencoba untuk
mengurangi jejak karbon
yang mereka hasilkan
dengan
mengubah moda
transportasi, konsumsi
energi, dan konsumsi
makanan. Para
pendukung gaya hidup
ramah lingkungan
bermaksud untuk
menjalani
kehidupan mereka de
idup ramah lingkungan
adalah gaya hidup yang
yang mencoba untuk
mengurangi penggunaan
sumber daya alam dan harta
pribadi yang dilakukan
oleh pribadi maupun
masyarakat. Pelaku gaya
hidup hidup ramah
lingkungan
sering mencoba untuk
mengurangi jejak karbon
yang mereka hasilkan
dengan
mengubah moda
transportasi, konsumsi
energi, dan konsumsi
makanan. Para
pendukung gaya hidup
ramah lingkungan
bermaksud untuk
menjalani
kehidupan mereka
dengan cara yang
konsisten dengan
keberlanjutan,
keseimbangan alam dan
menghargai hubungan
simbiosis antara manusia
dengan ekologi dan siklus
alam. Praktek dan filosofi
umum dari hidup ramah
lingkungan sangat terkait
dengan prinsip-prinsip
keseluruhan pembangunan
berkelanjutan.
Hidup ramah lingkungan pada dasarnya merupakan penerapan dari
keberlanjutan atas keputusan dan pilihan gaya hidup. Salah satu konsepsi tentang
hidup ramah lingkungan adalah untuk mengungkapkan apa yang dimaksudkan dari
"tiga pilar besar", yaitu sebagai pemenuhan kebutuhan ekologi, sosial, dan ekonomi
tanpa mengorbankan faktor-faktor tersebut bagi generasi mendatang. Konsepsi lain
yang lebih luas dalam menggambarkan tentang hidup ramah lingkungan adalah
dilihat dari "Empat domain sosial yang saling berhubungan": yaitu ekonomi, ekologi,
politik dan budaya.

Dalam konsepsi pertama, Hidup ramah lingkungan dapat digambarkan


sebagai hidup di dalam daya dukung bawaan yang ditentukan oleh ketiga faktor
tersebut. Sedangkan dalam konsepsi yang kedua, atau disebut juga "Lingkaran
Keberlanjutan", Hidup ramah lingkungan bisa digambarkan sebagai
mengkompromikan relasi akan kebutuhan-kebutuhan dalam batasan di semua ranah
kehidupan sosial yang saling berhubungan, termasuk konsekuensinya terhadap
generasi umat manusia di masa depan dan spesies lain di luar manusia.

Desain yang berkelanjutan dan pembangunan berkelanjutan merupakan


faktor penting untuk Hidup Ramah Lingkungan. Desain berkelanjutan meliputi
pengembangan teknologi yang tepat, yang merupakan pokok dari praktik kidup
ramah lingkungan. Pembangunan berkelanjutan pada gilirannya adalah penggunaan
teknologi ini dalam bidang infrastruktur. Arsitektur berkelanjutan dan pertanian
adalah contoh yang paling umum dari praktik ini (Darmawan Darma, 2015).
2.1.2 Hunian Ramah Lingkungan

Hunian ramah lingkungan yang juga dikenal sebagai konstruksi ramah


lingkungan atau bangunan berkelanjutan adalah menciptakan struktur dan proses
pembuatannya juga ramah lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh
bangunan daur-hidup, mulai dari survey hingga desain, konstruksi, operasi,
pemeliharaan, renovasi, dan deconstruction. Praktek ini meluas dan
menyempurnakan desain bangunan klasik yang memperhitungkan biaya, kegunaan,
daya tahan dan kenyamanan. Walaupun teknologi-teknologi baru terus
dikembangkan untuk menyempurnakan pembuatan struktur yang lebih “eco-
friendly”, tujuan yang sama adalah bangunan ramah lingkungan didesain untuk
mengurangi akibat buruk terhadap lingkungan dan kesehatan manusia melalui:
 Penggunaan energi secara efektif, air dan sumber daya lainnya
 Melindungi kesehatan penghuni dan meningkatkan produktifitas pekerja
 Mengurangi sampah, polusi dan kerusakan lingkungan
Terdapat beberapa istilah dengan konsep yang hampir sama diantaranya
Natural Building dan Solar passive house. Natural building adalah sebuah konsep
untuk bangunan dengan menggunakan skala lebih kecil dan cenderung fokus pada
penggunaan bahan-bahan alami yang tersedia. Dan Solar pasisive house merupakan
sebuah konsep yang cenderung focus terhadap penghematan energi. Terdapat empat
elemen untuk menjalankan konsep Solar passive house tersebut, yaitu basis matahari,
desain rumah, struktur rumah, dan teknologi.
Penyelamatan Bumi yang sedang sakit bisa dimulai dari hal-hal kecil yang
ada di sekitar kita. Seperti pembanguan rumah tinggal yang ramah lingkungan (eco
house) dengan sanitasi yang baik. Seperti mempertimbangkan penghematan listrik,
hemat air, pembuangan limbah rumah tangga menggunakan peresapan sendiri
dengan tidak langsung disalurkan ke got serta mendesain sistem sirkulasi udara
alami. Tidak menggunakan barang yang dapat merusak ozon seperti AC, busa dan
rokok juga bagian dari konsep eco house ini.   Pada dasarnya menanam pohon
sebanyak-banyaknya dan dirawat dengan sehat pertumbuhannya juga bisa
mengembangkan konsep eco-house ini. Demikian pula penggunaan bahan yang bisa
digunakan kembali seperti kain lap dari pada tisu juga bagian dari konsep eco-house.
Sejak 1996 negara maju sudah sepakat untuk tidak memakai barang-barang
yang menggunakan bahan kimia CFC yang bisa merusak ozon dan mengakibatkan
pemanasan global. Namun, Indonesia malah menjadi tempat pembuangan pemasaran
produk-produk yang tidak ramah lingkungan. Pengembangan Eco-house di negara
berkembang pada saat ini didasarkan pada prinsip-prinsip ramah lingkungan seperti:
 Meminimalkan penggunaan energi melalui banyaknya bukaan dan lubang-
lubang ventilasi yang diharapkan akan menekan kebutuhan penggunaan
listrik untuk penerangan atau sirkulasi udara. Pola pembagian ruang yang
terbuka ini juga untuk meningkatkan kualitas kesehatan rumah. 
 Penggunaan bahan alami lokal namun tidak membebani sumber daya alam
setempat dan bahkan dapat mempromosikan perekonomian setempat.
Contohnya adalah kombinasi kayu (misalnya kayu kelapa) dengan batu serta
penggunaan bata merah yang merupakan hasil industri setempat.
 Memiliki cukup ruang dan sarana dasar untuk mengembangkan pola
pengolahan sampah sendiri (pengkomposan) maupun penambahan fasilitas
pengolahan air kotor atau daur ulang air pada saatnya. Tersedia pula cukup
ruang untuk mengembangkan taman dan apotik hidup yang diharapkan turut
memperbaiki kualitas udara rumah.
Pada akhirnya pengembangan rumah ramah lingkungan ini akan dilanjutkan
menjadi pengembangan Desa Ramah Lingkungan atau Eco-village yang semata-
mata ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup dan lingkungan (Zainul Arifin,
2015).

2.2 PENELITIAN TERDAHULU

Konsep bangunan ramah lingkungan atau green building didorong menjadi


tren dunia, terutama bagi pengembangan properti saat ini. Bangunan ramah
lingkungan ini mempunyai kontribusi menahan laju pemanasan global dengan
membenahi iklim mikro. Dalam pemanasan global, hal yang perlu diperhatikan
adalah dengan penghematan air dan energi serta penggunaan energi terbarukan.

Arsitektur ramah lingkungan, yang juga merupakan arsitektur hijau,


mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur hijau
mengandung juga dimensi lain seperti waktu, lingkungan alam, sosio-kultural, ruang,
serta teknik bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur hijau bersifat
kompleks, padat dan vital dibanding dengan arsitektur pada umumnya.

Green architecture didefinisikan sebagai sebuah istilah yang menggambarkan


tentang ekonomi, hemat energi, ramah lingkungan, dan dapat dikembangkan menjadi
pembangunan berkesinambungan.

Green architecture (dikenal sebagai konstruksi hijau atau bangunan yang


berkelanjutan) adalah praktek membuat struktur dan menggunakan proses yang
bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh
siklus hidup bangunan: dari tapak untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan,
renovasi, dan dekonstruksi. Praktek ini memperluas dan melengkapi desain
bangunan klasik keprihatinan ekonomi, utilitas, daya tahan, dan kenyamanan. Tujuan
umumnya adalah bahwa bangunan hijau dirancang untuk mengurangi dampak
keseluruhan dari lingkungan yang dibangun pada kesehatan manusia dan lingkungan
alam oleh:
- Efisien menggunakan energi, air, dan sumber daya lain
- Kesehatan penghuni melindungi dan meningkatkan produktivitas karyawan
- Mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan

Fakta akibat pemanasan global mendorong lahirnya berbagai inovasi produk


industri terus berkembang dalam dunia arsitektur dan bahan bangunan. Konsep
pembangunan arsitektur hijau menekankan peningkatan efisiensi dalam penggunaan
air, energi, dan material bangunan, mulai dari desain building interior,
pembangunan, hingga pemeliharaan bangunan itu ke depan.
Desain rancang bangunan memerhatikan banyak bukaan untuk
memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami. Sedikit mungkin menggunakan
penerangan lampu dan pengondisi udara pada siang hari.

Bentuk arsitek design bangunan yang baik dan ramah lingkungan adalah
bangunan yang memperhatikan lingkungan sekitarnya seperti membuat taman di
lingkungan rumah dan gedung selain itu kurangi jumlah penggunaan kaca pada
rumah atau bangunan gedung kantor. Untuk desain interior, menggunakan interior
yang ramah lingkungan dan mengurangi pengunaan listrik yang sangat berlebihan,
selain itu gunakan bahan bahan seperti kayu, dan kurangin penggunaan kaca dan
lampu atau interior lainnya yang menggandung bahan kaca. Sedangkan pada desain
eksteriornya, dengan menghindari penggunaan bahan bangunan yang berbahaya dan
diganti dengan yang ramah lingkungan, dengan memperbanyak taman hijau dan
taman yang memang di butuhkan untuk mengatur keseimbang lingkungan sekitar.

Desain bangunan hemat energi, membatasi lahan terbangun, layout


sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material
ramah lingkungan. Atap-atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap (roof
garden, green roof) yang memiliki nilai ekologis tinggi (suhu udara turun,
pencemaran berkurang, ruang hijau bertambah).

Pemilihan material yang ramah lingkungan dapat dijabarkan menjadi dua hal
yakni dari sisi teknologi dan penggunaan. Dari sisi teknologi, pemilihan bahan
sebaiknya menghindari adanya toksin atau racun dan diproduksi tidak bertentangan
dengan alam. Sebagai contoh, minimalkan penggunaan material kayu, batu alam
ataupun bahan bangunan yang mengandung racun seperti asbeston. Sedangkan dari
sisi penggunaan, pemilihan material yang ramah lingkungan misalnya menggunakan
lampu hemat energi seperti lampu LED yang rendah konsumsi listrik, semen instan
yang praktis dan efisien, atau pun memilih keran yang memakai tap yang hanya
mengeluarkan air dalam volume tertentu.

Penggunaan material bahan bangunan yang tepat berperan besar dalam


menghasilkan bangunan berkualitas yang ramah lingkungan. Beberapa jenis bahan
bangunan ada yang memiliki tingkat kualitas yang memengaruhi harga. Penetapan
anggaran biaya sebaiknya sesuai dengan anggaran biaya yang tersedia dan dilakukan
sejak awal perencanaan sebelum konstruksi untuk mengatur pengeluaran sehingga
baik building interior maupun eksteriornya tetap berkualitas.Bahan baku building
interior design maupun eksteriornya yang ramah lingkungan berperan penting dalam
menjaga kelestarian lingkungan bumi. Beragam inovasi teknologi proses produksi
terus dikembangkan agar industri bahan baku tetap mampu bersahabat dengan alam.
Industri bahan bangunan sangat berperan penting untuk menghasilkan bahan
bangunan yang berkualitas sekaligus ramah lingkungan.

Konstruksi design bangunan yang berkelanjutan dilakukan dengan


penggunaan bahan-bahan alternatif dan bahan bakar alternatif yang dapat
mengurangi emisi CO2 sehingga lebih rendah daripada kadar normal bahan baku
yang diproduksi sebelumnya. Bahan baku alternatif yang digunakan pun beragam.
Bahan bangunan juga memengaruhi konsumsi energi di setiap bangunan. Pada saat
bangunan didirikan konsumsi energi antara 5-13 persen dan 87-95 persen adalah
energi yang dikonsumsi selama masa hidup bangunan. (Syara Hanjaya, 2012)

2.3 KERANGKA KONSEPTUAL (MIND MAPPING)

Pembangunan
Hunian Milenial di
Jakarta

Hunian Ramah
Lingkungan

Penggunaan Karakteristik Desain hunian


energi hunian hunian ramah ramah
ramah lingkungan lingkungan lingkungan

Pembangunan hunian ramah


lingkungan memiliki desain
dan karakteristik sendiri
Pembangunan hunian ramah lingkungan di Jakarta saat ini sedang gencar
disosialisasikan karena dapat menghemat energi. Hunian ramah lingkungan
mempunyai karakteristik tersendiri dan sangat dipengaruhi oleh desainnya

Anda mungkin juga menyukai