RSUD UNGARAN
Disusun Oleh:
P1337424416039
LAPORAN PENDAHULUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN TUBUH PADA AN.A
RSUD UNGARAN
BAB I
TINJAUAN TEORI
b. Vomitus
Ada berbagai macam hal mengapa seseorang mengalami vomitus,
beberapa penyebab diantaranya adalah:
1. Infeksi virus dan gastroentritis akut.
Penyebab paling sering adalah infeksi virus di antaranya adalah
gastroenteristis akut biasanya oleh virus khususnya rotavirus. Infeksi diare
pada anak paling sering disebabkan karena infeksi rotavirus. Infeksi diare
karena rotavirus ini sering diistilahkan muntaber atau muntah berak.
Gejala infeksi rotavirus atau virus lainnya berupa demam ringan, diawali
muntah sering, diare hebat, dan atau nyeri perut. Muntah dan diare
merupakan gejala utama infeksi rotavirus dan dapat berlangsung selama 3-
7 hari. Infeksi rotavirus dapat disertai gejala lain yaitu anak kehilangan
nafsu makan, dan tanda-tanda dehidrasi. Infeksi rotavirus dapat
menyebabkan dehidrasi ringan dan berat, bahkan kematian. Infeksi virus
bukan rotavirus biasanya hanya terdapat keluhan muntah sering tanpa
diikuti diare yang hebat.
2. Penderita alergi dan hipersensitif saluran cerna.
Pada anak penderita alergi khususnya dengan gastrooesephageal
refluks. Pada penderita ini, biasanya keluhan muntah atau gumoh sering
saat usia di bawah usia 6- 12 bulan. Setelah usia itu keluhan berangsur
berkurang dan akan membaik palaing lama setelah usia 5-7 tahun. Pada
umumnya usia 3-6 bulan muntah hanya 2-5 kali perhari dan kan membaik
dengan pertambahan usia. Serangan gangguan muntah akan lebih berat
saat terjadi infeksi saluran napas atau infeksi virus lainnya. Keluhan
infeksi virus biasanya disertai keluhan demam, badan hangat, badan pegal,
nyeri otot, sakit kepala, nyeri tenggorokan, batuk atau pilek. Makanan
pada penderita alergi makanan bisa menyebabkan muntah tetapi hanya
lebih ringan dan dalam beberapa saat akan berkurang. Penderita alergi
dengan GER biasanya disertai dengan alergi pada kulit, hidung dan
saluran napas.
3. Gangguan metabolik
Ini mungkin mengganggu baik pada perut dan bagian-bagian otak yang
mengkoordinasikan muntah, hypercalcemia (kadar kalsium tinggi), uremia
(penumpukan urea, biasanya karena gagal ginjal), adrenal insufisiensi,
hipoglikemia dan hiperglikemia.
b. Vomituas
Muntah sebenarnya merupakan gejala, yang muncul sendiri atau
bersamaan dengan tanda lain dari sebuah penyakit atau masalah
kesehatan. Gejala lainnya antara lain:
1. Mual
2. Nyeri perut
3. Diare
4. Demam
5. Rasa melayang
6. Vertigo
7. Denyut antung cepat
8. Berkeringat deras
9. Mulut kering
10. Lebih jarang buang air kecil
4. Mekanisme Penyakit
a. GEA (Gastroenteritis Akut)
Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak
yang terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin
yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan
elektrolit dengan akibat dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan
gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel,
penetrasi ke lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat
menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila tidak
mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami
invasi sistemik.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus,
Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,
Salmonella, Escherichia coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia
Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau
sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada
Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari
satu penderita ke yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya
diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus
berlebihan sehingga timbul diare).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding
usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Gangguan moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis
Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia dangangguan sirkulasi darah.
b. Vomitus
Vomitus merupakan suatu reaksi tubuh yang berupa reaksi humoral
maupun reaksi neural yang keduanya dikendalikan oleh pusat muntah
yang berada di medula oblongata. Faktor-faktor humoral secara tidak
langsung dapat menyebabka muntah dengan jalan merangsang pusat
muntah yang berada di atas medula oblongata, sebelah caudal dari
ventrikel keempat otak, yang lebih dikenal dengan CTRZ (Cemoreseptor
Trigger Zone), yang tidak sepenuhnya terlindungi oleh sistem blood-brain
barrier, sehingga CTRZ dapat mendeteksi rangsang muntah yang sampai
melalui darah atau faktor etiologi muntah yang lainnya. Sedangkan
stimulasi muntah yang disampaikan melalui jalur syaraf, terjadi melalui
jalur syaraf vagus, simpatik, vastibular dan cerebrocortical. Reseptor-
reseptor untuk syaraf ini sendiri tersebar merata di GIT, organ abdomen,
peritoneum, dan faring.
5. Diagnosis
a. GEA (Gastroenteritis Akut)
Dokter kemungkinan bisa mendeteksi gastroenteritis dari gejala-gejala
yang dialami, serta melalui pemeriksaan fisik. Jika diperlukan, dokter bisa
menganjurkan tes feses yang berguna untuk menentukan jenis organisme
penyebab gastroenteritis. Selain virus, gastroenteritis juga bisa disebabkan
oleh bakteri dan parasit.
b. Vomitus
Karena muntah merupakan gejala yang tidak spesifik mengarah pada
salah satu penyakit tertentu. Pemeriksaan fisik akan memberikan
informasi yang cukup penting tentang vomitus. Palpasi daerah abdomen
bisa saja mengaruh kesuatu diagnosa, atau paling tidak membant dalam
mengumpulkan data dalam rangka menyusun suatu diagnosa terhadap
keadaan-keadaan seperti intussussepsi, benda asing di GIT, intra-
abdominal neuplasia, atau GDV.
B. Tinjauan Teori Prioritas Kebutuhan Klien
1. Pengertian
Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk
multiseluler seperti manusia atau hewan yang memiliki fungsi fisiologis
tertentu. Cairan tubuh merupakan komponen penting bagi fluida
ekstraseluler, termasuk plasma darah dan fluida transeluler. Cairan tubuh
dapat ditemukan pada spasi jaringan
Kebutuhan cairan merupakan suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.
2. Sistem yang Berperan dalam Kebutuhan Cairan
1. Ginjal. Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal,
yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah,
pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan
atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh
kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring cairan.
Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma yang
mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan yang
tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis
yang sel-selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine
yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron
dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
2. Kulit. Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait
dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur
panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan
mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan
vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara
penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung banyaknya
darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses
pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran
panas ke udara sekitar, konduksi (pengalihan panas ke benda yang
disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke permukaan yang
lebih dingin).
Prosedur kerja:
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien
3. Hubungkan cairan dan infuse set dengan menusukkan ke dalam
botol infus (cairan)
4. Isi cairan ke dalam infus set dengan menekan bagian ruang tetesan
hingga ruangan tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga
selang terisi dan udaranya keluar
5. Letakkan pengalas
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet
7. Gunakan sarung tangan
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas
10. Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar
melalui jarum infuse/abocath)
11. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus
12. Buka tetesan
13. Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril
14. Lalu cuci tangan.
Daftar Pustaka
Hidayat, AAA, Uliyah, Musriful. 2008. Konsep Dasar Praktik Klinik untuk
Kebidanan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika