Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN PENDIDIKAN ANTARA ILMU ALAM,

SOSIAL DAN HUMANIORA

Filsafat Pendidikan
Dosen pengampu : Dr. Irwanto, MT., MM., M.Pd., M.Si., M.Psi., MA.

Oleh:
Ahmad Denny Listiyawan (2283180003)

JURUSAN PENDIDIKAN VOKASIONAL TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan


kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentu tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga tetap terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
nabi besar Muhammad saw yang kita nanti-nantikan syafaatnya di
akhirat nanti.

Penyusun mengucapkan syukur kepada dosen pembimbing


yaitu Dr. Irwanto, yang telah membimbing dan mengarahkan penyusun
sehingga penyusun mampu menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai tugas dari mata kuliah Filsafat Pendidikan ini dengan baik.

Penyusun berharap semoga kedepannya makalah ini dapat


berguna bagi khalayak ramai baik itu di jadikan sebagai bahan bacaan
ataupun di jadikan sebagai bahan referensi bagi tulisan-tulisan lainnya.
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan di
dalamnya. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik serta saran yang
sifatnya membangun dari pembaca untuk makalah ini ,supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Serang,18 september 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
ABSTRAK........................................................................................................iv
BAB I.................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................1
C. Tujuan Penyusunan Makalah..................................................................1
BAB II................................................................................................................2
PEMBAHASAN.................................................................................................2
1. Pendidikan Ilmu Alam (Natural Science)................................................2
2. Pendidikan Ilmu Sosial (Social Science).................................................3
3. Pendidikan Humaniora (Humanities)......................................................5
BAB III...............................................................................................................8
PENUTUP.........................................................................................................8
A. Kesimpulan..............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

iii
ABSTRAK

Pendidikan di Indonesia harus dapat berperan serta positif dalam era


globalisasi ini, kita tidak ingin hanya menjadi obyek dan bulan-bulanan
bangsa lain.Oleh sebab itu kita harus mempersiapkan diri sedini mungkin
untuk menyongsong era tersebut, salah satu alternatif adalah
mempersiapkan sumber daya manusia melalui proses pendidikan. Masalah
utama yang harus dijawab dalam adalah model pengajaran apa yang dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka menyongsong
era globalisasi.[ CITATION Nur13 \l 1033 ]
Pendidikan merupakan suatu proses yang mencakup tiga dimensi,
individu, masyarakat atau komunitas nasional dari individu tersebut, dan
seluruh kandungan realitas, baik material maupun spiritual yang memainkan
peranan dalam menentukan sifat, nasib, bentuk manusia maupun
masyarakat.[ CITATION Nur13 \l 1033 ]
Dalam pendidikan terdapat tiga cabang utama, yaitu natural science,
social science, dan humanities. Ketiga hal tersebut saling berkesinambungan
antar satu dan yang lainnya membentuk suatu system pendidikan yang
didalamnya terdapat tiga hal tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas, pendidikan adalah sesuatu yang
sangat penting bagi kemajuan setiap bangsa, oleh karena itu pendidikan
harus terus dikembangkan dan diarahkan menjadi yang lebih baik dalam
segala bidang, agar dapat menciptakan penerus yang siap bersaing di dunia
globalisasi.

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran kepada peserta


didik yang bertujuan untuk mengebalikan manusai pada hakekatnya,
hakekat manusia adalah makhluk yang berfikir. Dengan adanya
pendidikan, tentu akan membuat manusia berfikir secara kritis dan
rasional.
Pendidikan di Indonesia sendiri saat ini masih dalam proses
menuju pendidikan yang baik sesuai dengan bidang
keahliannya.pendidikan merupakan suatu proses rekontruksi dari
hakekat manusia yang sesungguhnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan sebagai


berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan ilmu alam?


2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan ilmu sosial?
3. Apa yang dimaksud dengan pendidikan ilmu humaniora?
C. Tujuan Penyusunan Makalah

Setelah membaca makalah ini, pembaca diharapkan:

1
1. Dapat memahami tentang pendidikan ilmu alam
2. Dapat memahami tentang pendidikan ilmu sosial
3. Dapat memahami tentang pendidikan ilmu humaniora

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pendidikan Ilmu Alam (Natural Science)

Pendidikan lebih dari sekedar pengajaran, yang dapat dikatakan


sebagai suatu proses transfer ilmu, transformasi nilai, dan
pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya.
Dengan demikian pengajaran lebih berorientasi pada pembentukan
spesialis atau bidang – bidang tertentu, oleh karena itu perhatian dan
minatnya lebih bersifat teknis.[ CITATION Nur13 \l 1033 ]

Ilmu pengetahuan alam atau sains merupakan ilmu yang


mempelajari gejala-gejala alam yang meliputi mahluk hidup dan
mahluk tak hidup atau sains tentang kehidupan dan sains tentang
dunia fisik. Pengetahuan sains diperoleh dan dikembangkan dengan
berlandaskan pada serangkaian penelitian yang dilakukan oleh
sainstis dalam mencari jawaban pertanyaan” apa?”, ”mengapa?”, dan
“bagaimana?” dari gejala-gejala alam serta penerapannya dalam
teknologi dan kehidupan sehari-hari. [ CITATION Rah12 \l 1033 ]

Depdiknas (2006) dalam Wulandari (2016) menyatakan Ilmu


Pengetahuan Alam (Sains) berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis sehingga sains bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep atau prinsip saja.

Hakikat sains adalah landasan untuk berpijak dalam mempelajari


IPA. Aspek hakikat sains mengandung tiga aspek yaitu sains sebagai
produk, sains sebagai proses, dan sains sebagai sikap ilmiah.
Kurangnya penanaman nilai sikap ilmiah dalam proses kegiatan ilmiah
berakibat pada peroleh hakikat sains yang tidak utuh dan kurangnya

2
terbentuk sikap ilmiah siswa dalam melaksanakan kegiatan ilmiah.
[ CITATION Tur16 \l 1033 ]

Tursinawati (2010) dalam Tursinawati (2016) menjabarkan aspek-


aspek hakikat sains terdiri tiga aspek yaitu sains sebagai produk, sains
sebagai proses, sains sebagai sikap ilmiah. Sains sebagai produk
Sains sebagai produk merupakan makna alam dan berbagai
fenomena/perilaku/karakteristik yang dikemas menjadi sekumpulan
teori dan konsep,hukum, dan prinsip. Sains sebagai produk juga
menjabarkan karakteristikkarakteristik ilmu pengetahuan dan sifat-sifat
dasar dalam perolehan ilmu pengetahuan. Sains sebagai proses
adalah proses memperoleh ilmu pengetahun. Kita mengetahui bahwa
IPA diperoleh melalui metode ilmiah. Jadi yang dimaksud proses IPA
tidak lain adalah metode ilmiah. Dan sains sebagai sikap ilmiah adalah
penanaman sikap-sikap dalam diri siswa (ilmuan) ketika
melaksanakan proses metode ilmiah (penyelidikan) dan proses
pembelajaran IPA.

Pembelajaran IPA tidak bisa dengan cara menghafal atau pasif


mendengarkan guru menjelaskan konsep namun siswa sendiri yang
harus melakukan pembelajaran melalui percobaan, pengamatan
maupun bereksperimen secara aktif yang akhirnya akan terbentuk
kreativitas dan kesadaran untuk menjaga dan memperbaiki gejala-
gejala alam yang terjadi untuk selanjutnya membentuk sikap ilmiah
yang pada gilirannya akan aktif untuk menjaga kestabilan alam ini
secara baik dan lestari.[ CITATION Sul16 \l 1033 ]

Menurut Kemdikbud (2013) dalam Desstya (2015)


Pembelajaran sains sebaiknya menggunakan metode discovery,
metode pembelajaran yang menekankan pola dasar: melakukan
pengamatan, menginferensi, dan mengkomunikasikan. Pola dasar ini
dapat dirinci dengan melakukan pengamatan lanjutan (mengumpulkan
data), menganalisis data dan menarik kesimpulan. Pola-pola inilah
yang terdapat pada pendekatan keterampilan proses sains (scientific
process).

2. Pendidikan Ilmu Sosial (Social Science)

Pendidikan merupakan salah satu yang bertanggung jawab


besar dalam melahir-kan warga negara Indonesia yang memiliki
karakter kuat sebagai modal dalam membangun peradaban tinggi dan
unggul. Karakter bangsa yang kuat merupakan produk dari

3
pendidikan. Ketika mayoritas karakter masyarakat kuat, positif,
tangguh peradaban yang tinggi dapat dibangun dengan baik dan
sukses. Sebaliknya, jika mayoritas karakter masyarakat negatif,
karakter negatif dan lemah mengakibatkan peradaban yang di bangun
menjadi lemah.[ CITATION Edy17 \l 1033 ]

Terkait dengan tanggung jawab pendidikan tersebut, Ilmu


Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran di sekolah yang di de-sain
atas dasar fenomena, masalah dan realitas sosial dengan pendekatan
interdisipliner yang melibatkan berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan
humaniora seperti kewarganegaraan, sejarah, geografi, ekonomi,
sosiologi, antropologi, pendidikan. Karena itu, IPS dapat dikatakan
sebagai studi mengenai perpaduan antara ilmu-ilmu dalam rumpun
ilmu-ilmu sosial dan juga humaniora untuk melahirkan pelaku-pelaku
sosial yang dapat berpartisipasi dalam memecahkan masalah-
masalah sosio kebang-saan. Bahan kajiannya menyangkut peristiwa,
seperangkat fakta, konsep dan generalisasi yang berkait dengan isu-
isu aktual, gejala dan masalah-masalah atau realitas sosial serta
potensi daerah.[ CITATION Edy17 \l 1033 ]

Ilmu dapat dimengerti sebagai pengetahuan tentang struktur


dan perilaku dunia natural dan fsik yang menuntut adanya sebuah
pembuktian dan syarat-syarat tertentu.2 Sedangkan ilmu sosial
merupakan ilmu yang berusaha menerangkan keberadaan sebuah
fenomena lazimnya diupayakan melalui proses penelitian yaitu untuk
menjawab pernyataan: mengapa sesuatu terjadi atau mengapa gejala-
gejala sosial tertentu muncul dalam masyarakat3 . Dalam pengertian
sederhana, ilmu sosial dapat diartikan sebagai sebuah ilmu yang
membahas fenomena/gejala sosial, yaitu hubungan antara manusia
dengan lingkungan sosialnya.[ CITATION Bud13 \l 1033 ]

BSNP (2006:575) dalam Melati (2017) mendeskripsikan secara


umum tujuan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah agar
peserta didik memiliki kemampuan; (1) mengenal konsep-konsep yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2)
memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam

4
kehidupan sosial; (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-
nilai sosial dan kemanusiaan; (4) memiliki kemampuan berkomunikasi,
bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di
tingkat lokal, nasional, dan global.

Terdapat empat tipe ilmu sosial tersebut adalah ilmu sosial


profesional, ilmu sosial publik, ilmu sosial kebijakan, dan ilmu sosial
kritis. Perkembangan ilmu sosial yang sehat di suatu negara ditandai
oleh keseimbangan yang saling melengkapi antar keempat tipe ilmu
social tersebut. Keseimbangan ini diperlukan untuk mencegah terjadinya
perkembangan berlebihan salah satu tipe dan mengorbankan tipe ilmu
sosial yang lain. “Over-professionalisation” di Amerika Serikat dan
“over-marketisation” di Rusia dalam ilmu sosial, misalnya, berturut-
turut mengorbankan perkembangan ilmu sosial publik dan ilmu social
profesional. Over-professionalisation menuntut setiap ahli ilmu social
memiliki tanggung jawab akademis dengan membuktikannya lewat
publikasi yang sebelumnya telah dinilai oleh community of scholars di
jurnal ilmiah. Sedangkan Over-marketisation ditandai dengan
pertanggungjawaban ahli ilmu sosial bukan kepada community of
scholars melainkan kepada pemberi pekerjaan penelitian baik
kalangan pemerintah maupun swasta. [ CITATION Roc10 \l 1033 ]

3. Pendidikan Humaniora (Humanities)

Warga negara adalah orang dengan keanggotaan dalam


komunitas politik seperti negara atau kota. Orang ini berutang
kesetiaan kepada negara melalui kelahiran atau naturalisasi dan
sebagai imbalannya menikmati perlindungan negara atau bangsa.
Warga negara juga merupakan penduduk a kota atau kota, terutama
yang berhak memilih dan menikmati hak istimewa lainnya di sana.
Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk melatih orang hidup
dalam batas-batas tertentu tentang cara berhubungan dalam wilayah
politik mereka, oleh karena itu, penekanan diberikan pada perolehan
pengetahuan, keterampilan, metode dan nilai-nilai yang dibutuhkan
untuk berfungsi secara efektif dalam komunitas politik. Dari penelitian
ini, kami mampu mengkonfirmasi bahwa guru dan peserta didik
memahami esensi kewarganegaraan dan kebutuhan akan
kewarganegaraan pendidikan. Lebih dari 85% dan 88% dari peserta
didik dan guru masing-masing percaya pendidikan seperti itu

5
membawa perkembangan kompetensi sipil dan partisipasi untuk
membuat peserta didik menjadi pemikir kritis dan warga negara yang
tercerahkan.[ CITATION Eko18 \l 1033 ]

Kota-kota dengan bentuk perkotaan yang kompak sering


dikaitkan dengan keberlanjutan. Bentuk kota yang kompak dianggap
sebagai bentuk utama yang dapat memandu pembangunan kota untuk
keberlanjutan terutama dalam mengurangi dampak negatif dari
pembangunan yang tersebar. Aspek sosialisasi dalam lingkungan
perkotaan adalah salah satu faktor yang menentukan kualitas
lingkungan tertentu. Diperkirakan bahwa komunitas yang terisolasi
dipandang sebagai lingkungan yang gagal. Interaksi di antara tetangga
yang akan mengarah pada ikatan sosial yang lebih baik dan kohesi
sosial memiliki banyak keuntungan yaitu meningkatkan rasa aman,
kepuasan lingkungan yang lebih baik dan rasa memiliki. (Rani &
Mardiah, 2015)

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,


kehidupan materi manusia sangat kaya, dan alam spiritual sangat
meningkat. Namun, ketika kekayaan materi dan ranah spiritual dapat
memenuhi kebutuhan orang-orang sampai batas tertinggi, masalah
moral muncul dalam aliran tanpa akhir, terutama masalah moral
ketidakpedulian menjadi hambatan yang mengganggu moral
pengembangan. Fenomena ketidakpedulian moral seperti “melihat
kematian dengan tindakan menyelamatkan "," bayi yang jatuh ","
penipuan yang baik " dan seterusnya sangat umum. (Wu, 2019)

Pendekatan yang berpusat pada manusia hanya dimungkinkan


melalui pembuatan kebijakan internasional yang berfokus pada
keberlanjutan. Ini tidak akan berarti kerangka kerja yang sempurna,
tetapi memiliki potensi untuk mengarahkan perhatian dan sumber daya
yang diperlukan ke penyewa inti pusat menjadi manusia; yaitu, kami
berpendapat bahwa spesies kami berharga dan harus bertahan hidup.
[ CITATION Liz11 \l 1033 ]

Garuba (2003) dalam Kusimo, Felix, & Chidozie, (2019)


berpendapat bahwa cara terbaik untuk memberantas stigmatisasi dan
diskriminasi adalah dengan menciptakan lingkungan yang inklusif di
mana semua orang terlepas dari perbedaan mereka diterima. Ini bisa
dilakukan melalui pendidikan, menciptakan kesadaran dan

6
membangun masyarakat yang inklusif. Ini penting untuk perhatikan
bahwa pendidikan juga sangat membantu dalam mengubah pola pikir
dari keduanya secara fisik menantang dan anak yang sehat secara
fisik. Ini karena, para penyandang cacat dapat melihat diri mereka
diterima dalam suatu masyarakat terlepas dari perbedaan mereka
sementara yang secara fisik sesuai mendorong penerimaan yang
mengurangi diskriminasi di masyarakat.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian materi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa


ilmu sosial dan ilmu alam merupakan dua ilmu yang berlainan, baik
dari segi objek kajian, metode maupun dari segi cabang-cabangnya.
Ilmu sosial mempelajari manusia dari segi hubungannya dengan
manusia lain, ilmu ini berdasarkan penafsiran dan bersifat subjektif,
persepsi, generalisasi, dan sebagainya. Lalu selanjutnya adalah ilmu
alam, ilmu ini mempelajari tentang alam dan seluruh isinya (unsur
unsur, material dll), ilmu ini bersifat objektif, matematis, dan
berdasarkan empiris. dan yang terakhir adalah ilmu humaniora salah
satu ilmu yang terkait dengan mengungkap pemikiran, perasaan dan
keinginannya. Ilmu kemanusiaan yang tidak hanya mampu
memahami apa yang telah diperbuat manusia tetapi juga pengalaman
batin, pikiran, ingatan, keputusan nilai dan tujuan yang mendorongnya
berbuat.
Hubungan pendidikan antara ilmu alam, social, dan humniora adalah
ketiga disiplin ilmu tersebut, semuanya berorientasi pada manusia,
bagaimana pendidikan dapat membuat manusia menjadi bisa
mengolah apa yang ada di alam agar berguna bagi sesame makhluk
hidup, ilmu sosial mengajarkan bagaimana memperlakukan manusia
lainnya dalam hal hubungan antar sesame manusia, dan yang terakhir
ilmu humaniora mengajarkan tentang bagaimana kekuatan spiritual

8
dari dalam diri manusia yang menjadikan arah kehidupan manusia
lebih tertata dan bijaksana.
Ketiga ilmu itu membawa manusia pada hakekat yang sebenarnya,
bagaimana menjadi makhluk yang berfikir dan bijaksana dalam segala
hal, karena manusia diciptakan memiliki akal dan fikiran.

9
DAFTAR PUSTAKA

Kusimo, A. O., Felix , & Chidozie, C. (2019). Inclusive education and sustainable
development goals: A study of the physically challenged in Nigeria. Kusimo &
Chidozie, Cogent Arts & Humanities, 3.

Achwan, R. (2010). ILMU SOSIAL DI INDONESIA: PELUANG, PERSOALAN DAN


TANTANGAN. Jurnal Masyarakat & Budaya, 190-191.

Desstya, A. (2015). KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PEMBELAJARAN IPA DI


SEKOLAH DASAR (TELAAH BUKU SISWA KELAS IV SD TEMA 2 KARYA SUMINI).
Profesi Pendidikan Dasar, 96-97.

Edy, S., & Mukminan. (2017). PERAN GURU IPS SEBAGAI PENDIDIK DAN PENGAJAR
DALAM MENINGKATKAN SIKAP SOSIAL DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
SISWA SMP. Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS, 2-3.

Johnson, L. (2011). Are We Ready for Nanotechnology? Redefining the Human in


Public Policy. International Journal of Humanities and Social Science, 252-
253.

Melati, M. (2017). Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa melalui Model Pembelajaran
Arias Berbantuan Media Audio Visual. Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 2.

Nurkholis. (2013). PENDIDIKAN DALAM UPAYA MEMAJUKAN TEKNOLOGI. Jurnal


Kependidikan, 24-27.

Rahayu, P., Mulyani, S., & Miswadi, S. (2012). PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA
TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASE
MELALUI LESSON STUDY. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 65-65.

Rani, W. M., & Mardiah, W. N. (2015). Compact Urban form for Sociability in Urban
Neighbourhoods. International Journal of Social Science and Humanity, 822.

Sulthon. (2016). PEMBELAJARAN IPA YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN BAGI


SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH (MI). ELEMENTARY, 39.
Tawiah, E. N. (2018). Exploring the Understanding of Teachers and Learners on
Citizenship Education in Ghana. The International Journal Of Humanities &
Social Studies, 77.

Tursinawati. (2016). PENGUASAAN KONSEP HAKIKAT SAINS DALAM PELAKSANAAN


PERCOBAAN PADA PEMBELAJARAN IPA DI SDN KOTA BANDA ACEH. JURNAL
PESONA DASAR, 72.

Winarno, B. (2013). ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN
METODOLOGI. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 1.

Wu, S. (2019). Care Ethics: A New Perspective of Resolving Contemporary Moral


Indifference. Humanities and Social Sciences, 185.

Wulandari, F. E. (2016). PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK


MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES MAHASISWA. JURNAL PEDAGOGIA,
247-248.

Anda mungkin juga menyukai