Anda di halaman 1dari 1

Nama : Zidna Sabrina

NPM : 110110190165
Permulaan Pelaksanaan dan Pebuatan Persiapan
R. Soesilo menjelaskan bahwa berdasarkan kata kata yang digunakan sehari hari yang diartikan sebagai
percobaan adalah menuju ke sesuatu hal, akan tetapi belom sampai pada hal yang dituju itu, atau hendak
berbuat sesuatu, sudah dimulai, akan tetapi tidak selesai. Misalnya bermaksud membunuh orang, orang
yang hendak dibunuh tidak mati; hendak mencuri barang, tetapi tidak sampai dapat mengambil barang
itu.
Berdasarkan buku Lamitang mengatakan bahwa syarat kedua yang harus terpenuhi untuk seseorang
dapat dihukum karena telah melakukan sebuah percobaan untuk melakukan suatu kejahatan itu adalah,
bahwa voornemen atau maksud orang itu telah terlaksana atau ia wujudkan dalam suatu “begin van
uitvoering” atau dalam suatu “permulaan suatu pelaksanaan”.
Dalam hukum pidana timbul permasalahan tentang apa yang sebenarnya dimaksud dengan perkataan
“begin van uitvoering” tersebut, yaitu apakah “permulaan pelaksanaan” tersebut harus diartikan sebagai
“permulaan pelaksanaan dari maksud pelaku” ataukah sebagai “permulaan pelaksanaan dari kejahatan
yang telah dimaksud oleh si pelaku untuk ia lakukan”.
Di sisi lain, R. Soesilo menjelaskan pada bukunya halaman 67, bahwa pada umumnya dapat dikatakan
bahwa perbuatan itu sudah boleh dikatakan sebagai perbuatan pelaksanaan, apabila orang telah mulai
melakukan suatu anasir atau elemen dari peristiwa pidana. Jika orang belum memulai dengan melakukan
suatu anasir atau elemen ini, maka perbuatannya itu masih harus dipandang sebagai perbuatan persiapan.
Suatu anasir dari delik pencurian ialah “mengambil”, jika pencuri sudah mengacungkan tangannya
kepada barang yang akan diambil, itu berarti bahwa ia telah mulai melakukan anasir “mengambil”
tersebut.
begin van uitvoering diartikan debagai permulaan suatu pelaksanaan dalam percobaan melakukan tindak
pidana. Dimana suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai perbuatan pelaksanaan, apabila orang telah
mulai melakukan suatu anasir atau elemen dari peristiwa pidana. Jika orang belum memulai dengan
melakukan suatu anasir atau elemen ini, maka perbuatannya masih harus dipandang sebagai perbuatan
persiapan. Sebagai contoh, suatu anasir dari delik pencurian ialah “mengambil”, jika pencuri sudah
mengacungkan tangannya kepada barang yang akan diambil, itu berarti bahwa ia telah mulai melakukan
anasir “mengambil” tersebut.
Mengenai batas antara perbuatan persiapan dengan permulaan pelaksanaan, antara ajaran percobaan 
subjektif dan Objektif mengahsilkan kesimpulan yang tidak sama. Karena ukuran yang dipergunakan oleh
kedua ajaraan tersebut berbeda. Oleh sebab itu ajaran subjektif itu menitikberatkan pada niat atau
kehendak untuk melakukan kejahatan, maka setiap perbuatan apapun sebagai upaya untuk melakukan
kejahatan, semua itu sudah dapat dimasukan kedalam perbuatan permulaan pelaksanaan atau bisa juga
perbuatan pelaksanaan. Karena ajaran subjektif ini tidak bisa ditentukan secara tegas mana perbuatan
persiapan, mana permulaan pelaksanaan dan mana pelaksanaan. Bagi ajaran subjektif, yang terpenting
semua perbuatan apapun, misalkan membeli pisau dipasar sudah dapat dimasukan kedalam permulaan
pelaksanaan, jika membeli pisau itu dalam hubungannya dengan niat untuk membunuh seseorang.

Anda mungkin juga menyukai