Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sendiri resmi dibentuk pada Desember 2003
berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.
Dalam UU tersebut disebutkan bahwa KPK dibentuk karena lembaga pemerintah yang
menangani perkara tindak pidana korupsi belum berfungsi secara efektif dan efisien dalam
memberantas tindak pidana korupsi. Adapun latar belakang pembentukan KPK adalah karena
pasca reformasi penegakan hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi yang dilakukan
secara konvensional mengalami hambatan. Untuk itu diperlukan metode penegakan hukum
secara luar biasa melalui pembentukan badan khusus yang mempunyai kewenangan luas,
independen serta bebas dari kekuasaan manapun dalam upaya pemberantasan tindak pidana
korupsi, yang pelaksanaanya dilakukan secara optimal, intensif, efektif, professional serta
berkesinambungan. Tugas KPK diatur secara rinci dalam pasal 6 Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, yaitu:
KPK menetapkan suatu kasus penyidikan melalui proses yang sangat hati-hati karena
tidak adanya penghentian penyidikan dan penuntutan. Melalui ketentuan tersebut akan
menurunkan strandar KPK dalam penanganan kasus.
Penghentian penyidikan dan penuntutan yang belum selesai selama 1 (satu) tahun
akan membuat potensi intervensi kasus menjadi rawan. Terlebih pada kasus yang
besar serta menyangkut internasional proses penanganan akan sangat sulit
menyelesaikan selama satu tahun. Selain itu, berpotensi juga dilakukan penghambatan
kasus secara administrasi sehingga lebih dari 1 (satu) tahun.
Tingkat kesulitan penanganan perkara dari satu perkara ke perkara lain bermacam-
macam, sehingga mungkin saja ada perkara yang amat rumit sehingga membutuhkan
waktu lebih dari satu tahun untuk menanganinya.
Tidak pernah ada aturan dalam sistem hukum acara pidana nasional yang mengatur
bahwa suatu penyidikan/penuntutan harus dihentikan jika selama jangka waktu
tertentu proses penyidikan/penuntutannya belum selesai, jadi aturan ini adalah aturan
anomali yang sama sekali tidak mendukung pelaksanaan tugas penegakan hukum
KPK.
C. UU KPK
UU KPK yang disahkan DPR pada 17 September 2019 itu bakal menggantikan UU KPK Nomor 30
Tahun 2002 tentang KPK. Berikut adalah perubahan yang bakal terjadi pada KPK bila UU baru itu
berlaku.
Hal ini diatur dalam Pasal 3. Dalam versi lama, KPK disebut sebagai 'lembaga negara' saja. Namun
dalam UU KPK yang baru, KPK disebut sebagai 'lembaga negara dalam rumpun kekuasaan eksekutif'.
Pasal 3:
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara dalam rumpun kekuasaan eksekutif yang
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun.
Pegawai KPK nantinya juga adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) alias PNS. Mereka harus taat para
peraturan perundang-undangan mengenai ASN. Sebelumnya, pegawai KPK bukanlah PNS melainkan
diangkat karena keahliannya.
Pasal 1 ayat 6:
Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi adalah aparatur sipil negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan aparatur sipil negara.