Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
Shofa Samiroh Adli
NIM: 11151030000065
Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis sampaikan atas segala limpahan rahmat
alam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita nabi besar Muhammad saw, juga kepada keluarga, sahabat dan seluruh p
ang telah berkontribusi besar atas selesainya penelitian ini, dengan media ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang ta
m Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
versitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
vi
Peneliti menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis selalu mengharapkan kritik membangun dan konstrukttif dari berbagai
pihak demi kesempurnaan penelitian bidang ini, dan terakhir semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat dan para pembaca.
Penulis
ABSTRAK
Kata Kunci : Batu Kandung Kemih, Evaluasi, Faktor Risiko, Ureum, Kretatinin
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL....................................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ………………………………………………………... ii iii iv v vii viii xi xii xiii xiv
LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………………………….. 1
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………....... 1
KATA PENGANTAR …………………………………………………………........ 3
ABSTRAK ………………………………………………………………………….. 3
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. 3
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………..
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………..
DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………………........
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………..........
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………..........
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………..
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………………….
1.3. Tujuan Penelitian ………………………………………………………..
1.3.1. Tujuan Umum .................................................................................
viii
ix
2.2.6. Etiologi............................................................................................ 17
2.2.7. Patofisiologis.................................................................................. 17
2.2.8. Tanda dan Gejala Klinis................................................................. 20
2.2.9. Pemeriksaan................................................................................... 21
2.2.10. Penatalaksanaan............................................................................ 21
2.3. Infeksi Saluran Kemih.............................................................................. 24
2.4. Pemeriksaan Fungsi Ginjal....................................................................... 26
2.4.1. Pemeriksaan Kadar Ureum.............................................................. 26
2.4.2. Pemeriksaan Kadar Kreatinin.......................................................... 26
2.5. Kerangka Teori ......................................................................................... 27
2.6. Kerangka Konsep ...................................................................................... 28
2.7. Definisi Operasional ................................................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................... 30
3.1. Desain Penelitian.............................................. ........................................ 30
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 30
3.3. Populasi dan Sampel.................................................................................. 30
3.4. Jumlah Sampel........................................................................................... 30
3.5. Kriteria Sampel.......................................................................................... 30
3.6. Cara Kerja ................................................................................................. 31
3.7. Manajemen Data ....................................................................................... 31
3.7.1. Pengolahan Data ............................................................................ 31
3.7.2. Analisis Data .................................................................................. 32
3.7.3. Penyajian Data ................................................................................ 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 33
4.1. Hasil............................................. ............................................................. 33
4.2. Pembahasan................................................................................................ 37
4.2.1. Distribusi Jenis Kelamin, Umur, dan Pekerjaan Pasien BKK……. 37
4.2.2. Gejala Utama dan Penyakit Penyerta Pasien BKK......................... 40
4.2.3. Kadar Ureum dan Kreatinin............................................................ 41
4.2.4. Hubungan ISK dengan Peningkatan Leukosit Kasus BKK…........ 43
4.2.5. Penatalaksanaan dan Prognosis…................................................... 44
4.2.6. Kajian Islam…................................................................................ 44
BAB V SIMPULAN DAN SARAN........................................................................... 46
5.1. Simpulan.................................... ............................................................... 46
x
5.2. Saran.......................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 48
LAMPIRAN………………………………………………………………………… 50
Lampiran I............................................ ............................................................ 50
Lampiran II............................................ .......................................................... 53
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Ureters, Urinary Bladder, and Urethra in a Female……………………. 5
Gambar 2.2. Nyeri Rujukan pada Berbagai Lokasi Batu Ureter…………………….. 20
Gambar 2.3. Skema Pembacaan Foto Polos Abdomen…………………..................... 23
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
isiko Kekambuhan……… 16 Tabel 4.1. Distribusi KarakteristikPasien Batu Kandung Kemih……………………... 33 Tabel 4.2. Distribusi Ha
xii
DAFTAR SINGKATAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian50
Lampiran 2 Riwayat Hidup Penulis …………………………………………………..53
xiv
BAB I
PENDAHULUA
N
tubuh. Batu Saluran Kemih dapat terbentuk di bagian atas saluran kemih yang sering disebut dengan batu ginjal, maupun d
mengalami masalah kesehatan terkait BSK. Di Amerika Serikat tidak kurang dari
USD 16,3 Miliar dikeluarkan biaya langsung untuk penanganan pasien BSK, dan
hampir 75% dari total biaya tersebut dikeluarkan untuk mengatasi pasien wanita,
karena diduga juga pasien BSK mempengaruhi tingkat psikologis dan morbiditas
medik pasien. Di Amerika Serikat sendiri keberadaan BSK telah disejajarkan dengan
persoalan utama kesehatan lainya seperti osteoporosis, paru kronik, dan stroke.
Prevalensi wanita penderita BSK diperkirakan meningkat 38% dimana hampir
sekitar 20 s.d 30% terjadi pada usia dewasa dan 50% terjadi pada lansia.2
Di Indonesia, penderita BSK diperkirakan juga meningkat pesat setiap tahun
nya. Data lengkap untuk tingkat nasional maupun tingkat provinsi belum banyak
dilaporkan oleh institusi yang berwenang maupun peneliti. Beberapa hasil penelitian
di Indonesia tentang prevalensi pasien BSK di Indonesia yaitu antara lain: (1)
Hardjoeno, dkk tahun 1977-1979 di Makassar menemukan adanya 297 pasien BSK;
(2) Rahardjo, dkk tahun 1979–1980 menemukan 245 penderita BSK; (3) Puji
1
2
Rahardjo dari RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo menyatakan bahwa penyakit BSK
diderita penduduk Indonesia sekitar 0,5% dari jumlah penduduk, bahkan di RS PGI
Cikini saja ditemukan sekitar 530 orang penderita BSK pertahun; (4) Rusfan, dkk di
Makassar tahun 1997–1998) menemukan adanya 50 kasus BSK.3
Penyakit BSK pada diri pasien akan cenderung mengambuh, rata-rata
kekambuhan terjadi dengan persentase sebesar 50% dalam 5 tahun dan sebesar 70%
dalam 10 tahun. Identifikasi penyebab timbulnya batu adalah hal utama yang harus
an kekambuhan nya bisa diminimalisasi. BSK pada umumnya mengandung unsur kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam
filtrat glomeruli normal, sering pada konsentrasi yang melewati kelarutan maksimumnya. Batu urin terdiri atas beberapa tip
lebih banyak menyebabkan terjadinya dengan infeksi dibanding dengan jenis batu
metabolic. Infeksi terutama disebabkan oleh bakteri pemecah urea seperti Proteus sp,
Psedomonas sp, dan Klebsiella sp.5
Dengan latar belakang sebagaimana diuraikan di atas, penulis terdorong
untuk melakukan penelitian tentang prevalensi batu kandung kemih di sebuah rumah
sakit. Penelitian ini akan penulis lakukan dalam ruang yang lebih sempit agar data-
data dan karakteristik BSK beberapa tahun terakhir dapat di analisis lebih mendalam.
Dalam penelitian ini penulis akan melakukan analisis prevalensi pasien BSK di
Rumah Sakit PMI Kota Bogor, dengan judul ”Analisis Prevalensi, Karakteristik,
Faktor Risko Kasus Batu Kandung Kemih di Rumah Sakit PMI Kota Bogor
pada tahun 2015 sampai 2017.” Hasil penelitian ini diharapkan memberikan
wawasan baru bagi penulis dan bagi masyarakat diharapkan dapat meningkatkan
kewaspadaan terhadap risiko pembentukan BSK sehingga dapat mengambil tindakan
pencegahan sedini mungkin.
1.2. Rumusan Masalah
u ginjal terbentuk sebagai hasil fisikokimia atau gangguan genetik atas kejenuhan urin sedangkan batu kandung kemih seca
ter, namun bisa juga bisa terjadi di daerah kandung kemih atau uretra. Pembentukan batu saluran kemih bisa
Vesikolithiasis atau batu kandung kemih adalah batu yang terbentuk di buli-
buli atau kandung kemih, secara ekslusif terbentuk dari stasis urin atau obstruksi
kandung kemih. Batu kandung kemih sering terjadi pada individu yang memiliki
kelainan anatomi.6
Buli-buli atau kandung kemih adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapis
otot detrusor yang saling beranyaman. Di sebelah dalam adalah otot longitudinal, di
tengah merupakan otot sirkuler, dan paling luar merupakan otot longitudinal.
Mukosa buli-buli terdiri atas sel-sel transisional yang sama seperti pada mukosa-
4
5
mukosa pada pelvis renalis, ureter, dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli kedua
muara ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang disebut
trigonum buli-buli.8
Secara anatomik bentuk buli-buli terdiri atas 3 permukaan, yaitu (1)
permukaan superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum, (2) dua permukaan
inferiolateral, dan (3) permukaan posterior. Permukaan superior merupakan lokus
minoris (daerah terlemah) dinding buli-buli. Buli-buli berfungsi menampung urin
off adalah:
n menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya leher buli- buli, dan relaksasi sfingter uretra sehingga terjadilah proses
mengosongkan diri melalui refleks berkemih. Otot kandung kemih merupakan otot
polos yang dapat teregang sedemikian besar tanpa menyebabkan peningkatan
tegangan pada dinding kandung kemih. Gambar 2.3 merupakan organ buli-buli dari
wanita dewasa.8
Batu saluran kemih dapat terjadi pada Vesika Urinaria, Ureter dan Uretra.
Terbentuknya batu saluran kemih berhubungan dengan gangguan aliran urin,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan idiopatik.
Komposisi batu saluran kemih umumnya mengandung unsur kalsium oksalat, asam
urat, magnesiun-amonium-fosfat (MAP), xanthyn, dan senyawa lainnya. Batu
kalsium merupakan yang paling banyak dijumpai (70%) dari seluruh batu saluran kemih, diantaranya
Apa yang menjadi penyebab terjadinya batu saluran kemih tidaklah diketahui secara pasti, hal ini me
Teori Vaskular.9
Teori Supersaturasi
Supersaturasi dan kristalisasi terjadi bila ada penambahan bahan tertentu yang
mengkristal dalam air dengan pH dan suhu tertentu, sehingga akhirnya terjadi
kejenuhan dan selanjutnya terbentuk kristal. Proses kristalisasi dalam pembentukan
batu saluran kemih terjadi pada 4 zona saturasi, yaitu: (1) Zona stabil, pada zona ini
tidak ada pembentukan inti batu; (2) Zona stabil dari saturasi rendah, pada zona ini
tidak ada pembentukan dari inti batu akan tetapi disolusi bisa terjadi dan agregasi
bisa terjadi; (3) Zona supersaturasi metastabil, pada zona ini batu mungkin membesar
tapi tidak terbentuk inti batu, akan tetapi disolusi batu tidak bisa terjadi, agregasi batu
tidak bisa terjadi, dan inhibitor mencegah kristalisasi; dan (4) Zona saturasi tinggi,
pada zona ini akan terbentuk inti batu secara spontan, batu juga akan cepat
tumbuh/agregasi, dan inhibitor tidak efektif bekerja mencegah kristalisasi.10, 11
Teori Matrik
Teori matrik mendasarkan penjelasanya bahwa di dalam urin terdapat protein
anyaman sehingga membentuk batu. Benang yang mirip dengan sarang laba-laba teridiri dari unsur protein 65%, Heksana 1
mua menderita penyakit batu. Hal tersebut disebabkan oleh adanya bahan penghambat terjadinya batu (inhibitor) yang leb
Kemudian kedua Inhibitor anorganik yaitu pirofosfat, magnesium dan Zinc.13, 10, 14, 11
Inhibitor yang paling kuat yaitu sitrat karena sitrat akan bereaksi dengan kalsium
membentuk kalsium sitrat yang larut dalam air. Inhibitor mencegah terbentuknya
kristal kalsium oksalat, mencegah agregasi, dan mencegah
perlengketan kristal kalsium oksalat pada membran tubulus. Magnesium mencegah
terjadinya kristal kalsium oksalat dengan mengikat oksigen menjadi magnesium
oksalat. Sitrat terdapat pada hampir semua buah-buahan tetapi kadar tertinggi pada
jeruk. Kandungan sitrat jeruk nipis lebih tinggi dari jeruk lemon yaitu 677 mg/10ml
dibanding 494 mg/10ml air perasan jeruk.10, 14, 11
Teori Epitaksi
Teori ini memberikan penjelasan bahwa sebuah kristal dapat menempel pada
kristal lain yang berbeda sehingga cepat membesar dan menjadi batu campuran.
Keadaan ini disebut sebagai nukleasi heterogen dan yang paling sering terjadi yaitu
kristal kalsium oksalat menempel pada krital asam urat yang dimiliki oleh
seseorang.10, 14, 11
Teori Kombinasi
Teori ini memberikan penjelasan berdasarkan pendapat ahli bahwa batu
saluran kemih dapat terbentuk secara kombinasi dari banyak teori lain yang ada.
Faktor pembentuk dari berbagai teori yang ada berkolaborasi membentuk kombinasi
Teori Infeksi
Terbentuknya batu saluran kemih dapat terjadi karena adanya infeksi dari kuman tertentu. Pengaruh
a) Teori terbentuknya batu struvit. Batu struvit disebut juga batu infeksi yang memiliki komposisi ma
stafilokokus, mikrokokus, dan korinebakterium serta golongan mikoplasma,
batu.10, 16, 17
Bagi penderita kolesterol tinggi, batu yang didapatkan setelah operasi
ternyata mengandung kolesterol bebas sebesar 0,058 s.d 2,258, dan kolesterol ester
sebesar 0,012 s.d 0,777 mikrogram per miligram batu. Adanya kadar kolesterol yang
tinggi dalam darah akan disekresi melalui glomerulus ginjal dan tercampur didalam
air kemih. Butiran kolesterol tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal
kalsium oksalat dan kalsium fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi
klinis (seperti teori epitaksi).10, 16, 17
Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran kemih dapat
diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui adanya
kalsium, magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat oksalat dan sistin.
Berikut ini jenis-jenis batu saluran kemih yang sudah teridentifikasi berdasarkan
komposisi kimia pembentuknya.
a) Batu kalsium oksalat. Batu Kalsium oksalat paling banyak menjadi menyebabkan
batu saluran kemih (70 s.d 75%), batu ini terdiri dari kalsium oksalat, dan batu ini
ditemui 2 kali lebih dibandingkan dengan wanita. Angka kejadian tertinggi
terjadi pada usia 30 s.d 50 tahun. Batu kalsium oksalat terjadi akibat proses
multifaktor, kongenital, dan gangguan metabolik. Batu kalsium oksalat memiliki
dua bentuk berbeda, yaitu: (a) Whewellite (Ca Ox Monohidrate), berbentuk
padat, berwarna coklat atau hitam dengan tingkat konsentrasi asam oksalat yang
tinggi pada urin; (b) Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (Ca
Ox Dihidrat), batu berwarna kuning dan mudah hancur, tipe batu jenis ini
memiliki angka residif yang tinggi. Batu kalsium oksalat dapat dianalisis melalui
darah dan urin. Penderita batu jenis ini sering mengalami gangguan metabolisme
kalsium seperti hiperkalsiuria dan hiperkalsemia atau keduanya
(normal>2,5mmol/l). Adanya gangguan metabolisme asam urat merupakan tanda
pembentukan batu kalsium oksalat, sehingga perlu diperhatikan bila kadar asam
urat >6,4 mg/100 ml. Peningkatan ekskresi asam oksalat terjadi pada 20 s.d 50%
pasien batu oksalat. Tingginya ekskresi oksalat berhubungan dengan
pembentukan batu rekuren. Asam sitrat dan magnesium merupakan unsur
penting yang dapat menghambat terjadinya kristalisasi. Ekskresi yang rendah dari
asam sitrat akan meningkatkan risiko pembentukan batu kalsium oksalat.
b) Batu asam urat. Lebih dari 15% dari pasien batu saluran kemih adalah berasal
at meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih akan menjadi lebih rendah. Sebanyak 20 s.d 40% pasien Gout ak
apabila produksi air kemih melebihi 3 liter/hari. Alkalinisasi air kemih dengan
meningkatkan pH sebesar 7,5 s.d 8 akan sangat bermanfaat untuk menurunkan
ekskresi cystine dengan tiopron dan asam askorbat. Analisis darah dan air kemih
pasien menunjukkan cystein darah dalam batas normal, cystine air kemih ≥0,8
mmol/hari, dan kalsium, oksalat serta asam urat akan meningkat.18, 10
Komposisi dari hasil pemeriksaan laboratorium untuk kesemua jenis batu diatas
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Komposisi Batu dan Hasil Pemeriksaan Laboratorium. 18
Angka kekambuhan batu saluran kemih dalam satu tahun 15-17%, 4-5 tahun
50%, 10 tahun 75% dan 95-100% dalam 20-25 tahun. Apabila batu saluran kemih
kambuh maka dapat terjadi peningkatan mortalitas dan peningkatan biaya
pengobatan.10
Tingkat risiko kekambuhan batu saluran kemih adalah bergantung pada jenis
batu yang terbentuk, dan ini akan menentukan penatalaksanaan pasien agar tingkat
kekambuhan menjadi kecil peluangnya untuk kambuh kembali. Sekitar 50% dari
pasien batu saluran kemih yang telah dilakukan observasi intensitas kekambuhan
hanya sekali seumur hidup, dan ada sekitar 10% dari pasien saluran kemih yang
memiliki tingkat kekambuhan lebih dari satu kali. Jenis batu dan keparahan pasien
batu saluran kemih akan menentukan tinggi atau rendahnya tingkat risiko untuk
kambuh kembali.10
Pencegahan atas terjadinya kekambuhan batu saluran kemih dimulai dari
evaluasi menyeluruh atas metabolisme pasien penderita batu saluran kemih.
Beberapa pasien penderita batu saluran kemih membutuhkan evaluasi detail atas
metabolisme tubuh pasien, yang mana ditangani oleh spesialis urologi yang memiliki
keahlian spesifik mengenai batu saluran kemih. Detail evaluasi metabolism penderita
batu saluran kemih meliputi antara lain jenis batu, tingkat kekambuhan, riwayat
keluarga, dan lain-lain. Tabel 2.3 berikut ini memberikan rincian atas evaluasi yang
harus dilakukan atas metabolisme pasien penderita batu saluran kemih.19
at diminimalisasi maka diperlukan evaluasi atas kondisi urin pasien selama 24 jam. Penetalaksanaan untuk mencegah kek
tinggian oksalat, tingkat
kerendahan sitrat, tingkat ketinggian asam urat, adanya jenis batu struvite dan batu
cysteine.19
Apabila ditemukan seorang pasien dengan kekambuhan jenis batu kalsium,
maka kemungkinan pasien tersebut memiliki keabnormalan ganda pada metabolism
tubuhnya. Untuk kondisi seperti ini maka akan diperlukan kombinasi
penatalaksanaan yang lebih komplek agar tingkat kekambuhan bisa diminimalisasi.
Khusus untuk pasien dengan jenis batu struvit, maka dibutuhkan penatalaksanaan
untuk menghilangkan seluruh materi batu tersebut dari tubuh pasien, karena akan
menyebabkan infeksi saluran kemih kronik, yang disebabkan oleh bakteri Proteus or
Klebsiella spp yang memiliki kemampuan untuk memecah urea, ini menjadi faktor
risiko terbasa yang terjadi pada pasien yang menggunakan kateter dalam jangka
panjang.
Tabel 2.4 Manajemen Kekambuhan Batu Saluran Kemih. 19
Gaya hidup juga merupakan faktor risiko terjadinya kekambuhan bagi pasien
batu saluran kemih. Gaya hadup seperti minum air putih minimal 2 liter sehari,
menghindari terjadinya dehidrasi, mengurangi diet garam, mengurangi konsumsi
protein dan meningkatkan konsumsi buah dan sayur, dan lain-lain. Tabel 2.5 berikut
menunjukkan gaya hidup yang dianjurkan bagi penderita batu saluran kemih untuk
mencegah kekambuhan.19
Tabel 2.5 Rekomendasi Gaya Hidup Untuk Mengurangi Risiko Kekambuhan. 19
Asupan dan jenis cairan yang di konsumsi juga harus diperhatikan bagi
penderita batu saluran kemih, karena dapat menurunkan risiko terbentuknya berbagai
jenis batu yang ada. Bahkan asupan dan jenis cairan yang dikonsumsi adalah lebih
penting bila dibandingkan dengan intervensi gaya hidup untuk mencegah terjadinya
kekambuhan penyakit batu saluran kemih. Secara umum seorang pasien harus
mengkonsumsi minimal 2,5 liter cairan dalam dalam satu hari, bahkan untuk pasien
dengan jenis batu cysteine haru mengkonsumsi cairan yang besar yaitu minimal 4
liter dalam satu hari. Membahas tentang dampak minum teh, kopi, dan alcohol masih
belum tersedia cukup banyak penelitian yang dikaitkan dengan kekembuhan
penderita batu saluran kemih. Untuk diketahui konsumsi kafain akan mengganggu
kerja hormon antidiuretik (ADH), menurunkan konsentrasi urin, dan meningkatkan
aliran urin. Namun konsumsi teh hitam yang dididuga memiliki tingkat oksalat yang
tinggi sebaiknya ditambahkan dengan susu ketika di konsumsi, karena teh hitam
akan mengikat oksalat dan membatasi penyerapannya melalui usus. Studi
epidemiologi menunjukkan bahwa minum satu cangkir (240 mL) kopi (berkafein
atau tanpa kafein) atau teh setiap hari mungkin membantu melindungi terhadap batu
ginjal pada individu yang sehat.19
2.2.5. Epidemiologi
Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan zaman
Mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukan batu pada kandung
kemih seorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang penduduk di seluruh dunia tidak
terkecuali penduduk di Indonesia. Angka kejadian penyakit ini tidak sama di
berbagai belahan bumi. Di negara- negara berkembang banyak dijumpai pasien batu
buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran
kemih bagian atas; hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien
sehari-hari. Di Amerika Serikat 5-10 % penduduknya menderita penyakit ini,
sedangkan di seluruh dunia rata-rata terdapat 1-12 % penduduk yang menderita batu
saluran kemih. Penyakit ini merupakan tiga penyakit terbanyak di bidang urologi di
samping infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat benigna.4
2.2.6. Etiologi
2.2.7. Patofisiologi
Sebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik dan dapat bersifat
simtomatik ataupun asimtomatik. Faktor lain terutama faktor eksogen dan
lingkungan diduga ikut mempengaruhi kalkugenesis, antara lain: (1) Infeksi. Infeksi
saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti
pembentukan batu saluran kemih. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum dan
membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan mengendapkan
garam-garam fosfat; (2) Obstruksi dan stasis urin. Adanya obstruksi dan stasis urin
akan mempermudah terjadi infeksi; (3) Jenis kelamin. Data menunjukkan bahwa batu
saluran kencing lebih banyak ditemukan pada pria. Ratio pria dan wanita yang
mengalami urolithiasis adalah 4:1; (4) Ras. Batu saluran kemih lebih sering
urangi kemungkinan terjadinya batu, sedangkan bila kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urin akan
asi kristal. Proses agregasi kristal terjadi pengikatan antara kristal yang satu dengan yang lainnya sehingga semakin besar. K
saluran kemih.21
Pada orang dewasa, lebih dari 50% kasus jenis batu adalah batu asam urat.
Sedangkan pada batu ginjal adalah batu kalsium oksalat. Selain itu juga ditemukan
batu jenis kalsium oksalat, kalsium fosfat, amonium urat, sistein, atau magnesium
amonium fosfat (berhubungan dengan infeksi). Tidak jarang penderita batu kandung
kemih berjenis asam urat tidak didahului oleh riwayat hiperurisemia. Sedangkan
pada anak-anak, batu yang terbentuk terutama adalah asam urat amonium, kalsium
oksalat, atau campuran murni asam urat dan amonium kalsium oksalat dengan
kalsium fosfat. Batu yang terbentuk bisa tunggal atau pun ganda dengan ukuran kecil
hingga besar. Permukaan batu dari yang halus sampai dengan permukaan yang kasar,
bergerigi atau membentuk spiculated yang disebut “jack”. Secara umum batu
kandung kemih bersifat dinamis. Batu yang menetap biasanya terbentuk pada bagian
yang telah mengalami penjahitan.22
2.2.8. Tanda Dan Gejala Klinis
Keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung pada: posisi atau letak
batu, besar batu, dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh
pasien adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini mungkin bisa berupa nyeri kolik
ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem
kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran
kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjad
Batu dengan ukuran kecil mungkin dapat keluar spontan setelah melalui
hambatan pada perbatasan uretero-pelvik, saat ureter menyilang vasa iliaka, dan saat
ureter masuk ke dalam buli-buli. Hematuria sering kali dikeluhkan oleh pasien akibat
trauma pada mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu. Kadang-kadang
hematuria didapatkan dari pemeriksaan urinalisis berupa hematuria mikroskopik.
Jika didapatkan demam harus dicurigai suatu urosepsis dan ini merupakan
kedaruratan di bidang urologi. Dalam hal ini harus secepatnya ditentukan letak
kelainan anatomik pada saluran kemih yang mendasari timbulnya urosepsi dan
segera dilakukan terapi berupa drainase dan pemberian antibiotika. Pada
pemeriksaan fisis mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra, teraba
ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, retensi
urine, dan jika disertai infeksi didapatkan demam/menggigil.4
2.2.9. Pemeriksaan
2.2.10. Penatalakasanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus
dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk
melakukan tindakan/terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu telah telah
menimbulkan: obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena sesuatu indikasi sosial.
Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah menimbulkan hidroureter atau
hidronefrosis dan batu yang sudah menyebabkan infeksi saluran kemih, harus segera
dikeluarkan. Kadang kala batu saluran kemih tidak menimbulkan penyulit seperti di
atas tetapi diderita oleh seorang yang karena pekerjaannya (misalkan batu yang
diderita oleh seorang pilot pesawat terbang) mempunyai resiko tinggi dapat
menimbulkan sumbatan saluran kemih pada saat yang bersangkutan sedang
menjalankan profesinya; dalam hal ini batu harus dikeluarkan dari saluran kemih.
Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, dipecahkan dengan
ESWL, melalui tindakan endourologi, bedah laparoskopi, atau pembedahan terbuka
(lihat skema pada gambar 2.5). Berikut ini uraian tentang tindakan mengeluarkan
batu saluran kemih yang dapat dilakukan, antara lain:
diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine
dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa
melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-
fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang
pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan
menyebabkan hematuria.
3) Endourologi. Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke
dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil
pada kulit (perkutan). Prose pemecahanan batu dapat dilakukan secara mekanik,
dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi
laser. Beberapa tindakan endourologi itu adalah:
a) PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy), yaitu mengeluarkan batu yang
berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke
sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau
dipecah terlebih dahulu mencadi fragmen-fragmen kecil.
b) Litotripsi: yaitu memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan
alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan
dengan evakuator Ellik.
c) Ureteroskopi atau uretero-renoskopi: yaitu memasukkan alat ureteroskopi
per- uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielo-kaliks ginjal.
Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun
edahan terbuka itu antara lain adalah: pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan ure
alam jumlah bermakna (IDAI, 2011). Istilah ISK umum digunakan untuk menandakan adanya invasi mikroorganisme pada sa
etra perempuan memiliki panjang sekitar 4 cm dan terletak di dekat anus. Hal ini menjadikannya lebih rentan untuk terke
laki-laki yang struktur
uretranya lebih panjang dan memiliki kelenjar prostat yang sekretnya mampu
melawan bakteri, ISK pun lebih jarang ditemukan. Pada wanita yang aktif
seksual, risiko infeksi juga meningkat. Ketika terjadi koitus, sejumlah besar
bakteri dapat terdorong masuk ke vesika urinaria dan berhubungan dengan onset
sistitis. Semakin tinggi frekuensi berhubungan, makin tinggi risiko sistitis. Oleh
karena itu, dikenal istilah honeymoon cystitis (Sobel, 2005). Penggunaan
spermisida atau kontrasepsi lain seperti diafragma dan kondom yang diberi
spermisida juga dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih karena
mengganggu keberadaan flora normal introital dan berhubungan dengan
peningkatan kolonisasi E.coli di vagina. Pada laki- laki, faktor predisposisi
bakteriuria adalah obstruksi uretra akibat hipertrofi prostat. Hal ini menyebabkan
terganggunya pengosongan vesika urinaria yang berhubungan dengan
peningkatan risiko infeksi. Selain itu, laki-laki yang memiliki riwayat seks anal
berisiko lebih tinggi untuk terkena sistitis, karena sama dengan pada wanita saat
melakukan koitus atau hubungan seksual dapat terjadi introduksi bakteri-
bakteri
atau agen infeksi ke dalam vesika urinaria. Tidak dilakukannya sirkumsisi juga
menjadi salah satu faktor risiko infeksi saluran kemih pada laki-laki.
2) Usia. Prevalensi ISK meningkat secara signifikan pada manula. Bakteriuria
meningkat dari 5-10% pada usia 70 tahun menjadi 20% pada usia 80 tahun. Pada
usia tua, seseorang akam mengalami penurunan sistem imun, hal ini akan
memudahkan timbulnya ISK. Wanita yang telah menopause akan mengalami
perubahan lapisan vagina dan penurunan estrogen, hal ini akan mempermudah
ostat. Hambatan pada aliran urin dapat menyebabkan hidronefrosis, pengosongan vesika urinaria yang tidak sempurna, seh
si saluran kemih. Infeksi dapat diawali akibat penggunaan kateter atau keberadaan urin di dalam vesika urinaria yang terlalu
peningkatan tekanan di dalam vesika urinaria. Tekanan yang seharusnya menutup akses vesika dan ureter justru menyebab
Ureum adalah produk akhir katabolisme protein dan asam amino yang
diproduksi oleh hati dan diditribusikan melalui cairan intraseluler dan ekstraselukler
ke dalam darah untuk kemudian di filtrasi oleh glomerulus. Pemeriksaan ureum
sangat membantu menegakkan diagnosis gagal ginjal akut. Klirens ureum merupakan indicator yang
Pengukuran ureum serum dapat dipergunakan untuk mengevaluasi fungsi ginjal, status hidrasi, meni
Peningkatan ureum dalam darah disebut azotemia. Kondisi gagal ginjal yang ditandai dengan kadar u
ginjal.28, 29
2.4
tubu
massa otot, menggambarkan perubahan kreatinin dan fungsi ginjal. Kadar kreatinin
realtif stabil karena tidak dipengaruhoi oleh protein dari diet. Kadar kreatinin berada
dalam keadaan realtif konstan, sehingga menjadikannya sebagai penanda filtrasi
ginjal yang baik. Kadar kreatinin yang dipergunakan dalam persamaan perhitungan
memberikan pengukuran fungsi ginjal yang lebih baik, karena pengukuran klirens
kreatinin memberikan informasi mengenai (glomerulus filtration rate) GFR. Untuk
nilai rujukan tergantung dari metode apa yang digunakan saat pemeriksaan kadar
kreatinin nya. Apabila menggunakan specimen yang diambil dari plasma dan serum,
untuk pria dewasa nilai rujukannya adalah sebesaar 0,9 – 1,3 mg/dL, sedangkan
untuk wanita dewasa nilai rujukannya sebesar 0,6 – 1,1 mg/dL. 28, 29
2.5. Kerangka Teori
2.6. Kerangka Konsep
Pasien batu
kandung
kemih
Pemeriksaan penunjang :
Lab darah
Urinalisis
Penatalaksanaan
2.7. Definisi Operasional
n retrosprektif cross- sectional dengan mengumpulkan data di bagian rekam medis untuk mengevaluasi pasien batu kandun
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PMI Kota Bogor selama dua bulan
yaitu dari bulan Juli 2018 sampai akhir bulan September 2018.
angkau pada penelitian ini adalah pasien Batu Kandung Kemih rawat inap dan rawat jalan Rumah Sakit PMI Kota Bogor pad
017.
Sampel penelitian ini adalah jumlah pasien batu kandung kemih yang didapatkan
melalui rekam medis pada Rumah Sakit PMI Kota Bogor pada Januari 2015-
Desember 2017.
Kriteria inklusi:
Pasien dengan diagnosis batu kandung kemih
Pasien rawat inap dan rawat jalan
30
31
n yang lainnya, yaitu tahap persiapan penelitian, tahap pemilihan sampel, tahap pengambilan data, tahap pembahasan dan
Persiapan penelitian
Pemilihan sampel
Pengambilan data
Pembahasan hasil
analisis data
Kesimpulan
Peneliti mengunjungi Rumah Sakit PMI Kota Bogor yang merupakan tempat
pengambilan sampel penelitian. Peneliti mengumpulkan data rekam medis yang ada
di Rumah Sakit PMI Kota Bogor untuk dianalisa sehingga mendapatkan
karakterisitik pasien batu kandung kemih.
4.1. Hasil
2017. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Total sampling. Dari data yang diberikan Tim Rekam medis Rumah S
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa distribusi jenis kelamin dari total 45 orang
pasien batu kandung kemih di Rumah Sakit PMI Bogor, terdapat 43 orang adalah
berjenis kelamin laki-laki (96%) dan 2 orang adalah berjenis kelamin perempuan
(4%). Dengan demikian rasio kasus batu kandung kemih di RS PMI Bogor antara
laki-laki dan perempuan adalah 22 berbanding 1. Dalam 23 orang pasien batu
kandung kemih maka 22 orang adalah laki-laki dan 1 orang perempuan.
33
34
Dari tablel 4.1 juga terlihat bahwa distribusi umur dari total 45 orang pasien
batu kandung kemih di Rumah Sakit PMI Bogor, terdapat 22 orang adalah lansia
(49%), 12 orang adalah dewasa (27%),dan 11 orang adalah manula (24%). Dengan
demikian kasus batu kandung kemih di RS PMI Bogor adalah didominasi oleh lansia
dengan persentase sampai 49% atau mencapai hampir setengah dari jumlah pasien
yang ada. Selanjutnya yang terbanyak adalah dewasa dan manula dengan persentase
berturut-turut adalah sebesar 26% dan 24%.
a dan pensiunan dengan persentase yang sama yaitu 21%. Selanjutnya adalah terdapat 4 orang (14%) adalah karyawan swa
Tabel 4.2 Distribusi Hasil Laboratorium Hematologi Pasien Batu Kandung Kemih
Tinggi 9 21%
Normal 29 69%
Rendah 4 10%
Ureum (42 orang)
Tinggi 34 81%
Normal 8 19%
Rendah 0 0%
Leukosit (42 orang)
Tinggi 21 50%
Normal 21 50%
Rendah 0 0%
Dari tablel 4.2 terlihat bahwa distribusi hasil laboratorium kreatinin dari total
42 orang pasien batu kandung kemih di Rumah Sakit PMI Bogor, terdapat 9 orang
(21%) adalah tinggi, sebanyak 29 orang (69%) adalah normal, dan 4 orang (10%)
adalah rendah. Dengan demikian hasil laboratorium kreatinin mengindikasikan
bahwa sebagian kecil pasien batu kandung kemih memiliki nilai kreatinin dalam
darah yang lebih tinggi dari keadaan normal.
Dari tablel 4.2 juga terlihat bahwa distribusi hasil laboratorium ureum dari
total 42 orang pasien batu kandung kemih di Rumah Sakit PMI Bogor, terdapat 34
orang (81%) adalah tinggi, sebanyak 8 orang (19%) adalah normal, dan 0 orang (0%)
adalah rendah. Dengan demikian hasil laboratorium ureum mengindikasikan bahwa
sebagian besar pasien batu kandung kemih memiliki nilai ureum dalam darah yang
lebih tinggi dari keadaan normal.
Dari tablel 4.2 juga terlihat bahwa distribusi hasil laboratorium leukosit dari
total 42 orang pasien batu kandung kemih di Rumah Sakit PMI Bogor, terdapat 21
orang (50%) adalah tinggi, sebanyak 21 orang (50%) adalah normal, dan 0 orang
(0%) adalah rendah. Dengan demikian hasil laboratorium leukosit mengindikasikan
bahwa setengah dari jumlah pasien batu kandung kemih memiliki nilai leukosit
dalam darah yang lebih tinggi dari keadaan normal yang disebut dengan leukositosis.
Tabel 4.3 berikut ini menunjukkan distribusi hasil laboratorium urinalisa
bakteri pasien batu kandung kemih di RS PMI Bogor.
Tabel 4.3 Distribusi Hasil Laboratorium Urinalisa Bakteri Pasien Batu Kandung Kemih
Dari tablel 4.3 terlihat bahwa distribusi hasil laboratorium Urinalisa Bakteri
dari total 25 orang pasien batu kandung kemih di Rumah Sakit PMI Bogor, terdapat
21 orang (84%) adalah positif dan sebanyak 4 orang (16%) adalah negatif. Dengan
demikian hasil laboratorium urinalisa bakteri mengindikasikan bahwa sebagian besar
pasian batu kandung kandung di RS PMI Bogor adalah positif memiliki bakteri pada
hasil tes urinalisa pasien.
Tabel 4.4 berikut ini menunjukkan distribusi gejala klinis dan penyakit
penyerta pasien batu kandung kemih di RS PMI Bogor.
Tabel 4.4 Distribusi Gejala Klinis dan Penyakit Penyerta Pasien Batu Kandung Kemih
Variabel Frekuensi (n) Persetentase (%)
Gejala Klinis
Disuria 30 39%
Retensi urin 36 45%
Hematuria 6 8%
BAK keluar batu 2 3%
Nyeri pinggang 4 5%
Penyakit Penyerta
ISK 18 24%
Nefrolitiasis 9 12%
CKD 4 5%
Cystitis 12 16%
Insufisiensi renal 4 5%
BPH 10 13%
Striktur uretra 2 3%
Kardiomegali 3 4%
Tanpa penyerta 13 17%
Dari tablel 4.4 terlihat bahwa distribusi gejala klinis dari pasien batu kandung
kemih di Rumah Sakit PMI Bogor, terdapat 36 gejala retensi urin (45%) dan 30
gejala disuria (39%). Sisanya dalam jumlah yang lebih kecil adalah gejala klinis
hematuria (8%), gejala nyeri pinggang (5%), dan gejala BAK keluar batu (3%).
Dengan demikian gejala klinis pasien batu kandung kemih di RS PMI Bogor
didominasi oleh retensi urin dan disuria.
Dari tablel 4.4 juga terlihat bahwa distribusi penyakit penyerta dari pasien
banyak 10 kasus (13%). Selain 3 penyakit penyerta terbesar tersebut terdapat juga berbagai penyakit penyerta yang lain dala
Tabel 4.5 Distribusi Penatalaksanaan dan Prognosis Pasien Batu Kandung Kemih
Lithotripsy 35 78%
Sectio Alfa 6 13%
Sistoskopi 1 2%
Medikamentosa 3 7%
Prognosis
Sembuh 4 9%
Membaik 41 91%
Dari tablel 4.5 terlihat bahwa distribusi penatalaksanaan pasien batu kandung
kemih di Rumah Sakit PMI Bogor, terdapat lithotripsy sebagai kegiatan
penataksanaan terbesar yaitu mencapai 35 kegiatan atau sebesar 78%, kemudian
diikuti dengan kegiatan section alfa sebanyak 6 kegiatan (13%), medikamentosa
sebanyak 3 kegiatan (7%), dan sistoskopi sebanyak 1 kegiatan (2%). Dengan
demikian kegiatan penatalaksanaan di pasien batu kandung kemih di RS PMI Bogor
didominasi oleh lithotripsy.
Dari tablel 4.5 juga terlihat bahwa distribusi prognosis pasien batu kandung
kemih di Rumah Sakit PMI Bogor, terdapat 41 indikasi pasien membaik (91%) dan
sebanyak 4 pasien terindikasi sehat (9%). Dengan demikian prognosis pasien batu
kandung kemih di RS PMI Bogor didominasi oleh indikasi membaik keadaan
pasiennya. Berikut ini gambar prognosis pasien batu kandung kemih.
Tabel 4.6 berikut ini menunjukkan distribusi pasien batu kandung kemih
yang mengalami ISK di RS PMI Bogor.
ak 10 pasien yang positif ISK dan mengalami leukositosis (22%), dan yang terakhir terdapat 7 pasien yang positif ISK, positif
4.2. Pembahasan
4.2.1. Distribusi Jenis Kelamin, Umur, dan Pekerjaan Pasien Batu Kandung Kemih
Penelitian retrospektif ini didapatkan total jumlah kasus batu kandung kemih
sebanyak 45 pasien selama periode Januari 2015-Desember 2017. Jika dibandingkan
dengan jumlah kasus yang diteliti pada penelitian sebelumnya yang dilakukan
mahasiwa FK UIN Syarif Hidaytullah di RSUD Cengkareng dalam kurun waktu
Januari-Desember 2014 yang berjumlah 73 kasus, dengan laki-laki berjumlah 66
orang dan perempuan berjumlah 6 orang. Jika dirata-ratakan terdapat 21 kasus/tahun
pada data yang didapatkan dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yaitu 73
kasus, ini menunjukkan jumlah kasus di RSUD Cengkareng lebih tinggi.
Di negara-negara berkembang banyak dijumpai pasien batu kandung kemih
sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian
atas, hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari.
Sesuai dengan penelitian ini, yang dilakukan di Indonesia, sehingga peneliti
mendapatkan data pasien batu kandung kemih. Penyakit ini merupakan tiga penyakit
terbanyak di bidang urologi di samping infeksi sakuran kemih dan pembesaran
prostat benigna.4
BSK pada laki-laki 3-4 kali lebih banyak daripada wanita. Hal ini mungkin
karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan utama pembentuk batu pada wanita
lebih rendah daripada laki-laki. Kejadian batu saluran kemih ataupun batu kandung
kemih yang sering pada laki-laki dikarenakan resiko terjadinya obstruksi saluran
kemih lebih besar dikarenakan adanya pengaruh pembesaran prostat seiring dengan
peningkatan umur. 11
Pengaruh hormon androgen dalam meningkatkan dan estrogen dalam
gen bekerja sebaliknya dengan meningkatkan osteopontin pada ginjal dan menurunkan ekskresi oksalat sehingga mengham
g karakteristik batu saluran kemih yang juga dilakukan oleh klinik urologi universitas Sarajevo tahun 2007-2013 didapatkan
laki-laki (96%) dan 2 orang berjenis kelamin perempuan (4%). Dengan demikian
rasio kasus batu kandung kemih di RS PMI Bogor antara laki-laki dan perempuan
adalah 22:1.
Batu saluran kemih banyak dijumpai pada orang dewasa antara umur 30-60
tahun dengan rerata umur 42,20 tahun (pria rerata 43,06 dan wanita rerata 40,20
tahun). Frekuensi kasus batu kandung kemih mengalami peningkatan setelah umur
50 tahun ke atas. Penelitian Dursun, mendapatkan hasil batu ureter cenderung terjadi
10
pada usia muda, sedangkan batu kandung kemih pada kelompok lansia.
Obstruksi saluran kemih menjadi etiologi utama batu kandung kemih karena
menyebabkan stasis urin, infeksi, perubahan pH urin, dan supersaturasi urin.
Penyebabnya adalah obstruksi saluran kemih yang sangat berpengaruh dalam
pembentukan batu kandung kemih pada orang umur di atas 50 tahun dengan BPH
(Benign prostatic hyperplasia) sebagai penyebab tersering terjadinya obstruksi
tersebut diikuti oleh striktur uretra dan adenokarsinoma prostat.25
Penuaan merupakan proses dimana banyak fungsi tubuh yang berkurang atau
menurun. Perubahan yang terjadi pada saluran kemih adalah berkurangnya kontrol
berkemih diakibatkan atrofi yang progresif pada korteks serebri dan neuron.
Berkurangnya sel-sel otot berkemih yang digantikan dengan sel lemak dan jaringan
ikat juga menjadi faktor melemahnya control berkemih. Hal ini sering dikaitkan
dengan gangguan urologi pada lansia terutama obstruksi saluran kemih yang akan
beresiko menyebabkan batu saluran kemih. Seiring dengan peningkatan umur,
n diubah menjadi Dihidrotestosteron (DHT) yang secara kronisakan merangsang kelenjar prostat membesar. Peningkatan um
49%) dan ada pasien yang memiliki penyakit penyerta BPH (Benign prostatic hyperplasia) yaitu dengan jumlah kasus 10 (13%
engan persentase 21%. Hal ini mungkin mengacu pada gaya hidup, diet, dan kurang aktifitas atau sedentary life. Salah satu
saluran kemih. Laki-laki yang mempunyai diet tinggi protein memiliki resiko sebesar
3,96 ( 95% Cl 1,2-13,08 ) dibandingkan dengan laki-laki yang tidak memiliki diet
tinggi protein. Konsumsi protein yang berlebih-lebihan meningkatkan kadar kalsium
serta menurunkan kadar sitrat dalam air kemih. Penambahan 75 gram protein pada
diet normal tiap hari dapat menimbulkan kenaikan kadar kalsium dalam air kemih
sebesar 100%. Pada penelitian Tosukhowong mendapatkan bahwa sebagian besar
kasus batu saluran kemih mengonsumsi protein hewani lebih dari dua hari sekali. Hal
ini sebenarnya berlaku juga pada kasus yang memiliki jenis pekerjaan lain.10
Pada penelitian ini juga didapatkan distribusi pekerjaan buruh dengan
persentase 14%. Salah satu faktor resiko dari pekerjaan tersebut adalah paparan
panas dan status dehidrasi dari pasien. Atan dkk (2005) menemukan 181 dari 10.326
karyawan pekerja industry baja memiliki penyakit batu saluran kemih. Dari 181
orang tersebut, 103 orang bekerja di lingkungan bersuhu ≥ 45 0C dan 78 orang di
lingkungan dengan suhu kamar. Hal ini menunjukkan suhu udara yang tinggi
meningkatkan pembentukan batu saluran kemih. Didapatkan juga hasil hipostitraturia
dan volume urin rendah di antara keduanya. Semakin tinggi suhu yang terpapar ke
tubuh sejalan dengan penurunan volume dan pH urin yang lebih rendah,
meningkatnya kadar asam urat, dan peningkatan berat jenis urin menyebabkan
kejenuhan air kemih yang tinggi dari asam urat, sehingga lebih tinggi peningkatan
reskio pembentukan batu.26
Selanjutnya dari data yang didapatkan penelitian ini adalah pekerjaan
karyawan swasta dengan persentase (14%). Risiko yang mungkin adalah duduk lama
emih karena adanya supersaturasi elektrolit/kristal dalam air kemih. Kenaikan konsentrasi bahan pembentuk batu di dalam
ng menyebabkan infeksi urea spliting bacteria. Kuman yang termasuk bakteri pemecah urea tersebut menghasilkan urease
Air sangat penting dalam proses pembentukan batu saluran kemih, bila
seseorang kekurangan air minum maka dapat terjadi supersaturasi bahan pembentuk
batu. Pada penderita dehidrasi kronik pH air kemih cenderung turun, berat jenis air
kemih naik, saturasi asam urat naik dan menyebabkan terjadinya penempelan Kristal
kalsium oksalat pada Kristal asam urat (teori epiktasi).4
4.2.2. Gejala Utama dan Penyakit Penyerta Pasien Batu Kandung Kemih
Hasil lab kimia darah berupa ureum pada penelitian ini dapat diketahui. Hasil
menunjukkan 81% tinggi dari total 45 pasien. Ureum adalah produk akhir
katabolisme protein dan asam amino yang diproduksi oleh hati dan didistribusikan
melalui cairan intraseluler dan ekstraseluler ke dalam darah untuk kemudian filtrasi
oleh glomerulus. Pemeriksaan ureum sangat membantu menegakkan diagnosis gagal
ginjal akut. Pengukuran ureum serum dapat dipergunakan untuk mengevaluasi
fungsi ginjal, status hidrasi, menilai keseimbangan nitrogen, menilai progresivitas
penyakit ginjal, dan menilai hasil hemodialisis.27
Peningkatan ureum dalam darah disebut azotremia. Kondisi gagal ginjal yang
ditandai dengan kadar ureum plasma sangat tinggi dikenal dengan istilah uremia.
Keadaan ini dapat berbahaya dan memerlukan hemodialisis atau transplantasi ginjal.
Peningkatan ureum dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaiitu pra-renal, renal, dan
pasca-renal.27
nurunkan aliran darah ginjal. Peningkatan ureum darah juga terjadi pada keadaan demam, diet tinggi protein, terapi kortiko
Penyakit penyerta yang paling banyak ditemukan pada penelitian ini yaitu
ISK dengan persentase 24%. Kejadian penyakit penyerta dari ISK diduga merupakan
bagian dari faktor resiko kebiasaan menahan buang air kemih. Kebiasaan menahan
BAK menimbulkan statis air kemih. Statis air kemih menimbulkan hipersaturasi dan
agregasi Kristal sehingga timbul batu. Statis air kemih sering menyebabkan infeksi
urea spliting bacteria. Kuman yang termasuk bakteri pemecah urea tersebut
menghasilkan urease yang memecah urea menjadi ammonium yang mengakibatkan
kenaikan pH air kemih menjadi basa. Keadaan ini memudahkan terbentuknya
ammonium magnesium fosfat atau batu struvite.4
Batu struvite disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Hasil penelitian Shindu dari 110
penderita batu saluran kemih yang berobat , kuman terbanyak yang menyebabkan
infeksi pada penderita batu saluran kemih adalah E.coli (22,75), Enterobacter (20%),
Staphylococcus epidermidis (10%), Pseudomonas sp ( 8,1%), Staphylococcus aureus
(1,8%), Proteus mirabilis (0,9%), Klebsiella (0,90%).4,10
Pada hasil penelitian ini, hasil laboratorium urinalisa pasien menunjukkan
84% positif terdapat bakteri. Namun pada penelitian ini tidak dapat diidentifikasi
mikrooorganisme yang menginfeksi saluran kemih dikarenakan tidak ada kultur urin
pada rekam medis pasien.
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih.
Rata-rata jumlah leukosit dalam darah normal adalah 5000-9000/mm3, bila
jumlahmya lebih dari 10.000/mm3 keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari
5000/mm3 disebut leukopenia.
Pada penelitian ini hasil laboratorium darah, data yang didapatkan adalah dari
45 pasien, 51% pasien mengalami leukositosis. Peningkatan jumlah sel darah putih
ini menandakan adanya proses infeksi di dalam tubuh. Leukosit di dalam tubuh
berfungsi untuk mempertahankan tubuh terhadap benda-benda asing termasuk
kuman-kuman penyebab infeksi.
Pada penelitian ini, peneliti juga menghitung persentase dari pasien yang
mengalami ISK dan juga mengalami leukositosis. Hasil menunjukkan dengan
persentase 33%. Selanjutnya peneliti menghitung persentase pasien yang mengalami
ISK dan memiliki hasil urinalsia bakteri positif. Hasil menunjukkan persentase 43%.
Kemudian peneliti juga menghitung persentase pasien yang mengalami ISK,
leukositosis dan juga hasil urinalisa yang positif bakteri. Hasil menunujukkan
persentase 24% pasien yang mengalami ketiga hal tersebut.
4.2.5. Penatalaksanan dan Prognosis
Batu kandung kemih dapat terbentuk dalam tubuh manusia akibat berbagai
faktor, antara lain usia, jenis kelamin, suhu lingkungan, obesitas, dan faktor hidrasi
tubuh. Batu kandung kemih diketahui timbul akibat pola hidup yang tidak sehat.
Sebaliknya pola hidup sehat melalui makanan yang baik dan bergizi dapat
mengurangi resiko terbentuknya batu kandung kemih. Allah SWT dan Rasulullah
Muhammad saw memerintahkan setiap orang beriman untuk hidup sehat dan makan
secukupnya serta tidak berlebih-lebihan, sebagaimana firman Allah dan Hadist Nabi
berikut ini:
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid,
Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
Imam Bukhari ketika menjelaskan tentang makna ayat di atas, mengutip
penjelasan Ibnu Abbas bahwa makna “Makanlah sesukamu dan berpakaianlah
sesukamu selagi kau hindari dua pekerti, yaitu, berlebih-lebihan dan
sombong”.
Kata “ْس َواَلDُ تDُ ” وا ِرفyakni janganlah kalian memakan secara berlebihan. Lebih jauh
dijelaskan bahwa makanan yang berlebihan adalah tidak sehat dan dapat
menimbulkan penyakit dalam tubuh manusia.
Dalam tafsir al-Misbah, disebutkan bahwa makna kata “wakuluu wasyrabuu
baik serta minumlah apa saja yang kamu sukai selama tidak memabukkan, tidak juga
an menambah cara atau kadarnya demikian juga dalam makanan dan minuman apa saja, Karena sesungguhnya Allah tidak
ur manusia untuk menjaga makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh. Dalam kasus batu kandung kemih salah sa
seringnya konsumsi alcohol. Hal itu dapat dicegah dengan kita sebagai manusia
sadar untuk menjaga makanan dan minuman kita. Menjaga untuk memilih makanan
yang baik dan halal masuk ke dalam tubuh.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
5.2. Saran
46
47
3. Perlu dianalisa lebih lanjut hasil kultur bakteri pada pasien, sehingga
mengetahui jenis bakteri.
4. Perlu dianalisa lebih lanjut jenis batu pada pasien sehingga mengetahui
etiologi.
5. Perlu dianalisa lebih lanjut tingkat kekambuhan pasien sehingga mengetahui
lebih lanjut keberhasilan penatalaksanaan.
DAFTAR PUSTAKA
48
49
16. Saptahadi dan Rifki Muslim. Analisa batu saluran kemih pada dewasa dan anak
di RSUP Dr. Kariadi 1994-1995. Surabaya: MABI XXI; 1996.
17. Stoler, M; Maxwell VM; Harrison, AM; Kane, JP. The primary stone event A
New Hypotesis Involving a Vasculer Etiology. J.Urol. 2004.
18. Hesse A, Goran tiselius, Hans J, Andre. Urinary stone diagnosis treatment and
prevention of recurrence. Medicine Today. 2002.
19. Zainul A. Qadri, M. Lonergan, K. Lambert. Renal stones first step and keys to
dicine Today. 2015.
atan medikal bedah II. Jakarta: Pusat Pendidikan SDM Kesehatan Kemenkes; 2016.
Urology. Esevier Saunders. 2012; p.32-1.
der stones. University of Texas Health Science Center at San Antonio. 2014.
nesia (IDAI). Kumpulan tips pediatrik. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011.
sper, J Larry Jameson, Anthony S Fauci, Stephen L Hauser, Joseph Loscalzo. Harrison’s principles of internal medicine. The M
andre D, Rafael FC, Miguel S. Surgical management of bladder stones. Rev,Col.Bras.cir. 2012.
V, Silva EK, et al. High kidney stone risk in men
50
51
Lampiran 1
Surat Keterangan Penelitian (Lanjutan)
Lampiran 1
Surat Keterangan Penelitian (Lanjutan)
Lampiran 2
Riwayat Penulis
Nama: Shofa Samiroh Adli Tempat Tanggal Lahir: Padang, 3 Maret 1996
Alamat: Limus Pratama Regensi Blok B No. 29, Limus Nunggal, Cileungsi, Bogor.
Email:
Telepon: 081214377629
Riwayat Pendidikan:
TK Adzkia Kota Padang (2001-2002)
SD Muhammadiyah 01, Cileungsi, Kabupaten Bogor (2002-2008)
SMP Islam Al-Hadiid, Cileungsi, Kabupaten Bogor (2008-2011)
SMAN 5 Bekasi, Kota Bekasi (2011-2014)
FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarat (2015-sekarang)
53